Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Pembelajaran Tematik
“Analisis kurikulum pembelajaran terpadu (KTSP) dan kurikulum pembelajaran tematik
terpadu (k13), Alasan pengembangan KTSP, Identifikasi kesenjangan kurikulum 2006”

Dosen pengampu: Amirul Mukminin Al-Anwari, M.Pd.I

Disusun oleh :
Kelompok 1
Ulfa Yusra (204190202)
Rosida Lubis (204190099)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…………..…..2

ABSTRAK………………………………………………………………………………..…..3

BAB I PENDAHULUAN 3
Latar belakang……………………………………………………………….....…………… 3
Rumusan masalah…………………………………………………………………..………..4
Tujuan masalah………………………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………5
A. Analisis kurikulum pembelajaran terpadu (KTSP) dan kurikulum pembelajaran
tematik terpadu (K13)………………………………………………………...………….5
B. Elemen Perubahan Kurikulum 2013……………………………………………………6
C. Perubahan Implementasi untuk semua mata Pelajaran KTSP 2006 dan Kurikulum
2013………………………………………………………………………………………..8
D. PERBEDAAN ANTARA KTSP 2006 DAN KURIKULUM 2013……………………11
E. Analisis…………………………………………………………………………….…….12
F. Alasan Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP)………………………………………..….14
G. Identifikasi Kesenjangan Kurikulum 2006……………………………………………20

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………....24


KESIMPULAN………………………………………………………………………..…….24

2
ABSTRAK

Kurikulum sebagai seperangkat program pengajaran sebuah instusi pendidikan dimungkinkan


untuk dilakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terkait dengan hal ini,
dalam konteks Indonesia, Kementerian Pendidikan Nasional telah membuat perubahan
kurikulum beberapa kali, seperti, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (kurikulum
berbasis kelompok pelajaran) dan Kurikulum 2013 (kurikulum berbasis karakter). Perubahan
ini adalah bertujuan untuk mengembangkan kualitas pendidikan di negeri ini. Tulisan ini
membahas perbedaan antara KTSP 2006 dan Kurikulum Berbasis karakter 2013. Melalui
diskusi tersebut, ditemukan bahwa ada beberapa perbedaan antara kedua kurikulum ini dalam
banyak aspek dalam pelajaran yang dipetik, metode yang diterapkan, skala prestasi siswa, dan
tujuan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2006 adalah sebuah babak baru dalam perjalanan panjang pendidikan negeri
kita,Indonesia. Dimana dunia pendidikan mengalami reformasi besar-besaran dengan
diberlakukannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) yang memberikan otonomi dan
kewenangan yang begitu besar kepada sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan,
ujung tombak sisitem pendidikan negeri ini.Terlepas dari siap dan tidaknya bangsa ini
menerima perubahan kurikulum beserta perangkatnya, pelaksanaan KTSP tetap dilakukan.
Pro kontra pun terjadi, bahkan beberapa plesetan mengenai KTSP mulai bermunculan seperti
kurikulum KTSP, Kurikulum Tak Siap Pakai, dan banyak lagi.Beberapa pihak menyambut
baik kehadiran KTSP, namun tak jarang pula orang yang mencibir, acuh, dan pesimis terhadap
KTSP. Semua perubahan ini dianggap sama saja dengan perubahanperubahan sebelumnya,
betapa tidak Negara ini telah mengalami beberapa perubahan kurikulum yang bagi sebagian
pihak, hasilnya tetap sama saja.Rendahnya mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar
diperkuat pula oleh hasil kajian yang dilakukan oleh Blazelly, dkk (dalam Suderajat, 2004:2)
yang menyatakan bahwa: Pembelajaran di Indonesia cenderung sangat teoritik dan tidak
terkait dengan lingkungan dimana siswa berada.

3
Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajarinya di sekolah, guna
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan telah

mencabut peserta didik dari lingkungannya sehingga mereka menjadi asing di dalam
masyarakatnya sendiri.Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat sekolah dasar adalah dengan penerapkan suatu
model pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu atau integrated learning merupakan suatu
konsep yang dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa
bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Bermakna artinya
bahwa dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep yang lain
yang sudah mereka pahami.(Tim pengembang D-II dan S-2,1997:6).Pada dasarnya model
pembelajaran terpadu merupakan system pembelajaran yang memungkinkan siswa baik
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistic, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila
peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema tersebut, para siswa belajar
sekaligus melakukan proses dan siswa belajar berbagai mata pelajaran secara serempak.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis kurikulum pembelajaran terpadu(KTSP) dan kurikulum


pembelajaran tematik(K13)?
2. Apa alasan pengembangan KTSP?

3. Bagaimana identifikasi kesenjangan kurikulum 2016

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui bagaimana analisis kurikulumpembelajaran terpadu (KTSP) dan


kurikulum pembelajaran tematik (K13)
2. Mengetahui apa alasan pengembangan KTSP

3. Mengetahui bagaimana identifikasi kesenjangan kurikulum 2016

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Analisis kurikulum pembelajaran terpadu (KTSP) dan kurikulum pembelajaran


tematik terpadu (K13)

Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya kurikulum berbasis karakter 2013. Ini bermulaan
dengan serasehan yang diadakan oleh mantan kementerian Pendidikan Nasional pada tanggal
14 Januari 2010 dengan tema “Serasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya
Bangsa” di Hotel Budikara Jakarta. Peserta serasehan ini adalah para pakar pendidikan, tokoh
masyarakat, budayawan, rohaniawan, akademisi, birokrat, praktisi, pengelola pendidikan, dan
pihak-pihak lain hadir dalam acara tersebut. Pada akhir serasehan disepakati komitmen
pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai
proses pembudayaan. Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka disusunlah kurikulum 2013
yang merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 ini dirancang
berdasarkan landasan yuridis, landasan filosofis, landasan teoretis, dan landasan empiris.

1.Landasan Yuridis

Landasan Yuridis Kurikulum adalah Pancasila dan UUD 1945, UU No. 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang isi.

2.Landasan filosofis

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

3.Landasan Teoritis

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori
pendidikan berbasis kompetensi.

5
4.Landasan empiris

Kurikulum merupakan proses totalitas pengalaman peserta didik di satu satuan jenjang
pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. 1

B. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Pada kurikulum 2013, terdapat beberapa elemen perubahan, antara lain Elemen Perubahan

Kompetensi kelulusan, elemen Perubahan pada Kedudukan mata pelajaran (isi), Pendekatan
(isi), struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) isi, Proses pembelajaran,
Penilaian hasil Belajar, dan Ekstra kurikuler. Elemen Perubahan :

a. Kompetensi Lulusan

Kompetensi lulusan terjadinya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (mulai dari SD,SMP,
SMA, dan SMK).

b. Kedudukan Mata Pelajaran (Isi)

Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang
dikembangkan melalui Kompetensi.

c. Pendekatan

Kompetensi dikembangkan melalui :

1) Untuk SD: dikembangkan melalui Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran.
2) Untuk SMP: dikembangkan melalui mata Pelajaran.

3) Untuk SMA: dikembangkan melalui mata pelajaran.

4) Untuk SMK ; dikembangkan melalui Vokasinal. 2

1
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), 3-4
2
Zainal Arifin, Konsep dan Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 17

6
d. Pada Struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu)

1) Untuk SD: Holistik berbasis Sains (alam, sosial, dan budaya. Jumlah mata pelajaran dari
10 jam menjadi 6 jam. Jumlah Jam pelajaran berubah menjadi 4 jam/minggu akibat dari
perubahan pendekatan pembelajaran.

2) Untuk SMP: TIK menjadi Media semua mata pelajaran. Pengembangan diri terintegrasi
pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler. Jumlah mata pelajaran berubah dari 12
menjadi 10. Jumlah jam bertambah 6 jam/minggu akibat dari perubahan pendekatan
pembelajaran.
3) Untuk SMA: Perubahan sistem: ada mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan.
Terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa. Jumlah jam bertambah 1
jam/minggu akibat dari perubahan pendekatan.
4) Untuk SMK: Penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan ( 6 program
keahlian, 40 bidang keahlian, dan 121 kompetesi keahlian). Pengurangan adaptif dan
normatif, penambahan produktif.
Produktif disesuaikan dengan perkembangan di Industri.

e. Pada Proses Pembelajaran

1) Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi,elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi
dengan mengamati, menanyakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
2) Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
3) Guru bukan satu-satunya sumber belajar,Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui
contoh dan teladan.
4) Proses Pembelajaran dilakukan melalui :

Untuk SD: melaui Tematik

Untuk SMP: IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu.

Untuk SMA: Adanya mata pelajaaran wajib dan pilihan sesuai dengan minat.

Untuk SMK: Kompetensi keterampilan sesuai dengan standar industri.

7
f. Pada Penilaian hasil belajar

1) Penilaian berbasis kompetensi.

2) penilaian melalui tes (mengukur semua kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja),
menuju penilaiabotentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil).

3) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu penilaian hasil belajar didasarkan pada
posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal),
4) Tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi Inti dan SKL.
5) Mendorong pemanfaatan fortofolio yang dibuat oleh siswa sebagai instrumen penilaian.
g. Ekstrakurikuler

1)Untuk SD : Pramuka (wajib), UKS, PMR, Bahasa Inggris

2)Untuk SMP: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dll.

3) Untuk SMA: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dll.

4) Untuk SMK: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dll.3

C. Perubahan Implementasi untuk semua mata Pelajaran KTSP 2006 dan


Kurikulum 2013
KTSP 2006:

a. Materi disusun untuk memberi pengetahuan untuk siswa.

b. Pendekatan pembelajaran adalah siswa diberitahu tentang materi yang harus yang
harus dihafal (siswa diberitahu).
c. Penilaian pada pengetahuan melalui ulangan dan ujian.

Kurikulum 2013 :

a. disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

3
Ibid²

8
b. Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan, hasilnya melalui
pemanfaatan berbagai sumber belajar (siswa mencari tahu).
c. Penilaiaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
berdasarkan fortofolio.

Strategi Pembelajaran Menurut KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 KTSP 2006 :

Pengetahuan Sosial disajikan :

1. Materi Ilmu disajikan terpisah menjadi geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi.


2. Tidak ada platform, semua kajian berdiri sejajar.
3. Diajarkan oleh guru berbeda (team teaching) dengan sertifikasi berdasarkan mata
kajian.
Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris:

1. Materi yang diajararkan ditekankan pada tata bahasa dan struktur bahasa.

2. Siswa tidak dibiasakan membaca dan memahami teks yang disajikan.

3. Siswa tidak dibiasakan menyusun teks, yang sistematis, logis dan efektif.

4. Siswa tidak dikenalkan tentang aturan-aturan teks yang sesuai dengan kebutuhan.

5. Kurang menekankan pada pentingnya ekspresi dan spontanitas dalam bahasa.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan:

1. Materi disajikan berdasarkan empat pilar dengan pembahasan yang terpisah-pisah.

2. Materi disajikan berdasarkan pasokan yang ada pada empat pilar kebangsaan.

3. Tidak pada penekanan pada tindakan nyata sebagai warga negara yang baik.

4. Pancasia dan kewarganegaraan disajikan sebagai pengetahuan yang harus dihafal.

Matematika :

1. Langsung masuk ke materi abstrak.

2. Banyak rumus yang harus dihafal untuk menyelesaikan permasalahan (hanya bisa
menggunakan).

9
3. Permasalahan matematika selalu diasosiasikan dengan (direduksi menjadi) angka.

4. Tidak membiasakan siswa untuk berfikir kritis (hanya mekanistis).

5. Metode penyelesaian masalah tidak terstruktur.

6. Data dan statistik dikenalkan pada kelas IX saja.


4
7. Matematika adalah eksak.

Kurikulum 2013.

Pengetahuan Sosial :

1. Materi disajikan terpadu, tidak dipisahkan dalam kelompok geografi, sejarah,


ekonomi, sosiologi.
2. Mengenalkan geografi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian
dan kegiatan terikat dengan lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya
konektivitas ruang dalam memperkokoh NKRI.Kajian sejarah, sosiologi, budaya dan
ekonomi disajikan untuk mendukung konektivitas yang lebih kokoh.
3. Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian
tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang
selanjutnya. Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris
1. Materi yang diajarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan.
2. Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks serta meringkas dan
menyajikan ulang dengan bahasa sendiri.
3. Siswa dibiasakan menyusun teks yang sesuai sehingga sistematis, logis, dan efektif
melalui latihan-latihan penyusunan teks.
4. Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam
proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi dan kondisi: apa, siapa, dimana).
5. Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan pengetahuannya dengan
bahasa yang menyakinkan secara spontan. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan
6. Materi disajikan tidak berdasarkan pada pengelompokan menurut empat pilar
kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar pembentukan karakter bangsa.

4
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013), 52

10
7. Materi disajikan berdasarkan kebutuhan untuk menjadi warga negara yang
bertanggungjawab (taat norma, asas, dan aturan).
8. Adanya kompetensi yang dituntut dari siswa untuk melakukan tindakan nyata sebagai
warga negara yang baik.
9. Pancasila dan kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan, tetapi ditunjukkan melalui
tindakan nyata dan sikap keseharian.
Matematika
1. pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi
permasalahan.
2. Rumusan diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus dapat
dikerjakan siswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak hanya bisa
menggunakan tetapi juga memahami asal usulnya).
3. Perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka (gambar, grafik, pola,
dsb).
4. Dirancang supaya siswa harus berfikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan yang
diajukan.
5. Membiasakan siswa berfikir algoritmis.
6. Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data, dan statistik sejak kelas VII
serta materi lain sesuai dengan standar internasional.
5
7. Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan.

D. PERBEDAAN ANTARA KTSP 2006 DAN KURIKULUM 2013

KTSP 2006

1. Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu. Untuk semua jenjang.

2. Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi sendiri. Untuk
semua jenjang.

3. Bahasa Indonesia sejajar dengan Mapel lain. Untuk jenjang SD.

4. Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda. Untuk semua
jenjang.

5
Ibid⁴

11
5. Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan dengan terpisah (separated curriculum).
Untuk jenjang SD.

6. Tematik untuk kelas I-III (belum integrated). Ini khusus untuk jenjang SD.

7. TIK adalah mata pelajaran tersendiri. Ini khusus untuk jenjang SMP.

8. Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan. Untuk jenjang SMP/SMA/SMK.

9. Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI. Untuk jenjang SMA.

10. SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi. Untuk SMA dan SMK.

11. Penjurusan di SMK sangat detil (sampai keahlian). Untuk SMK.


Kurikulum 2013

1. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi. Untuk semua jenjang.

2. Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi yang
diikat oleh kompetensi inti tiap kelas. Untuk semua jenjang.
3. Bahasa Indonesia sebagai penghela Mapel lain (sikap keterampilan berbahasa).Untuk
jenjang SD.
4. Semua mata pelajaran diajarkan terkait dan terpadu dengan pendekatan yang sama
(saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, dan menalar,...Untuk semua
jenjang.
5. Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain (
cross curriculum atau integrated curriculum). Untuk jenjang SD.
6. Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan konten penggerak mata
pelajaran lainnya. Untuk jenjang SD.
7. Tematik untuk kelas I – VI. Untuk jenjang SD.

8. TIK merupakan sarana pembelajaran. Untuk Jenjang SMP.

9. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge. Untuk jenjang
SMP/SMA/SMK.
10. Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat. Untuk SMA dan SMK.

12
11. SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasardasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.Untuk SMA dan SMK.
12. Penjurusan di SMK tidak terlalu detil (sampai bidang studi), di dalamnya terdapat
6
pengelompokan pembelajaran dan pendalaman, Untuk jenjang SMA dan SMK.
E. ANALISIS

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kurikulum 2013 lebih menekankan
padaintegrated curriculum. Pendekatan ini mirip dengan Major approach to learning with a
cognitive approach yang dikemukakan oleh Steppen N. Elliot. Dia menyatakan model
pendekatan ini memiliki 3 ciri, antara lain: Pertama, belajar haruslah meaningful (bermakna);
Kedua, belajar haruslah discovery learning (belajar mendapatkan penemuan, cari tahu);
Ketiga, belajar haruslah construtivism (belajar secara konstruktif menurut teori
constructivism).
Selain itu, pada banyak hal pendekatan implementasi pembelajaran pada kurikulum 2013
senada dengan pendekatan Thinking Skills and problem solving (Keterampilan berfikir dan
pemecahan masalah) yang disebutkan Steppen N. Elliot, dimana menurutnya dalam
pembelajaran dengan pendekatan tersebut DUPE MODEL dapat diterapkan. Model Dupe
ini memiliki kriteria:

Pertama, Defining the nature of the problems (Memberi batasan tentang hakekat masalah).
Kedua, Understanding the nature of the problems (memahami hakikat masalah). Ketiga,
Planning the solution (rencanakan pemecahan masalah). Keempat, Evaluating the solution
(evaluasi pemecahan masalah).
Ini berarti bahwa kurikulum 2013 menekankan konsep, teori, dan dimensi paedagogik
modern dalam pembelajaran secara saintifik yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
Menurut Ali Modofir, Kurikulum 2013 menggunakan konsep scientific (ilmiah) dengan
ciriciri sbb: Pertama, materi pembelajaran berbasis pada fakta serta fenomena yang dapat
dijelaskan secara logis atau penalaran tertentu; bukan terbatas pada kira-kira, khayalan,
lagenda, atau dongeng semata. Kedua, penjelasan guru dan respon siswa dan interaktif guru
terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif atau penalaran menyimpang
dari alur berfikir logis. Ketiga, mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis,
analitis dalam mengindentifikasikan, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan

6
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Bandung : Jemmars, 1982), 5

13
teori pembelajaran. Keempat, mendorong dan menginspirasi siswa mampu berfikir hipotetik
dalam melihat perbedaan dan kesamaan serta tautan satu sama lain. Kelima, mendorong dan
menginspirasikan siswa mampu memahami dan menerapkan serta mengembangkan pola
berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Keenam, berbasis
pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketujuh, tujuan
pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Kedelapan, proses pembelajaran menyatukan tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.Kesembilan, kurikulum 2013 menekankan pada dimensi paedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Lebih jauh lagi Ali Mudiofir
menyebutkan bahwa ada beberapa persamaan antara konsep akhlak dan karakter yang
merupakan ciri khas dari kurikulum 2013 yang bebasis karakter. Persamaannya adalah:
Pertama,sama-sama membicarakan baik dan buruk. Kedua, samasama menjadikan jiwa / nafs
/ suma (perpaduan akal dan kalbu). Ketiga, sama-sama membuka hal tidak tampak (bathiniah).
Sedangkan perbedaan antara akhlak dan karakter adalah: Pertama, akhlak merupakan kajian
dari ilmu agama, sementara karakter menjadi kajian ilmu budaya. Kedua, Akhlak sumbernya
wahyu, sementara karakter sumbernya akal/budaya masyarakat setempat. Dari uraian di atas
maka terlihat bahwa Kurikulum 2013 pada dasarnya sangat aktual diterapkan dalam konteks
Indonesia kontemporer. Hanya saja agar kurikulum ini bisa terlaksana dengan sukses, maka
diperlukan penyiapan perangkat-perangkat yang diperlukan dengan sebaik-baiknya.

F. Alasan Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP)

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan


untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

14
1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan
karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,
dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
4. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang
efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan
kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan
masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah.
Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan
dalam megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

a. Isi Kurikulum KTSP

Standanr isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalaam
criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tententu. Standar isi memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum
tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan.

1. Kerangka Dasar Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rncana dan pengetauan mengenai tujuan, kompetensi dasar,
materi standard an hasil belajar serta cara yan digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada penjang pendidikan dasar dan meenngah terdiri
atas :

15
a) Kelompok mata pelajaran Kelompok mata pelajaran agama dan akhak mulia yang
dilaksanakan melalui kegiatan keagamaan, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu
pengetahuan dan teknologi , estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang dilaksanakan
melalui kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya serta
pendidikan jasmani.
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilaksanakan melalui
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan, kejurusan teknologi informasi dan komunikasi serta muatan local yang
relevan.
d) Kelompok mata pelajaran estetika :yang dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, seni,
dan budaya, keterampilan dan muatan local yang relevan.
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan: yang dilakukan melalui
kegiatan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan , ilmu pengetahuan alam, dan
muatan local yang relevan 7
2. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata
pelajaran pada setiap satuan pedidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.
Kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan kopetensi lulusan.

b. Landasan Kurikulum KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan


pemerintah sebagai berikut

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas

Dalam Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Satandar Nasional Pendidikan (SNP)


teridiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana
dan berkala. SNP digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,

7
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,(Remaja Rosdakarya, 2004), 103

16
sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional
pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh
suatu badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang standar Nasional
Pendidikan (SNP). SNP merupakan criteria minimal tentang system pendidikan di seluruh
wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam peraturan tersebut dikemukakan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa
KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi
lulusan (SKL) dan standar isi.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang standar isi untuk
satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup
lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 23 Tahun 2006 mengatur Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kopetensi Lulusan meliputi standar
kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi
lulusan minimal mata pelajaran dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang
akan bermuara pada kompetensi dasar.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 mengatur tentang pelaksanaan
SKL Standar isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan pendidikan dasar dan
menengah mengembangkan dan menetepkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan, berdasarkan pada:
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentnag Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai

17
dengan PAsal 38, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan pasal 5 sampai dengan pasal 18 dan pasal 25 sampai pasal 27, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah 8

c. Kelebihan dan Kekurangan KTSP

1. Kelebihan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


1) Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum
di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak
melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan
lokal.
2) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
3) KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling
dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat
mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.
4) KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut
ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
5) KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
6) Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
7) Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan
siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.
8) Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman,
kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan
masyarakat sekitar.

8
Ibid⁷

18
9) Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan,
kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
10) Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan
yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan.
11) Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan tingkat
pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan
standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum.
12) Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan mengembangkan
silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah
kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar
sekolah.
13) Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar siswa.
14) Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
15) Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah,
masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
16) Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
17) Berpusat pada siswa.
18) Menggunakan berbagai sumber belajar.
19) kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan 9

· 2. Sedangkan kelemahan dari kurikulum KTSP adalah


1) Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan
satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
2) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP .
3) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan

9
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), 3-4

19
4) Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban
mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan
profesi.

d. Alasan Digunakannya KTSP

Alasan digunakannya kurikulum ktsp karena adanya perkembangnya pemikiran akan


pentingnya kemandirian dalam segala aspek kehidupan sebagai wujud demokrasi. Hal inilah
yang menjadi semangat lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang otonomi
daerah, termasuk di dalamnya otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan.Pola sentralistik
yang digunakan pada masa orde baru terbukti kurang efektif dalam membangun sistem
pendidikan kita, sehingga diperlukan pola desentralistik.

Kondisi geografis Indonesia yang begitu luas serta penduduk yang banyak tidak dapat
dikelola dengan baik jika hanya oleh pemerintah pusat. Daerah memiliki peluang yang cukup
luas untuk menentukan kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Implikasi dari kebijakan desentralisasi itu di
antaranya berkaitan dengan kurikulum sebagai komponen yang sangat penting dalam
pendidikan.

Desentralisasi kurikulum, terutama dalam kaitannya dengan pengembangan silabus dan


rencana pelaksanaan pembelajaran yang didukung oleh manajemen berbasis sekolah,
memungkinkan setiap sekolah untuk merancang dan mengembangkan pembelajaran yang
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah
masingmasing. 10

G. Identifikasi kesenjangan Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia indsutri,
sudah tidak bisa mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Soleh
Hidayat 2013: 126 Kurikulum 2006 memiliki Kesenjangan, sebagai barikut :

10
Ibid⁹

20
a. Kompetensi Lulusan

Sikap belum mencerminkan karakter mulia, keterampilan belum sesuai kebutuhan


dan pengetahuan-pengetahuan lepas. Idealnya, Kompetensi lulusan hendaknya
berkarakter mulia, memiliki ketrampilan yang relevan dan pengetahuan-
pengetahuan terkait.
b. Materi Pembelajaran Materi yang tercantum dalam kuriulum tingkat satuan
pendidikan belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan, beban belajar
terlalu cepat, terlalu luas dan kurang mendalam. Idealnya, materi pelajaran
hendaknya relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan, memuat material esensial
dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
c. Proses Pembelajaran Dalamproses pembelajaran masih berpusat pada guru teacher
center learning, sifat pemebelajaran yang berorientasi pada buku teks dan buku
teks 56 hanya memuat materi bahasan. Idealnya, Pembelajaran yang bermutu
adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student centered
active learning.
d. Penilaian Penilaian yang dilakukan guru masih menekankan aspek kognitif dan tes
menjadi cara penilaian yang dominan. Idealnya, penilaian seyogyanya
komprehensif dengan menekankan pada aspek kognitif, afektis, psikomotorik
secara proporsional.
e. Pendidikan dan Guru Pendidik dan guru baru memenuhi komptensi profesi saja
dan terfokus pada ukuran kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. Idealnya,
Pendidik dan Tenaga Kependidikan memenuhi kompetensi profesi, pedagogi,
sosial dan personal.

f. Pengelolaan Kurikulum Satuan pendidikan mempunyai kebebasan dalam


pengelolaan kurikulum. Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan
menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pedidikan,
kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah. Idealnya, dalam pengelolaan
kurikulum hendaknya pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki kendali
terhadap kualitas dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

21
Dalamkurikulum 2006 KTSP memiliki kelemahan, maka dari itu diperlukannya
perubahan. Kelemahan yang dimiliki Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan, yaitu:

1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan
banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya
meliputi tingkat perkembangan usia anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi,
misi dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum
sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat,
seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode
pembelajaran kontruktifisik, keseimbangan sof skills and hard skills, serta jiwa
kewirausahawan, belum terakomodisi di dalam kurikulum.
5. Kurikulum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang
rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berjuang
dan pembelajaran berpusat pada guru.
7. Penilaian menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum
11
tegasmemberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.

Kesenjangan Kurikulum 2006 KTSP KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL

1. Kompetensi Lulusan

1) Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter

2) Berkarakter Mulia

3) Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan


4) Keterampilan yang relevan
5) Pengetahuan-pengetahuan lepas
6) Pengetahuan-pengetahuan terkait.

11
Oemar Hamalik, Menejemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 369

22
2. Materi Pembelajaran

1) Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

2) Relevan dengan kompetensi yang dibutuhka3. Beban belajar terlalu berat

3) Materi esensial

4) Terlalu luas kurang mendalam

5) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

3. PROSES PEMBELAJARAN58

1) guru Berpusat pada

2) Berpusat pada peserta didik

3) Proses pembelajaran berorientasi pada buku teks

4) Sifat pembelajaran yang kontekstual

5) Buku teks hanya memuat materi balasan

6) Buku teks memuat materi dan prses pembelajaran, sistem penilian serta kompetensi
yang diharapkan

4. Penilaian

1) Menekankan aspek kognitif

2) Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional

3) Tes menjadi cara penilian yang dominan

4) Penilaian tes portofolio saling melengkapi

5. Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

1) Memenuhi kompetensi profesi saja

2) Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal

3) Fokus pada ukuran kinerja PTK

4) Motivasi mengajar

23
6. Pengelolaan Kurikulum

1) Satuan pendidikan mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum


2) Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan
kurikulum ditingkat satuan pendidikan
3) Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa
mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan
potensi daerah.
4) Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan mempertimbangkan
kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah 5)
Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran.
5) Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan
pedoman.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya. Kurikulum


2013 ini dirancang berdasarkan landasan yuridis, landasan filosofis, landasan teoretis, dan
landasan empiris. Pada kurikulum 2013, terdapat beberapa elemen perubahan, antara lain
Elemen Perubahan Kompetensi kelulusan, elemen Perubahan pada Kedudukan mata pelajaran
(isi), Pendekatan (isi), struktur Kurikulum (Mata Pelajaran dan alokasi waktu) isi, Proses
pembelajaran, Penilaian hasil Belajar, dan Ekstra kurikuler. Elemen Perubahan.

Kurikulum 2013 pada dasarnya sangat aktual diterapkan dalam konteks Indonesia
kontemporer. Hanya saja agar kurikulum ini bisa terlaksana dengan sukses, maka diperlukan
penyiapan perangkat-perangkat yang diperlukan dengan sebaik-baiknya.

24
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masingmasing satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi
dan kompetansi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pengambangan KTSP deserahkan kepada para pelaksana pendidikan (guru, kepala sekolah,
komite sekolah, dan dewan sekolah)untuk mengembangkan berbagai kompetensi pendidikan
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) pada setiap satuan pendidikan di sekolah dan daerah
masing-masing. Menurut Soleh Hidayat 2013: 126 Kurikulum 2006 memiliki Kesenjangan,
sebagai barikut : Kompetensi Lulusan, Materi Pembelajaran, Proses Pembelajaran ,Penilaian,
Pendidikan, Pengelolaan Kurikulum

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek


(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), 3-4

Zainal Arifin, Konsep dan Pengembangan Kurikulum


(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 17

Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013), 52pengembangan
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Bandung : Jemmars,
1982), 5

25
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek,(Remaja Rosdakarya, 2004), 103

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek


(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), 3-4

Oemar Hamalik, Menejemen Pengembangan Kurikulum,


(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 369

26

Anda mungkin juga menyukai