Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN MODEL MODUL BERBASIS INKUIRI

UNTUK PEMBELAJARAN MENYUNTING KARANGAN


DI KELAS IX SMP NEGERI 2 SIROMBU
KABUPATEN NIAS BARAT

Bimerdin Daely, Atmazaki, Agustina


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Padang

Abstract: This research is aimed at describing the process of inquiry-based


module design development on essay editing subject that is valid, practical, and
effective in achieving the learning goal for class IX students of SMP Negeri 2
Sirombu Kabupaten Nias Barat. The type of this research is Research and
Development/R&D with 4-D research design (define, design, develop,
disseminate). This research uses quantitative approach. The data type of this
research is quantitative data that consist of three types of data which are data
validated by expert, data from practitioner’s assessments, and effectiveness data
in form of learning results and student’s activities. Based on the result of the
research, it reveals that the module design falls into category valid, practical, and
effective. This could be seen in the validity of the module with a score of 90,41
which falls into very valid criteria. The practicality of teacher’s module is very
practical with a score of 94,44 and the practicality of student’s module is 91,56
which falls into very practical criteria. The effectiveness of module, which
consists of student’s learning results have average result of 81,05 which is
qualified as Good (B) and the activities of students got a score of 81,48 with
classification very active.

Keywords: module, inquiry, essay edit


penyuntingan sangat penting untuk
PENDAHULUAN menghasilkan karangan yang ber-
Menyunting karangan kualitas.
merupakan kegiatan merevisi dan Dalam kegiatan penyuntingan,
memperbaiki karangan dari segi isi seorang penyunting harus menguasai
dan tata bahasa. Sebuah karangan seluk-beluk kebahasaan (Wibowo,
dikatakan berkualitas karena 2007:20). Seluk-beluk kebahasaan
penggunaan bahasa dan penyajian yang dimaksud di sini adalah
isinya tepat dan sesuai dengan kaidah penguasaan tata bahasa. Hal ini
bahasa Indonesia yang berlaku. didukung oleh pendapat Leo
Kualitas tersebut diperoleh melalui (2010:110) yang menyatakan bahwa
sebuah proses yang disebut peran penyunting adalah
penyuntingan. Heuken (2008:68) membebaskan tulisan dari masalah
menyatakan bahwa setiap karangan kebahasaan seperti ejaan, tata bahasa,
membutuhkan revisi bahkan sampai tanda baca, dan sebagainya. Selain itu,
berkali-kali. Itu berarti bahwa peran
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

penyunting bertanggung jawab untuk dan mandiri. Satu bahan ajar yang
membuat tulisan memiliki koherensi memenuhi kriteria tersebut ialah
yang baik antara kalimat-kalimat modul. Prastowo (2012:106)
dalam suatu paragraf, meluruskan ide- menyatakan bahwa modul adalah
ide yang salah, membuat tulisan sebuah bahan ajar yang disusun secara
menjadi sistematis, mudah dipahami, sistematis dengan bahasa yang mudah
enak dibaca, dan menarik. dipahami siswa sehingga dapat belajar
Berdasarkan hal di atas, dapat sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
dikatakan bahwa peran penyunting bimbingan yang minimal dari
sangat penting untuk membuat sebuah pendidik.
tulisan atau karangan berkualitas. Modul menuntun siswa agar
Pengetahuan tentang ejaan, diksi, dapat mencapai taraf mastery (tuntas)
kalimat, dan paragraf merupakan dengan belajar secara individual.
modal dasar dalam melakukan Siswa tidak dapat melanjutkan ke
penyuntingan. modul berikutnya sebelum mencapai
Sesuai kurikulum SMP/MTs, taraf tuntas. Untuk itu, penyusunan
menyunting karangan merupakan modul harus sesuai dengan
sebuah KD yang diajarkan kepada karakteristik materi, siswa, dan potensi
siswa kelas IX SMP. Kenyataan yang sekolah.
ditemukan saat ini menunjukkan Untuk menghasilkan modul
bahwa keterampilan menyunting yang berkualitas, diperlukan langkah-
karangan masih rendah. Hal ini langkah penyusunan modul yang baik.
dibuktikan dari pengamatan tugas- Menurut Asyhar (2011:159−161), ada
tugas siswa tentang menyunting beberapa langkah yang perlu
karangan di kelas IX-1 SMP Negeri 2 dilakukan dalam penyusunan modul.
Sirombu Kabupaten Nias Barat. Siswa Langkah-langkah tersebut terdiri atas
belum mampu menyunting karangan analisis kebutuhan modul, penyusunan
karena belum memiliki pengetahuan draf modul, uji coba, validasi, revisi
yang memadai tentang tata bahasa. dan produksi. Hal tersebut didukung
Pengetahuan tentang penggunaan oleh pendapat Daryanto (2014:184)
huruf, penulisan kata, dan penggunaan yang menyatakan bahwa langkah-
tanda baca masih kurang. Selain itu, langkah penyusunan modul terdiri atas
pengetahuan siswa tentang kalimat dua bagian besar, yakni menyusun
efektif dan kepaduan paragraf belum kerangka modul, dan menyusun
memadai. Tambahan pula, siswa (menulis) program secara terinci.
belum mengetahui langkah-langkah Secara umum, kerangka modul
penting dalam penyuntingan sehingga terdiri atas tiga bagian, yakni bagian
kegiatan menyunting dianggap sebagai pendahuluan, kegiatan belajar, dan
kegiatan yang sulit dan membosankan. evaluasi/penutup. Hal ini sesuai
Fakta itu terjadi karena dengan pendapat Amri (2013:99−100)
berbagai faktor. Faktor pertama adalah yang menyatakan bahwa struktur
belum tersedianya bahan ajar yang modul terdiri atas tiga bagian. Bagian
memadai. Untuk itu, cara yang tersebut diuraikan berikut ini. (1)
dilakukan agar siswa termotivasi Pendahuluan, berisi tujuan, pengenalan
adalah menyediakan bahan ajar yang terhadap topik yang akan dipelajari,
mampu mengajak siswa belajar aktif informasi tentang pelajaran, hasil

76
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

belajar, dan orientasi. (2) Kegiatan sistematis, logis, dan kritis, atau
belajar berisi judul, tujuan, materi mengembangkan kemampuan
pokok, uraian materi (penjelasan, intelektual sebagai bagian dari proses
contoh, ilustrasi, aktivitas, mental.
tugas/latihan, dan rangkuman), serta Strategi pembelajaran inkuiri
tes mandiri. (3) Penutup berisi salam, adalah strategi yang melibatkan siswa
rangkuman, aplikasi, tindak lanjut, dalam tanya jawab, mencari informasi,
kaitan dengan modul berikutnya, dan melakukan penyelidikan. Iru
daftar kata-kata penting, daftar (2012:14) menyatakan bahwa inkuiri
pustaka, dan kunci tes mandiri. mengandung proses-proses mental
Modul yang disusun sebaiknya yang lebih tinggi tingkatannya dan
menggunakan strategi pembelajaran berpusat pada siswa (student
tertentu agar proses pembelajaran centered).
menggunakan modul berlangsung Menurut D. Moore (2005:300),
dengan lancar dan mencapai tujuan terdapat tiga tahap-tahap strategi
yang telah ditetapkan. Daryanto pembelajaran inkuiri, yaitu (1)
(2013:15) menyatakan bahwa langkah identifying the problem (meng-
yang paling utama dilakukan untuk identifikasi masalah); (2) working
menghasilkan modul yang berkualitas toward solutions (mencari solusi); dan
adalah menetapkan strategi (3) establishing solutions (menetapkan
pembelajaran yang digunakan. solusi). Selanjutnya, Alberta (2004:10)
Faktor kedua yang mengemukakan proses penggunaan
memengaruhi pembelajaran inkuiri, yaitu planning
menyunting karangan adalah kurang (merencanakan), retrieving
tepatnya strategi yang digunakan. (mengambil), processing
Untuk itu, diperlukan yang tepat dalam (memproses), creating (mengkreasi-
pembelajaran menyunting karangan kan), sharing (bertukar pikiran), dan
agar siswa dapat mencapai tujuan evaluating (mengevaluasi).
pembelajaran yang diharapkan. Satu Berdasarkan hal tersebut, SPI
strategi yang dapat digunakan dalam merupakan strategi pembelajaran yang
pembelajaran adalah strategi menantang siswa untuk bertanya,
pembelajaran inkuiri (SPI). Hamruni memberikan pendapat, mencari
(2012:89) mengemukakan tiga hal informasi, melakukan penyelidikan,
yang menjadi ciri utama SPI, yaitu (1) dan menyimpulkan hasil penyelidikan
menekankan kepada aktivitas siswa tersebut secara sistematis, logis, dan
secara maksimal untuk mencari dan kritis.
menemukan, artinya siswa berperan Rumusan masalah dalam
untuk menemukan sendiri inti dari penelitian ini dirancang dalam bentuk
materi pelajaran; (2) seluruh aktivitas kalimat tanya, yakni bagaimanakah
yang dilakukan siswa diarahkan untuk proses pengembangan model modul
mencari dan menemukan jawaban berbasis inkuiri yang valid (dilihat dari
sendiri dari suatu yang ditanyakan segi penyajian, kelayakan isi,
sehingga diharapkan dapat kebahasaan, kegrafikaan), praktis
menumbuhkan sikap percaya diri (self (dilihat dari segi kemudahan
belief); dan (3) mengembangkan penggunaan, gaya penyajian, kualitas
kemampuan intelektual secara teknis, dan ekonomis), dan efektif

77
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

(dilihat dari aktivitas dan hasil belajar kurikulum. Setelah melakukan


siswa) pada materi menyunting penyusunan kerangka, maka dilakukan
karangan untuk siswa kelas IX-1 SMP penulisan draf modul. Penulisan ini
Negeri 2 Sirombu Kabupaten Nias didasarkan pada kerangka yang sudah
Barat? disusun.
Penelitian ini bertujuan untuk Tahap pengembangan
mendeskripsikan proses (develop) dilakukan untuk
pengembangan model modul berbasis menghasilkan modul. Kegiatan yang
inkuiri pada materi menyunting dilakukan pada tahap ini adalah
karangan yang valid, praktis, dan sebagai berikut. (1) Uji validasi modul.
efektif untuk digunakan oleh siswa Validasi bertujuan untuk memeriksa
kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sirombu kelayakan penyajian, kelayakan isi,
Kabupaten Nias Barat. kelayakan kebahasaan, dan
kegrafikaan modul. Validasi modul
METODE
dilakukan oleh orang yang ahli pada
Jenis penelitian ini ialah
bidang kajian tersebut. (2) Uji
penelitian pengembangan (Research
praktikalitas modul. Kegiatan ini
and Development/R&D). Penelitian
dilakukan untuk mengetahui
pengembangan adalah metode
kemudahan penggunaan modul oleh
penelitian yang digunakan untuk
guru dan siswa. (3) Uji efektivitas
menghasilkan produk tertentu dan
modul. Uji efektivitas modul
menguji keefektifan produk tersebut
pembelajaran dilihat berdasarkan
(Sugiyono, 2012:407). Proses
aktivitas siswa selama belajar dengan
pengembangan dilaksanakan dengan
menggunakan modul. Kemudian,
mempedomani model pengembangan
keefektifan juga dilihat dari hasil tes
4-D (four-D models). Model ini
yang diberikan kepada siswa berupa
dikemukakan oleh Thiagarajan dkk.
tes unjuk kerja.
(dalam Trianto, 2012:93). Terdapat
Uji coba dilaksanakan kepada
empat tahap yang dilakukan dalam
model 4-D, yaitu (1) define (pen- siswa kelas XI-1 SMP Negeri 2
Sirombu Kabupaten Nias Barat.
definisian), (2) design (perancangan),
Jumlah siswa yang menjadi subjek
(3) develop (pengembangan), dan (4)
penelitian adalah 30 siswa, yang terdiri
dessiminate (penyebaran). Penelitian
atas 18 orang laki-laki, dan 12 orang
ini dilakukan sampai tahap
perempuan. Jenis data dalam
pengembangan (develop). Pada tahap
penelitian ini ialah data kuantitatif.
pendefinisian (define), dilakukan
Data tersebut diperoleh dari hasil
analisis kurikulum, analisis siswa, dan
lembar validasi oleh ahli, angket
analisis konsep. Selanjutnya, kegiatan
praktikalitas modul yang diberikan
yang dilakukan pada tahap
kepada guru dan siswa subjek uji coba.
perancangan (design) adalah
Selain itu, data juga berasal dari hasil
menyusun kerangka modul modul
tes unjuk kerja menyunting karangan
dengan menggunakan strategi
oleh siswa dan lembar observasi
pembelajaran inkuiri. Modul disusun
aktivitas siswa selama belajar
sesuai dengan standar kompetensi,
menggunakan modul.
kompetensi dasar, indikator, dan
Data yang sudah terkumpul
tujuan pembelajaran yang telah
dianalisis dengan analisis statistik
dirumuskan pada tahap analisis

78
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

deksriptif. Hal ini dilakukan untuk praktikalitas modul. Kedua, analisis


mengetahui informasi yang lengkap data uji keefektifan produk. Data hasil
dan jelas untuk setiap data yang belajar siswa berupa tes unjuk kerja
dikumpulkan. Sumber data dalam dianalisis dengan langkah-langkah,
penelitian terdiri atas data angket yaitu (1) memeriksa lembar jawaban
validasi, angket praktikalitas, hasil yang telah ditulis siswa sesuai dengan
belajar siswa, dan aktivitas siswa indikator menyunting karangan yang
berupa lembar observasi meng- telah ditentukan; (2) memberikan skor
gunakan modul Mari Belajar pada hasil belajar siswa berdasarkan
Menyunting. rubrik penilaian menyunting karangan;
Analisis data dalam penelitian (3) mengolah nilai dengan
ini dipaparkan sebagai berikut. menggunakan rumus yang
Pertama, analisis validitas dan dikemukakan oleh Purwanto
praktikalitas produk. Analisis validitas (2011:207), yaitu dengan membagi
dan praktikalitas produk dilakukan antara skor yang diperoleh dengan
dengan menjumlahkan skor yang skor maksimal dikalikan dengan
diperoleh dari data angket lembar 100%; (4) mengualifikasikan data,
validasi dan angket praktikalitas. yaitu mengelompokkan data
Angket validasi dan praktikalitas ini kemampuan menyunting karangan
dianalisis dengan menggunakan skala dengan menggunakan standar norma
Likert. Skala Likert meminta kepada Penilaian Acuan Patokan (PAP) dalam
individual untuk menjawab suatu bentuk skala 10; dan (5) menghitung
pernyataan dengan alternatif jawaban rata-rata yang dilakukan dengan
sebagai berikut, Sangat Setuju (SS), menggunakan rumus rata-rata yang
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan dikemukakan oleh Nurgiyantoro
Sangat Tidak Setuju (STS). Masing- (2001:301), yaitu dengan
masing jawaban tersebut dikaitkan menjumlahkan nilai seluruh siswa
dengan angka atau skor, yaitu SS= 4, dibagi dengan jumlah seluruh siswa.
S=3, TS=2, dan STS=1. Nilai rata-rata ini digunakan untuk
Angket lembar validasi dan mengetahui rata-rata kemampuan
praktikalitas dilakukan dengan siswa secara keseluruhan.
langkah, yaitu: (1) merekapitulasi skor Selain itu, data yang diperoleh
setiap butir pernyataan yang terdapat melalui instrumen pendukung, yaitu
dalam angket validasi dan angket berupa lembar observasi dianalisis
praktikalitas; (2) menghitung rata-rata dengan langkah-langkah sebagai
perolehan skor setiap aspek; (3) berikut. Pertama, menghitung rata-rata
menghitung nilai validasi dan aktivitas siswa pada masing-masing
praktikalitas dengan menggunakan aspek yang diamati dengan
rumus validitas yang dikemukakan menggunakan rumus rata-rata yang
oleh Purwanto (2011:207), yaitu dinyatakan oleh Nurgiyantoro
dengan membagi antara skor yang (2001:301), yaitu membagi jumlah
diperoleh dengan skor maksimal siswa yang aktif dengan jumlah
dikalikan dengan 100%; dan (4) aktivitas yang diamati. Kedua,
mengualifikasikan nilai validitas dan menghitung persentase aktivitas siswa
praktikalitas yang sudah diperoleh dengan menggunakan rumus yang
berdasarkan kriteria validitas dan diperkenalkan oleh Sudijono

79
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

(2005:43), yaitu dengan membagi 4, yakni ”Mengungkap-kan informasi


antara frekuensi aktivitas dengan dalam bentuk iklan baris, resensi, dan
jumlah siswa. Ketiga, menghitung karangan” dengan rumusan
rata-rata aktivitas siswa secara Kompetensi Dasar 4.3. ”Menyunting
keseluruhan dengan jumlah aspek karangan dengan ber-pedoman pada
yang diamati dengan menggunakan ketepatan ejaan, pilihan kata,
rumus yang diperkenalkan oleh keefektifan kalimat, kepaduan
Nurgiyantoro (2001:301), yaitu paragraf, dan kebulatan wacana”.
membagi jumlah persentase Berdasarkan hasil analisis terhadap
keseluruhan dengan jumlah aspek SK, KD, dan teori menyunting
yang diamati. Keempat, karangan, diperoleh indikator sebagai
mengualifikasikan rata-rata persentase berikut. Pertama, siswa mampu
yang sudah diperoleh sesuai dengan mengidentifikasi pengertian, langkah-
kriteria yang digunakan untuk langkah penyuntingan, penggunaan
menentukan tingkat keberhasilan simbol-simbol koreksi, dan
aktivitas belajar siswa. penggunaan ejaan. Kedua, siswa
mampu menjelaskan pengertian,
HASIL PENELITIAN DAN
langkah-langkah penyuntingan,
PEMBAHASAN
penggunaan simbol-simbol koreksi,
Proses pengembangan modul dan penggunaan ejaan. Ketiga, siswa
dilakukan dengan menggunakan model mampu menyimpulkan pentingnya
4-D, yaitu (1) tahap pendefinisian penyuntingan dan penguasaan ejaan.
(define), tahap perancangan (design), Keempat, siswa mampu
(3) tahap pengembangan (develop), mengidentifikasi pengertian, ciri-ciri,
dan (4) tahap pengembangan kriteria, fungsi diksi, kalimat efektif,
(develop). dan kebulatan wacana. Kelima, siswa
mampu menjelaskan pengertian, ciri-
1. Tahap Pendefinisian (Define) ciri, kriteria, fungsi diksi, kalimat
Tahap pertama dari penelitian efektif, dan kebulatan wacana.
ini ialah tahap pendefinisian. Pada Keenam, siswa mampu menyimpulkan
tahap pendefinisian, dilakukan analisis pengertian, ciri-ciri, kriteria, fungsi
kurikulum, analisis siswa, dan analisis diksi, kalimat efektif, dan kebulatan
konsep. Berikut akan dijelaskan ketiga wacana. Ketujuh, siswa mampu
tahap analisis tersebut. menandai ejaan, diksi, kalimat,
Dalam penelitian ini, paragraf, dan wacana yang tidak tepat
kurikulum yang dijadikan acuan dalam karangan yang dibaca.
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Kedelapan, siswa mampu
Pendidikan (KTSP). Namun demikian, menggunakan ejaan dan diksi yang
dalam penelitian ini, dilakukan analisis tepat dalam menyunting karangan.
kurikulum 2013. Tujuan analisis Kesembilan, siswa mampu
kurikulum 2013 adalah untuk menggunakan kalimat efektif, paragraf
mengetahui keberadaan dan yang padu, dan wacana yang tepat
keterkaitan kompetensi dasar dalam menyunting karangan.
menyunting karangan dengan Kesepuluh, siswa mampu menulis
kurikulum 2013. Berdasarkan Standar kembali karangan yang telah disunting
Isi KTSP, materi menyunting karangan dengan tulisan yang rapi, sesuai
tercantum dalam Standar Kompetensi

80
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

dengan teknis penulisan, dan sesuai (2005:47) menyatakan bahwa siswa


dengan kaidah penggunaan ejaan, yang berusia 11−15 tahun berada pada
diksi, kalimat, kepaduan paragraf, dan tahap operasional formal. Pada tahap
kebulatan wacana. operasional formal, siswa telah mampu
Indikator tersebut dibagi dalam berpikir secara abstrak, menalar secara
tiga kali pertemuan. Indikator 1 logis dan ilmiah, memecahkan
sampai dengan 3 dicantumkan dalam persoalan-persoalan yang bersifat
kegiatan belajar 1 modul, atau hipotetis, mampu membuat perkiraan
dipelajari pada pertemuan pertama. (forecasting), tingkat kesadaran mulai
Indikator 4 sampai dengan 6 tumbuh, mampu berimajinasi, mampu
dicantumkan dalam kegiatan belajar 2, mengombinasikan ide-ide, dan mampu
atau dipelajari pada pertemuan kedua. berpikir deduktif-induktif. Jadi, dapat
Indikator 7 sampai dengan 10 disimpulkan bahwa siswa telah
dicantumkan dalam kegiatan belajar 3, memiliki kemampuan untuk
atau dipelajari pada pertemuan ketiga. merumuskan permasalahan yang
Berdasarkan hasil analisis diberikan kepadanya, mampu
KTSP dan kurikulum 2013 SMP/MTs, mengemukakan pernyataan terkait
dapat disimpulkan bahwa materi yang permasalahan yang dihadapi, mampu
dipelajari siswa pada KD menyunting memberikan bukti untuk menguatkan
karangan berkaitan dengan SK dan KD pendapat yang dikemukakan, dan
atau KI dan KD dari kelas VII sampai mampu menyimpulkan sesuatu secara
kelas IX SMP/MTs. Itu berarti bahwa ilmiah.
teori-teori yang disajikan di dalam Subjek penelitian ini
modul Mari Belajar Menyunting merupakan siswa yang tergolong
sangat penting untuk dipelajari. cukup pintar, patuh terhadap peraturan
Dengan demikian, modul yang telah yang berlaku di sekolah, menghargai
dikembangkan dapat digunakan oleh guru dan sesama teman, suka humor,
siswa, baik siswa kelas VII dan VIII, dan sungguh-sungguh mengerjakan
maupun siswa kelas IX SMP/MTs. tugas. Namun demikian, hasil
Analisis siswa bertujuan untuk pengamatan menunjukkan bahwa
mengetahui usia dan perkembangan kemampuan siswa untuk menyunting
kognitif siswa yang menjadi subjek karangan belum mencapai tujuan yang
penelitian. Selain itu, analisis siswa diharapkan. Untuk itu, diperlukan
juga dijadikan sebagai dasar untuk bahan ajar berupa modul berbasis
mengembangkan modul pembelajaran inkuiri agar siswa mampu belajar
agar sesuai dengan kondisi dan menyunting karangan secara mandiri
karakteristik siswa. Dalam penelitian dan mencapai tujuan pembelajaran.
ini, siswa yang dijadikan subjek Analisis konsep bertujuan
penelitian adalah siswa kelas IX-1 untuk menentukan isi dan materi
SMP Negeri 2 Sirombu Kabupaten pembelajaran yang dibutuhkan.
Nias Barat yang berusia 14−15 tahun. Berdasarkan analisis kurikulum, maka
Berdasarkan teori Piaget yang dikutip diperoleh indikator dan tujuan
oleh Ali (2004:32−33) mengemukakan pembelajaran. Hasil analisis tersebut
bahwa siswa yang berumur 11 tahun dijadikan acuan untuk merumuskan
ke atas berada pada tahap operasional konsep-konsep menyunting karangan.
formal. Lebih rinci lagi, Desmita Konsep-konsep tersebut terdiri atas

81
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

konsep penyuntingan dan ejaan, jurusan bahasa Indonesia dan satu


konsep diksi, kalimat efektif, paragraf orang guru bahasa Indonesia. Ada 4
yang padu, dan wacana. aspek yang dinilai oleh validator
terhadap modul yang dikembangkan.
2. Tahap Perancangan (Design) Keempat aspek tersebut terdiri atas
Tahap kedua dari penelitian ini aspek penyajian, kelayakan isi,
ialah tahap perancangan modul kebahasaan, dan kegrafikaan. Masing-
pembelajaran berbasis inkuiri. Pada masing validator menilai satu aspek,
tahap ini, dilakukan penyusunan sesuai dengan keahliannya.
kerangka modul dan penulisan draf Berdasarkan hasil analisis yang telah
modul. Kerangka modul berbasis dilakukan terhadap angket validasi
inkuiri terdiri atas bagian pendahuluan, ahli, diperoleh hasil bahwa validasi
kegiatan belajar, evaluasi, dan unsur modul secara keseluruhan rata-rata
pelengkap modul. Bagian pendahuluan 90,41 dengan kategori sangat valid.
berisi: (a) SK dan KD, (b) Nilai validasi setiap aspek yang
deskripsi/orientasi, (c) prasyarat, (d) divalidasi dapat dilihat pada tabel 1
tujuan akhir, (e) waktu, (f) petunjuk berikut ini.
penggunaan modul, dan (g) cek Tabel 1. Hasil Analisis Angket
penguasaan kompetensi. Kerangka Validasi Modul
kegiatan belajar terdiri atas (a) topik, Nilai
(b) indikator, (c) tujuan mempelajari Aspek
No Validita Kategori
kegiatan belajar, (d) manfaat belajar, Penilaian
s
(e) uraian materi, (f) rangkuman, (g) 1 Kelayakan 91,07 sangat
latihan, (h) tes formatif, (i) kunci penyajian valid
jawaban latihan dan tes formatif, dan 2 Kelayakan isi 95 sangat
(j) lembar kerja. Kerangka evaluasi valid
terdiri atas: (a) tes unjuk kerja, (b) 3 Kelayakan 92,30 sangat
lembar jawaban tes, (c) kunci tes kebahasaan valid
jawaban, (d) rubrik penilaian, dan (e)
4 Kegrafikaan 85,57 sangat
panduan penilaian. Selain menyusun
valid
kerangka di atas, disusun juga unsur
Validitas Modul 90,41 sangat
lain yang harus ada di dalam modul.
secara valid
Unsur-unsur tersebut adalah bagan
Keseluruhan
uraian isi modul, mekanisme
pembelajaran, kata pengantar, daftar Berdasarkan tabel tersebut,
kata-kata sukar, daftar rujukan, daftar dapat disimpulkan bahwa modul
isi, dan sampul modul. Setelah pembelajaran yang dikembangkan
menyusun kerangka modul, maka berkategori sangat valid. Itu berarti
dilakukan penulisan dan bahwa modul yang telah dirancang
pengembangan kerangka modul sesuai dapat diujicobakan.
struktur modul berbasis inkuiri. Setelah melakukan uji validasi,
3. Tahap Pengembangan (Develop) maka dilaksanakan uji coba modul
kepada guru dan siswa. Modul
Dalam penelitian ini, modul diujicobakan kepada guru bahasa
yang telah dirancang, divalidasi oleh 4 Indonesia yang mengajar di kelas IX-1
orang ahli, yaitu tiga orang dosen SMP Negeri 2 Sirombu, dan siswa

82
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sirombu oleh siswa. Berdasarkan hasil analisis,
Kabupaten Nias Barat. Uji coba diperoleh nilai kepraktisan modul
dilaksanakan pada tanggal 8 sampai seperti pada tabel 3 berikut ini.
dengan 30 April 2014. Dengan kata Tabel 3. Hasil Analisis Angket
lain, uji coba berlangsung selama tiga Kepraktisan Modul oleh Siswa
minggu atau tiga kali pertemuan, Aspek yang Nilai
No Kategori
ditambah dengan pelaksanaan tes. Dinilai Praktikalitas
Untuk mengetahui kepraktisan 1 Kemudahan 92,29 sangat
modul, maka diberikan angket penggunaan praktis
kepraktisan kepada guru dan siswa 2 Gaya 93,33 sangat
yang telah menggunakan modul dalam penyajian praktis
pembelajaran menyunting karangan. 3 Kualitas 90,5 sangat
Angket tersebut diisi oleh guru dan teknis praktis
siswa. Hasil analisis terhadap lembar 4 Kesesuaian 89,16 sangat
praktikalitas modul oleh guru dapat dengan praktis
dilihat pada tabel 2 berikut ini. waktu
Tabel 2. Hasil Analisis Angket 5 Ekonomis 92,5 sangat
Kepraktisan Modul oleh Guru/ praktis
Praktisi Praktikalitas 91,56 sangat
Aspek yang Nilai Modul secara praktis
No Kategori
Dinilai Kepraktisan Keseluruhan
1 Kemudahan 100 sangat
penggunaan praktis Berdasarkan tabel tersebut,
2 Gaya 100 sangat dapat dikatakan bahwa nilai
penyajian praktis praktikalitas modul oleh siswa secara
3 Kualitas 90 sangat keseluruhan sebesar 91,56 dengan
teknis praktis kategori sangat praktis. Dengan
demikian, modul yang dikembangkan
4 Kesesuaian 87,5 sangat
mudah digunakan oleh siswa dalam
dengan praktis
pembelajaran menyunting karangan.
waktu
5 Ekonomis 87,5 sangat Setelah memeroleh nilai
praktis kepraktisan modul, baik nilai
Praktikalitas 94,44 sangat kepraktisan oleh guru, maupun nilai
Modul secara praktis kepraktisan oleh siswa, dapat
Keseluruhan dinyatakan bahwa modul yang telah
dikembangkan mudah digunakan oleh
Berdasarkan tabel tersebut, guru dan siswa dalam pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa nilai menyunting karangan.
praktikalitas modul oleh guru secara Selama pelaksanaan uji coba,
keseluruhan sebesar 94,44 dengan aktivitas siswa diamati dengan
kategori sangat praktis. Dengan menggunakan lembar pengamatan
demikian, modul yang dikembangkan (lembar observasi). Pengamat aktivitas
mudah digunakan oleh guru dalam siswa atau observer terdiri atas 2
pembelajaran menyunting karangan. orang, yakni satu guru bahasa
Setelah itu, dilakukan analisis Indonesia kelas IX-1 SMP Negeri 2
lembar praktikalitas modul yang diisi Sirombu Kabupaten Nias Barat

83
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

(observer I), dan peneliti (observer II). orang siswa yang menjadi subjek
Untuk memudahkan pengamatan, penelitian, terdapat 3 orang siswa yang
maka cara pengamatan yang dilakukan belum memenuhi kriteria ketuntasan
adalah membagi siswa dalam dua pembelajaran minimal dengan modul,
kelompok pengamatan. Cara yaitu ≥75. Berdasarkan hasil tersebut,
mengelompokkan adalah berdasarkan diperoleh persentase siswa yang tuntas
baris meja siswa di dalam kelas. Di sebesar 90%, sedangkan persentase
kelas uji coba, terdapat empat baris siswa yang belum tuntas, yaitu 10%.
meja. Observer I mengamati siswa Ketiga, apabila berpedoman pada
yang berada di meja 1 dan 2, KKM yang berlaku di sekolah tempat
sedangkan observer II mengamati penelitian, yakni 70, maka siswa yang
siswa yang berada di meja 3 dan 4. tuntas di kelas uji coba sebanyak 29
Berdasarkan pembagian kelompok, orang, dan 1 orang siswa yang belum
maka observer I mengamati siswa tuntas. Siswa yang belum tuntas
sebanyak 16 orang, dan observer II tersebut adalah yang memiliki nilai
mengamati 14 orang siswa. 69,47. Secara keseluruhan, persentase
Aspek yang diamati terdiri atas kentuntasan siswa berdasarkan nilai
9 aktivitas. Kesembilan aktivitas KKM sebesar 96,66%, dan 3,33%
tersebut diamati setiap pertemuan. yang belum memenuhi nilai KKM.
Setelah melakukan analisis terhadap Berdasarkan nilai rata-rata
lembar observasi, maka diperoleh yang diperoleh secara keseluruhan,
persentase keaktifan siswa sebesar yakni 81,05, dapat dinyatakan bahwa
81,48 dengan kategori sangat aktif. siswa yang menjadi subjek penelitian
Dengan demikian, dapat disimpulkan telah tuntas belajar melalui modul
bahwa modul yang telah secara keseluruhan, walaupun masih
dikembangkan meningkatkan terdapat 3 orang siswa yang belum
keaktifan siswa dalam pembelajaran memenuhi kriteria ketuntasan belajar
menyunting karangan. melalui modul. Hal ini dapat dilihat
Setelah menganalisis aktivitas dari nilai rata-rata hasil belajar siswa
siswa, maka dilanjutkan dengan sebesar 81,05 dengan kualifikasi Baik
analisis hasil belajar siswa melalui tes (B).
unjuk kerja yang diberikan. Tujuan Dengan demikian, siswa kelas
pelaksanaan tes adalah untuk IX-1 SMP Negeri 2 Sirombu
mengetahui keefektifan modul yang Kabupaten Nias Barat yang
telah dikembangkan. Berdasarkan mempelajari modul Mari Belajar
hasil analisis terhadap lembar jawaban Menyunting telah memenuhi kriteria
siswa, diperoleh hasil tes belajar siswa ketuntasan belajar melalui modul
sebagai berikut. Pertama, dari 30 (≥75), dan KKM (70), meskipun masih
orang siswa yang menjadi subjek belum memenuhi kriteria ketuntasan
penelitian, terdapat 4 orang siswa yang individu. Untuk individu yang masih
memiliki nilai dengan kualifikasi belum memenuhi kriteria ketuntasan
Sangat Baik (SB); 23 orang siswa minimal ini, harus mengulangi untuk
yang memiliki nilai dengan kualifikasi membaca kembali modul
Baik (B); dan 3 orang siswa yang pembelajaran terutama pada bagian
memiliki nilai dengan kualifikasi yang belum dikuasai, dan juga harus
Lebih dari Cukup (LC). Kedua, dari 30

84
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

mengerjakan kembali evaluasi yang jika guru ingin mengembangkan bahan


terdapat di dalam modul. ajar, seperti modul, maka disarankan
untuk menggunakan strategi
SIMPULAN
pembelajaran inkuiri (SPI) karena SPI
Berdasarkan pembahasan
lebih cenderung pada proses
tersebut, dapat disimpulkan hal-hal
pembentukan pola pikir siswa secara
sebagai berikut. Pertama, model
analitis, kritis, logis, dan ilmiah. Selain
modul yang berjudul Mari Belajar
itu, SPI lebih mengutamakan keaktifan
Menyunting yang dikembangkan
siswa dalam merumuskan masalah,
tergolong valid karena memiliki nilai
merumuskan hipotesis, mengumpulkan
validitas sebesar 90,41. Kedua, model
bukti-bukti berupa data, dan menarik
modul yang dikembangkan tergolong
kesimpulan secara ilmiah. Ketiga,
praktis karena memiliki nilai
disarankan kepada siswa kelas IX
kepraktisan oleh guru sebesar 94,44
SMP/MTs untuk menggunakan modul
dengan kategori sangat praktis, dan
Mari Belajar Menyunting dalam
nilai praktikalitas modul oleh siswa
proses pembelajaran menyunting
sebesar 91,56 dengan kategori sangat
karangan sebagai sumber belajar.
praktis. Ketiga, model modul yang
Keempat, disarankan kepada peneliti
berjudul Mari Belajar Menyunting
selanjutnya agar mengembangkan
tergolong efektif karena persentase
model modul berbasis inkuiri pada
aktivitas siswa selama mempelajari
materi yang lain sehingga sumber-
modul sebesar 81,48 dengan kategori
sumber belajar siswa dan bahan ajar
sangat aktif. Kemudian, hasil analisis
guru lebih bervariasi.
tes unjuk kerja yang telah dikerjakan
oleh siswa memiliki rata-rata secara Catatan: Artikel ini ditulis dari tesis
keseluruhan sebesar 81,05 dengan penulis pada Program Pascasarjana
kualifikasi Baik (B). Universitas Negeri Padang dengan tim
Berdasarkan kesimpulan di pembimbing, yaitu Prof. Dr.
atas, dapat dinyatakan bahwa model
Atmazaki, M.Pd., dan Prof. Dr.
modul yang berjudul Mari Belajar Agustina, M.Hum.
Menyunting untuk SMP/MTs Kelas IX
telah valid, praktis, dan efektif, dan
dapat digunakan dalam pembelajaran DAFTAR RUJUKAN
bahasa Indonesia, khususnya pada Alberta. 2004. Focus on Inquiry: A
materi menyunting karangan untuk Teacher’s Guide to
siswa kelas IX SMP/MTs. Implementing Inquiry-based
Learning. Canada: Alberta
SARAN Learning. (Online). ISBN 0–
Ada beberapa saran yang 7785–2666–6. http://education.
berhubungan dengan penelitian ini. alberta.ca/media/313361/
Saran-saran tersebut adalah sebagai focusoninquiry.pdf.
berikut. Pertama, disarankan kepada
guru SMP/MTs yang akan Amri, Sofan. 2013. Pengembangan
mengajarkan materi menyunting dan Model Pembalajaran
karangan untuk dapat menggunakan dalam Kurikulum 2013.
modul Mari Belajar Menyunting Jakarta: Prestasi Pustaka.
dalam proses pembelajaran. Kedua,

85
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Leo, Susanto. 2010. Kiat Jitu Menulis
Mengembangkan Media dan Menerbitkan Buku.
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Jakarta: Erlangga.
Persada Press. Nurgiyantoro, Burhan. 2001.
Daryanto. 2014. Pengembangan Penilaian dalam Pengajaran
Perangkat Pembelajaran Bahasa dan Sastra
(Silabus, RPP, PHB, Bahan Yogyakarta: PT BPFE.
Ajar). Yogyakarta: Gava Prastowo, Andi. 2012. Panduan
Media. Kreatif Membuat Bahan Ajar
Daryanto. 2013. Penyusunan Modul Inovatif. Yogyakarta: Diva
(Bahan Ajar untuk Persiapan Press.
Guru dalam Mengajar).
Yogyakarta: Gava Media.
D. Moore, Kenneth. 2005. Effective Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil
Instructional Strategies: From Belajar. Yogyakarta: Pustaka
Theory to Practice. Thousand Pelajar.
Oaks, London, New Delhi: Sudijono, Anas. 2005. Pengantar
Sage Publications. Statistik Pendidikan. Jakarta:
Hamruni. 2012. Strategi Raja Grafindo Persada.
Pembelajaran. Yogyakarta: Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Insan Madani. Pendidikan Pendekatan
Heuken, Adolf. 2008. Teknik Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
Mengarang. Jakarta: Kanisius. D. Bandung: Alfabeta.
Iru, La, dan La Ode Safiun Arihi. Trianto, 2012. Model-Model
2012. Analisis Penerapan Pembelajaran Terpadu.
Pendekatan, Metode, Strategi, Jakarta: Bumi Aksara.
dan Model-Model Wibowo, Wahyu. 2010. Tata
Pembelajaran. Yogyakarta: Permainan Bahasa Karya Tulis
Multi Pressindo. Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

86

Anda mungkin juga menyukai