Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses pembelajaran tidak lepas dari apa yang disebut dengan model pembelajaran. Model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Hal itu merupakan interpretasi atas
hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan
belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi
kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru.


Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya
lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung,
mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran berpusat pada guru. Dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran konvensional lebih terpusat kepada guru yang mengajar bukan siswa.
Pembelajaran yang monoton seperti itu tidaklah cocok dipraktikkan di kelas-kelas, mengingat
pembelajaran yang dilakukan dengan adanya aktivitas dua arah akan menghasilkan pembelajaran
yang lebih menarik dan efektif.

Berdasarkan hal tersebut kemudian muncul berbagai model dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan instruksional serta pelaksanaannya dilihat dari sarana dan waktu yang
tersedia. Salah satunya yaitu metode peer teaching (mengajar teman sebaya / tutor sebaya).
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai metode peer teaching.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan metode peer teaching?


2. Apa tujuan metode peer teaching?
3. Apa manfaat dari metode peer teaching?
4. Bagaimana teknik dan strategi dalam metode peer teaching?
5. Bagaimana tahap pelaksanaan metode peer teaching?
6. Apa saja evaluasi penerapan dari metode peer teaching?
7. Apa kelebihan dan kekurangan metode peer teaching?

C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi metode peer teaching
2. Mengetahui tujuan metode peer teaching
3. Mengetahui manfaat metode peer teaching
4. Mengetahui teknik dan strategi dalam metode peer teaching
5. Mengetahui tahap pelaksanaan metode peer teaching
6. Mengetahui evaluasi penerapan dari metode peer teaching
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode peer teaching
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PEER TEACHING


Ada saatnya seorang guru mengalami kebuntuan dalam memilih metode yang efektif untuk
diterapkan pada proses pembelajaran dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan
dikuasai oleh siswa. Walaupun metode pembelajaran beragam, menentukan metode mana yang
paling sesuai untuk diterapkan bukanlah pekerjaan yang gampang. Disinilah sebenarnya seorang
guru dituntut keprofesionalannya sebagai pendidik, pembimbing, dan pengajar.

Pada umumnya siswa akan sangat tertarik dengan hal-hal yang baru. Atas dasar inilah seorang
guru harus jeli dalam memilih metode pembelajaran agar siswa tetap termotivasi dan antusias
untuk belajar. Metode mengajar sesama teman (peer teaching methods) bisa dijadikan pilihan
untuk memenuhi hal itu.

Model pembelajaran yang dinilai memiliki efektivitas tinggi, menurut Boud, et al. (2001) adalah
peer teaching atau disebut juga peer learning bahwa:
Peer teaching involves students learning from and with each other in ways which are mutually
beneficial and involve sharing knowledge, ideas and experience between participants. The
emphasis is on the learning process, including the emotional support that learners offer each
other, as much as the learning itself.
Istilah peer tutoring mengandung makna yang sama dengan tutor teman sejawat atau peer
teaching. Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa peer-teaching merupakan salah
satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta didik mampu mengajar pada peserta
didik lainnya. Dengan pendekatan peer-teaching siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan
sesama temannya atau mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru, baik tugas
itu dikerjakan di rumah maupun di sekolah.

Peer teaching merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa
(andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), peer teaching is a learner-centered
activity because members of educational communities plan and facilitate learning opportunities
for each other. There is the expectation of reciprocity, e.g., peers will plan and facilitate courses
of study and be able to learn from the planning and facilitation of other members of the
community. Artinya, peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik
sebab anggota komunitas merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya
sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang
akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan dan
fasilitas dari anggta kelompok lainnya.

Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini
siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh
berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide
dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya,
teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di
sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman
sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri,
malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Suherman, 2003:277).

Tutor teman sebaya adalah perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu
pengajaran kepada siswa lain, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi
peran tutor dan tutee. Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee, tapi pada beberapa
variasi tutorial jarak pengetahuan yang dimiliki antara tutor dan tutee minimal (Roscoe & Chi,
2007). Hisyam Zaini (dalam Amin Suyitno, 2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang
paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model
pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam
mengajarkan materi kepada teman-temannya.

Peer tutoring dan peer assessment merupakan solusi termudah dan solusi dalam menghadapi
kendala-kendala dalam pembelajaran komputer terutama disekolah-sekolah yang belum memiliki
sarana dan prasarana memadai, tenaga pengajar yang kurang, jumlah siswa dikelas yang sangat
besar, dan dana yang terbatas. Pembelajaran dengan memanfaatkan peer tutoring dan peer
assessment ternyata mampu mengoptimalkan pembelajaran komputer, yang pada akhirnya
mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi sekarang ini
(Arikunto, S. 2006).

Model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam
pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa menjadi
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas dan siswa menjadi terampil dan
berani mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran (Ribowo. 2006). Model
pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana
semua siswa aktif, siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas, semua perwakilan
kelompok berani mengerjakan tugas didepan kelas, siswa berani bertanya dan respon siswa yang
diajar sangat tinggi (Riyono. 2006).

Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan
bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang
dipelajarinya (Suherman, dkk. 2003). Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya
tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang
kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya
(Sukmadinata, 2007).

Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai
pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan system
pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya dibawah KKM
atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima
(disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa
takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang
dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau
keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk
memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan. Model tutorial
merupakan cara penyampaian bahan pelajaran yang telah dikembangkan dalam bentuk modul
untuk dipelajari siswa secara mandiri. (Martinis, 2007).

Penerapan model pembelajaran tutor sebaya telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa yang terbukti signifikan dimana peningkatan tersebut terlihat dalam setiap siklus
belajar. Keunggulan model pembelajaran tutor sebaya juga ditunjukkan oleh ketuntasan belajar
siswa yang mengalami peningkatan (Johar Maknun dan Toto Hidajat Soehada). Pada kasus
pembelajaran Matematika, model pembelajaran tutor sebaya lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam hal meningkatkan
hasil belajar siswa (Ika Marlita Sari. 2006).

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode peer teaching adalah teknik menyampaikan materi ajar
melalui rekan atau bantuan teman sendiri. Ini berarti bahwa peer teaching itu melibatkan siswa
belajar dari dan dengan satu sama lain dalam cara-cara yang saling menguntungkan dan di sana
terlibat suasana berbagi pengetahuan, ide dan pengalaman antara peserta. Penekanannya adalah
pada proses pembelajaran, termasuk dukungan emosional yang ditawarkan peserta didik satu
sama lain, sejauh menyangkut pembelajaran itu sendiri.

B. TUJUAN PEER TEACHING

Peer teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya, ada
beberapa ahli ada yang meneliti masalah ini diantaranya, adalah Edward L. Dejnozken dan
David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia menyebutkan pengertan tutor sebaya
adalah sebagai berikut: Tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe
pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang
lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang dimunculkan pertukaran usia pengajar.
Muntasir dalam bukunya pengajaran terprogram mengemukakan bahwa Tutor berfungsi sebagai
tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci.

Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktf karena
tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana
diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-
muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan khayalannya.

Secara umum tujuan dari metode peer teaching yaitu:


1. Memberikan umpan balik sehingga siswa belajar secara aktif
2. Siswa lebih cenderung berani untuk bertanya / aktif
3. Memotivasi dan meyakinkan siswa
4. Efektif untuk meningkatkan harga diri (selfesteem), pengembangan akademik dan social,
meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
5. Meningkatkan keseluruhan perilaku, sikap, harga diri, komunikasi, ketrampilan interpersonal.

Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau
kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan
kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri.
Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman,
sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.
Dengan peer teaching memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan
kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu. Hal
tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah
laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa. Sedangkan peer
assessment adalah penilaian kegiatan siswa oleh tutornya, tentu saja dengan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya.

C. MANFAAT PEER TEACHING

Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai macam masalah yang terjadi, baik dari faktor
internal maupun faktor eksternal siswa. Faktor internal terdiri atas keadaan fisik siswa,
intelegensi siswa, serta keadaan psikologi siswa, misalnya minat dan motivasi. Sedangkan yang
termasuk dalam faktor eksternal adalah kemampuan mengajar guru, media pembelajaran yang
digunakan guru, model pembelajaran yang digunakan, sumber atau bahan pelajaran serta
kurikulum.

Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan suasana yang
membosankan dan tidak menarik, sehingga siswa yang tadinya mau belajar akan menjadi malas
dan tidak semangat. Model pembelajaran yang monoton atau yang kita sebut konvensional
ternyata membuat dampak yang negatif bagi siswa tersebut. Masalah ini dapat ditanggulangi
dengan cara mengganti atau mengubah model pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas
dengan model yang lain, yang akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta menjadi fokus
dan konsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Akibat dari pemakaian model
pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula terhadap perkembangan anak, hal ini dapat
dilihat dari nilai prestasi siswa yang dinilai kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi
harapan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mencoba menanggulangi masalah yang
terjadi dengan cara menggunakan model pembelajaran jenis lain yang dianggap lebih efektif
dalam pembelajaran dibandingkan dengan model konvensional.

Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran peer teaching (tutor sebaya)
atau peer learning. Model pembelajaran peer teaching atau peer learning ini menitikberatkan
pada sharing knowledge, sharing ideas dan sharing experience. Dengan mengganti model
pembelajaran diharapkan kualitas output yang diharapkan oleh semua pihak dapat tercapai.
Skema I-P-O untuk model peer teaching dalam meningkatkan prestasi belajar dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman
siswa dalam belajar dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena
dengan penggunaan model yang tepat, masalah dalam proses pembelajaran dapat dilalui dengan
lebih mudah, menyenangkan, dan lebih mendalam.

Secara umum manfaat dari metode peer teaching yaitu:

Otak bekerja secara aktif


Dengan strategi peer teaching siswa diajak belajar secara aktif baik di dalam maupun di luar
kelas, mereka diberi kesempatan untuk memilih strategi apa yang mereka inginkan dan mereka
juga mempunyai tanggung jawab menguasai pelajaran untuk dipresentasikan atau diajarkan
kepada temannya.

Hasil belajar yang maksimal


Dengan strategi peer teaching peserta didik dapat belajar secara aktif, di dalam dan di luar kelas
dan mereka mempunyai tanggung jawab untuk mendiskusikan dan mengajarkan materi pelajaran
kepada teman yang lain, sehingga mendorong mereka untuk lebih giat belajar baik secara
mandiri maupun kelompok. Dengan demikian hasil belajar akan lebih maksimal.

Tidak mudah melupakan materi pelajaran


Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat
melupakan apa yang telah diberikan. Dan dalam strategi peer teaching ini siswa diajak serta
untuk aktif dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian
akan membuahkan hasil belajar yang langgeng.

Proses pembelajaran yang menyenangkan


Strategi peer teaching merupakan strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar
secara aktif. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta
didik akan merasakan suasana menyenangkan.
Otak dapat memproses informasi dengan baik
Otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk kalau otak itu tidak dalam kondisi on ,
maka otak memerlukan sesuatu yang dapat dipakai untuk menghubungkan antara informasi yang
baru diajarkan dengan informasi yang telah dimiliki. Langkah - langkah itu bisa berupa
pengulangan informasi, mempertanyakan informasi atau mengajarkannya kepada orang.

Adapun menurut beberapa ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al.
2001) manfaat dari pembelajaran peer teaching ini adalah:
1. Meningkatkan motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran maupun
‘produk’ pengajaran
2. Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level
pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan untuk
mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills);
3. Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu
meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan
konstruk-konstruk pengetahuan;
4. Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa untuk lebih
mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis. Pada gilirannya
siswa dapat lebih menghargai pengalaman belajar mereka. Proses penerapan model ini
dapat dilakukan di luar lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan
pengajaran.

Dari kegiatan yang dilakukan Westberg dan Jason (1996) dapat dibuat suatu rangkuman yang
berguna mengenai gagasan yang tersirat dan ditekankan beberapa alasan penting penggunaan
metode peer teaching :
a. Proses kelompok dan keterampilan pembentukan tim.
Pembelajaran peer teaching memiliki manfaat intrapersonal, interpersonal juga manfaat
kelompok. Dengan saling berbagi ide bersama rekan mereka, anggota kelompok belajar dapat
menghargai perbedaan pandangan dan kemampuan yang mereka salurkan melalui aktivitas
mereka dengan kelompok yang lain, dan ereka salurkan kemudian dalam kehidupan pekerjaan
mereka (Dimock, 1986, Corey and Corey,1997;Westberg and Jason, 1996)

b. Pembelajaran antar rekan.


Rekan dapat memfasilitasi, memperjelas kesenjangan pengetahuan, mengkaji dan menelaah
konsep, serta saling berbagi sumber maupun pengalaman pribadi yang relevan. Melalui diskusi
dengan rekan yang lain, peserta didik dapat memperluas wawasan mereka dalam konteks opini
rekan mereka, dapat belajar keterampilan interpersonal yang efektif, dan mengetahui kelebihan
maupun kelemahan diri ataupun rekan mereka

c. Pembelajaran bersifat aktif dan terindividualisasi.


Di dalam konteks peer teaching yang menekankan kerja sama, setiap individu terlibat aktif
dalam proses pembelajaran begitu begitu mereka mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran,
sasaran maupun gaya belajar mereka. Individualisasi terhadap proses pembelajaran seseorang di
dalam peer teaching dapat meningkatkankonsep diri, antusiasme, kepercayaan diri, dan motivasi
untuk belajar. Karena bersifat aktif dan pribadi, kemungkinan besar pembelajaran tersebut dapat
memberikan manfaat dan mudah dicapai.

d. Pembelajaran berlangsung secara bertahap.


Kelompok belajar berfungsi sebagai jangkar untuk menciptakan dan membentuk pengetahuan
yang progresif

e. Berorientasi pada evaluasi/pertumbuhan.


Umpan balik evaluatif sangat penting untuk memfasilitasi pertumbuhan individu dan kelompok.
Refleksi diri yang kritis dan umpan balik dari orang lain merupakan pondasi untuk meningkatkan
pembelajaran diri dan perkembangan professional.

f. Landasan pengujian untuk pengembangan profesional.


Pembelajaran peer teaching menawarkan suatu lingkungan yang aman dan pondasi pengujian
untuk belajar dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan yang dapat disalurkan ke dalam
situasi pekerjaan. Dalam peer teaching, peserta didik dapat mengalami dan memainkan berbagai
peran dengan rekan maupun pembimbing mereka.

g. Belajar cara belajar


Masalah yang ada dijadikan sebagai dasar pengkajian terhadap isu pembelajaran. Pembahasan
mengenai masalah menantang peserta didik untuk mengkaji segala kemungkinan penjelasan,
untuk mengingat apa yang mereka ketahui, untuk mengidentifikasi kesenjangan pembelajaran
sehingga mereka dapat membentuk suatu solusi.

D. TEKNIK DAN STRATEGI PEER TEACHING

Proses peer teaching melibatkan tiga tim untuk topik penelitian kolaborasi enam siswa
dihubungkan untuk sebuah kurikulum atau pokok kerja pengajar-pengajar, dan pengajar untuk
grup tutor mereka. Model dalam ruang kerja pembelajaran dan pengajaran, peerteaching harus
interaktif dan student-centred. Kuliah provokatif dianggap tidak dapat diterima. Mengikuti peer
teaching dan pengkajian, para siswa secara individu diwajibkan melengkapi tanggapan mereka
tentang proses yang telah dijalani. Dengan kata lain, tugas mereka disini meliputi :
a. Bekerjasama membahas rencana belajar/pembelajaran kelompok
b. Proses pengkajian dilengkapi oleh tutor/guru, tim pengajar kelmpok, dan empat asesor
kelompok
c. Melanjutkan penulisan tanggapan oleh para siswa secara individu tentang proses pembelajaran
kelompok, dengan beberapa referensi untuk mengkaji tim pengajar/tutor dan asesor keompok

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan teknik peer teaching:
1. Besar Kelompok
Besar kelompok mempengaruhi terlibat atau tidaknya semua peserta didik dalam aktifitas yang
dimaksudkan. Besar optimal yang dianjurkan untuk kebanyakan kelompok peer teaching adalah
lima sampai sepuluh anggota karena kelompok dengan ukuran seperti itu kemungkinan akan
lebih kohesif, lebih interaktif, dan memungkinkan dilakukannya pemfokusan bersama, yang akan
mempengaruhi pembentukan hubungan (Johnson and Johnson, 1991; Dimock and Devine, 1996;
Westberg and Jason, 1996; Hare, Blumberg, Davies, and Keent, 1994).
2. Lingkungan Fisik
Ada sejumlah faktor di dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Warna-warna
terang yang menyolok, pencahayaan yang terlalu redup atau terlalu terang dalam sebuah
ruangan, suara dari luar, suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, dan penghawaan yang tidak
adekuat, dapat mepengaruhi derajat partisipasi beberapa anggota kelompok dan dapat
menghambat atau memfasilitasi dialog kelompok (Johnson and Johnson, 1991).

3. Faktor-faktor Desain Mata Ajaran


Faktor-faktor desain mata ajaran yang perlu dipertimbangkan adalah lama semester, frekuensi
sesi, durasi setiap sesi, dan pengalaman sama pembimbing. Peserta didik membutuhkan jadwal
yang memberikan mereka waktu untuk menyelidiki dan menganalisis informasi. Selain itu, harus
ada setidaknya satu hari diantara mata ajaran yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk
menyelesaikan isu pembelajaran mereka dan memeprsiapkan diri untuk sesi selanjutnya.

Beberapa strategi yang harus dirubah dari peserta didik:


a. Pengamat dan pencatat yang pasif menjadi pendengar aktif dan terlibat aktif dalam diskusi
b. Persiapan diri yang minimal sebelum mata ajaran dimulai menjadi persiapan diri yang lebih
baik
c. Dari individu yang sekedar hadir menjadi individu yang berani mengambil resiko
d. Individu yang sesuka hati hadir dalam kelas menjadi individu yang memenuhi harapan
kelompok dalam hal kehadiran
e. Kompetisi menjadi kerja sama dalam rekan
f. Pembelajaran dimotivasi diri menjadi pembelajran saling ketergantungan
g. Menganggap otoritas pengetahuan diperoleh dari teks dan pengajar menjadi sikap menerima
diri sendiri dan rekan sebagai sumber pembelajaran yang relevan

Kriteria program pengembangan pengajar (fasilitator) yang direkomendasikan:


· Komponen struktur kelompok
· Aspek-aspek proses kelompok
· Menciptakan suatu konteks untuk diskusi terbuka
· Mendorong kreativiats dalam diskusi
· Mengenali dan menangani konflik kelompok
· Mengevaluasi tingkat keterampilan dan kemampuan pengajar dan peserta didik

E. TAHAP PELAKSANAAN PEER TEACHING

Konsep peer teaching yaitu mendiskusikan masalah –masalah yang dihadapi di kelas dan
menerima saran-saran dari pemandu dan guru-guru lainnya (peer teachers). Peer teaching juga
membicarakan pelajaran bersama atau mengerjakan tugas dengan kelompok kecil, dimana terjadi
saling lempar pertanyaan dan jawaban yang juga dimungkinkan adanya tanggapan dari teman
lainnya. Diskusi semacam ini akan dinamis apabila dari masing-masing anggota telah
mempersiapkan materi dan dal;am suasana yang menyenangkan. Nuansa belajar seperti ini
memberikan gambaran betapa besar peran pelaku belajar menggunakan waktu dan energinya
untuk bisa memahami dan memaknakan materi.

Kreatifitas meningkat menakala menghadapi suatu permasalahan, lalu pergi ke perpustakaan


mencari acuan referensi yang relevan, imajinasi menjadi berkembang karena tidak ada batasan
kekakuan berpikir serta akan terjadi keberanian memberikan sikap dan mengambil keputusan
yang mempu dipertanggungjawabkan. Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan adalah lama
semester, frekuensi sesi, durasi setiap sesi, dan pengalaman pembimbing. Dengan
mempertahankan peserta didik yang sama dalam suatu kelompok selama dua semester untuk satu
tahun penuh perolehan pengetahuan dan keterampilan pengembangan kelompok secara bertahap
akan semakin mudah.

Langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil ini adalah sebagai
berikut:
1. Pilihlah materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara
mandiri. Materi pelajaran di bagi menjadi sub-sub materi (segmen materi).
2. Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub
materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok
dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu bab materi. Setiap kelompok di
pandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya.
4. Beri mereka waktu yang cukup, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang
telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
6. Setelah kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub
materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu
diluruskan.

F. EVALUASI PENERAPAN PEER TEACHING

Penilaian tehadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi peer teaching dapat
dilakukan dalam tiga tahapan, sebagai berikut:
1. Sebelum Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang harus dievaluasi oleh guru sebelum proses pembelajaran dengan
strategi peer teaching, hal-hal tersebut adalah:
a. Melakukan review terhadap materi dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode peer teaching;
b. Menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan aspek-aspek penilaian kepada siswa;
c. Mempertimbangkan tipe-tipe peserta didik dalam belajar;
d. Menjelaskan feedback apa yang harus dibuat oleh siswa;
e. Menjelaskan beberapa aspek penilaian terhadap teman sejawat yang harus diisi oleh siswa
lainnya;

Saat Pelaksanaan
Langkah-langkah penilaian yang dapat dilaksanakan pada proses adalah penilaian yang
dilakukan oleh guru dan penilaian yang dilakukan oleh teman sejawat berdasarkan petunjuk yang
telah dijelaskan sebelum proses peer teaching dilaksanakan.
Akhir Pelaksanan
Pada akhir pelaksanaan peer teaching, guru dapat mengajak siswa untuk memberikan feedback
dan refleksi atas strategi yang telah diterapkan. Siswa diminta untuk menyampaikan tanggapan
mereka terhadap strategi yang telah dilaksanakan. Kekurangan dan kelebihannya. Selain itu guru
dapat menyampaikan hasil evaluasi proses peer teaching di hadapan para siswa demi perbaikan,
atau siswa mengemukakan hasil pengamatan mereka terhadap teman sejawatnya.

G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEER TEACHING

Strategi peer teaching ini menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para peserta
didik sebagai anggota kelas. Kekuatan ataupun kelebihan dari peer teaching diantaranya strategi
ini merupakan pembelajaran active learning. Siswa aktif melakukan kegiatan dalam proses
belajar mengajar. Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar di kuasai hanya
apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik. Mengajar teman sebaya
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada
waktu yang sama, saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. Peserta didik dilatih untuk berani
tampil di depan kelas mempresentasikan apa yang ia pelajari.

Suatu strategi pembelajaran tidak selamanya sempurna, tepat secara menyeluruh bila diterapkan
kepada sebuah mata pelajaran dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa kelebihan dan
kekurangan peer teaching diantaranya:

1. Kelebihan Peer Teaching


a. Meningkatkan motivasi belajar siswa
b. Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran
c. Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran
d. Mendorong siswa ke arah berpikir tingkat tinggi
e. Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok
f. Meningkatan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri
g. Membangun semangat bekerja sama
h. Melatih keterampilan berkomunikasi
i. Meningkatkan hasil belajar
j. Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial dan rasa solidaritas
antar siswa.

2. Kekurangan Peer Teaching


a. Memerlukan waktu yang relatif lama
b. Jika siswa tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan maka metode ini menjadi tidak
efektif
c. Kemungkinan didominasi oleh siswa yang suka berbicara, pintar, atau yang ingin menonjolkan
diri
d. Tidak semua guru benar-benar memahami cara masing-masing siswa bekerja di kelompok
e. Perlu dimodifikasi agar sesuai diterapkan pada siswa SD (teknik ini biasanya diterapkan di
PT)
f. Memerlukan perhatian guru yang ekstra ketat

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Peer teaching adalah teknik menyampaikan materi ajar melalui rekan atau bantuan teman
sendiri
2. Tujuan peer teaching yaitu:
a. Memberikan umpan balik sehingga siswa belajar secara aktif
b. Siswa lebih cenderung berani untuk bertanya / aktif
c. Memotivasi dan meyakinkan siswa
d. Efektif untuk meningkatkan harga diri (selfesteem), pengembangan akademik dan social,
meningkatkan keterampilan berpikir kritis
e. Meningkatkan keseluruhan perilaku, sikap, harga diri, komunikasi, ketrampilan interpersonal
3. Manfaat peer teaching yaitu:
a. Otak bekerja secara aktif
b. Hasil belajar yang maksimal
c. Tidak mudah melupakan materi pelajaran
d. Proses pembelajaran yang menyenangkan
e. Otak dapat memproses informasi dengan baik
4. Teknik dan strategi pelaksanaan peer teaching antara lain:
Teknik pelaksanaan:
a. Bekerjasama membahas rencana belajar/pembelajaran kelompok
b. Proses pengkajian dilengkapi oleh tutor/guru, tim pengajar kelmpok, dan empat asesor
kelompok
c. Melanjutkan penulisan tanggapan oleh para siswa secara individu tentang proses pembelajaran
kelompok, dengan beberapa referensi untuk mengkaji tim pengajar/tutor dan asesor kelompok
Strategi pelaksanaan:
a. Pengamat dan pencatat yang pasif menjadi pendengar aktif dan terlibat aktif dalam diskusi
b. Persiapan diri yang minimal sebelum mata ajaran dimulai menjadi persiapan diri yang lebih
baik
c. Dari individu yang sekedar hadir menjadi individu yang berani mengambil resiko
d. Individu yang sesuka hati hadir dalam kelas menjadi individu yang memenuhi harapan
kelompok dalam hal kehadiran
e. Kompetisi menjadi kerja sama dalam rekan
f. Pembelajaran dimotivasi diri menjadi pembelajran saling ketergantungan
g. Menganggap otoritas pengetahuan diperoleh dari teks dan pengajar menjadi sikap menerima
diri sendiri dan rekan sebagai sumber pembelajaran yang relevan
5. Tahap pelaksanaan peer teaching adalah:
a. Pilih materi yang dapat dipelajari siswa secara mandiri dan dibagi sub-sub materi (segmen
materi).
b. Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen
c. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu bab materi
d. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah
diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
e. Setelah kelompok menyampaikan tugasnya beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada
pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
6. Evaluasi pelaksanaan peer teaching:
a. Sebelum pelaksanaan
b. Saat pelaksanaan
c. Akhir pelaksanaan
7. Kelebihan dan kekurangan metode peer teaching antara lain:
Kelebihan Peer Teaching
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa
b. Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran
c. Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran
d. Mendorong siswa ke arah berpikir tingkat tinggi
e. Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok
f. Meningkatan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri
g. Membangun semangat bekerja sama
h. Melatih keterampilan berkomunikasi
i. Meningkatkan hasil belajar
j. Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial dan rasa solidaritas
antar siswa.
Kekurangan peer teaching
a. Memerlukan waktu yang relatif lama
b. Jika siswa tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan maka metode ini menjadi tidak
efektif
c. Kemungkinan didominasi oleh siswa yang suka berbicara, pintar, atau yang ingin menonjolkan
diri
d. Tidak semua guru memahami cara masing-masing siswa bekerja di kelompok
e. Perlu dimodifikasi agar sesuai diterapkan pada siswa Memerlukan perhatian guru yang ekstra
ketat

Anda mungkin juga menyukai