Anda di halaman 1dari 17

MODEL MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Tematik

DISUSUN OLEH :

NESHIA LIZA APRIEL (2110201013)

AFIFAH SALSABILA (2110201016)

DELA (2110201017)

DOSEN PENGAMPUH : Al Ihwanah, M,Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULITAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran kami panjatkan ke hadiran Allah SWT. Karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai model-model
pembelajaran tematik. sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir,
penutup para nabi sekaligus satu- satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Al Ihwanah, M,Pd.I selaku dosen Mata
kuliah Pembelajaran Tematik.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
keliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan,
walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

Palembang, februari 2023

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................1
A. Pengertian model pembelajaran tematik.........................................................................1
B. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model pembelajaran.....................................................1
C. Ciri-ciri Model Pembelajaran............................................................................................2
D. Macam-macam Model Pembelajaran..............................................................................3
E. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. KESIMPULAN.........................................................................................................10
B. SARAN......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model-model pembelajaran tematik MI/SD sangat penting pada saat ini.


Model pembelajaran sangat penting pada pemberlangsungan proses ajar mengajar.
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang
keberhasilan proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat, akan
berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta tercapainya tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang
untuk memperlancar proses pembelajaran. Model pembelajaran diterapkan dalam
proses belajar mengajar oleh guru di sekolah, tidak terkecuali pada pembelajaran yang
dilakukan di sekolah dasar. Model pembelajaran diterapkan dalam proses belajar
mengajar oleh guru disekolah, tidak terkecuali pada pembelajaran yang dilakukan di
sekolah dasar. Guru harus memahami betul pelaksanaan model pembelajaran yang
akan diguanakan dalam proses pembelajaran. Karena dengan menguasai model
pembelajaran, guru akan merasakan adanya kemudahan dalam pentransferan ilmu
berupa sikap, pengetahauan, dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik dan tepat. Banyak model pembelajaran
yang menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, diantaranya
adalah Discovery learning merupakan cara untuk menemukan sesuatu yang bermakna
dalam bembelajaran. model pembelajaran PBL merupakan cara yang dilakukan guru
untuk mengajak peserta didik dalam menelusuri suatu permasalahan yang diperoleh
dari dunia nyata ataupun dunia maya berdasarkan materi yang sedang dibahas.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling
tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan
ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-
model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat
1
model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran
untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian model-model pembelajaran?
2. Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
3. Ciri-ciri Model Pembelajaran?
4. Macam-macam model pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model-model pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri model pembelajaran
4. Untuk mengetahui apa saja macam-macam model pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian model pembelajaran tematik


Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan
berdasarkan pola-pola pembelajaran secara sistematis. Model pembejaran tersusun
atas beberapa komponen, yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung.
Model pembelajaran memilki sejumlah karakteristik sebagai berikut: pertama,
berdasarkan teori pendidkan dan teori belajar dari para ahli tertentu; kedua, memilki
misi atau tujuan pendidkan tertentu; ketiga, dapat dijadikan pedoaman untuk
perbaikan proses belajar mengajar di kelas, keempat, memilki bagain-bagian model
yang dinamakan urutan langakah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-
prinsip reaksi, sistem sosial dan sistem pendukung; kelima, memilki dampak sebagai
akibat penenrapan penerapan pembelajaran dan keenam, membuat persiapan mengajar
(desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.1
Model pembelajaran juga merupakan cara yang dilakukan guru dalam
melaksanakan suatu pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat dipahami oleh
peserta didik. Cara yang ditempuh guru dan peserta didik dalam pencapaian tujuan
pembelajaran tematik SD/MI dilihat dari sudut proses pembelajaran. Guru harus
memahami betul pelaksanaan model pembelajaran yang akan diguanakan dalam
proses pembelajaran. Karena dengan menguasai model pembelajaran, guru akan
merasakan adanya kemudahan dalam pentransferan ilmu berupa sikap, pengetahauan,
dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan tepat.
Begitu juga dengan siswa, siswa juga akan lebih mudah memahami materi-materi
yang diberikan oleh pendidik ataupun guru.

B. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model pembelajaran


Sebelum menentukan model pembelajaran yang ingin digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
seorang guru dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan model
pembalajaran yang akan digunakan nantinya, diantaranya adalah.

1
Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran , (Bandung: Alfabeta, 
2012) hal. 49

1
1. Guru diharapkan mempertimbangkan hal-hal dalam menentukan tujuan yang
hendak ingin dicapai.
Setiap melaksanakan pembelajaran tentu kita memiliki tujuan dari
pembelajaran tersebut. Tujuan yang dimaksud dalam pembelajaran adalah tujuan
belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Gagne dan Bloom merupakan
dua dari beberapa ahli yang menulis teori tujuan pembelajaran 2. Pertimbangan
terhadap tujuan yang ingin dicapai dengan dimunculkan dalam pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan, yaitu
a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial, dan kompetensi vaksional atau diistilahkan
dengan domain kognitif, afektif, dan pskiomotor?
b) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2. Guru diharapkan mempertimbangkan hubungan antara bahan atau materi dalam
pembelajaran yang akan disajikan.
Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori
tertentu?
b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak?
c) Apakah tersedia bahan atau sumber–sumber yang relevan untuk
mempelajari materi itu?

3. Guru diharapkan dapat mempertimbangkan kemampuan dasar siswa


Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa :

a) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta


didik?

b) Apakah model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dassn kondisi


peserta didik?

c) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?

2
Nurdyansah, Inovasi Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center). hlm. 21

2
4. Guru hendaknya mempertimbangkan hal lain yang bersifat nonteknis atau
waktu yang akan ditempuh dalam penggunaan model tersebut Pertimbangan lainnya
yang bersifat nonteknis:
a) Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu model saja?
b) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu–satunya
model yang dapat digunakan?
c) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?
Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, barulah kita dapat
memulai kegiatan kita dengan harapan semoga tujuan mulia ini tidak mengecewakan
siswa atau anak didik.
Pemilihan atau penentuan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kondisi Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat
materi yang akan diajarkan, dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu,
setiap model pembelajaran mempunyai tahapan-tahapan (sintaks) yang dapat
dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik sebagaimana yang diterapkan pada kurikulum 2013, sebaiknya
dipadukan secara sinkron dengan langkah/tahapan kerja (sintaksis) model
pembelajaran.3

C. Ciri-ciri Model Pembelajaran


Model pembelajaran memilki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidkan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidkan tertentu, misalnya model berpikir induktif
dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas,
misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran
mengarang. 4
4. Memilki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah
pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) sistem sosial; dan (4)
sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru
akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

3
Ibid, hlm.24
4
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali
Press, 2011), hal. 133

3
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi: (1) dampak pembeklajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (2)
dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instuksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya

D. Macam-macam Model Pembelajaran


Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya,
menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau
model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model
tersebut adalah: (1) fragmented, (2) Connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared,
(6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara
singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

1. Model Penggalan (Fragmented)


Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu
mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi
pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat
dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses
pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah
pada jam yang berbeda-beda. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba
perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.

2. Model Keterhubungan (Connected)


Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran
dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran
kosakata, struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran
tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan
bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman
secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus
menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.
Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau
ilustrasi di atas.

4
3. Model Sarang (Nested)
Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan jam
tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata
bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan
dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri
bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi.
Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut
keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan
dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi
sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata,
membuat ungkapan dan mengarang puisi. Penanda terkuasainya keterampilan
tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat
ungkapan dan mengarang puisi. Untuk membantu Anda memahami model ini,
coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.5

4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)


Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antarmata
pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya,
topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan
dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial
masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan
makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi
jam yang sama. Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan
gambar atau ilustrasi di atas.

5. Model Bagian (Shared)


Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
“overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir
pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang
tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya.

5
Mamat, S.B. dkk, pedoman pelaksanaan pembelajaran tematik, (Jakarta: Dirjen kelembagaan agama
Islam, 2007) hlm. 54

5
6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini
bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran
baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Untuk
membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di
atas.

7. Model Galur (Threaded)


Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya,
melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-
kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded
ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum. Untuk membantu Anda
memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.

8. Model Keterpaduan (Integrated)


Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran
yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi
yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia,
Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan
kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya
Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian
mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang
dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya.
Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai
mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini
sangat baik dikembangkan di SD. Untuk membantu Anda memahami model ini,
coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.

9. Model Celupan (Immersed)


Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan
memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan
pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman
6
sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk membantu Anda
memahami model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di atas.
10. Model Jaringan (Networked)
Terakhir, model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah,
maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi
lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbedabeda. Belajar
disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya
hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
Untuk membantu Anda memahami model ini, coba perhatikan gambar atau
ilustrasi di atas.6

E. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar


Tentu saja dari model-model pembelajaran terpadu seperti yang telah dikemukakan
oleh Robin Fogarty dan Jacobs di atas tidak semuanya tepat diterapkan di sekolah dasar di
Indonesia. Menurut hasil pengkajian Tim Pengembang PGSD (1997), terdapat tiga model
pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok atau tepat diterapkan di sekolah dasar
kita yaitu model jaring laba-laba (webbing), model keterhubungan (connected), dan model
keterpaduan (integrated). Di bawah ini diuraikan ketiga model pembelajaran terpadu tersebut
beserta kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya.

1. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan


pendekatan tematik. Pendekan ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian
dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan
mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapakan aktivitas siswa dapat
berkembang dengan sendirinya.

Kekuatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah sebagai berikut:

a. Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati.

b. Model jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum
berpengalaman.

6
Ibid, hlm.56

7
c. Model ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam
semua bidang isi pelajaran.

Kelemahan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba sebagai berikut:

a. Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah menyeleksi
tema.

b. Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal, sehingga hal ini hanya
berguna secara artifisial di dalam perencanaan kurikulum.

c. Guru dapat menjaga misi kurikulum

d. Dalam pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.

2. Model Keterhubungan (connected)

Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja


diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik
lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari
dengan tugas-tugas yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam
satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu
mata pelajaran.7

Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah:

a. Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan
gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek.

b. Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi


internalisasi.

c. Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa mengkaji,


mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan
memudahkan transfer atau pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.

Adapun kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah:

a. Berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak terkait,
walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).

7
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012), hal 68

8
b. Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga isi pelajaran tetap
terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran.

c. Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintregrasikan ide-ide dalam suatu mata


pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih
global dengan mata pelajaran lain.

3. Model Keterpaduan (integrated)

Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar


mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata pelajaran dengan
cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang
saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran.

Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan
pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan tema yang terkait
dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingn dicari dan dipilih oleh guru
dalam tahap perencanaan program. Pertama guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan
dan sikap yang diajarkan dalan satu semester dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya
dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan
tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran.

Kekuatan model keterpaduan antara lain:

a. Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai


mata pelajaran.

b. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap


pengetahuan dan keahlian.

c. Mampuh membangun motivasi.

Kelemahan model ketepaduan antara lain:

a. Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.

b. Model ini menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan
keterampilan yang sangat diprioritaskan.

c. Model ini menghendaki tim antar Mata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik
dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru dalam melaksanakan suatu
pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat dipahami oleh peserta didik. Cara
yang ditempuh guru dan peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran tematik

10
SD/MI dilihat dari sudut proses pembelajaran. Guru harus memahami betul
pelaksanaan model pembelajaran yang akan diguanakan dalam proses pembelajaran.
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya,
yaitu: Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, pertimbangan yang
berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut
peserta didik atau siswa, pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami susun , semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan makalah ini kami meyadari masih banyak kekurangan,
maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan kekurangan makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni. (2012). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Mamat. (2007). Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Dirjen kelembagaan agama
islam.

Nurdyansa. (2013). Inovasi pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Siduarjo: Nizamia Learning Center.

11
rusman. (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rjawali press.

Rusman. (2012). Model-model pembelajaran: Cara Mengembangkan Propesionalisme Guru. Jakarta:


Raja Grindo Persada.

12

Anda mungkin juga menyukai