Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN AKHIR

Mata Kuliah Model Numbered Head Together

Disusun Oleh:

1. Suhartin Ari Patmawati NPM. 1840604002


2. Mairina NPM. 1840604024

Program Studi Pendidikan Matematika


Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Borneo Tarakan
Januari, 2021
A. Sejarah Model Pembelajaran Numbered Head Together

Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer
Kagan 1992 (dalam Muslimin, 2000 : 25). Tehnik ini memberikan kesempatan pada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain
itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Tehnik
ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993).
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-
kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari
sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk
oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan
untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

B. Karakteristik  Model Pembelajaran Numbered Head Together

Beberapa perbedaan yang terletak pada karakteristik dan Numbered Head Together
menurut Rusman (2012, 206), yaitu antara lain:

1. Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara


tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai
tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi , yaitu :

a. Fungsi manajemen sebagai perencanaan, Pelaksanaan menunjukkan bahwa


pelaksanaan menunujukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
b. Fungsi manajemen sebagai organisasi, Menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan
dengan efektif.
c. Fungsi manajemen sebagai control, Menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun
non tes.

3. Kemauan untuk bekerjasama. Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh


keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu
ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerjasama yang baik, pembelajaran
kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.
4. Ketrampilan bekerjasama, Kemampuan bekerjasama dipraktikan melalui aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk
mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

C. Sintaks dan langkah Model Pembelajaran Number Heads Together

Agus (2014, h. 69) sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.3

Sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together

Fase-Fase Prilaku Guru


Fase 1: Establishing Menjelaskan tujuan pembelajaran,
set Menyampaikan informasi latar belakang pelajaran,
tujuan dan mempersiapkan peserta didik untuk
mempersiapkan belajar.
peserta didik.
Fase 2: Demonstrating Mendemonstarsikan keterampilan
Mendemonstasikan pengetahuan atau yang benar, menyajikan informasi
keterampilan tahap demi tahap
Fase 3: Guided Practice Merencanakan dan memberi
Membimbing pelatihan pelatihan awal.
Fase 4: Feed bacek Mengecek apakah peserta didik telah
Mengecek pemahaman dan berhasil melakukan tugas dengan
memberikan umpan balik baik, memberikan umpan balik
Fase 5: Extended pratice Mempersiapkan kesempatan
Memberikan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan,
untuk pelatihan lanjutan dengan pelatihan khusus pada
dan penerapan penerapan kepada situasi lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-
hari.
D. Contoh Model Number Heads Together Dalam Pembelajaran Matematika di SMP

Media Kartu Soal


Salah satu jenis media pembela jaran adalah media kartu soal. Kartu soal merupakan media
pembelajaran yang dilakukan untuk melatih pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan
oleh guru. Kartu soal digunakan sebagai sarana agar siswa dapat belajar secara aktif dalam kegiatan
belajar berfikir kritis didalam kelas dan secara intuitif dapat menemukan cara atau pembuktian teori
tertentu untuk membuka cakrawala berpikir siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika dengan
kemampuan menerapkan matematika.
Dengan media kartu soal, siswa terampil mengerjakan soal-soal sendiri dalam belajar
mengatasi masalah. Selain itu, melalui kartu soal, siswa akan menyerap konsep-konsep matematika,
mencari struktur-struktur matematika dalam menyelesaikan masalahmasalah matematika. Manfaat lain
yang dapat mendukung penggunaan kartu soal dalam pembelajaran adalah mengoptimalkan interaksi
antara semua elemen pembelajaran (guru, siswa, media) dan mengoptimalkan dalam keikutsertaan
seluruh sense siswa (panca indera, rasa dan karsa).
Model Pembelajaran NHT dengan Media Kartu Soal
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media kartu soal di kelas VII-5 SMPN
3 Kota Bengkulu sebagai berikut :
1. Penomoran
a. Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 5 orang siswa yang heterogen, kemudian
setiap siswa dalam kelompok diberikan nomor yang berbeda. Pembagian nomor dibentuk berdasarkan
nilai siswa, nomor 1 merupakan siswa yang memiliki nilai tertinggi kemudian diikuti dengan nomor 2
sampai nomor 5 dengan nilai yang menurun.
2. Penjelasan materi pelajaran dan pengajuan pertanyaan
a. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
b. Guru menjelaskan gambaran umum materi pelajaran yang akan dipelajari.
3. Berpikir bersama
a. Guru membagikan kartu soal kepada masing-masing kelompok dan meminta siswa untuk
menyelesaikannya secara bersama-sama.
b. Guru meminta siswa untuk berpikir bersama, saling bertukar pendapat dan informasi dalam
menyelesaikan soal agar anggota kelompok mengetahui cara menyelesaikan soal pada kartu soal. c.
Selama kegiatan diskusi kelompok, guru berkeliling memantau kerja siswa dan membimbing siswa
yang mengalami kesulitan.
4. Menjawab
a. Guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak. Siswa yang terpilih mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
b. Selama presentasi berlangsung, kelompok lain memperhatikan temannya yang sedang
presentasi dan memberi tanggapan setelah temannya selesai presentasi.
5. Kesimpulan
a. Siswa dibantu dengan guru menyimpulkan hasil pelajaran yang telah dipelajari.
b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan
mengingatkan kepada siswa untuk terus belajar dan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
diajarkan.
c. Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam.
Daftar Pustaka

Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 1, No. 2, Desember 2017
Iqra’ (Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan) E-ISSN 2548-7892. P-ISSN 2527-4449. Vol. 2. No.1, Juni
2017, pp. 69 – 88
https://media.neliti.com/media/publications/258071-penerapan-model-pembelajaran-kooperatif-
7c06828b.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/71072-ID-pengaruh-penggunaan-model-
pembelajaran-k.pdf
http://www.jejakpendidikan.com/2017/03/model-pembelajaran-numbered-head.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai