Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan
izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah “Model Pembelajaran”.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
semesta alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga
akhir zaman. Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan di dalam
makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun
guna keberhasilan penulisan yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga selesainya makalah ini semoga segala upaya yang
telah dicurahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Aamiin.

Indralaya, 28 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3
1.2 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Pengertian Model Pembelajaran 5
2.Ciri-Ciri Model Pembelajan 7
2.3 Dasar Pertimbangan Model Pembelajaran 8
2.4 Macam-Macam Model Pembelajaran 8

BAB III PENUTUP 28


3.1 Kesimpulan 28
3.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa
melakukan keiatan belajar , untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan . dalam merancang kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya
memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara
yang digunakan terus mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan
jenis penilaian yang akan dipiih untuk melakukan mengukuran terhadap
ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran , seorang guru harus terlebih dahulu memahami
berbagai pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal
ini akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah , memilih, dan
menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
Peru dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajran memiliki pandangan
yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan tentang
guru , dan pandangan tentang siswa, perbedaan inilah kemudian mengakibatkan
strategi dan model pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda juga,
sehingga proses pembelajaran akan berbeda walaupun strategi pembelajaran sama.
Dalam makalah ini kami menekankan model pembelajaran PJBL yang membahas
tentang model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Sebutkan pengertian model pembelajaran?
2. Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
3. Sebutkan ciri-ciri model pembelajaran?
4. Sebutkan macam-macam model pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian model pembelajaran.
2. Mengetahui dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran.
3. Mengetahui ciri-ciri model pembelajaran
4. Mengetahui berbagai macam model-model pembelajaran.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Model Pembelajaran


Secara kharfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
di gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di
konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2).
Lalu apa yang dimaksud dengan model pembelajaran itu sendiri? Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4).
Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan
kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar”. Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus
yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1) Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3) Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di laksanakan
dengan berhasil;

5
4) Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat tercapai
(Kardi dan Nur, 2000:9).

Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen


(1999), suatu model pembelajaran di katakan baik jika memenuhi criteria sebagai
berikut :
1) SAHIH (valid), aspek validitas di kaitkan dengan dua hal yaitu, (1) apakah model
yang di kembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; (2) apakah
terdapat konsistensi internal.
2) PRAKTIS, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika, (1) para ahli dan
praaktisi menyatakan bahwa apa yang di keembangkan dapat di terapkan (2)
kenyataan menunjukan bahwa apa yang di kembangkan tersebut dapat di
terapkan.
3) EFEKTIF, berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter
sebagai berikut, (1) ahli dan praktisi berdasar pengalaamannya menyatakan bahwa
model tersebut efeektif; (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil
sesuai dengan yang di harapkan.
Menurut Khabibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu
model pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan praktisi untuk
memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan untuk aspek
kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk
melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk
melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk
suatu topic tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di
kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang sesuai
dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan.

6
Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana
atau fasilitas yang tersedia, shingga tujuan peembelajaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang
telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka
seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan
pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam
proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.
2.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang
dapat diajukan adalah:
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi
akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu
diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai?
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau
tidak?
c. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari
materi itu?
3. Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta didik?
b. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi
peserta didik?

7
c. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b. Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model
yang dapat digunakan?
c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?

2.3 Ciri-Ciri Model Pembelajaran


Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3. Dapat dijadika pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:
a. Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntaks).
b. Adanya prinsip-prinsip reaksi.
c. Sistem sosial.
d. Sistem pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut
meliputi:
a. Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.
b. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model
pembelajaran yang dipilihnya.
2.4 Macam-Macam Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
Pembelajaran konteksual (contextual teaching and learning) merupakan
konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).

8
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan
menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan
kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan,
dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari
sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pada intinya penngembangan setiap komponen CTL tersebut dalam
pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermkna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan dimilikinya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
3. Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-
pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi,
tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.

B. Prinsip Pembelajaran Kontekstual


Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan
oleh guru, yaitu:

9
1. Konstruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta,
konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Oleh karena itu, dalam CTL, strategi untuk membelajarkan siswa
menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang
diutamakan dibandingkan dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan
dibandingkan dengan penekanan terhadapseberapa banyak pengetahuan yang
harus diingat oleh siswa.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya
menemukan akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3. Bertanya (Question)
Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru,
kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan
pertanyaan dengan baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan
produktifitas pembelajaran.
Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau sisw
harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber
belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Melalui penerapan bertanya,
pembelajaran akaan lebih hudup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran
yang lebih luas dan mendalam, dan akan ditemukan unsur-unsur terkait yang
sebelumnya tidak terpikir baik oleh guru maupun siswa. Dengan pengembangan
bertanya produktifitas pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya,
maka:
a. Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik,
b. Mengecek pemahaman siswa,
c. Membangkitkan respoon siswa,

10
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e. Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa,
f. Memfokuskan perhatian siswa,
g. Membengkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan
h. Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4. Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan
kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
5. Pemodelan (Modelling)
Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena
dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan
mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model
dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran siswa bisa
memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi
keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja
dipelajari. Pada saat refleksi siswa diberi kesempatan untuk mencerna,
menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya
sendiri (learning to be). Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya
terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam kelasa,akan tetapi jauh
lebih penting dari pada itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar
tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat dituntut menanggapi dan memecahkan
permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa
memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan
terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwwujudan
dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru
terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.

11
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative
learning sama dengan kerja kelompok.
Nurulhayati, (2002;25-28), mengemukakan lima unsur dasar model
cooperative learning, yaitu:
1. Ketergantungan yang positif,
2. Pertanggungjawaban individual,
3. Kemampuan bersosialisasi,
4. Tatap muka,
5. Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1. Cooperative task atau tugas kerja sama.
2. Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :
1. Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara
individual.
2. Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
3. Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
4. Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
5. Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah.

Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif


1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota timharus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

12
Tiga fungsi manajemen, yaitu :
a. Perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang
sudah ditentukan.
b. Organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
c. Kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteriakeberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3. Kemauan untuk Beekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara
kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan
dalam pembelajaran kooperatif.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran secara berkelompok. Dengan bemikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Prosedur Pembelajaran Kooperatif


1. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahap ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2. Beajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan
materi, seswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian, dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau
kelompok.
4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan
harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
Model-model Pembelajaran Kooperatif

13
1. Model Student Teams Achievement Division (STAD)Model ini dikembangkan
oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam
STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam
kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan
sisa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu
bisa menguasai pelajaran tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah
memacu siswa agara saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode
generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran kooprehensif
untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah
atau mengganti materi-materi ini.
2. Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-
temannya di Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b. Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk
kelompok baru (kelompok ahli).
d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f. Pembahasan.
g. Penutup.

3. Investigasi Kelompok (Group Investigation)


Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan
Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel.

14
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk
mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian
tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju
pembentukan manusia sosial (Mafune, 2005:4).
Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan
dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang
tidak terstruktur,
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar,
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan,
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar, dan
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

15
Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan
suatu negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi dapat
meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia. Peningkatan dan pembaharuan di
dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan
nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam
bidang pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang
teknologi media pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas.
Ketidaktertarikan pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan karena
metode pembelajaran yang kurang menarik, partisipasi siswa yang kurang dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian
materi pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut guru dapat
menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan
media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa.
Diedrich (dalam Hamalik 2008 : 172-173) menyatakan bahwa
macammacam aktifitas siswa antara lain visual activities, oral activities, listening
activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities,
emotional activities. Slameto (2001:57) menggolongkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor intern
(dalam) dan faktor-faktor ekstern (luar). Faktor intern ini dibedakan menjadi tiga
faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan
faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie
merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu permasalahan di dalam

16
kehidupan sehari-hari untuk diidentifikasi dan dipecahkan, tidak hanya terpusat
pada penguasaan materi.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media
movie mendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari informasi,
menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video
maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang
diadaptasi dari Ibrahim dan Nur (2004) yaitu mampu meningkatkan motivasi
siswa dalam pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah,
mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain,
melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan
siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai
fenomena tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan
media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan
guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri.
Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri
dalam kehidupan kelak.

Model Pembelajaran Berbasis Komputer


Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi
pembelajaran. Sejarah pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya
ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan
seseorag melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-
prinsip didaktik-metodik tersebut.

Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan


tes terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut
adalah:

17
1. Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat
kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang
benar,
2. Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang
benar dari satu soal,
3. Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan adalah
alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal tersebut.
Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak memunculkan
soal berikutnya.
Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar
kognitif model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai
berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi
dari sistem memori pada komputer.

6. Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)


PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan
pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif,
aktif, kreatif dan ,menyenagkan.
Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, dan
menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat
karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri,
bukan dari gurunya.
1. Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa
dengan kegiatan pembelajaran secara optimal. Pelajaran ini menitikberatkan pada
keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajar (child center/student center) bukan
pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (teacher center).
2. Pembelajaran Aktif

18
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran dikelas,
sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan
pemahaman kompetensi. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak
memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan
belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan
berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan
arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan
guru untuk dapat memotifasi dan memunculkan kreativitas siswa selama
pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi
yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran,dan pemecahan
masalah.
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapatdikatan efektif jika mampu memberikan pengalam baru
kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan
yang ingin dicapai secara optimal.
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu :
a. Pengelolaan tempat belajar,
b. Pengelolaan siswa,
c. Pengelolaan kegiatan pembelajaran,
d. Pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
e. Pengelolaan media dan sumber belajar.

5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohensi yang kuat antara guru dan
siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa,

19
2006:194). Dengan demikina pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru
memosisikan dirinya sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta
memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara
optimal.
Terdapat empat aspek yang memenuhi model PAKE, yaitu pengalaman,
komunikasi, interaksi, dan refleksi.
a. Pengalaman
Di aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di
dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti
eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Karena di
aspek pengalaman, anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui
pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak
tersebut.
b. Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain
mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajang hasil kerja. Di aspek
ini anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat mengonsolidasi pikiran,
mengeluarkan gagasan, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan
makna mereka dapat diketahui oleh guru.
c. Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab, dan
saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang
diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun
semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d. Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah
diperbuat/dipikirkan oleh anak selama mereka belajar. hal ini dilakukan supaya

20
terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar
mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini anak diharapkan juga dapat
menciptakan gagasan-gagasan baru.
Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan
terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai
pembelajaran berbasis web. Kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah
kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi.
Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan
di mana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak, dan
waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada
di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah
desain intruksional sebagai model belajar yang mengudang sejumlah (sama
banyak dengan kegiatan di ruang kelas) peserta didik untuk terlibat dalam
berbagai kegiatan belajar.

A. Implementasi Pembelajaran Berbasis Web


Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web,
langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran di
lingkungan kampus dengan berbasis web. Program ini dilakukan idealnya selama
5-10 bulan dan dibagi menjadi 5 tahap. Tahap 1, 3, 5 dilakukan secarajarak jauh
dan untuk itu dipilih media web sebagai alat komunikasi. Sedangkan tahap 2 dan
4 dilakukan secara konvensional dengan tatap muka.
2. Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran dengan tatap
muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh minggu pertama. Setelah itu,
tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali.

21
Dua program pendidikan itu disampaikan melalui berbagai macam
kegiatan belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara
kolaboratif dalam kelompok sangat dominan pada kedua program tersebut.
B. Pemanfaatan Internet Sebagai Media pembelajaran
Rusman (2007) menyebutkan bahwa internet merupakan perpustakaan
raksasa dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi,
sehingga kita dapat menggubakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengondisikan siswa untuk
belajar secara mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai
pustaka, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai
peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik (Gordin et. Al., 1995).
Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak
hanya konsumen enformasi saja.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa


kelebihan sebagai berikut :
1. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan
kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan masing-masing.
4. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
5. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa; dan
memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut
serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang
dikerjakan siswa secara online.

C. Pemanfaatan e-Learning untuk Pembelajaran

22
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merunjuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu kelas
tradisional guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam
pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada
waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaran. Suasana pembelajaran
e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam
pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha
dan inisiatif sendiri.

Karakteristik e-learning, antara lain:


a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana guru dan siswa, siswa dan
sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif
mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital median dan komputer networks).
c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja
bila yang bersangkutan memerlukannya.
d. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-
hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di
komputer.

D. Kelebihan dan Kekurangan e-Learning


Manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan
pembelajaran jarak jauh, antara lain :
1. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan
saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak,
tempat, dan waktu.

23
2. Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar
yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan dimana
saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet
yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6. Berubahnya peran peserta didik yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih
mandiri.
7. Relatif lebih efisien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan
tinggi atau sekolah konvensional.
Menurut kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997) kekurangan dari e-learning,
antara lain :
1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar sesama
peserta didik itu sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT/medium komputer.
5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan
internet.
8. Kurangnya personel dalam hal penguasaan bahasa pemprograman komputer.

24
Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalamanbermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari mulai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pelajaran tematik terletak pada
proses yang ditempu siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan
dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari
suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan
memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.

Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Murid Sekolah Dasar


Pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1. Pengalaman dan kegiatan yang sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia sekolah dasar.
2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak
dari minat dan kebutuhan siswa.
3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil
belajar dapat bertahan lebih lama.
4. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan
yang sering ditemui siswa dalam lengkungannya, dan
6. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

C. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik


1. Berpusat pada siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak

25
berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan pada siswa untuk
melakukan aktivitas kegiatan.

2. Memberikan pengalaman langsung


Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh.
5. Bersifat fleksibel
Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai
dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenagkan.

Implementasi Pembelajaran Tematik


Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu:
1. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan konmpetensi dasar
secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar
dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya.
2. Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan
dipadukan

26
Pada tahap ini dilakukan penkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas
yang sama dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan
dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu.
3. Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu
Pada tahap ini memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan
dipadukan pada kelas dan semester yang sama. Dalam memilih dan menetapkan
tema terdapat beberapa hal yang perlu pertimbangan, di antaranya :
a Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri
siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya.
b. Ruanglingkup tema disesuaikan dengan usia dan oerkembangan siswa,
termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya, dan
c. Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa.
4. Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik
pemersatu
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-
masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan
tersebut dapat dibentuk dalam bentuk bagan atau matriks jaringan tema yang
memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari
setiap mata pelajaran.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di
gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan
lain-lain (joyce, 1992:4).
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam
memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
3. Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.

3.2 Saran
Untuk guru dan calon guru yang nantinya akan melakukan pembelajaran di
kelas semoga dengan membaca makalah ini guru dan calon guru lebih selektif
dalam menentukan model pembelajaran yang akan di implementasikannya.
Pemilihan model pembelajaran harus di sesuaikan dengan kurikulum, siswa, dan
sarana dan prasarana sekolah.

28
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Trianto. 2010. Model Prembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Uno Hanzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

29

Anda mungkin juga menyukai