Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan hal penting dalam membangun peradaban bangsa. Sumber


daya yang berkualitas akan mulai terbangun Ketika sistem Pendidikan berkembang.
Diperlukan model pendidikan yang tidak hanya mampu menjadikan siswa cerdas dalam
teoritical science (teori ilmu), tetapi juga cerdas practical science (praktik ilmu). Menurut UU
No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. dalam buku yang ditulis oleh abdulrohman dan mulyono (2018:23) mengatakan
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni:
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak.
Pendidikan juga sarana menambah wawasan dan dapat mengasah kemampuan untuk
memecahkanan masalah, Begitu sangat pentingnya Pendidikan ditamankan mulai sejak dini.

Pendidikan merupakan suatu hal yang harus didapat bagi setiap manusia. Di dalam
Pendidikan ada peran guru dan peran peserta didik yang melakukan suatu proses
pembelajaran. Menurut Susanto (2013:177), Pengertian pembelajaran merupakan perpaduan
dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih
dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi,
istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar . Pembelajaran adalah
proses interaksi antara guru dan peserta didik untuk membantu peserta didik melakukan
kegiatan yang membuahkan hasil belajar yang optimal dan maksimal.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Wirda


(2020: 7) Hasil belajar siswa merupakan salah satu alat ukur untuk melihat pencapaian
seberapa jauh siswa menguasai materi pelajaran yang telah di sampaikan oleh guru.
Suprijono (2015:5) mengatakan bahwasannya hasil belajar adalah pola pola, perilaku, nilai
nilai, pengertian pengertian, sikap sikap,apresiasi dan keterampilan. Menurut wirda dkk
(2020:5-6) hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. hasil belajar merupakan pencapaian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari hasil
belajar guru bisa melihat perkembangan atau pertumbuhan akademik peserta didik.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 17 januari 2023 di sekolah
SDN 2 Pandanmulyo khususnya kelas II peneliti memperoleh informasi bahwa hasil belajar
IPA kelas II tergolong rendah. Hal ini di buktikan dengan banyaknya siswa yang memiliki
nilai belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), KKM pada mata pelajaran IPA
adalah 70. Berikut data ulangan harian siswa kelas II; untuk nilai di bawah KKM ada 9 siswa
dan nilai di atas nilai KKM ada 6 siswa. Bisa kita lihat dari data ulanagan harian kelas II
tersebut bahwa hasil belajar pada pembelajaran IPA kelas II dikatakan belum berhasil.

Di tinjau dari observasi yang peneliti lakukan dikatakan belum berhasilnya


pembelajaran terdapat faktor eksternal yaitu dari guru kelas, kendalanya yaitu guru kelas
tersebut belum sepenuhnya menguasai dan memahami siswa kelas II selain itu penerapan
model pembelajaran yang di gunakan guru tersebut kurang sesuai dengan kondisi siswa
karena pada saat itu. dilihat dari hasil observasi siswa kelas II kurang semangat saat proses
pembelajaran dan sangat kurang berantusias pada pembelajaran. Untuk mengatasi masalah
dalam kegiatan belajar di SDN 2 Pandanmulyo khususnya kelas II diperlukan solusi
alternatif, salah satu solusi yang cocok digunakan untuk masalah ini yaitu pembaruan model
pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran cooperative learning dengan
mengunakan tipe studentteams achievement division (STAD).

Model cooperatif learning merupakan model yang melibatkan seluruh siswa. Model
yang bersifat aktif, inovatif dan meneyenangkan bagi siswa. bakhtiar (2016:311), mengatakan
Model cooperatif learning tipe student teams achiviement division (STAD) memberi
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana kondusif untuk siswa mengembangkan nilai,
sikap dan keterampilan sosial bagi kehidupan masyarakat. Peran guru bukan lagi sebagai satu
satunya nasarumber pembelajaran melainkan berperan sebagai mediator, fasilitator dan
manajer pembelajaran. Aplikasi paling sederhana dari pembelajaran cooperative adalah
model STAD. Seperti yang di utarakan oleh salvin (2015:143) STAD merupakan salah satu
model pembelajaran koopertif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik
untuk pemula bagi para guru yang baru mengunakan pendekatan cooperatif.

Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin
dan suku. Menurut Hasanah dan Himami, (2021:68-69) Model STAD Guru yang menyajikan
pembelajaan dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes
tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Dapat
di simpulkan STAD merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan interaksi siswa
dan sifat saling membantu guna untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut ada
beberapa penelitian yang menerapkan model cooperatif learning tipe studentteams
achievement division pada proses pembelajaran:

Salah satunya yang pertama, penelitian yang di lakukan oleh Fera Indah Rukmana,
jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas islam negri sulthan thaha
saifudin jambi 2020 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievment Division) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Tematik Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievment
Division) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Peningkatan aktifitas belajar siswa dapat di diukur dari evaluasi siklus I, dan siklus II. dengan
nilai aktifitas belajar siswa pada siklus I sebesar 60% dan siklus II 90%. Sedangkan
peningkatan hasil keaktifan siswa dapat diukur dari setiap siklusnya, keaktifan siswa pada
siklus I sebesar 60% dengan kategori ‟cukup aktif” dan keaktifan siswa pada siklus II sebesar
85% dengan kategori ‟sangat aktif”. Dengan demikian hasil penelitian di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi telah tercapai denganbaik.

Selanjutnya penelitian yang ke dua, penelitian yang di lakukan oleh Fajar dwi
yatmoko,jurusan Pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan
universitas shanata dharma Yogyakarta 2018 dengan judul penerapan model pembelajran
koomperatif tipe STAD untuk meningkatkan Kerjasama dan hasil belajar matematika materi
volume dan balok kelas V SD, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kerjasama dan hasil
belajar siswa meningkat selama proses pembelajaran melalui pengunaan model pembelajaran
komperatif tipe STAD. Peningkatan ini dapat dilihat dari kopndisi awal Kerjasama siswa
dengan skor rata rata 55 (rendah) pada skiklus I meningkatkan menjadi 64 (cukup) kemudian
pada siklus ke II meningkat menjadi 78 (tinggi); (3)penerapanmodel pemeblajaran
koomperatif tipe STAD dapat meningkat hasil belajar siswa sebesar 59.00dengan presentase
pencapaian KKM sebesar 36,18% pada skiklus I meningkat menjadi67,67 dengan presentase
KKM 63,33% dan pada siklus II meniingkat menjadi 76,33 dengan presentase pencapaian
KKM sebesar 83,33%
Kemudian ada lagi yang ketiga, penelitian yang dilakukan oleh yesi komalasari prodi
Pendidikan guru madrasah ibtidayah jurusan tarbiyah sekolah tinggi agama islam negeri
(STAIN) jurai siwo metro 2016 dengan judul penerapan model pemebelajaran koomperatif
tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajran PKn
kelas IV SDN 2 Karyamukti. Berdasakan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan
penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
suswabkelas IV SDN 2 Karyamukti terhadapa materi globalisasi dan kebudayaan Indonesia
pada era globalisasi pada siklis I hasil belajar siswa mencapai ketuntasan 71,43% pada siklus
II mencapai 95,24%. Dilihat dari skor N-Gain pada siklus I sebesar 0,19% dengan kategori
N_Gain sroce sedan. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
koomperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran
PKN.

Berdasarkan keunggulan yang dimiliki model pemebelajaran cooperatif

learning dan di dukung juga oleh penelitian penelitian yang relevan maka peneliti
mengambil penelitian Tindakan kelas dengan judul: “penerapan model pembelajaran
cooperatif learning tipe studentteams achievement division (STAD) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada sub materi wujud benda kelas II di SDN 2 Pandanmulyo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat di kemukakan perumusan


masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana cara menerapkan model pembelajaran cooperatif learning tipe


studentteams achievement division (STAD) untuk dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas II SDN 2 Pandanmulyo
b. Apakah penerapan model pemebelajaran cooperatif learning tipe studentteams
achievement divisio (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN 2
Pandanmulyo

C. Tujuan dan manfaat penelitian

a. Tujuan penelitian
a. mengetahui Langkah atau cara menerapkan model pembelajran cooperative
learning tipe studentteams achievement division (STAD) di kelas II SDN 2
pandanmulyo
b. mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan
model pembelajaran cooperatif learning tipe studentteams achievement
division (STAD) di kelas II SDN 2 Pandanmulyo

b. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan memeberi manfaat di antara lain:

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian in diharap dapat memperkaya wawasan dan


mengembangkan pengetahuan dalam dunia Pendidikan khususnya dalam aspek
model pembelajaran

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, untuk mengurangi kejenuhan dalam proses pemebelajaran


sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pemebelajaran IPA.
b. Bagi guru, agar dapat memperkaya atau memperluas model
pemebelajaran di kelas II khususnya pembelajaran IPA
c. Bagi sekolah, untuk memeberikan sumbangan pemikiran yang positif
terhadap kemajuan sekolah untuk meningkatkan kualitas siswanya,
serta menambah keilmuan baru bagi sekolah sehingga dapat
mengunakan modelpemebelajarn koomperatif tipe STAD dalam
proses pembelajaran.
D. Batasan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang perlu adanya pembatasan masalah untuk


memfokuskan pada objek penelitian. Penelitian ini hanya di batasi pada

a. peneliti hanya meneliti pada peningkatan hasil belajar siswa


hasil belajar merupakan alat ukur untuk melihat pencapaian belajar seberapa jauh
siswa dapat menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.
b. model yang di gunakan cooperative learning
Model pembelajaran cooperative adalah model pembelajaran yang melibatkan
sejumblah kelompok- kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, yaitu
terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki
laki dengan latar belakang unik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja
sama mempelajari materi pelajaran agar belajar terjadi secara maksimal
c. STAD
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan empat orang atau lebih dan
merupakan campuran menurut kinerjanya,jenis kelamin dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswamodel cooperative tipe student teams
achiviemen division

d. materi yang digunakan IPA, pada sub bab wujud benda pada kelas II SDN 2
Pandanmulyo.

Anda mungkin juga menyukai