Anda di halaman 1dari 34

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Metode Team Game Tournament (TGT)
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiata nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal.1 Ini berarti metode digunakan
untuk merealisasikan proses belajar mengajar yang
telah diterapkan. Menurut Abdurrahman Ginting,
Metode Pembelajaran dapat diartikan cara atau pola
yang khas dalam memanfaatka berbagai prinsip dasar
pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya
terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada
diri pembelajar.2
Dengan kata lain Metode Pembelajaran adalah
teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang untuk
menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam
kelas baik secara individual atau secara kelompok agar
materi pembelajaran dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh murid denga baik. Metode
Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
diantaranya: ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi,
laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming,
debat, simponsium, dan sebagainya.3

1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 147.
2
Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran
(Bandung: Humaniora, 2008), 42.
3
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), 7

12
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Metode
Pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan
prosedur maupun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang
akan dilaksanakan. Metode Pembelajaran dapat
dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang
teratur, satu jalan atau cara yang teratur untuk
melakukan pembelajaran.
b. Metode Team Game Tournament (TGT)
Team Game Tournament (TGT) salah satu
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang
berbeda. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah
salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur
permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar
dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar
dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks di samping menumbuhkan
tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, persaingan
sehat, dan keterlibatan belajar.
Guru menyajikan materi dan siswa bekerja
dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap
kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-
sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari
anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas
yang diberikan, anggota kelompok lain yang
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru. Akhirnya, untuk memastikan
bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai
pelajaran, seluruh siswa akan diberikan permainan
akademik. Dalam permainan akademik siswa akan
dibagi dalam meja-meja turnamen yang dari 5-6 orang

13
yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-
masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar
tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang
sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja
turnamen secara homogen dari segi kemampuan
akademik. Artinya, dalam satu meja turnamen
kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal
ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka
peroleh pada saat pretest.
Skor yang setiap peserta dalam permainan
akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor
kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor
yang diperoleh suatu anggota kelompok, kemudian
dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor
kelompok ini digunakan untuk memberikan
penghargaan tim berupa sertifikat dengan
mencantumkan predikat tertentu.4
c. Langkah-langkah Metode Team Game Tournament
(TGT)
1) Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan
materi dalam penyampaian kelas atau sering juga
disebut dengan presentasi kelas (class
presentations). Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, pokok materi, dan penjelasan
singkat tentang LKS yang dibagikan kepada
kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah yang
dipimpin oleh guru.
Pada saat penyajian kelas, peserta didik harus
benar-benar memerhatikan dan memahami materi
yang disampaikan guru, karena akan membantu
peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game atau permainan
karena skor game atau permainan akan
menentukan skor kelompok.

4
Muhammad Fathurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovatif
Alternatif Desain Pembelajaran Yang Menyenangkan (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2015), 55.

14
2) Belajar dalam Kelompok (Teams)
Guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok berdasarkan kriteria kemampuan
(prestasi) peserta didik dari ulangan harian
sebelumnya, jenis kelamin, etnik, dan ras.
Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang
peserta didik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya
dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal
pada saat game atau permainan. Setelah guru
memberikan penyajian kelas, kelompok (tim atau
kelompok belajar) belajar untuk mempelajari
lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan
peserta didik adalah mendiskusikan masalah-
masalah, membandingkan jawaban, memeriksa,
dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep
temannya jika teman satu kelompok melakukan
kesalahan.
3) Permainan (Games)
Game atau permainan terdiri dari pernyataan-
pernyataan yang relevan dengan materi, dan
dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat peserta didik dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game atau
permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Game atau permainan ini
dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3
orang peserta didik yang mewakili tim atau
kelompoknya masing-masing. Peserta didik
memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab
pernyataan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta
didik yang menjawab benar akan mendapat skor.
Skor ini yang nantinya dikumpulkan untuk
turnamen atau lomba mingguan.
4) Pertandingan atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar,
dimana game atau permainan terjadi. Biasanya
turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu
atau pada setiap unit setelah guru melakukan

15
presentasi kelas dan kelompok sudah mengajarkan
lembar kerja peserta didik (LKPD). Pada turnamen
atau lomba pertama, guru membagi peserta didik
ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba.
Tiga peserta didik tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik
selanjutnya pada meja II, dan seterusnya.
5) Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru
kemudian mengumumkan kelompok yang
menang, masing-masing tim atau kelompok akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata
skor memnuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim
atau kelompok mendapat julukan “Super Team”
jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team”
apabila rata-rata mencapai 50-40dan “Good
Team” apabila rata-ratanya 40 ke bawah. Hal ini
dapat menyenangkan para peserta didik atas
prestasi yang telah mereka buat.5
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Team Game
Tournament (TGT)
Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
pada dasarnya memiliki sejumlah kelebihan dan
kekurangan, berikut adalah kelebihan dan kekurangan
dari Metode TGT.6
1) Kelebihan
a) Memperluas wawasan peserta didik
b) Mengembangkan sikap dan perilaku
menghargai orang lain
c) Keterlibatan aktif peserta didik dalam belajar
mengajar
d) Peserta didik menjadi semangat dalam belajar
e) Pengetahuan yang diperoleh peserta didik
bukan semata-mata dari guru, melainkan juga

5
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum
2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 205-207.
6
Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi dan Model
Pembelajaran Inovatif Kreatif dan Prestatif Dalam Memahami Peserta
Didik (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2017), 315-316.

16
melalui konstruksi oleh peserta didik itu
sendiri
f) Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri
sendiri, seperti kerjasama, toleransi, serta bisa
menerima pendapat orang lain
g) Hadiah dan penghargaan yang diberikan akan
memberikan dorongan bagi peserta didik
untuk mencapai hasil yang lebih tinggi
h) Pembentukan kelompok-kelompok kecil dapat
mempermudah guru untuk memonitor peserta
didik dalam belajar dan bekerja sama
2) Kekurangan
a) Bagi para pengajar pemula, metode ini
meumbuhkan waktu yang lama
b) Membutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai seperti persiapan soal turnamen
c) Peserta didik terbiasa belajar dengan adanya
hadiah
d) Kemungkinan besar permainan akan dikuasai
oleh peserta didik yang suka berbicara atau
ingin menonjolkan diri
e) Tidak semua guru memahami cara peserta
didik melakukan permainan
f) Ruangan kelas menjadi ramai dan
mengganggu ruangan lain
g) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang
besar
h) Peserta mendapat informasi yang terbatas
Pembelajaran Kooperatif dalam Al-Qur’an
disebutkan pada Q.S. Al-Maidah [5] : 2, sebagai
berikut:
‫لْلِن ِنرب َهو لت ْلاَّلق َهوى َهو َهتَه َهع َهاونُءو َهعلَهى ْل ِنأل ْلِنْث َهو لْلعُء ْلد َهو ِنن‬ ‫َهوتَه َهع َهاونُءو َهعلَهى‬
‫اا‬ ‫َه ِند ُءد لْلعِن َهق ِن‬ ‫َهو ت ُءاَّلقو َه ِن ِنرن‬
‫َه‬
Artinya: “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah

17
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.”

Kata (‫ )شنآن‬syana‟an adalah kebencian yang


telah mencapai puncaknya. Dari pengertian tersebut,
maka firman-Nya: “Dan janganlah sekali-kali kepada
suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjid al-Haram mendorong kamu berbuat
aniaya”, merupakan bukti nyata betapa Al-Qur’an
menekankan keadilan. Musuh yang dibenci walau
telah mencapai puncak kebenciannya sekalipun
lantaran menghalang-halangi pelaksanaan tuntunan
agama, masih harus diperlakukan secara adil, apalagi
musuh atau yang dibenci tapi belum sampai ke puncak
kebencian oleh sebab itu lain yang lebih ringan.
Firman-Nya: “Dan tolong-menolonglah kamu
dalam kebajikan dan ketakwaan jangan tolong-
menolong dalam dosa dan pelanggaran”, merupakan
prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan siapa
pun, selama tujuannya adalah kebajikan dan
ketakwaan.
Dalam Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab
menyatakan bahwa ayat ini yang menjadi prinsip dasar
dalam menjalin kerjasama dengan siapa pun, selama
tujuannya adalah kebajikan dan ketakwaan.7 Perintah
Allah SWT untuk saling tolong-menolong dalam
kebajikan dan ketaqwaan, serta larangan untuk saling
tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan
permusuhan.
Dalam penjelasan tafsir di atas dapat diketahui
bahwa perintah tolong-menolong dalam mengerjakan
kebajikan dan takwa, adalah termasuk pokok-pokok
petunjuk sosial dalam Al-Qur’an. Karena ia
mewajibkan kepada manusia agar saling memberi satu
sama lain dalam mengerjakan apa saja yang berguna
bagi umat manusia, baik pribadi maupun kelompok,
baik perkara agama maupun dunia, juga dalam

7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur‟an, Volume 3, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 14.

18
melakukan setiap perbuatan takwa, yang dengan itu
mereka mencegah terjadinya kerusakan dan bahaya
yang mengancam keselamatan mereka.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ayat di atas
sangat berkaitan dengan pembelajaran Kooperatif
Metode TGT (Team Game Turnamen), di mana ide
dasar dari metode ini adalah kerja sama dan saling
membantu dalam proses belajar mengajar untuk
mendapatkan pengetahuan bersama.

2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi Belajar dapat diartikan sebagai
dorongan belajar yang sangat besar karena keinginan
anak untuk berhasil dapat dilihat dari besarnya
tanggung jawab, besarnya kebutuhan anak akan
penghargaan dan kebutuhan aktualitas diri. Motivasi
belajar merupakan faktor psikis yang berarti non-
intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat
untuk belajar.8 Motivasi berasal dari kata motif yang
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi
intern (kesiap siagaan). Dalam kegiatan belajar,
motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan dan memberikan arah
kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar,
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.9
b. Jenis-Jenis Motivasi Belajar
Dalam membicarakan soal jenis-jenis
motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut panjang,

8
Handoko Matin, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku
(Yogyakarta: Kanisius, 1992), 73.
9
Harbeng Masni, “Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar,” Jurnal
Dikdaya 05, no. 1 (2015): 36.

19
yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi
seseorang yang disebut motivasi instrinsik dan
motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang
disebut motivasi ekstrinsik.10
1) Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah motivasi
instrinsik merupakan keinginan bertindak yang
disebabkan faktor pendorong dari dalam diri
(internal) individu yang tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Atau dengan
kata lain individu terdorong untuk bertingkah laku
kea rah tujuan tertentu tanpa adanya faktor dari
luar. Di dalam proses belajar siswa yang
termotivasi secara instrinsik dapat dilihat dari
kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-
tugas belajar karena merasa butuh dan ingin
mencapai tujuan belajar yang sebenarnya, bukan
karena keinginan mendapatkan pujian, hadiah dari
guru.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi
instrinsik adalah jenis motivasi yang datangnya
dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain ataupun dari luar, tetapi atas
dasar kemauan dan kesadaran dari individu itu
sendiri.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan jenis motivasi
yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan,
atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian individu tersebut mau
melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari

10
Harbeng Masni, “Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar,”
Jurnal Dikdaya 05, no. 1 (2015): 39-41.

20
luar situasi belajar, seperti anfka, kredit, ijazah,
tingkatan, hadiah, pertentangan dan persaingan,
ejekan, hukuman, dan sebagainya. Motivasi
ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah karena
pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik
minat peserta didik, atau sesuai dengan kebutuhan
siswa.11
c. Fungsi Motivasi Belajar
Ada tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu:12
1) Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak,
jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisih perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik
dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan
terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang
baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

11
Indaryati, Jailani, “Pengembangan Media Komik Pembelajaran
Matematika Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas
V,” Jurnal Prima Edukasia 03, no. 1 (2015): 88.
12
Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar
(Jakarta:Rajawali Pers, 2012), 85-86.

21
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Belajar
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi belajar peserta didik. Faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri,
maupun berasal dari lingkungan. Faktor yang berasal
dari dalam diri peserta didik sering kita kenal dengan
faktor intern, sedangkan faktor yang berasal dari luar
(lingkungan) kita kenal dengan faktor ekstern.13
1) Faktor Intern
Faktor dari dalam diri peserta didik itu sendiri
merupakan faktor yang paling besar dalam
menentukan motivasi belajar. Terkadang dalam
satu kelas kita temui peserta didik yang memang
mempunyai kemauan kerja dan minat yang tinggi
untuk mengikuti pembelajaran. Namun demikian,
tidak jarang peserta didik yang memiliki
kemampuan rendah bahkan tidak berminat sama
sekali dengan pembelajaran yang disajikan.
Padahal, lingkungan belajar dan guru mereka
sama.
a) Sifat, Kebiasaan, dan Kecerdasan
Berbagai karakter peserta didik
tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat,
kebiasaan, dan kecerdasan mereka masing-
masing. Peserta didik yang mempunyai tingkat
kecerdasan rata-rata atau tinggi, biasanya akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi pula.
Namun sebaliknya, peserta didik yang
mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata
bawah atau bahkan rendah, biasanya
mempunyai motivasi belajar yang rendah pula.
Kecerdasan dalam hal ini meliputi
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosi
(EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Meskipun
dalam hal ini, banyak orang masih
beranggapan bahwa kecerdasan intelektuallah

13
Erwin Widiasworo, 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi
Belajar Peserta Didik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2019), 29-38.

22
yang menjadi ukuran seseorang dikatakan
cerdas atau tidak secara keseluruhan.
b) Kondisi Fisik dan Psikologis
Kondisi fisik dalam hal inimeliputi
postur tubuh, kondisi kesehatan, dan
penampilan. Kondisi fisik akan berpengaruh
pada psikologis peserta didik. Banyak kita
temui, peserta didik yang mempunyai postur
tubuh lebih kecil dibanding teman-temannya,
cenderung sering mendapatkan perlakuan yang
berbeda. Selain itu, kondisi kesehatan yang
buruk akan mengakibatkan peserta didik
kurang termotivasi untuk belajar. Peserta didik
menjadi malas dan kurang bisa konsentrasi
karena kondisi tubuh yang kurang fit.
Kondisi psikologis peserta didik
seperti rasa percaya diri, perasaan gembira
atau bahkan takut daan tertekan juga sangat
berpengaruh pada motivasi belajar. Peserta
didik yang mempunyai rasa percaya diri tinggi
biasanya akan selalu antusias dalam mengikuti
kegiatan apa pun karena selalu merasa bahwa
dia bisa untuk melakukannya. Namun
sebaliknya, peserta didik yang mempunyai
rasa kurang percaya diri akan membuatnya
selalu diliputi rasa malu dan takut untuk
berbuat sesuatu. Takut jika melakukan
kesalahan dan malu di hadapan guru
danteman-temannya. Bila belum apa-apa saja
sudah merasa takut dan malu maka peserta
didik tersebut jelas kurang mempunyai
motivasi belajar.
2) Faktor Ekstern
Faktor yang tidak kalah penting pengaruhnyapada
motivasi belajar peserta didik adalah faktor
ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal
dari luar. Beberapa faktor yang berpengaruh pada
motivasi belajar peserta didik adalah sebagai
berikut.

23
a) Guru
Guru merupakan sosok yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan peserta
didik.guru yang profesional akan mampu
menciptakan pembelajaran yang memotivasi
peserta didik untuk menjawab rasa ingin tah
mereka dan mengantarnya pada penguasaan
kompetensi tertentu. Oleh karena itu, guru
merupakan faktor penentu peserta didik dalam
meraih keberhasilan pendidiknya.
Semua guru menginginkan pesert
didiknya mempunyai motivasi yang kuat
dalam belajar. Karena pada prinsipnya,
motivasi mempunyai korelasi positif dengan
prestasi belajar peserta didik. Jika ada peserta
didik yang tidak mampu mengikuti pelajaran
dengan baik dan di rapor selalu berderet nilai
dengan warna merah, bisa jadi hal tersebut
karena peserta didik tidak memiliki motivasi
dan bukan berarti peserta didik itu bodoh.
Selain sikap guru, metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru juga
sangat berpengaruh pada motivasi belajar
peserta didik. Penggunaan metode
pembelajaran yang bervariasi akan menambah
minat peserta didik dalam belajar. Peserta
didik tidak akan merasa bosan dikarenakan
pembelajaran yang hanya sekadar
mendengarkan ceramah guru.
b) Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar juga sangat besar
pengaruhnya pada motivasi belajar peserta
didik. Lingkungan belajar yang kondusif akan
mendorong peserta didik untuk selalu
termotivasi dalam belajar. Namun sebaliknya,
lingkungan belajar yang tidak kondusif akan
menimbulkan peserta didik malas dalam
belajar.
Lingkungan belajar dalam hal ini
dapat berupa lingkungan belajar di kelas,

24
sekolaj, atau bahkan di rumah peserta didik.
Lingkungan belajar seperti bangunan yang
memadai, kebersihan yang terjaga, dan
penataan berbagai sarana yang rapi akan
menyebabkan peserta didik betah dan enjoy
dalam belajar. Lingkungan belajar yang lain,
misalnya teman sekolah dan masyarakat
sekitar yang tertib akan mampu mempengaruhi
motivasi belajar peserta didik menjadi lebih
baik.
c) Sarana Prasarana
Tidak dapat dipungkiri bahwa
ketersediaan sarana prasarana di sekolah akan
memengaruhi motivasi belajar peserta didik.
Sekolah yang mempunyai sarana prasarana
yang memadai akan mendorong peserta didik
untuk selalu termotivasi belajar. Peserta didik
akan merasa senang dan lebih mudah
mempelajari materi pelajaran karena berbagai
sarana dan prasarana yang mendukung setiap
kegiatan pembelajaran, tersedia dengan baik.
Namun kita tahu, semua sekolah
memiliki cukup sarana prasarana yang
mendukung setiap kegiatan pembelajaran. Ini
menjadi salah satu alasan mengapa peserta
didiknya kurang termotivasi dalam belajar.
Meskipun tidak menjamin bahwa semua
sekolah yang kurang memiliki sara prasarana,
peserta didiknya menjadi malas belajar.
d) Orangtua
Sikap orangtua yang selalu
memerhatikan kemajuan belajar anaknya, akan
mendorong anak untuk lebih semangat dalam
belajar. Perhatian dan peran orangtua memang
sangat dibutuhkan oleh peserta didik. Apalagi
jika peserta didik masih tergolong anak-anak
dan remaja. Sebab, dalam usia ini, mereka
belum mampu mandiri dalam segala hal,
termasuk dalam hal belajar.

25
Peran orangtua dan keluarga sangat
berpengaruh pada motivasi belajar peserta
didik. Peserta didik yang cukup mendapatkan
perhatian orangtua dan keluarga maka akan
termotivasi untuk belajar karena selalu ada
yang memberi semangat dan dorongan.
Sebaliknya, jika orangtua dan keluarga masa
bodoh (cuek) dengan kemajuan belajar
peserta didik maka peserta didik juga akan
masa bodoh dengan belajarnya. Belajar
menjadi hal yang tidak penting lagi bagi
peserta didik, tetapi yang lebih utama justru
mencari perhatian di sekolah baik dari guru
maupun dari teman-temannya.
Motivasi belajar dalam Al-Qur’an
disebutkan pada Q.S. Al-Mujadalah [28] : 11,
sebagai berikut:
‫ٍت‬ ‫ِن‬ ‫ِن‬ ‫ِن‬ ‫ِن‬
‫اا‬ ‫َه ْل َه ِن ُء لاَّل ْل َه َهآُء ْلو آْل ُء ْل َهو لاَّل ْل َه ُءْلوتُء ْلو لع ْلل َه َه َه َه‬
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman dari kamu
sekalian dan orang-orang yang
berilmu beberapa derajat.”

Dalam Tafsir Al-Misbah M. Quraish


Shihab menyatakan bahwa ayat di atas tidak
menyebut secara tegas bahwa Allah akan
meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi
menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-
derajat yakni yang lebih tinggi dari yang
sekadar beriman. Tidak disebutnya kata
meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa
sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang
berperanan besar dalam ketinggian derajat
yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di
luar ilmu itu.
Tentu saja yang di maksud dengan
( ‫ )لّذين اوتوا العلم‬alladzina utu al-ilm yang diberi
pengetahuan adalah mereka yang beriman dan
menghiasi diri mereka dengan pengetahuan.

26
Ini berarti ayat diatas membagi kaum beriman
kepada dua kelompok besar, yang pertama
sekedar beriman dan beramal saleh, dan yang
kedua beriman dan beramal saleh serta
memiliki pengetahuan. Derajat kelompok
kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja
karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi
juga amal yang dan pengajarannya kepada
pihak lain baik secara lisan atau tulisan
maupun dengan keteladanan.
Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas
bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun
yang bermanfaat. Dalam Q.S Fathir [35] : 27-
28 Allah menguraikan sekian banyak makhluk
ilahi, dan fenomena alam lalu ayat tersebut
ditutup dengan menyatakan bahwa: “Yang
takut dan kagum kepada Allah dari hamba-
hamba-Nya hanyalah ulama. Ini menunjukkan
bahwa ilmu dalam pandangan Al-Qur’an
bukan hanya ilmu agama. Di sisi lain itu
menunjukkan bahwa ilmu haruslah
menghasilkan khasyyah yakni rasa takut dan
kagum kepada Allah, yang pada gilirannya
mendorong yang berilmu untuk mengamalkan
ilmunya serta memanfaatkannya untuk
kepentingan makhluk. Rasul SAW sering kali
berdoa: “Allahumma inni a‟udzubika min
ilm(in) la yanfa‟ (Aku berlindung kepada-Mu
dari ilmu yang tidak bermanfaat).”14
Dari penjelasan tafsir di atas dapat
diketahui bahwa seseorang mendapatkan
derajat di sisi Allah dengan cara beriman
kepada-Nya dan menjadi orang yang berilmu
atau berpengetahuan, tentu dalam hal ini ada
korelasi dalam keduanya. Kedua hal itu bisa
menjadi landasan untuk memotivasi seseorang
untuk mendapatkan derajat di sisi Allah

14
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur‟an, Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 79-80.

27
dengan dua cara yaitu menjadi orang yang
beriman dan berilmu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
motivasi dapat didefinisikan sebagai
pendorong, atau motivasi adalah suatu usaha
yang didasari untuk mempengaruhi tingkah
laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu atau belajar
sehingga mencapai tujuan tertentu.

3. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MI


a. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Secara bahasa Qara‟a mempunyai arti
mengumpulkan, atau menghimpun menjadi satu kata
Qur’an dan Qira‟ah keduanya merupakan masdar
(infinitif) diambil dari kata kerja lampau (Fi’il Madhi)
yaitu Qara‟a-Qiraatan-Quranan.15
Sedangkan Hadits menurut bahasa berarti al-
jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari al-qadim
(sesuatu yang lama). Hadits juga berarti al-khabar
(berita) yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Kata
jamaknya ialah al-hadis. Sedangkan pengertian hadits
secara terminologi ialah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad SAW berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifatnya.16
Jadi kesimpulan dari pengertian di atas bahwa
Al-Qur’an Hadits adalah bagian mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam untuk memberikan motivasi,
bimbingan, pemahaman, kemampuan, dan
penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Al-
Qur’an dan Hadits sehingga dapat diwujudkan dalam
perilaku sehari-hari sebagai perwujudan iman dan
taqwa kepada Allah SWT.

15
Muhaimin, Dimensi-Dimensi Studi Islam (Surabaya: Karya
Abditama, 1994), 86.
16
Untung Ranuwijaya, Ilmu Hadis (Jakarta: Gaya Media
Pratama,1996), 1.

28
b. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MI
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah
Ibtidaiyah bertujuan untuk:
1) Memberikan kemampuan dasar kepada peserta
didik dalam membaca, menulis, membiasakan dan
menggemari membaca Al-Qur’an dan Hadits.
2) Memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan
isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an Hadits melalui
keteladanan dan pembiasaan.
3) Membina dan membimbing perilaku peserta didik
dengan pedoman pada isi kandungan ayat Al-
Qur’an dan Hadits.17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah proses
pembelajaran pada bidang studi islam yang merupakan
dasar pendidikan agama yang harus ditanamkan sejak
dini pada peserta didik sehingga diharapkan nantinya
dapat menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Qur’an Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
c. Materi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
1) Pembelajaran I (Mari Belajar Surah Al-Kafirun)
Al-Kafirun artinya orang-orang kafir. Pada
saat itu orang kafir membujuk Nabi Muhammad
SAW agar mau mengikuti agama mereka dengan
balasannya mereka akan mengikuti ajaran Nabi
Muhammad SAW.18 Tetapi Nabi Muhammad
SAW menolak dengan tegas Dia berkata “lakum
dinukum waliyadiin” (untukmu agamamu dan
untukku agamaku). Surah Al-Kafirun menegaskan
tentang keteguhan dalam memeluk agama islam
dan sikap toleransi.
Toleransi adalah sikap menghargai atau
menghormati terhadap adanya perbedaan. Nama
surah Al-Kafirun diambil dari lafal Al-Kafirun

17
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur‟an dan Hadits (Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, 2012), 30.
18
Shodik dan Habib Masduki, Buku Siswa Al-Qur‟an Hadits
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 (Jakarta: Direktorat Pendidikan
Madrasah, 2015), 2.

29
yang terdapat pada ayat pertama. Al-Kafirun
artinya orang-orang kafir. Surah Al-Kafirun adalah
surah ke 109 dengan jumlah 6 ayat. Surah Al-
Kafirun termasuk surah makkiyah. Surah Al-
Kafirun memberi tuntunan kepada Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat agar jangan
menghiraukan orang kafir yang selalu menghina
ajaran islam. Kita mengetahui bahwa orang-orang
kafir Quraisy senantiasa berusaha menghalangi
dakwah Nabi Muhammad SAW, mereka
mengancam beliau namun beliau tidak pernah
takut.
Orang-orang kafir Quraisy juga melakukan
berbagai bujukan dan rayuan kepada Nabi
Muhammad SAW. Namun, usaha-usaha mereka
menjadi sia-sia karena Nabi Muhammad menolak
bujukan dan terus menyampaikan ajaran islam
bahkan pengikut beliau terus bertambah. Melihat
kenyataan itu orang-orang kafir mendatangi Nabi
Muhammad SAW dan mengajukan tawaran lain.
Mereka bersedia menyembah Tuhan yang
disembah Nabi Muhammad SAW selama satu
tahun, syaratnya Tuhan berikutnya beliau bersedia
menyembah Tuhan yang mereka sembah.
Menjawab tawaran itu Allah SWT menurunkan
surah Al-Kafirun yang mengatakan “Katakanlah,
wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah.” Secara garis
besar kandungan isi dari surah Al-Kafirun adalah
sebagai berikut:
a) Allah SWT adalah Tuhan semesta alam
b) Nabi Muhammad SAW dan umat islam tidak
akan menyembah apa yang disembah oleh
pemeluk agama lain
c) Tidak boleh mencampuradukkan keyakinan
dalam toleransi agama
d) Nama surah Al-Kafirun diambil kata Al-
Kafirun dari ayat ke 1 yang artinya orang-
orang kafir, dan surah Al-Kafirun termasuk
jenis surah Makkiyah

30
2) Pembelajaran II (Mari Belajar Surah Al-Ma’un)
Surah Al-Ma’un adalah surah ke 107. Surah
Al-Ma’un terdiri dari 7 ayat dan termasuk surah
Makkiyah. Nama surah Al-Ma’un berasal dari kata
Al-Ma’un pada ayat ke 7 yang berarti barang-
barang yang berguna. Azbabun Nuzul surah Al-
Ma’un ini adalah berkenaan dengan orang-orang
munafik yang suka memamerkan shalat mereka di
hadapan orang-orang mukmin secara Riya‟ dan
jika orang mukmin tidak ada mereka akan
meninggalkan shalat. Selain itu, mereka enggan
memberikan pinjaman kepada kaum muslimin.
Surah Al-Ma’un mengajarkan kepada kita
tentang ciri-ciri orang yang mendustakan agama,
hal itu di sampaikan oleh Allah swt agar kita hati-
hati dalam menjalani hidup ini. Dengan demikian,
kita tidak akan jatuh ke dalam golongan orang-
orang yang mendustakan agama.
Kandungan isi surah Al-Ma’un berisi tentang
ciri-ciri orang yang mendustakan agama, yaitu:
a) Orang yang suka menghardik anak yatim.
b) Orang yang tidak menganjurkan memberi
makan kepada orang-orang miskin.
c) Orang yang shalatnya lalai.
d) Orang yang riya’ di dalam melaksanakan
ibadah shalat.
e) Orang yang shalat namun enggan memberi
bantuan dengan barang-barang yang berguna.
3) Pembelajaran III (Mari Belajar Surah At-Takasur)
Surah At-Takasur adalah surah ke 102. Surah
at-Takasur terdiri dari 8 ayat dan termasuk surah
makkiyah. Surah At-Takasur ini memberi tuntunan
kepada umat islam bahwa umat islam dilarang
bermegah-megahan dalam kebutuhan dunia.
Asbabun Nuzul dari surah At-Takasur ini adalah
sebagai teguran dari Allah swt berkenaan dengan
adanya sikap saling bermegah-megahan dan
menyombongkan diri dengan kekayaan keturunan
yang dimiliki oleh dua kabilah Ansor. Kandungan
isi surah At-Takasur berisi tentang:

31
a) Bermegah-megahan dalam kehidupan dapat
melalaikan manusia dari tujuan hidupnya yaitu
mencari keridhaan dari Allah swt. Hendaklah
manusia sadar dari kesalahan dan
kekeliruannya sebelum maut menjemputnya.
b) Manusia akan diminta pertanggung
jawabannya di akhirat kelak tentang harta
yang di bangga-banggakan itu.
c) Manusia yang selalu mengikuti hawa nafsunya
dia akan menjadi penghuni neraka.
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam Al-
Qur’an disebutkan pada Q.S. Al-Hijr [13]: 9,
sebagai berikut:
‫ِن اَّل َهْل ُء نَهاَّللْلَها ل رِن ْل َه َهوِن اَّل لَه ُء َهَها ِن ُء َه‬
‫ون‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami yang menurunkan
adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami
benar-benar baginya adalah para
Pemelihara.”

Dalam Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab


menyatakan bahwa ayat ini sebagai bantahan atas
ucapan mereka yang meragukan sumber datangnya Al-
Qur’an. Karena itu ia dikuatkan dengan kata
sesungguhnya dan dengan menggunakan kata Kami
yakni Allah SWT. Yang memerintahkan malaikat
Jibril as. Sehingga dengan demikian Kami menurunkan
adz-Dzikr yakni Al-Qur’an yang kamu ragukan itu,
dan sesunggahnya Kami juga bersama semua kaum
muslimin para Pemelihara otentisitas dan
kekekalannya. Ayat ini dapat merupakan dorongan
kepada orang-orang kafir untuk mempercayai Al-
Qur’an sekaligus memutus harapan mereka untuk
dapat mempertahankan keyakinan sesat mereka.
Betapa tidak, Al-Qur’an dan nilai-nilainya tidak akan
punah tetapi akan bertahan. Itu berarti bahwa
kepercayaan yang bertentangan dengannya, pada
akhirnya cepat atau lambat pasti akan dikalahkan oleh
ajaran Al-Qur’an. Dengan demikian, tidak ada

32
gunanya mereka memeranginya dan tidak berguna
pula mempertahankan kesesatan mereka.19
Sejak dahulu hingga kini sekian banyak orang
bahkan anak-anak sebelum dewasa telah mampu
menghafal keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an, bahkan
sekian banyak di antara mereka yang menghafalnya
adalah orang-orang yang tidak memahami artinya.
Bahkan tidak jarang mereka yang meraih juara dalam
musabaqah-musabaqah tilawatil Qur’an pada tingkat
internasional adalah pemuda-pemuda yang bahasa
ibunya bukan bahasa Al-Qur’an.20
Dari penjelasan tafsir di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Al-Qur’an Hadits
merupakan upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan kegiatan antara peserta didik dengan
pendidik pada pelajaran Al-Qur’an Hadits dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar, serta interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang ada
relevansinya dengan penelitian yang penulis lakukan.
Tabel 1
Penelitian Terdahulu
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
1 Muftihatul Mu’minah, Hasil penelitian yang dilakukan
“Penerapan Model oleh peneliti menunjukkan bahwa
Pembelajaran pada siklus I hasil belajar peserta
Kooperatif Tipe TGT didik memperoleh nilai rata-rata
(Team Game 71 dengan ketuntasan klasikal
Tournament) untuk 51,9%, pada siklus II hasil belajar
Meningkatkan Hasil peserta didik memperoleh nilai
Belajar Peserta Didik rata-rata 73,3 dengan ketuntasan

19
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur‟an, volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 95-96.
20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur‟an, Volume 14, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 96.

33
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
Pada Mata Pelajaran klasikal 74,1%, pada siklus III
Al-Qur’an Hadits meningkat hasil belajar peserta
Kelas V MIN 2 didik memperoleh rata-rata 77,6
Pringsewu”, Skripsi, dengan ketuntasan klasikal 88,9%.
UIN Raden Intan Hal ini menunjukkan dari siklus I
Lampung, 2019.21 sampai siklus III rata-rata hasil
belajar peserta didik mengalami
peningkatan dan dapat
disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif
tipe Team Game Tournament
(TGT) dapat meningkatkan hasil
belajar Al-Qur’an Hadits peserta
didik.
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian
skripsi Muftihatul Muftihatul Mu’minah membahas
Mu’minah dengan tentang peningkatan hasil belajar
penelitian skripsi siswa, sedangkan dalam penelitian
penulis adalah sama- skripsi penulis untuk
sama meneliti model meningkatkan motivasi belajar
Team Game siswa.
Tournament (TGT).
2 Vivi Salisatul Hasil penelitian menunjukkan
Munawaroh, bahwa rata-rata hasil belajar siswa
“Efektifitas kelas eksperimen adalah 83,2
Penggunaan Permainan dengan standar deviasi (S) = 6,94
Monopoli Sebagai dan rata-rata hasil belajar siswa
Media Pembelajaran kelas kontrol adalah 76,3 dengan
Team Game standar deviasi (S) = 8,99. Setelah
Tournament (TGT) dilakukan perhitungan uji t-test
Pada Materi Hukum pada hasil posttest kedua kelas

21
Muftihatul Mu’minah, “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas
V MIN 2 Pringsewu”, (Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019).

34
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
Bacaan Mim Sukun tersebut, didapatkan hasil thitung=
Terhadap Hasil Belajar 3,360 dan ttabel= 1,671. Hasil
Siswa Kelas VII Mts thitung > ttabel ,maka Ho ditolak
Wahid Hasyim Brebes dan Ha diterima. Berdasarkan
Tahun Pelajaran hasil penelitian tersebut dapat
2017/2018”, Skripsi, disimpulkan bahwa penggunaan
UIN Walisongo, permainan monopoli sebagai
2018.22 media pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) pada materi
hukum bacaan mim sukun efektif
terhadap hasil belajar peserta didik
kelas VII MTs Wahid Hasyim
Brebes Tahun Ajaran 2017/2018.
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian
skripsi Vivi Salisatul Vivi Salisatul Munawaroh
Munawaroh dengan membahas tentang peningkatan
penelitian skripsi hasil belajar siswa, sedangkan
penulis adalah sama- dalam penelitian skripsi penulis
sama meneliti model untuk meningkatkan motivasi
Team Game belajar siswa.
Tournament (TGT).
3 Siti Asniah, “Pengaruh Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
Penerapan Metode model pembelajaran yang
Team Game dilakukan guru selama ini kurang
Tournament (TGT) bervariasi dan guru kurang
Dengan Media Audio maksimal dalam menggunakan
Visual Terhadap Hasil media pembelajaran sehingga
Belajar Peserta Didik siswa pasif karena kurang tertarik
Mata Pelajaran IPS dalam pembelajaran dan berakibat
Kelas IV Materi Pokok pada rendahnya hasil belajar

22
Vivi Salisatul Munawaroh, “Efektifitas Penggunaan Permainan
Monopoli Sebagai Media Pembelajaran Team Game Tournament (TGT)
Pada Materi Hukum Bacaan Mim Sukun Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VII Mts Wahid Hasyim Brebes Tahun Pelajaran 2017/2018”,
(Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Walisongo, 2018).

35
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
Koperasi Di MIT Nurul siswa. Untuk itu peneliti
Islam Ngaliyan melakukan penelitian mengenai
Semarang Tahun Pengaruh Penerapan Metode
Ajaran 2015/2016”, Teams Games Tournament (TGT)
Skripsi, UIN dengan Media Audio Visual
Walisongo, 2016.23 Terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik Mata Pelajaran IPS Kelas
IV Materi Pokok Koperasi di MIT
Nurul Islam Ngaliyan Semarang
Tahun Ajaran 2015/2016.
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian
skripsi Siti Asniah Siti Asniah membahas tentang
dengan penelitian peningkatan hasil belajar siswa
skripsi penulis adalah mata pelajaran IPS, sedangkan
sama-sama meneliti dalam penelitian skripsi penulis
model Team Game untuk meningkatkan motivasi
Tournament (TGT). belajar siswa mata pelajaran Al –
Qur’an Hadits.
4 Ani Rosidah, Hasil penelitian menunjukkan
“Implementasi Metode bahwa metode TGT pada mata
TGT (Team Game pelajaran IPS kelas V MI Hasyim
Tournament) Untuk Asy’ari Wonoanti Trenggalek
Meningkatkan mampu meningkatkan motivasi
Motivasi Belajar Siswa belajar siswa. Hal tersebut dapat
Pada Mata Pelajaran dilihat perbandingan dari mulai
IPS Siswa Kelas V MI pre test yang semula rata – rata
Hasyim As’yari 68,33 dan observasi motivasi yang
Wonoanti Trenggalek”, rata – rata 1,7 pada siklus pertama

23
Siti Asniah, “Pengaruh Penerapan Metode Team Game
Tournament (TGT) Dengan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik Mata Pelajaran IPS Kelas IV Materi Pokok Koperasi Di
MIT Nurul Islam Ngaliyan Semarang Tahun Ajaran 2015/2016”, (Skripsi,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo,
2016).

36
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
Skripsi, UIN Maulana nilai rata – rata siswa naik menjadi
Malik Ibrahim, 2013.24 75.0 dan tingkat motivasi siswa
yang juga naik menjadi 2,6 dan
pada siklus kedua nilai siswa naik
lagi menjadi 85,0 dan motivasi
belajar yang rata – rata 3,2.
Sehingga bisa memenuhi standar
nilai yang ada pada MI Hasyim
Asy’ari. Dengan demikian metode
TGT dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian
skripsi Ani Rosidah Ani Rosidah membahas tentang
dengan penelitian peningkatan motivasi belajar siswa
skripsi penulis adalah mata pelajaran IPS, sedangkan
sama-sama meneliti dalam penelitian skripsi penulis
motivasi belajar siswa. untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa mata pelajaran Al –
Qur’an Hadits.
5 Afifatus Sholihah, Berdasarkan hasil analisis data
“Pengaruh Penggunaan yang dilakukan peneliti dapat di
Model Team Game simpulkan bahwa (1) Ada
Tournament (TGT) pengaruh yang signifikan Model
Terhadap Motivasi Pembelajaan TGT terhadap
Belajar dan Hasil Motivasi Belajar dalam siswa
Belajar Dalam Tema kelas V MI Ma’arif Patihan Wetan
Panas Dan Babadan Ponorogo. (2)Tidak Ada
Perpindahannya Bagi pengaruh yang signifikan Model
Siswa Kelas V MI Pembelajaan TGT terhadap
Ma’arif Patihan Wetan Motivasi Belajar dalam siswa
Babadan Ponorogo kelas V MI Ma’arif Patihan Wetan

24
Ani Rosidah, “Implementasi Metode TGT (Team Game
Tournament) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPS Siswa Kelas V MI Hasyim As’yari Wonoanti Trenggalek”,
(Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, 2013).

37
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
2018/2019” Skripsi, Babadan Ponorogo. (3) Ada
IAIN Ponorogo, pengaruh model pembelajaran
2019.25 Teams Games Tournamen (TGT)
terhadap motivasi dan hasil belajar
bagi siswa kelas V MI Ma’arf
Patihan Wetan tahun ajaran
2018/2019. Yang ditunjukkan
signifikansi untuk Pillai’s Trace,
Wilks’Lambda, Hotelling’s Trace,
Roy’s Largest Root. Kelas
memiliki signifikan yang lebih
dari 0,05
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian
skripsi Afifatus Afifatus Sholihah membahas
Sholihah dengan tentang peningkatan motivasi dan
penelitian skripsi hasil belajar siswa, sedangkan
penulis adalah sama- dalam penelitian skripsi penulis
sama meneliti model untuk meningkatkan motivasi
Team Game belajar siswa.
Tournament (TGT).
6 Diracahya Chairani, Hasil penelitian ini menunjukkan
“Implementasi Model bahwa Implementasi Model
Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kooperatif Tipe Team Team Game Tournament (TGT)
Game Tournament dapat meningkatkan Motivasi
(TGT) Untuk Belajar Kompetensi Membukukan
Meningkatkan Jurnal Penyesuaian Siswa Kelas X
Motivasi Belajar Keuangan SMK Muhammadiyah 1
Kompetensi Prambanan Klaten Tahun Ajaran
Membukukan Jurnal 2016/2017. Skor motivasi belajar

25
Afifatus Sholihah, “Pengaruh Penggunaan Model Team Game
Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Dalam
Tema Panas Dan Perpindahannya Bagi Siswa Kelas V MI Ma’arif
Patihan Wetan Babadan Ponorogo 2018/2019”, (Skripsi, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,
2019).

38
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
Penyesuaian Siswa kompetensi membukukan jurnal
Kelas X Keuangan penyesuaian berdasarkan observasi
SMK Muhammadiyah meningkat sebesar 26,3% dari skor
1 Prambanan Klaten siklus I sebesar 64,5% menjadi
Tahun Ajaran 90,8% pada siklus II, sedangkan
2016/2017”, Skripsi, berdasarkan angket meningkat
2017.26 sebesar 3,45% dari skor siklus I
sebesar 81,55% menjadi 85% pada
siklus II. Seluruh aspek motivasi
belajar yang diukur mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus
II dengan presentase skor
peningkatan antara 12,56% sampai
dengan 43,6% (observasi) dan
atara 0,67% sampai dengan
10,15% (angket).
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian
skripsi Diracahya untuk meningkatkan motivasi
Chairani dengan belajar Kompetensi Membukukan
penelitian skripsi Jurnal Penyesuaian Siswa,
penulis adalah sama- sedangkan dalam penelitian skripsi
sama meneliti motivasi penulis untuk meningkatkan
belajar siswa. motivasi belajar siswa.
7 Lilik Fauziyah, Hasil penelitian menunjukkan: 1)
“Pembelajaran IPA adaperbedaan motivasi belajar IPA
Model Pola siswa sebelum dan sesudah
Pemberdayaan Berpikir pelaksanaan pembelajaran dengan
Melalui Pertanyaan menggunakan pola PBMP-TGT;
(PBMP) Dalam 2) ada perbedaan hasil belajar IPA
Pembelajaran siswa sebelum dan sesudah

26
Diracahya Chairani, “Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Kompetensi Membukukan Jurnal Penyesuaian Siswa
Kelas X Keuangan SMK Muhammadiyah 1 Prambanan Klaten Tahun
Ajaran 2016/2017”, (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta, 2017).

39
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
Kooperatif Team Game pelaksanaan pembelajaran dengan
Tournament (TGT) menggunakan pola PBMP-TGT.
Terhadap Motivasi Dan Berdasarkan kesimpulan yang
Hasil Belajar Siswa diperoleh, saran yang diajukan
Kelas IV MIN 2 Kota adalah: 1) Pembelajaran pola
Malang”, Tesis, UIN PBMP-TGT terbukti lebih efektif
Maulana Malik untuk meningkatkan motivasi dan
Ibrahim Malang, 2018. hasil belajar siswa, sehingga
27
diharapkan sekolah dapat
membuat kebijakan-kebijakan
yang dapat meningkatkan dan
mengembangkan kualitas proses
pembelajaran; 2) Pembelajaran
model pola PBMP-TGT dapat
menjadi alternative pilihan bagi
guru dalam variasi proses
pembelajaran khususnya
matapelajaran IPA di tingkat MI;
3) Pelaksanaan pembelajaran
kooperatif dapat menjadi
alternative dalam
mengkombinasikan pola
pembelajaran di kelas untuk
keperluan mengeksplor
kemampuan siswa; 4) Penelitian
ini terbatas pada pokok bahasan
Alat Indra Manusia, sehingga
perlu adanya penelitian lebih
lanjut dengan menggunakan pola
pembelajaran PBMP-TGT pada
pokok bahasan yang lain.

27
Lilik Fauziyah, “Pembelajaran IPA Model Pola Pemberdayaan
Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Dalam Pembelajaran Kooperatif
Team Game Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar
Siswa Kelas IV MIN 2 Kota Malang”, (Tesis, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018).

40
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian
skripsi Lilik Fauziyah Lilik Fauziyah membahas tentang
dengan penelitian peningkatan motivasi dan hasil
skripsi penulis adalah belajar siswa pada mata pelajaran
sama-sama meneliti IPA, sedangkan dalam penelitian
motivasi belajar siswa. skripsi penulis untuk
meningkatkan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Al –
Qur’an Hadits.
8 Yessy Mayangsari, Hasil analisis data deskriptif
“Penerapan menunjukkan bahwa penerapan
Pembelajaran model pembelajaran kooperatif
Matematika Melalui tipe Team Games Tournament
Model Pembelajaran (TGT) dengan pendekatan
Kooperatif Tipe Team kontekstual dilaksanakan guru dan
Game Tournament siswa dengan baik berdasarkan
(TGT) Dengan kegiatan pembelajaran yang
pendekatan mampu meningkatkan proses
Kontekstual Pada pembelajaran dan berdampak
Siswa SMP positif terhadap pembelajaran
Muhammadiyah 06 matematika, tingkat pemahaman
Dau Tahun Pelajaran siswa dengan aspek translasi,
2014/2015”, Skripsi, interpretasi dan ekstrapolasi yang
Universitas berkategorikan baik, serta tingkat
Muhammadiyah kerjasama siswa dengan kategori
Malang, 2015.28 cukup baik untuk aspek
berkooperasi dan baik untuk aspek
keterampilan berkomunikasi lisan
dan berkoordinasi.
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian

28
Yessy Mayangsari, “Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)
Dengan pendekatan Kontekstual Pada Siswa SMP Muhammadiyah 06
Dau Tahun Pelajaran 2014/2015”, (Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang, 2015).

41
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
skripsi Yessy Yessy Mayangsari membahas
Mayangsari dengan tentang penggunaan model
penelitian skripsi pembelajaran tipe Team Game
penulis adalah sama- Tournament (TGT) pada mata
sama meneliti pelajaran matematika, sedangkan
pembelajaran Team dalam penelitian skripsi penulis
Game Tournament menggunakan model Pembelajaran
(TGT). tipe Team Game Tournament
(TGT) mata pelajaran Al – Qur’an
Hadits
9 Nanang Sukmawan Penelitian ini menghasilkan
Setiyabudi, “Efektifitas temuan-temuan sebagai berikut: 1)
Model Pembelajaran ada perbedaan secara signifikan
Kooperatif Tipe Team motivasi belajar antara kelompok
Game Tournament siswa yang belajar menggunakan
(TGT) Untuk model pembelajaran kooperatif
Meningkatkan tipe TGT dengan antara kelompok
Motivasi Dan Prestasi siswa yang belajar menggunakan
Belajar Matematika model pembelajaran konvensional
Siswa Kelas V Di MIN dan , 2) ada perbedaan secara
Malang I”, Tesis, UIN signifikan prestasi belajar antara
Maulana Malik kelompok siswa yang belajar
Ibrahim Malang, dengan model pembelajaran
2016.29 kooperatif tipe TGT dan antara
kelompok siswa yang belajar
menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Persamaan Perbedaan
Persamaan penelitian Perbedaannya, dalam penelitian
skripsi Nanang Nanang Sukmawan Setiyabudi
Sukmawan Setiyabudi membahas tentang peningkatan
dengan penelitian motivasi dan prestasi belajar

29
Nanang Sukmawan Setiyabudi, “Efektifitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan
Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Di MIN
Malang I”, (Tesis, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2016).

42
Penulis, Judul,
No. Hasil dan Kesimpulan
Instansi, Tahun
skripsi penulis adalah siswa, sedangkan dalam penelitian
sama-sama meneliti skripsi penulis untuk
motivasi belajar siswa. meningkatkan motivasi belajar
siswa.

Dari kesembilan penelitian di atas, skripsi pertama


membahas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT (Team Game Tournament) Dalam Materi Pokok
Logaritma Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil
Belajar, skripsi kedua membahas Efektifitas Penggunaan
Permainan Monopoli Sebagai Media Pembelajaran Team
Game Tournament (TGT) Pada Materi Hukum Bacaan Mim
Sukun Terhadap Hasil Belajar, skripsi ketiga membahas
Pengaruh Penerapan Metode Team Game Tournament (TGT)
Dengan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar, skripsi
keempat membahas Implementasi Metode TGT (Team Game
Tournament) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran IPS, skripsi kelima membahas tentang
Pengaruh Penggunaan Model Team Game Tournament (TGT)
Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Dalam Tema
Panas Dan Perpindahannya, skripsi keenam membahas
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Game Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Kompetensi Membukukan Jurnal Penyesuaian Siswa,
skripsi ketujuh membahas tentang Pembelajaran IPA Model
Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)
Dalam Pembelajaran Kooperatif Team Game Tournament
(TGT) Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar, skripsi kedelapan
membahas tentang Penerapan Pembelajaran Matematika
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game
Tournament (TGT) Dengan pendekatan Kontekstual, dan
skripsi kesembilan membahas tentang Efektifitas Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)
Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar.
Adapun penelitian yang penulis lakukan fokus membahas
Implementasi Metode Team Game Turnamen (TGT) Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-

43
Qur’an Hadits Siswa Kelas III di MI NU Nahdlotul Wathon
Piji Dawe, Kudus Tahun Pelajaran 2019/2020.

C. Kerangka Berpikir
Pada pembahasan ini, kerangka berpikir yang penulis
akan cantumkan dari judul berdasarkan teori. Untuk itu perlu
diketahui landasan teori yang berkaitan dengan judul
“Implementasi Metode Team Game Turnamen (TGT) Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-
Qur’an Hadits Siswa Kelas III di MI NU Nahdlotul Wathon
Piji Dawe, Kudus Tahun Pelajaran 2019/2020”. Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtida’iyah yang
dimaksudkan untuk memberikan motivasi bimbingan,
pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang
terkandung dalam Al-Qur’an Hadits sehingga dapat
mewujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai perwujudan
iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dalam observasi yang dilakukan penulis di MI NU
Nahdlotul Wathon Piji Dawe, Kudus mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits terdapat permasalahan yaitu motivasi belajar sangat
rendah. Ada kemungkinan metode belajar yang digunakan oleh
guru dalam melaksanakan proses belajar tidak sesuai dengan
karakter siswa. Banyak siswa yang mengeluh terhadap materi
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, hal ini ditandai dengan
perolehan nilai murid belum mencapai standar minimal yang
ditetapkan oleh guru mata pelajaran, bahkan ada diantara
murid tidak menyukai sama sekali mata pelajaran Al–Qur’an
Hadits ini sehingga terjadi kepasifan dalam belajar. Adanya
murid yang tidak berpartisipasi saat mengikuti proses
pembelajaran karena masih kurangnya motivasi terhadap
persoalan mata pelajaran Al–Qur’an Hadits.
Melihat permasalahan tersebut guru Al-Qur’an Hadits
mencari pemecahan masalah melalui penerapan Metode Team
Game Turnamen (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa. Metode Team Game Turnamen adalah salah satu
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan
suku atau ras yang berbeda. Dengan diterapkannya metode

44
tersebut guru kemudian melakukan evaluasi untuk mengetahui
peningkatan motivasi belajar peserta didik.
Jadi kesimpulan berdasarkan kerangka di atas, dapat
diketahui bahwa terdapat motivasi belajar siswa yang rendah.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukannya
implementasi Model Team Game Turnamen (TGT) khususnya
pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dengan tujuan yang
diharapkan akan membentuk semua murid termotivasi untuk
belajar khususnya siswa kelas III. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat penulis gambarkan alur pemikirannya sebagai berikut:

Metode Team Game Turnamen (TGT)


untuk meningkatkan motivasi siswa

Motivasi siswa yang rendah

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits kelas III MI


NU Nahdlotul Wathon dengan
menggunakan Metode Team Game
Turnamen (TGT)

Semua murid termotivasi untuk belajar


mata pelajaran Al-Quran Hadits khususnya
siswa kelas III

Gambar 1
Kerangaka Berpikir

45

Anda mungkin juga menyukai