Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game

Tournament (TGT) Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa


Kelas XI Sma Negeri 6 Jeneponto

Agustina

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Makassar

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian yang didalamnya terkait dengan masalah kurangnya
kemampuan pemahaman matematis siswa. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ada atau tidak pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa kelas XI SMA Negeri
6 Jeneponto. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Adapun jenis
penelitian yang digunakan adalah Pre-eksperimen dengan menggunakan desain penelitian
One Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
Mipa SMA Negeri 6 Jeneponto dan sampel penelitian yang digunakan adalah 50% dari
jumlah siswa keseluruhan kelas yang terpilih. Instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi keterlaksanaan dan lembar tes ( pretest dan posttest).
Teknik pengumpulan data dalam penenelitian ini menggunakan tes dan lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe TGT, Kemampuan pemahaman matematis

Pendahuluan

Belajar matematika pada dasarnya ialah belajar mengenai konsep. Dalam mempelajari
matematika konsep-konsep menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling keterkaitan. Belajar
matematika berhubungan dengan konsep yang tersusun secara terstruktur, dan untuk
mempelajari suatu konsep yang berdasarkan pada konsep yang lain, seseorang perlu
memahami lebih dahulu konsep prasyarat sebelumnya, karena tanpa memahami konsep
prasyarat sebelumnya tidak mungkin seseorang tersebut memahami konsep yang baru dengan
baik. Jadi jika siswa telah melewati tahap menguasai pemahaman konsep maka akan lebih
mudah untuk ketahapan berpikir matematika ke tingkat yang lebih tinggi (Hudoyo,
1990).Matematika juga dikenal sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis dalam arti bahwa
bagian-bagian matematika tersusun secara hierarkis dan terjalin dalam hubungan fungsional
yang erat (Sulaeman & Ismah, 2017).
Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran matematika. Materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai
hapalan, melainkan untuk dipahami agar siswa dapat lebih mengerti konsep materi yang
diberikan. Matematika merupakan mata pelajaran yang terdiri dari materi-materi yang saling
berkaitan satu sama lain. Untuk mempelajari suatu materi, dibutuhkan pemahaman mengenai
materi sebelumnya atau materi prasyarat. Pemahaman berasal dari kata paham yang dalam
kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “mengerti benar” (Novitasari, 2015).
Pemahaman dapat diartikan kemampuan untuk menangkap makna dari suatu konsep.
Pemahaman juga dapat merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi dengan
perkataan sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 oktober 2021yang dilakukan di SMA
Negeri 6 Jeneponto di Jalan Pahlawan Tolo Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto dengan
guru matematika, informasi yang didapatkan bahwa terdapat 10 orang dari 34 siswa yang
paham tentang materi yang disampaikan selebihnya siswa masih kurang mampu memahami
matematika di sekolah khususnya di kelas XI MIPA 1. Sehingga sebagian besar siswa hanya
dapat menyelesaikan soal-soal matematika yang sama persis dengan contoh yang diberikan
dan belum mampu menyelesaikan soal-soal yang bersifat analisis atapun soal yang
mempuanyai bentuk yang berbeda dengan contoh yang diberikan. Dalam proses
pembelajaran, banyak siswa yang hanya mendengarkan tanpa memahami penjelasan guru.
Siswa cenderung diam dan tidak bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Oleh karena
itu, sulit bagi guru untuk membedakan antara siswa yang memahami materi yang diajarkan
dan yang tidak memahami materi yang diajarkan.
Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif maka diperlukan model
pembelajaran yang tepat. Upaya untuk melatih pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran matematika perlu disusun suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan serta keterlibatan dalam proses pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran
kooperatif (Musdi, dkk 2014: 2). Sesuai dengan pemaparan di atas masalah mengenai
rendahnya pemahaman konsep matematis dapat diatasi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang bisa dijadikan alternatif adalah model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015:
47) model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan permainan dan turnamen untuk mencapai
ketuntasan. Dan diperkuat juga dengan Penelitian yang dilakukan oleh Tiara Irawati (2018)
yang mengatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) berbantu sistem
reward card lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan
menggunakan model pembelajaran langsung.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka terdapat rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu: “ Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa
kelas XI SMA Negeri 6 Jeneponto?”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan
pemahaman matematis siiswa kelas XI SMA Negeri 6 Jeneponto.

Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2008: 82) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran, siswa dituntut bekerjasama dalam
kelompok kecil untuk menolong satu sama lainnya dalam memahami suatu pelajaran,
memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai
prestasi belajar yang tinggi.
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas
empat tahap, yaitu:
a. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi,
siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau
kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.Tes individu akan memberikan
penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian
pada kemampuan kelompok.
d. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan

Terdapat beberapa jenis model dalam pembelajaran kooperatif, meskipun prinsip


dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah. Jenis-jenis model tersebut yaitu: Model
Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Number Head Together (NHT),
Teams Game Tournament (TGT), dll.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)


Menurut Solihah (2016) model pembelajaran TGT adalah strategi pembelajaran yang
menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang siswa yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, dimulai dari guru menyampaikan tujuan
pembelajaran serta menyajikan materi, dan siswa bekerja serta saling membantu dalam
kelompok masing-masing untuk menyelesaikan tugas atau memahami materi pelajaran
dengan bimbingan guru, dan di akhir pembelajaran diadakan turnamen untuk memastikan
seluruh siswa menguasai materi pelajaran Menurut Rahmat dkk (2018) Teams Games
Tournament (TGT) adalah salah satu strategi pembelajaran tim yang dirancang oleh Robert
Slavin untuk penguasaan materi.
Menurut (Slavin, 2005), “Teams Games Tournament (TGT) pada awalnya
dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran
pertama dari Johns Hopkins”. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah
metode berkelompok yang mudah di terapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus
ada perbedaan status. Ada beberapa komponen dalam model pembelajaran TGT yaitu : 1)
penyajian materi, 2) Tim, 3) Game, 4) Turnamen, 5) penghargaan kelompok.
Menurut Slavin (1995:105) Ada 5 komponen utama dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games tournament (TGT) yaitu:
Table 1. komponen pembelajaran kooperatif tipe Times Games Tournament

No Indikator Keterlaksanaan
1. Penyajian kelas - Guru menyampaikan materi
- Siswa benar-benar
memperhatikan dan memahami
materi yang disampaikan
2. Teams ( Kelompok ) - Kelompok disusun dengan
beranggotakan 4-5 orang siswa
yang anggotanya heterogen
- Saling meyakinkan antar sesama
anggota kelompok
3. Games ( Permainan ) - Pertanyaan – pertanyaan yang
dirancang untuk menguji
pengetahuan siswa
- Pertanyaan – pertanyaan
sederhana bernomor
- Siswa memilih kartu bernomor
dan mencoba menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan
nomor tersebut.
4. Tournament ( Kompetisi ) - Dimana permainan berlangsung

5. Team Recognize - Guru mengumumkan kelompok


( Penghargaan Kelompok ) yang menang
- Masing – masing tim akan
mendapat sertifikat atau hadiah
apabila rata-rata skor memenuhi
kriteria yang ditentukan.
Sumber : Slavin (1995 : 105)
Sebuah model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

1) Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang
berkemampuan akademis lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan
penting dalam kelompoknya.
2) Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling
menghargai sesama anggota kelompoknya.
3) Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam
mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini guru menjanjikan sebuah
penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.
4) Dalam pembelajaran ini, peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti
pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournament.
b. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
1) Membutuhkan waktu yang lama.
2) Guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
3) Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya
membuat soal untuk setiap meja tournament atau lomba, dan guru harus mengerti
urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga yang terendah.

Kemampuan Pemahaman Matematis

Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan menyerap dan memahami


ide-ide matematika (Lestari dan Yudhanegara, 2017:81). Anderson (dalam Minarni, dkk.,
2016:44) menyatakan bahwa “the students is said to understand when they are able to
contruct meaning from instructional massages, including oral, writen, and graphic
communication presented to them during lectures, in books, or on computer monitor”. Dari
kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa siswa dikatakan paham jika memiliki
kemampuan menyerap ide-ide matematis yang diterimanya dalam pembelajaran dan dapat
menyampaikan kembali dalam berbagai bentuk yang bersesuaian.
METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Pre-
eksperimen. Sugiyono (2006) menyatakan bahwa penelitian pre-eksperimen merupakan
eksperimen belum sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 6 Jeneponto di Jalan
Pahlawan Tolo Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto tahun ajaran 2021/2022.
Populasi dan Sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Mipa SMA Negeri 6 Jeneponto
tahun ajaran 2021/2022 yang tersebar dalam 5 kelas yaitu kelas XI MIPA 1 sampai XI MIPA
5. Sedangkan sampel dalam penelitian ini yaitu 50% dari jumlah siswa dari kelas yang
terpilih dengan mengunakan teknik Cluster random sampling.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: One Group Pretest-
Posttest Design.
Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

O₁ T O₂
Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design
Sumber: Azwar (2013)
Keterangan:
O1 = pretest untuk mengukur kemampuan awal kelompok eksperimen
sebelum diberi perlakuan
O 2 = posttest untukmengukur kemampuan akhir kelompok eksperimen setelah
diberi perlakuan
T = perlakuan/treatment (model pembelajaran kooperatif tipe TGT)
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara bagi seorang peneliti yang
digunakan dalam mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu tes dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Metode tes digunakan untuk
mengetahui kemampuan pemahaman awal matematis siswa. Tes dilakukan sebanyak dua
kali yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan setelah pemberian perlakuan (posttest). Sedangkan
Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui sampai dimana ketercapaian keefektifan
atau keterlaksaan pembelajaran selama diberikan perlakuan model kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT). Pengamatan dilakukan sejak kegiatan awal hingga kegiatan akhir
dan dibantu oleh seorang guru atau teman sebagai observer. Pengkategorian skor
Keterlaksanaan Pembelajaran terdiri atas 4 kategori yakni (1) tidak terlaksana dengan baik
(rendah), (2) cukup terlaksana (sedang), (3) terlaksana dengan baik (tinggi), dan (4)
terlaksana dengan sangat baik (sangat tinggi).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis statistika
deskriptif dan analisis infensial.
1. Analisis Statistika Deskriptif
Analisis data deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
membuat kesimpulan secara umum. Berkaitan dengan hal tersebut, analisis statistik deskriptif
dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan pemahaman matematis
ketika diberi perlakuan/treatment.
Data hasil kemampuan pemahaman matematis siswa akan dikategorikan
menggunakan kategori sesuai dengan informasi yang didapatkan dari SMA Negeri 6
Jeneponto
Tabel 3.2. Kategori kemampuan pemahaman matematis siswa

Kategori Rentang Nilai


Tinggi 85 ≤ X ≤ 100
Sedang 70 ≤ X < 85
Rendah < 70
Sumber : SMA Negeri 6 Jeneponto

2. Analisis Statistika Inferensial


Pada analisis statistika inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
Statistik uji yang digunakan dalam uji t berpasangan sebelum dilakukan pengujian hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis dengan bantuan statistical package for social
science (SPSS).
a. Uji Prasyarat
Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat untuk memenuhi asumsi
kenormalan dalam analisis data statistik parametrik.Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji kolmogorof smirnov dengan
bantuan SPSS.
Adapun langkah-langkah uji normalitas sebagai beriku:
Analisis hipotesis uji kolmogorof smirnov yaitu:
a. Membuat hipotesis dalam uraian kalimat

H0 : Data berdistribusi normal

H₁ : Data tidak berdistribusi normal

b. Kaidah pengujian

P (sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima

P (sig) < 0,05 maka H0 ditolak

c. Membandingkan (sig) dengan taraf signifikan (α)


d. Keputusan : data berdistibusi normal atau tidak berdistribusi normal
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan berdasarkan peningkatan kemampuan pemahaman matematis
yaitu data selisih nilai pretest dan posttest. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Paired
Sample T-test dengan bantuan stastistical package for social science (SPSS).
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil dari uji
normalitas data, berdasarkan hasil uji normalitas data maka dapat ditentukan alat uji apa yang
sesuai digunakan. Apabila data berdistribusi normal maka digunakan uji parametric paired
sample t-test. Sementara apabila data berdistribusi tidak normal maka digunakan non-
parametrik yaitu Wilcoxon signed Rnk Test. Kedua model uji beda tersebut digunakan untuk
menganalisis model penelitian pre-post atau sebelum dan sesudah. Uji beda digunakan untuk
mengevaluasi perlakuan (treatment ) tertentu pada satu sampel yang sama pada dua periode
pengamatan yang berbeda ( Praman,2012 ).
1. Paired Sample t-test
Paired Sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan sampel yang berpasangan.
Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama namun
mengalami dua perlakuan yang berbeda pada situasi sebelum dan sesudah proses (Santoso,
2001 ). Paired Sample t-test digunakan apabila data berdistribusi normal. Menurut Widiyanto
(2013) Paired Sample t-test merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk
mengkaji kefektifan perlakuan, ditandai adanya perbedaan rata-rata sebelum dan rata-rata
sesudah diberikan perlakuan. Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak H 0
pada uji paired sample t-test adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak dan H₁ diterima.
Jika probabilitas (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H₁ ditolak.
Rumus hipotesis statistik yaitu:

H0 : μᵦ = 0 Vs H₁ : : μᵦ > 0

μᵦ = μ₂ - μ₁

Keterangan :

μ₁ : Kemampuan Pemahaman matematis pre-test sebelum diberikan


perlakuan
μ₂ : Kemampuan pemahaman matematis post-test setelah diberikan
perlakuan
H0 : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan
pemahaman matematis siswa kelas XI di SMA Negeri 6
Jeneponto
H₁ : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan
pemahaman matematis siswa kelas XI di SMA Negeri 6
Jeneponto

Daftar Pustaka
Afriyani, A., Syukri, A. U., & Masyita, M. (2020). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Sebelum Dan Sesudah Initial Public Offering (Ipo) Pada Pt. Jasa Armada Indonesia,
Tbk. Jurnal Mirai Management, 5(3), 8-17.
Hudoyo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. IKIP Malang.
Musdi, dkk. 2014. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
terhadap Hasil Belajar Matematika di Kelas VIII SMPN 2 Bukittinggi Tahun
Pelajaran 2013/2014”. Jurnal Pendidikan Matematika. 2, (3), 1-5.
Novitasari, D. (2015). Pengaruh Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika & Matematika,
8–18.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.
Solihah, Ai. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap
Hasil Belajar Matematika. Jurnal SAP Vol. 1 No. 1, Hal. 45-53. Tersedia Pada:
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/view/1010/942
Sulaeman, E., & Ismah, I. (2017). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Melalui Strategi Problem Based Learning Pada Kelas VIII-C SMP
Muhammadiyah 29 Sawangan Depok. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika
Dan Matematika, 2(1), 31.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai