penyunting bertanggung jawab untuk dan mandiri. Satu bahan ajar yang
membuat tulisan memiliki koherensi memenuhi kriteria tersebut ialah
yang baik antara kalimat-kalimat modul. Prastowo (2012:106)
dalam suatu paragraf, meluruskan ide- menyatakan bahwa modul adalah
ide yang salah, membuat tulisan sebuah bahan ajar yang disusun secara
menjadi sistematis, mudah dipahami, sistematis dengan bahasa yang mudah
enak dibaca, dan menarik. dipahami siswa sehingga dapat belajar
Berdasarkan hal di atas, dapat sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
dikatakan bahwa peran penyunting bimbingan yang minimal dari
sangat penting untuk membuat sebuah pendidik.
tulisan atau karangan berkualitas. Modul menuntun siswa agar
Pengetahuan tentang ejaan, diksi, dapat mencapai taraf mastery (tuntas)
kalimat, dan paragraf merupakan dengan belajar secara individual.
modal dasar dalam melakukan Siswa tidak dapat melanjutkan ke
penyuntingan. modul berikutnya sebelum mencapai
Sesuai kurikulum SMP/MTs, taraf tuntas. Untuk itu, penyusunan
menyunting karangan merupakan modul harus sesuai dengan
sebuah KD yang diajarkan kepada karakteristik materi, siswa, dan potensi
siswa kelas IX SMP. Kenyataan yang sekolah.
ditemukan saat ini menunjukkan Untuk menghasilkan modul
bahwa keterampilan menyunting yang berkualitas, diperlukan langkah-
karangan masih rendah. Hal ini langkah penyusunan modul yang baik.
dibuktikan dari pengamatan tugas- Menurut Asyhar (2011:159−161), ada
tugas siswa tentang menyunting beberapa langkah yang perlu
karangan di kelas IX-1 SMP Negeri 2 dilakukan dalam penyusunan modul.
Sirombu Kabupaten Nias Barat. Siswa Langkah-langkah tersebut terdiri atas
belum mampu menyunting karangan analisis kebutuhan modul, penyusunan
karena belum memiliki pengetahuan draf modul, uji coba, validasi, revisi
yang memadai tentang tata bahasa. dan produksi. Hal tersebut didukung
Pengetahuan tentang penggunaan oleh pendapat Daryanto (2014:184)
huruf, penulisan kata, dan penggunaan yang menyatakan bahwa langkah-
tanda baca masih kurang. Selain itu, langkah penyusunan modul terdiri atas
pengetahuan siswa tentang kalimat dua bagian besar, yakni menyusun
efektif dan kepaduan paragraf belum kerangka modul, dan menyusun
memadai. Tambahan pula, siswa (menulis) program secara terinci.
belum mengetahui langkah-langkah Secara umum, kerangka modul
penting dalam penyuntingan sehingga terdiri atas tiga bagian, yakni bagian
kegiatan menyunting dianggap sebagai pendahuluan, kegiatan belajar, dan
kegiatan yang sulit dan membosankan. evaluasi/penutup. Hal ini sesuai
Fakta itu terjadi karena dengan pendapat Amri (2013:99−100)
berbagai faktor. Faktor pertama adalah yang menyatakan bahwa struktur
belum tersedianya bahan ajar yang modul terdiri atas tiga bagian. Bagian
memadai. Untuk itu, cara yang tersebut diuraikan berikut ini. (1)
dilakukan agar siswa termotivasi Pendahuluan, berisi tujuan, pengenalan
adalah menyediakan bahan ajar yang terhadap topik yang akan dipelajari,
mampu mengajak siswa belajar aktif informasi tentang pelajaran, hasil
76
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
belajar, dan orientasi. (2) Kegiatan sistematis, logis, dan kritis, atau
belajar berisi judul, tujuan, materi mengembangkan kemampuan
pokok, uraian materi (penjelasan, intelektual sebagai bagian dari proses
contoh, ilustrasi, aktivitas, mental.
tugas/latihan, dan rangkuman), serta Strategi pembelajaran inkuiri
tes mandiri. (3) Penutup berisi salam, adalah strategi yang melibatkan siswa
rangkuman, aplikasi, tindak lanjut, dalam tanya jawab, mencari informasi,
kaitan dengan modul berikutnya, dan melakukan penyelidikan. Iru
daftar kata-kata penting, daftar (2012:14) menyatakan bahwa inkuiri
pustaka, dan kunci tes mandiri. mengandung proses-proses mental
Modul yang disusun sebaiknya yang lebih tinggi tingkatannya dan
menggunakan strategi pembelajaran berpusat pada siswa (student
tertentu agar proses pembelajaran centered).
menggunakan modul berlangsung Menurut D. Moore (2005:300),
dengan lancar dan mencapai tujuan terdapat tiga tahap-tahap strategi
yang telah ditetapkan. Daryanto pembelajaran inkuiri, yaitu (1)
(2013:15) menyatakan bahwa langkah identifying the problem (meng-
yang paling utama dilakukan untuk identifikasi masalah); (2) working
menghasilkan modul yang berkualitas toward solutions (mencari solusi); dan
adalah menetapkan strategi (3) establishing solutions (menetapkan
pembelajaran yang digunakan. solusi). Selanjutnya, Alberta (2004:10)
Faktor kedua yang mengemukakan proses penggunaan
memengaruhi pembelajaran inkuiri, yaitu planning
menyunting karangan adalah kurang (merencanakan), retrieving
tepatnya strategi yang digunakan. (mengambil), processing
Untuk itu, diperlukan yang tepat dalam (memproses), creating (mengkreasi-
pembelajaran menyunting karangan kan), sharing (bertukar pikiran), dan
agar siswa dapat mencapai tujuan evaluating (mengevaluasi).
pembelajaran yang diharapkan. Satu Berdasarkan hal tersebut, SPI
strategi yang dapat digunakan dalam merupakan strategi pembelajaran yang
pembelajaran adalah strategi menantang siswa untuk bertanya,
pembelajaran inkuiri (SPI). Hamruni memberikan pendapat, mencari
(2012:89) mengemukakan tiga hal informasi, melakukan penyelidikan,
yang menjadi ciri utama SPI, yaitu (1) dan menyimpulkan hasil penyelidikan
menekankan kepada aktivitas siswa tersebut secara sistematis, logis, dan
secara maksimal untuk mencari dan kritis.
menemukan, artinya siswa berperan Rumusan masalah dalam
untuk menemukan sendiri inti dari penelitian ini dirancang dalam bentuk
materi pelajaran; (2) seluruh aktivitas kalimat tanya, yakni bagaimanakah
yang dilakukan siswa diarahkan untuk proses pengembangan model modul
mencari dan menemukan jawaban berbasis inkuiri yang valid (dilihat dari
sendiri dari suatu yang ditanyakan segi penyajian, kelayakan isi,
sehingga diharapkan dapat kebahasaan, kegrafikaan), praktis
menumbuhkan sikap percaya diri (self (dilihat dari segi kemudahan
belief); dan (3) mengembangkan penggunaan, gaya penyajian, kualitas
kemampuan intelektual secara teknis, dan ekonomis), dan efektif
77
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
78
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
79
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
80
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
81
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
82
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
kelas IX-1 SMP Negeri 2 Sirombu oleh siswa. Berdasarkan hasil analisis,
Kabupaten Nias Barat. Uji coba diperoleh nilai kepraktisan modul
dilaksanakan pada tanggal 8 sampai seperti pada tabel 3 berikut ini.
dengan 30 April 2014. Dengan kata Tabel 3. Hasil Analisis Angket
lain, uji coba berlangsung selama tiga Kepraktisan Modul oleh Siswa
minggu atau tiga kali pertemuan, Aspek yang Nilai
No Kategori
ditambah dengan pelaksanaan tes. Dinilai Praktikalitas
Untuk mengetahui kepraktisan 1 Kemudahan 92,29 sangat
modul, maka diberikan angket penggunaan praktis
kepraktisan kepada guru dan siswa 2 Gaya 93,33 sangat
yang telah menggunakan modul dalam penyajian praktis
pembelajaran menyunting karangan. 3 Kualitas 90,5 sangat
Angket tersebut diisi oleh guru dan teknis praktis
siswa. Hasil analisis terhadap lembar 4 Kesesuaian 89,16 sangat
praktikalitas modul oleh guru dapat dengan praktis
dilihat pada tabel 2 berikut ini. waktu
Tabel 2. Hasil Analisis Angket 5 Ekonomis 92,5 sangat
Kepraktisan Modul oleh Guru/ praktis
Praktisi Praktikalitas 91,56 sangat
Aspek yang Nilai Modul secara praktis
No Kategori
Dinilai Kepraktisan Keseluruhan
1 Kemudahan 100 sangat
penggunaan praktis Berdasarkan tabel tersebut,
2 Gaya 100 sangat dapat dikatakan bahwa nilai
penyajian praktis praktikalitas modul oleh siswa secara
3 Kualitas 90 sangat keseluruhan sebesar 91,56 dengan
teknis praktis kategori sangat praktis. Dengan
demikian, modul yang dikembangkan
4 Kesesuaian 87,5 sangat
mudah digunakan oleh siswa dalam
dengan praktis
pembelajaran menyunting karangan.
waktu
5 Ekonomis 87,5 sangat Setelah memeroleh nilai
praktis kepraktisan modul, baik nilai
Praktikalitas 94,44 sangat kepraktisan oleh guru, maupun nilai
Modul secara praktis kepraktisan oleh siswa, dapat
Keseluruhan dinyatakan bahwa modul yang telah
dikembangkan mudah digunakan oleh
Berdasarkan tabel tersebut, guru dan siswa dalam pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa nilai menyunting karangan.
praktikalitas modul oleh guru secara Selama pelaksanaan uji coba,
keseluruhan sebesar 94,44 dengan aktivitas siswa diamati dengan
kategori sangat praktis. Dengan menggunakan lembar pengamatan
demikian, modul yang dikembangkan (lembar observasi). Pengamat aktivitas
mudah digunakan oleh guru dalam siswa atau observer terdiri atas 2
pembelajaran menyunting karangan. orang, yakni satu guru bahasa
Setelah itu, dilakukan analisis Indonesia kelas IX-1 SMP Negeri 2
lembar praktikalitas modul yang diisi Sirombu Kabupaten Nias Barat
83
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
(observer I), dan peneliti (observer II). orang siswa yang menjadi subjek
Untuk memudahkan pengamatan, penelitian, terdapat 3 orang siswa yang
maka cara pengamatan yang dilakukan belum memenuhi kriteria ketuntasan
adalah membagi siswa dalam dua pembelajaran minimal dengan modul,
kelompok pengamatan. Cara yaitu ≥75. Berdasarkan hasil tersebut,
mengelompokkan adalah berdasarkan diperoleh persentase siswa yang tuntas
baris meja siswa di dalam kelas. Di sebesar 90%, sedangkan persentase
kelas uji coba, terdapat empat baris siswa yang belum tuntas, yaitu 10%.
meja. Observer I mengamati siswa Ketiga, apabila berpedoman pada
yang berada di meja 1 dan 2, KKM yang berlaku di sekolah tempat
sedangkan observer II mengamati penelitian, yakni 70, maka siswa yang
siswa yang berada di meja 3 dan 4. tuntas di kelas uji coba sebanyak 29
Berdasarkan pembagian kelompok, orang, dan 1 orang siswa yang belum
maka observer I mengamati siswa tuntas. Siswa yang belum tuntas
sebanyak 16 orang, dan observer II tersebut adalah yang memiliki nilai
mengamati 14 orang siswa. 69,47. Secara keseluruhan, persentase
Aspek yang diamati terdiri atas kentuntasan siswa berdasarkan nilai
9 aktivitas. Kesembilan aktivitas KKM sebesar 96,66%, dan 3,33%
tersebut diamati setiap pertemuan. yang belum memenuhi nilai KKM.
Setelah melakukan analisis terhadap Berdasarkan nilai rata-rata
lembar observasi, maka diperoleh yang diperoleh secara keseluruhan,
persentase keaktifan siswa sebesar yakni 81,05, dapat dinyatakan bahwa
81,48 dengan kategori sangat aktif. siswa yang menjadi subjek penelitian
Dengan demikian, dapat disimpulkan telah tuntas belajar melalui modul
bahwa modul yang telah secara keseluruhan, walaupun masih
dikembangkan meningkatkan terdapat 3 orang siswa yang belum
keaktifan siswa dalam pembelajaran memenuhi kriteria ketuntasan belajar
menyunting karangan. melalui modul. Hal ini dapat dilihat
Setelah menganalisis aktivitas dari nilai rata-rata hasil belajar siswa
siswa, maka dilanjutkan dengan sebesar 81,05 dengan kualifikasi Baik
analisis hasil belajar siswa melalui tes (B).
unjuk kerja yang diberikan. Tujuan Dengan demikian, siswa kelas
pelaksanaan tes adalah untuk IX-1 SMP Negeri 2 Sirombu
mengetahui keefektifan modul yang Kabupaten Nias Barat yang
telah dikembangkan. Berdasarkan mempelajari modul Mari Belajar
hasil analisis terhadap lembar jawaban Menyunting telah memenuhi kriteria
siswa, diperoleh hasil tes belajar siswa ketuntasan belajar melalui modul
sebagai berikut. Pertama, dari 30 (≥75), dan KKM (70), meskipun masih
orang siswa yang menjadi subjek belum memenuhi kriteria ketuntasan
penelitian, terdapat 4 orang siswa yang individu. Untuk individu yang masih
memiliki nilai dengan kualifikasi belum memenuhi kriteria ketuntasan
Sangat Baik (SB); 23 orang siswa minimal ini, harus mengulangi untuk
yang memiliki nilai dengan kualifikasi membaca kembali modul
Baik (B); dan 3 orang siswa yang pembelajaran terutama pada bagian
memiliki nilai dengan kualifikasi yang belum dikuasai, dan juga harus
Lebih dari Cukup (LC). Kedua, dari 30
84
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
85
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1, Februari 2015
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Leo, Susanto. 2010. Kiat Jitu Menulis
Mengembangkan Media dan Menerbitkan Buku.
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Jakarta: Erlangga.
Persada Press. Nurgiyantoro, Burhan. 2001.
Daryanto. 2014. Pengembangan Penilaian dalam Pengajaran
Perangkat Pembelajaran Bahasa dan Sastra
(Silabus, RPP, PHB, Bahan Yogyakarta: PT BPFE.
Ajar). Yogyakarta: Gava Prastowo, Andi. 2012. Panduan
Media. Kreatif Membuat Bahan Ajar
Daryanto. 2013. Penyusunan Modul Inovatif. Yogyakarta: Diva
(Bahan Ajar untuk Persiapan Press.
Guru dalam Mengajar).
Yogyakarta: Gava Media.
D. Moore, Kenneth. 2005. Effective Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil
Instructional Strategies: From Belajar. Yogyakarta: Pustaka
Theory to Practice. Thousand Pelajar.
Oaks, London, New Delhi: Sudijono, Anas. 2005. Pengantar
Sage Publications. Statistik Pendidikan. Jakarta:
Hamruni. 2012. Strategi Raja Grafindo Persada.
Pembelajaran. Yogyakarta: Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Insan Madani. Pendidikan Pendekatan
Heuken, Adolf. 2008. Teknik Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
Mengarang. Jakarta: Kanisius. D. Bandung: Alfabeta.
Iru, La, dan La Ode Safiun Arihi. Trianto, 2012. Model-Model
2012. Analisis Penerapan Pembelajaran Terpadu.
Pendekatan, Metode, Strategi, Jakarta: Bumi Aksara.
dan Model-Model Wibowo, Wahyu. 2010. Tata
Pembelajaran. Yogyakarta: Permainan Bahasa Karya Tulis
Multi Pressindo. Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
86