Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KURIKULUM IPS SD

(SEJARAH, ANALISIS SERTA MAKNA DAN FUNGSI)

OLEH :

KELOMPOK IV

Nur Azizah Ramadhani (1847240006)

Riska Tamrin (1847240002)

A Rizky Nur Adha (1847240004)

Nurhatika (1847240019)

Husnul Khatima Lutfia (1847240023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Model-model Pembelajaran IPS SD Kelas Awal” dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Adapun
makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah Pendidikan IPS SD 2. Pada makalah ini akan dibahas mengenai mengenai
pengertian model pembelajaran IPS SD di kelas awal, karakteristik IPS di kelas
awal dan model-model pembelajaran IPS SD di kelas awal yang penulis sajikan
dari berbagai sumber informasi dan referensi.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya teman-teman PGSD Bone FIP
UNM. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca yang budiman
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya.

Watampone, 24 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran IPS SD di Kelas Awal


B. Karakteristik IPS di Kelas Awal
C. Model-model Pembelajaran IPS SD di Kleas Awal

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok
yang saling berkaitan, yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, serta
peserta didik. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu
menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat
melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatarbelakangi bahwa peserta didik
bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran.
Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan
lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat
digunakan oleh pendidik.
Model-model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran yang
dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh
sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan,
peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari
lingkungan kehidupannya. Pada makalah ini akan membahas leboh
mengkhusus pada model pembelajara IPS SD di kelas awal. Pada dasarnya
pemahaman akan model-model Pembelajaran IPS yang kreatif, inovatif, dan
menyenangkan yaitu meliputi hakikat model pembelajaran IPS, model-model
pembelajaran IPS, dan implementasi model-model pembelajaran IPS.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran IPS SD di kelas awal?
2. Bagaimana karakteristik IPS di kelas awal?
3. Apa saja model pembelajaran IPS SD di kelas awal?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran IPS SD di kelas awal.
2. Untuk mengetahui karakteristik IPS di kelas awal.
3. Untuk mengetahui model- model pembelajaran IPS SD di kelas awal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran IPS SD di Kelas Awal


Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam
bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam. Model berisi
informasi- informasi tentang suatu fenomena yang dibuat dengan tujuan untuk
mempelajari fenomena sistem yang sebenarnya. Model dapat merupakan
tiruan dari suatu benda, sistem atau kejadian yang sesungguhnya yang hanya
berisi informasi- informasi yang dianggap penting untuk ditelaah. (Mahmud
Achmad, 2008: 1).
Pembelajaran menurut Gagne (1977) adalah seperangkat peristiwa-
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar
yang bersifat internal. Pembelajaran merupakan terjemahan dari
kata instruction yang berarti self instruction (dari internal) dan external
instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain
datang dari guru yang disebut pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat
eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-
prinsip pembelajaran. (Sugandi, dkk, 2004). Secara umum pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik atau siswa dengan pendidik atau
guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan
siswa yang saling bertukar informasi.
Soekamto (dalam Nurulwati, 2000: 10) mengemukakan maksud dari
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Arends (1997: 7) menyatakan “the term teaching model refers to a
particular approach to instruction that includes its goals, syntax,
environment, and management system.” Artinya, istilah model pembelajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan,
sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya. Secara umum model
pembelajaran adalah suatu cara atau teknik penyajian sistematis yang
digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman proses
pembelajaran agar tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran.
Model pembelajaran IPS SD di kelas awal adalah suatu cara atau teknik
penyajian secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman proses
pembelajaran IPS terkhusus di kelas awal agar tercapai tujuan dari sebuah
pembelajaran.

B. Fungsi Model Pembelajaran


Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan
para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat
yang dipakai dalam pembelajaran tersebut.

 Pedoman. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman yang


dapat menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh guru. Dengan demikian,
maka pembelajaran menjadi sesuatu yang ilmiah, terencana dan
merupakan kegiatan-kegiatan yang mempunyai tujuan;
 Pengembangan kurikulum. Model pembelajaran dapat membantu dalam
pengembangan kurikulum untuk satuan dan kelas yang berbeda dalam
pendidikan;
 Menetapkan bahan-bahan pengajaran. Model pembelajaran
menetapkan secara rinci bentuk-bentuk bahan pengajar yang berbeda yang
akan digunakan oleh guru dalam membantu perubahan yang baik dari
kepribadian peserta didik;
 Membantu perbaikan dalam pembelajaran. Model pembelajaran dapat
membantu proses belajar-mengajar dan meningkatkan kefektifan
pembelajaran.
C. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri
tersebut antara lain:
 Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
 Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
 Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil;
 Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai. (Kardi dan Nur, 2000: 9)

Secara umum, model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

 Memiliki prosedur yang sistematik, sebuah model pembelajaran harus


mempunyai prosedur yang sistematik untuk memodifikasi perilaku peserta
didik yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu;
 Hasil belajar ditetapkan secara khusus, setiap model pembelajaran
menentukan tujuan-tujuan khusus hasil belajar yang diharapkan dapat
tercapai oleh siswa secara rinci dalam bentuk unjuk kerja yang dapat
diamati
 Penetapan lingkungan secara khusus, menetapkan keadaan lingkungan
secara spesifik dalam model pembelajaran;
 Mempunyai ukuran keberhasilan tertentu, model pembelajaran harus
menetapkan kriteria keberhasilan suatu unjuk kerja yang diharapkan dari
siswa;
 Interaksi dengan lingkungan, setiap model pembelajaran menetapkan cara
yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan
lingkungannya.
D. Karakteristik IPS di Kelas Rendah
Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sendiri oleh guru.
Penyusunan rencana tersebut adalah berpedoman kepada Silabus atau Garis-
garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang telah dikembangkan oleh guru,
sekolah, dan komite sekolah. Pembelajaran yang demikian ini sesungguhnya
yang merupakan substansi dari implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di sekolah. Setiap tingkat satuan pendidikan haruslah
menyusun sendiri kurikulum yang akan dilaksanakan oleh para pengajar di
sekolah yang bersangkutan. KTSP yang diberikan oleh Kementerian
Pendidikan Nasional yang dirancang oleh para ahli pengembangan kurikulum
di setiap tingkat satuan pendidikan. KTSP disusun bersama-sama oleh guru,
komite sekolah/pengurus yayasan, konselor (Bimbingan Konseling), dan
narasumber, kemudian disupervisi oleh Dinas Pendidikan. KTSP
ditandatangani oleh kepala sekolah, komite sekolah, dan kepala dinas
pendidikan.
Terhadap siswa kelas rendah (kelas I, II, dan III) di SD, pembelajarannya
merupakan pembelajaran yang bersifat konkrit. Pembelajaran ini lebih sesuai
diberikan bagi siswa di kelas rendah. Anak pada usia 7-8 tahun
kecenderungannya masih melihat hal-hal yang konkrit dari pada yang abstrak
(Surya, M. 2003). Proses pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga
kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian sesuai
dengan taraf perkembangan kemampuan siswanya. Hal lain yang juga harus
dipahami, yaitu proses belajarnya harus dikembangkan secara interaktif. Di
dalam pembelajaran kepada siswa kelas rendah, gurulah yang memegang
peranan penting di dalam menciptakan stimulus agar siswa menyadari
kejadian-kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.
Pembelajaran bagi siswa kelas rendah di SD juga harus dipahami bahwa
mereka masih banyak membutuhkan perhatian karena para siswa kurang
terfokus dalam berkonsentrasi, serta kurang adanya perhatian. oleh karena
siswa kurang memusatkan perhatian di dalam belajar, maka guru harus
memperhatikan kecepatan dan aktivitas belajar setiap siswanya, sehingga
diperlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang lebih
menarik dan efektif. Prinsip efesiensi janganlah menjadi dasar bertindak atau
berbuat pada kegiatan pembelajaran (pendidikan) seorang guru, sebab prinsip
tersebut pada hakikatnya hanya dapat diberlakukan pada aktivitas di bidang
ekonomi. Guru harus melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran secara
efektif (tepat dan benar), bukan efisien (menghemat) untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirancang/direncanakan dalam Rencana Pembelajaran
(RP).

E. Model-model Pembelajaran IPS SD di Kelas Rendah


Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan
dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model pembelajaran yang paling
efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua materi.  Sebagai seorang
guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.
Karena itu dalam memilih model pembelajaran yang diterapkan di kelas harus
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: tujuan pembelajaran, sifat materi
pembelajaran yang akan diajarkan, ketersediaan fasilitas dan media, sumber-
sumber belajar, kondisi peserta didik atau tingkat kemampuan peserta didik,
dan alokasi waktu yang tersedia agar penggunaan model pembelajaran dapat
diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan peserta didik dapat juga
diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa belajar akan
lebih antusias dan mampu mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran
IPS akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan.
1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Arends (1997: 66) mengemukakan bahwa “The direct instruction
model was specifically designed to promote student learning of
procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured
and can be taught in a step-by-step fashion”. Artinya, model pembelajaran
langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan baik yang
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah. Istilah lain model pengajaran langsung dalam Arends (2001:
264) antara lain training model, active teaching model, mastery teaching,
explicit instruction.

Ciri-ciri model pembelajaran langsung menurut Kardi dan Nur


(2000: 3) sebagai berikut.

 Adanya tujuan pembelajaran dan engaruh model pada siswa termasuk


prosedur penilaian belajar.
 Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
 Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model pembelajaran yang
memerhatikan variabel-variabel lingkungan, yaitu fokus akademik,
arahan dan control guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa,
waktu dan dampak netral dari pembelajaran.

Pada Model Pembelajaran Direct Instruction terdapat lima fase


yang sangat penting. Sintaks Model tersebut disajikan dalam 5 (lima)
tahap, seperti ditunjukan table berikut:
 Fase 1 : Fase Orientasi/Menyampaikan Tujuan
Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi
terhadap materi pelajaran. Kegiatan pada fase ini meliputi:
 Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang
relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
 Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran.
 Member penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan.
 Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan
kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran.
 Menginformasikan kerangka pelajaran.
 Memotivasi siswa.
 Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa
konsep atau keterampilan. Kegiatan ini meliputi:
 Penyajian materi dalam langkah-langkah
 Pemberian contoh konsep
 Pemodelan/peragaan keterampilan
 Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit atau kurang dimengerti
oleh siswa
 Fase 3 : Fase Latihan Terbimbing
Dalam fase ini, guru merencanakan dan memberikan bimbingan
kepada siswa untuk melakukan latihan-latihan awal. Guru memberikan
penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi yang
salah.
 Fase 4 : Fase Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan
Balik
Pada fase berikutnya, siswa diberi kesempatan untuk berlatih konsep
dan keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau keterampilan
tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini baik juga
digunakan guru unruk mengakses kemampuan siswa dalam melakukan
tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan
baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru memonitor dan
memberikan bimbingan jika perlu.
 Fase 5 : Fase Latihan Mandiri
Siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui
siswa dengan baik jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas
85% - 90% dalam fase latihan terbimbing. Guru memberikan umpan
balik bagi keberhasilan siswa.
Menurut Sudrajat, model  explicit instruction  memiliki  kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan model explicit instruction:
 Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi
dan  urutan  informasi  yang  diterima  oleh  siswa  sehingga  dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
 Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
 Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
 Dapat  menjadi  cara  yang  efektif  untuk  mengajarkan  informasi 
dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
 Merupakan cara  yang  paling  efektif  untuk  mengajarkan  konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
berprestasi rendah.
 Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak
dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh
seluruh siswa.
 Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi kepada
mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat
merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.

Kelemahan model direct instruction:


 Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan,
mengamati dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki
keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus
mengajarkannya kepada siswa.
 Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan
dalam hal  kemampuan,  pengetahuan  awal,  tingkat  pembelajaran
dan, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
 Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara
aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
 Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan
strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak
tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur,
siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran
mereka akan terhambat.
 Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali
guru  yang  tinggi  dalam  kegiatan  pembelajaran,  yang  menjadi
karakteristik  model  pembelajaran  langsung,  dapat  berdampak 
negatif terhadap  kemampuan  penyelesaian  masalah,  kemandirian, 
dan keingintahuan siswa.
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang
mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok,
setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami susatu
bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Pembelajaran cooperative learning sesuai dengan fitrah manusia


sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain,
mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan
rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok
secara kooperatif akan melatih siswa untuk saling berbagi pengetahuan,
pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Mereka juga akan belajar untuk
menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi, model pembelajaran cooperative learning adalah kegiatan


pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu mengonstruksi konsep dan penyelesaian persoalan. Menurut
teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak partisifatif), tiap
anggota terdiri dari 4-5 orang, heterogen (kemampuan, gender, karakter),
ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok
berupa laporan atau presentasi.

Langkah-langkah pembekajaran: terdapat enam langkah utama atau


tahapan dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan
emotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi yang
sering kali dengan bahan bacaan daripada verbal. Selanjutnya, siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini guru
membimbing siswa saat mereka bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.
Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja
kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah siswa pelajari dan member
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Secara lebih rinci, langkah-langkah model pembelajaran cooperative


learning dapat dilakukan dengan cara berikut.

a. Pada awal pembelajaran, guru mendorong peserta didik untuk


menemukan dan mengekspresikan ketertarikan terhadap subjek yang
akan dipelajari.
b. Guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang
terdiri dari 4-5 peserta didik.
c. Guru membiarkan peserta didik memilih topic untuk kelompok
mereka.
d. Tiap kelompok membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas di
antara anggota kelompok. Anggota kelompok didorong untuk saling
berbagi referensi dan bahan pelajaran. Tiap topic kecil harus
memberikan kontribusi yang unik bagi usaha kelompok.
e. Setelah para peserta didik membagi topic kelompok mereka menjadi
kelompok-kelompok kecil, mereka akan bekerja secara individual.
Mereka akan bertanggung jawab terhadap topic kecil masing-masing
karena keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan
topik kecil dapat dilakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi
yang terkait.
f. Setelah peserta didik menyelesaikan kerja individual, mereka
mempresentasikan topic kecil kepada teman satu kelompoknya.
g. Para peserta didik didorong untuk memadukan semua topic kecil
dalam presentasi kelompok.
h. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pad topic
kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap
presentasi kelompok.
i. Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi
kelompok dievaluasi oleh kelas, kontribusi individual terhadap
kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok
dievaluasi oleh semua peserta didik.

Kelebihan:

 Meningkatkan harga diri tiap individu.


 Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga
konflik antar pribadi berkurang.
 Sikap apatis berkurang.
 Pemahaman yang lebih mendalam dan retensi atau penyimpanan lebih
lama.
 Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
 Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem
kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa
mengorbankan aspek kognitif.
 Meningkatkan kemajuan pelajar (pencapaian akademik).
 Meningkatkan kehadiran peserta dan sikap yang lebih positif.
 Menambah motivasi dan percaya diri.
 Menambah rasa senang berada di tempat belajar serta menyenangi
teman-teman sekelasnya.
 Mudah diterapkan dan tidak mahal.

Kekurangan:

 Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Banyak peserta


tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
 Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnyakarakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompok.
Banyak peserta takutbbahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut.
3. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
Model pembelajaran Pencapaian Konsep ini berangkat dari studi
mengenai proses berfikir yang dilakukan Bruner, Goodnow, dan Austin
(dalam Suherman dan Winataputra, 1992) yang menyatakan bahwa model
ini dirancang untuk membantu mempelajari konsep-konsep yang dapat
dipakai untuk mengorganisasikan informasi sehingga dapat memberi
kemudahan bagi mereka untuk mempelajari konsep itu dengan cara
efektif, menganalisis, serta mengembangkan konsep.

Eggen dan Kauchak (2012: 218) menyatakan model pencapaian


konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa
dari semua usia mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka
tentang konsep dan mempraktikkan kemampuan berpikir kritis. Pada
model pembelajaran ini, siswa tidak disediakan rumusan suatu kosep,
tetapi mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh
yang memiliki penekanan-penekanan terhadap ciri dari konsep itu. Pada
pembelajaran peraihan konsep ini, guru menunjukkan contoh dan
noncontoh dari suatu konsep yang dibayangkan. Sementara siswa
membuat hipotesis tentang apa kemungkinan konsepnya, menganalisis
hipotesis-hipotesis mereka dengan melihat contoh dan noncontoh, yang
pada akhirnya sampai pada konsep yang dimaksud.

Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model


pembelajaran pencapaian konsep yaitu 1) menentukan tingkat pencapaian
konsep, dan 2) analisis konsep.

1. Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep


Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan
dari siswa sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan
tingkat perkembangan kognitif siswa. Ada siswa yang belajar konsep
pada tingkat konkret rendah atau tingkat identitas, ada pula siswa yang
mampu mencapai konsep pada tingkat klasifikatori atau tingkat formal.
2. Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan
untuk membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran
pencapaian konsep. Untuk melakukan analisis konsep guru hendaknya
memperhatikan beberapa hal antara lain:
 Nama konsep,
 Attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute variabel dari
konsep
 Definisi konsep,
 Contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, dan
 Hubungan konsep dengan konsep-konsep lain

Sintaks atau langkah-langkah penerapan model pencapaian konsep:

 Fase Kesatu: Penyajian Data dan Identifikasi Konsep


Pada tahap ini guru memberikan contoh-contoh dalam bentuk
penerapan konsep. Hal ini dilakukan memunculkan masalah dan
pemecahaannnya. Dalam kegiatan ini siswa harus dilibatkan secara
aktif kalau memungkinkan dalam pemberian contoh, dari konsep yang
diajarkan. Ini diperlukan agar para siswa dapat menjelaskan contoh
dari konsep yang sedang mereka pelajari.
Setelah contoh masalah dan pemecahannya dirasa sudah cukup,
para siswa disuruh kembali mengamati contoh-contoh itu untuk
membandingkan, serta menentukan ciri-ciri dan diminta menentukan
atau menurunkan definisi konsep.
Contoh Langkah-langkah kegiatan
guru, antara lain
 Guru mempresentasikan contoh-contoh yang sudah diberi nama
(berlabel),
 Guru meminta tafsiran siswa
 Guru meminta siswa untuk mendefinisikan
 Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain
 Siswa membandingkan contoh-contoh positif dan contoh-contoh
negatif,
 Siswa mengajukan hasil tafsirannya,
 Siswa membangkitkan dan menguji hipotesis,
 Siswa menyatakan suatu definisi menurut atribut essensinya
 Fase Kedua: Pengujian Pencapaian konsep

Pada tahap ini siswa disuruh mencari contoh yang berupa masalah
lain yang bisa diselesaikan dengan konsep, berdasarkan yang sudah
diidentifikasi. Contoh-contoh yang dikemukakan oleh para siswa
selanjutnya diinformasikan dengan definisi yang telah diidentifikasi
pada tahap satu.

Apabila pada tahap ini siswa belum mampu memberikan contoh


yang tepat, maka guru perlu mengarahkan siswa untuk dapat mencari
atau menentukan contoh yang tepat. Pedoman utama bagi siswa dalam
mengidentifikasi contoh ini ciri-ciri atau definisi yang sudah mereka
rumuskan.

Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain

 Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi contoh-contoh


tambahan yang tidak bernama,
 Guru menkonfirmasikan hipothesis, nama-nama konsep, dan
menyatakan kembali definisi menurut atribut essensinya,
 Guru meminta contoh-contoh lain
Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain
 Siswa memberi contoh-contoh
 Siswa memberi nama konsep,
 Siswa mencari contoh lainnya
 Fase ketiga: Analisis Strategi Berfikir

Pada tahap ini guru memberikan masalah baru dan menyuruh siswa
menyelesaikannya dengan menerapkan konsep. Disini guru mencoba
melepas para siswa bekerja sendiri, untuk menerapkan pengetahuan
tentang konsep.

Pada akhir ini siswa diwajibkan mengemukakan hasil yang


dikerjakan. Disini guru bersama-sama siswa menganalisis strategi
berfikir yang telah digunakan para siswa dalam menerapkan konsep
untuk memecahkan masalah.

Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain:


 Guru bertanya mengapa dan bagaimana
 Guru membimbing diskusi

Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain:


 Siswa menguraikan pemikirannya,
 Siswa mendiskusikan peran hipothesis dan atributnya,
 Siswa mendiskusikan berbagai pemikirannya

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Pencapaian konsep

Dalam pembelajaran model pencapaian konsep untuk membangun


sebuah konsep maka diharapkan siswa dapat mengingat kembali konsep
sebelumnya yang telah dipelajari sebelumnya serta dapat membangun
sebuah keterkaitan antara konsep yang baru dengan konsep sebelumnya.
Setiap model pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah memilki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk itu, diperlukan
kreativitas seorang pengajar untuk memilih salah satu jenis model
pembelajaran jika akan melaksanakan proses belajar mengajar di kelas
agar tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kesalahan dalam
memilih model pembelajaran akan menyebabkan pembelajaran tidak
efektif dan materi yang diajarkan sulit dimengerti oleh setiap peserta didik.

Berikut kelebihan dan kekurangan model pencapaian konsep menurut


(Widodo, 2001):

Kelebihan:
 Guru langsung memberikan presentasi informasi yang akan
memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari oleh
siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
 Concept attainment melatih konsep siswa, menghubungkannya pada
kerangka yang ada dan menghasilkan pemahaman materi yang lebih
mendalam.
 Concept attainment meningkatkan pemahaman konsep pengetahuan
siswa.
Kekurangan:
 Siswa yang mewakili kemampuan pemahaman rendah akan kesulitan
untuk mengikuti pelajaran, karena siswa akan diarahkan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan.
 Tingkat keberhasilan pembelajaran ditentukam oleh penyajian data
yang disajikan oleh guru.
4. Model Pembelajaran Role Playing
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktik
menempatkan diri mereka dalam peran-peran dan situasi yang akan
meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
mereka sendiri dan orang lain. Langkah pokok role playing antara lain:
 Memilih situasi bermain peran
 Mempersiapkan bermain peran
 Memilih peserta atau pemain peran
 Mempersiapkan penonton
 Memainkan peran (melaksanakan kegiatan bermain peran)
 Mendiskusikan dan mengevaluasi kegiatan bermain peran
Untuk implementasi role playing, yang harus dilakukan guru antara
lain:
 Menyajikan atau membantu siswa memilih situasi bermain peran yang
tepat.
 Membangun suasana yang mendukung, yang mendorong siswa untuk
bertindak “seolah-olah” tanpa perasaan malu.
 Mengelolah situasi bermain peran dengan cara yang sebaik-baiknya
untuk mendorong timbulnya spontanitas dan belajar.
 Mengajarkan keterampilan mengobservasi dan mendengarkan secara
efektif kemudian menafsirkan dengan tepat apa yang mereka lihat dan
dengarkan.

Langkah-langkah:
a) Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
b) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari
sebelum KBM.
c) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
d) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan
scenario yang sudah dipersiapkan.
f) Masing-masing siwa duduk dikelompoknya sambil memerhatikan
scenario yang sedang diperagakan.
g) Setelah dipentaskan masing-masing siswa diberikan kertas sebagai
lembar kerja untuk membahas.
h) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i) Guru memberikan kesimpulan secara umum.
j) Evaluasi
k) Penutup

Kelebihan:
 Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi.
 Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam situasi dan waktu yang berbeda.
 Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada
waktu melakukan permainan.
 Berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
 Sangat menarik bagi siswa sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias
 Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang
tinggi.
 Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan
dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri.
 Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan professional siswa
dan dapat menumbuhkan atau membuka kesempatan lapangan kerja.

Kekurangan:
 Metode bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang atau
banyak.
 Memerlukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun murid. Namun, tidak semua guru memilikinya.
 Kebanyakan siswa yang ditunjuk untuk pemeran merasa malu untuk
melakukan suatu adegan tertentu.
 Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran mengalami
kegagalan bukan saja dapat memberi kesan kurang baik tetapi
sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
 Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran IPS SD di kelas awal adalah suatu cara atau teknik
penyajian secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman proses
pembelajaran IPS terkhusus di kelas awal agar ter tercapai tujuan dari sebuah
pembelajaran. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi
pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini
mwenunjukkan bahwa setiap model yang akan digunakan dalam pembelajaran
menentukan perangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut. Istilah
model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi,
metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang
tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara
lain: rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya; landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai); tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai (Kardi dan Nur, 2000: 9).
Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan
dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada model pembelajaran yang paling
efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua materi.  Sebagai seorang
guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.
Adapun model pembelajaran yang kami rasa cocok dengan kelas awal, yaitu:
B. Saran
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu
selaku penyusun makalah ini, kami menerima kritik dan saran agar pembuatan
makalah kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER UTAMA

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembeljaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

SUMBER PENDUKUNG

http://abang-guru.blogspot.com/2016/09/ciri-ciri-dan-fungsi-model-
pembelajaran.html (diakses pada Rabu, 25 Maret 2020, pukul 11.03 WITA)

http://digilib.unimed.ac.id/20113/1/Fulltext.pdf (diakses pada Selasa, 24 Maret


2020, pukul 17.41 WITA)

http://nurkholifahhh17.blogspot.com/2016/12/makalah-model-pembelajaran-
ips.html (diakses pada Rabu, 25 Maret 2020, pukul 10.45 WITA)

https://www.zonareferensi.com/pengertian-pembelajaran/ (diakses pada Rabu, 25


Maret 2020, pukul 10.30 WITA)

Anda mungkin juga menyukai