Anda di halaman 1dari 9

REKAYASA IDE MANAJEMEN PEMBELAJARAN

“Analisis Strategi dan media pembelajaran”

OLEH :

Gylbert GrenWino Sitompul (8196117001)

PENDIDIKAN OLAHRAGA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis

dapat menyelesaikan tugas “ Rekayasa Manajemen Model Pembelajaran” yang

masih jauh dari sempurna ini.

Adapun maksud dari penulisan “Rekayasa Manajemen model pembelajaran” ini

adalah untuk memenuhi tugas Manajemen dan Model Pembelajaran POR, yang

dalam hal ini proses penulisannya tak lepas dari pengarahan dan bimbingan dari

bapak Dr. Albadi Sinulingga, M.Pd selaku dosen mata kuliah.

Penulis minta maaf jika dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Saya

berharap kritik dan saran dari semua pembaca. Terimakasih saya ucapkan kepada

semua rekan dan semua pembaca.

                                                                                                         

Medan, 14 April 2020 

                                                                                                                       

Penulis

                   
Analisis Strategi dan Media Pembelajaran

A. Model pembelajaran Teams Games Tournaments

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe

atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor

sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar

dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams

Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping

menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan

keterlibatan belajar.

Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied

Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns

Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang

beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis

kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam

kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT)

hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan

sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik.

Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang

setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000)

menjelaskan bahwa Teams games tournament TGT telah  digunakan dalam berbagai
macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan

pembelajaranyang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti

perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.

Dalam TGT peserta didik memainkan permainan-permainan  dengan anggota

tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Penyusunan

permainan dapat disusun dalam bentuk kuis berupa pertanyaan yang berkaitan dengan

materi pelajaran.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT), atau

pertandingan permainan tim dikembangkang secara asli oleh David De Vries dan

Keath Edward (1995). Pada Model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-

anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. (Trianto,

2010).

B. Penjelasan Masing-Masing Langkah

Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:

1.    Penyajian Kelas (Class Presentations)

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas

atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations). Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang

LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan

pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat

penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami

materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game atau permainan karena skor game

atau permainan akan menentukan skor kelompok.

2.    Belajar dalam Kelompok (Teams)

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria

kemampuan (prestasi) peserta didik dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin,

etnikdanras. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Fungsi

kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan

lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan

optimal pada saat game atau permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas,

kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari lembar kerja.

Dalam belajar kelompok ini kegiatan peserta didik adalah mendiskusikan masalah-

masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-

kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.

3.  Permainan (Games)

Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan

materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari

penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game atau permainan ini dimainkan

pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang peserta didik yang mewakili tim atau

kelompoknya masing-masing. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba

menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab
benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan

peserta didik untuk turnamen atau lomba mingguan.

4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)

Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan

terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap

unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan

lembar kerja peserta didik (LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru membagi

peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Tiga peserta didik

tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada

meja II dan seterusnya.

5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan

kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat

atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau

kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great

Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40

kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah

mereka buat.
C.  Sasaran penggunaan desain

Sasaran penggunaan desainnya ini kepada Kepala Sekolah sebagai acuan dalam

menyusun program pembelajaran, sebagai motivasi untuk menyediakan sarana dan

prasarana sekolah untuk terciptanya pembelajaran yang optimal, dan hasil penelitian

dapat digunakan sebagai salah satu model referensi pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Bagi Guru model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi

dalam meningkatkan program kegiatan belajar mengajar dikelas, untuk

mempermudah bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar di kelas, dan dapat

digunakan sebagai pedoman dalam penggunaan model yang sesuai dalam proses

pembelajaran.

Sasaran penggunaan desain ini bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar

pada materi yang dipelajari dan memberikan motivasi dalam belajar agar memiliki

kemampuan yang maksimal sebagai bekal pengetahuan dimasa yang akan datang.

D. Kelebihan Desain

Metode pembelajran Kooperatif Team Games Tournament  (TGT), ini

mempunyai kelebihan yaitu :

1)      Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.

2)      Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

3)      Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara  mendalam.


4)      Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.

5)      Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.

6)      Motivasi belajar lebih tinggi.

7)      Hasil belajar lebih baik.

8)      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

9)      Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan

akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi peserta didik yang

berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang

penting dalam kelompoknya.

10)  Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan

saling menghargai sesama anggota kelompoknya.

11)  Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam

mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah

penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.

12)  Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik menjadi lebih

senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen

dalam model ini.


E. Kelemahan Desain

Kelemahan TGT adalah:

1)      Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari

segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai

pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Dan waktu yang

dihabiskan  untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang

sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara

menyeluruh. 

2)      Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan

penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru

adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik

tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

3)      Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat lama.

4)      Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih materi

pelajaran yang cocok untuk model ini.

5)      Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya

membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru harus tahu urutan

akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga terendah.

Anda mungkin juga menyukai