Anda di halaman 1dari 14

Lembar Kerja Siswa (LKS)

Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan
atau pemecahan masalah. Lembar kerja siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk
panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus
dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2010: 111).

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta
didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas
yang diperintahkan dalam lembar kerja harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. LKS dapat
digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat
dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain
yang terkait dengan materi tugasnya (Madjid, 2007: 177).

Struktur Lembar Kerja Siswa (LKS)

Dalam proses belajar mengajar, LKS sering dimanfaatkan sebagai buku latihan siswa yang didalamnya
memuat:

A. Ringkasan Materi

Dengan adanya ringkasan materi ini, siswa akan lebih mudah memahami materi

B. Soal-soal latihan

Bentuk-bentuk soal latihan yang dimuat dalam lembar kerja siswa umumnya berisi:

1) Soal-soal subyektif (uraian)


Soal-soal subyektif disebut juga soal uraian yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
memilih dan menentukan jawaban. Kebebasan ini berakibat data jawaban bervariasi, sehingga tingkat
kebenaran dan tingkat kesalahan juga menjadi variasi, hal inilah yang mengundang subyektivitas penilai
ikut berperan menentukan (Thoha, 1994: 55).

Beberapa kelebihan soal bentuk subyektif ini diantaranya:

 Peserta didik dapat menorganisasikan jawaban dengan fikiran sendiri

 Dapat menghindarkan sifat tertekan dalam menjawab soal


 Melatih peserta didik untuk memilih fakta relevan dengan persoalan, serta
mengorganisasikannya sehingga dapat diungkapkan menjadi satu hasil pemikiran terintegrasi
secara utuh.

 Jawaban yang diberikan diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat yang disusun sendiri,
sehingga melatih untuk menyusun kalimat dengan bahasa yang baik, benar dan cepat.

 Soal bentuk uraian tepat untuk mengukur kemampuan analitik, sintetik dan evaluative.

Sedangkan kelemahan soal bentuk ini antara lain:

 Membutuhkan waktu banyak untuk memeriksa hasilnya

 Pemberian skor jawaban kadang-kadang tidak ajeg (reliable) sebab ada faktor- faktor lain yang
berpengaruh, seperti tulisan peserta didik, kelelahan penilaian, situasi, dll.

 Variasi jawaban terlalu banyak dan tingkat kebenarannya menjadi bertingkat-tingkat, sehingga
dalam menetukan criteria benar-salah menjadi agak kabur.

2) Soal-soal obyektif (Fixed response item)

Pada tipe ini, butir-butir soal yang diberikan kepada peserta didik disertai dengan alternatif jawaban,
sehingga peserta didik tinggal memilih satu diantara alternatif jawaban yang tersedia. Jawaban tersebut
hanya ada satu yang paling benar atau yang paling benar, sedangkan yang lainnya salah (Thoha, 1994:
69).

Soal bentuk obyektif ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

 Peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar, maupun yang
menjawab salah.

 Subyektivitas pendidik rendah.

 Memudahkan pendidik dalam memberikan penilaian.

 Tidak membutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksi


Sedangkan kelemahannya, diantaranya:
a) Memberikan kemungkinan adanya siswa menebak jawaban.
b) Membutuhkan waktu yang lama dalam penyusunnya, karena harus membuat alternatif
jawabannya.

Sistematika Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Poppy Kamalia Devi, dkk (2009: 32-33), Sistematika LKS umumnya terdiri dari:
1) Judul LKS
2) Pengantar
Berisi uraian singkat bahan pelajaran (berupa konsep-konsep IPA) yang dicakup dalam kegiatan. Selain
itu juga memberikan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan
dengan tujuan untuk memancing kemampuan berpikir siswa dan diharapkan siswa dapat memecahkan
masalah tersebut dengan melakukan kegiatan.
3) Tujuan Kegiatan
Berisi kompetensi yang harus dicapai siswa setelah melakukan percobaan. Tujuan pembelajaran dirinci
pada masing-masing kegiatan.
4) Alat dan bahan
Memuat alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan.
5) Langkah Kegiatan
Langkah kegiatan berisi sejumlah langkah cara pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan siswa.

1. Tabel/ hasil pengamatan. Tabel pengamatan berfungsi untuk mencatat data hasil pengamatan
yang diperoleh dari kegiatan.

2. Pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan mengulang kembali tentang apa yang diamati pada saat
melakukan percobaan, serta juga penuntun untuk menarik kesimpulan hasil percobaan.
Pertanyaan diselesaikan secara kelompok pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Kesimpulan. Kesimpulan tercantum dalam bagian akhir LKS. Hal ini ditujukan agar guru bisa
mengetahui tercapai atau tidaknya kompetensi yang diinginkan pada tujuan, karena kesimpulan
menjawab tujuan.

Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11-12), tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain:

1. Sebagai alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan
tertentu.

2. Dapat mempercepat proses belajar mengajar dan hemat waktu mengajar.

3. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat menggunakan
alat bantu secara bergantian.

Menurut Dewiana (2001:10) LKS dapat digunakan dalam penyajian mata pelajaran secara eksperimen
maupun non- eksperimen, sehingga berdasarkan penggunaan metode dikenal dua jenis LKS, yaitu LKS
eksperimen yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan eksperimen, dan LKS non-
eksperimen yang dijadikan pedoman dalam memahami konsep atau prinsip tanpa eksperimen. Kedua
macam LKS tersebut dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa.

Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Azhar (1993) : 78) mengatakan bahwa “LKS dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai
kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan ditumbuhkan pada
diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan”.

Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11), tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain:

 Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar.

 Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna
serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.

Ciri-ciri Lembar Kerja Siswa (LKS)

Adapun ciri-ciri LKS adalah sebagai berikut :

1. LKS terdiri dari beberapa halaman

2.  LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan
tertentu

3. Didalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara umum, rangkuman pokok
bahasan, puluhan soal-soal pilihan ganda dan soal-soal isian (Azhar, 1993: 78).

Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS)

Andi Prastowo (2011: 205-206) menyatakan bahwa empat fungsi LKS yaitu:
1) Meminimalkan peran guru, tetapi memaksimalkan peran siswa.
2) Memudahkan siswa untuk memahami materi yang diberikan.
3) Ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

Adapun fungsi lembar kerja siswa sebagai berikut:

1. Bagi siswa LKS berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
didapat.

2. Bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya
serta mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri
siswa.

Selain itu dengan adanya LKS siswa tidak perlu mencatat atau membuat ikhtisar atau resume pada buku
catatannya lagi, sebab dalam tiap LKS biasanya sudah terdapat ringkasan seluruh materi pelajaran.
Berdasarkan fungsi lembar kerja di atas, maka guru sebagai pengelola proses belajar, kedudukannya
tidak dapat digantikan oleh adanya lembar kerja.

Karena keberadaan lembar kerja siswa ini adalah hanya membantu kemudahan dan kelancaran aktivitas
pada saat proses belajar mengajar serta interaksi antara guru dan murid. Sehingga tujuan utama proses
belajar dapat tercapai atau berhasil (Azhar, 1993: 78).
Penulisan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS)

Langkah-Langkah Penulisan LKS

 Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi
pembelajaran.

 Menyusun peta kebutuhan LKS

 Menentukan judul LKS

 Menulis LKS

 Menentukan alat penilaian

Penulisan dalam LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perumusan KD yang harus dikuasai; rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari
dokumen SI( Depdiknas, 2008: 19 ).

2. Penentuan alat penilaian; bahwa penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja
siswa. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi yang penilaiannya
didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan
pendekatan Panilaian Acuan Kriteria (PAK) atau Criterion Referenced Assesment.

3. Penyusunan materi; yakni sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat
berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan
dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah,internet, jurnal hasil
penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS
ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-
tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang
seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan
secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa
lama waktunya

4. Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut :


a. Judul
b. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
c. Kompetensi yang akan dicapai
d. Informasi pendukung
e. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
f. Penilaian

Macam-macam Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Azhar (1993:79) ada dua macam LKS yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.
1. LKS Tak Berstruktur. Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana
untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk
menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk
mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit
petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik. Contoh:
a) Lembaran yang memuat suatu kelompok data dan sajiannya berupa grafik yang dikutip dari
media masa dan dapat dimanfaatkan guru dalam membahas materi yang relevan dalam
statistik. b) Lembaran berupa kertas bertitik, kertas berpetak atau kertas milimeter.

2. LKS Berstruktur. Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS
ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran,
dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran
pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat
menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan
dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa. LKS yang baik harus memenuhi
persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang
berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan
kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak
pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah
memenuhi asas-asas yang efektif. Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri,
mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil
keputusan. LKS dalam kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman
konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penemuan konsep (tahap lanjutan dari
penanaman konsep).
Keterampilan Proses Sains dalam Lembar
Kerja Siswa
LKS adalah salah satu media pengajaran yang berorientasi kepada keterampilan proses sehingga
diharapkan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal (Semiawan, 1992:12). Menurut Dahar
(1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah
dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap
siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan
memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada
proses sains. Pendekatan ini diperlukan karena sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan
saja, tetapi juga terkandung hal lain. Cain dan Evans (Rustaman, 2005:74) menyatakan bahwa sains
mengandung empat hal, yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains
sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, prinsip-prinsip dan teori.
Sains sebagai proses atau metode mengandung arti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode
untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga sebagai sikap, artinya
bahwa dalam sains terkandung sikap ilmiah, seperti terbuka, jujur, tekun dan objektif. Sains sebagai
teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Jika sains mengandung empat hal di atas, maka ketika belajar sains pun siswa
perlu mengalami keempat hal tersebut. Dalam belajar sains siswa seharusnya tidak hanya belajar produk
saja, tetapi harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami
sains secara utuh. Selain itu, pembelajaran yang menekankan pada pengembangan keterampilan proses
berarti membimbing siswa untuk memiliki keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengemukakan
hasilnya (Rustaman, 2005:74).

Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena
menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin banyaknya sekolah yang telah
memiliki laboratorium biologi, sehingga perlu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya
prestasi hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan serta sikap dan prilaku yang baik. Oleh
karena itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak melakukan penilaian hasil belajar dalam
aspek keterampilan dan sikap (Rustaman, 2005:75). Menurut Blosser (dalam Kamriantiramli, 2011),
proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah
seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan
proses sains. Sehingga keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran.

Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses sains sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis,
serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.

2. Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari
oleh siswa.

3. Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan
pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.

Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses sains sebagai berikut:

1. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis,
serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.

2. Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari
oleh siswa.

3. Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan
pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam keterampilan proses terdapat tiga komponen yang perlu dikembangkan, yaitu: 1) kemampuan
menggunakan pikiran (keterampilan intelektual), 2) kemampuan nalar, 3) perbuatan efisien dan efektif
untuk mencapai hasil tertentu termasuk kreativitas. Komponen keterampilan intelektual dalam
keterampilan proses sains terjadi sebagai hasil proses tranformasi atau informasi yang diterima otak.
Menurut Rustaman (2005:78) keterampilan proses meliputi: 1) keterampilan melakukan pengamatan
(observasi), 2) mengelompokkan (klasifikasi), 3) menafsirkan pengamatan (interpretasi), 4) meramalkan
(prediksi), 5) sains mengajukan pertanyaan, 6) berhipotesis, 7) merencanakan percobaan atau
penyelidikan, 8) menggunakan alat dan bahan , 9) menerapkan konsep atau prinsip, 10) berkomunikasi.

Tabel  Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

N Indikator Keterampilan
o Proses Sains Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

– Menggunakan sebanyak mungkin indera


1 Mengamati (observasi) – Mengumpulkan/ menggunakan fakta-fakta yang relevan

– Mencari perbedaan dan persamaan


– Mengontraskan ciri-ciri
Mengelompokkan – Membandingkan
2 (klasifikasi) – Mencari dasar penggolongan

3 Menafsirkan (interpretasi) – Menghubungkan hasil-hasil pengamatan


– Mencatat setiap pengamatan
– Menyimpulkan

– Menggunakan pola-pola hasil pengamatan


– Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan
4 Meramalkan (prediksi) yang belum diamati

– Bertanya mengapa, apa, atau bagaimana


Sains mengajukan – Bertanya untuk meminta penjelasan
5 pertanyaan – Bertanya yang berlatar belakang hipotesis

– Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan


penjelasan dari satu kejadian
– Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
6 Berhipotesis kebenarannya

– Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan dipakai


– Menentukan variabel/faktor penentu
– Menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis
Merencanakan – Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah-
7 penelitian/percobaan langkah kerja

– Memakai alat dan bahan


8 Menggunakan alat/bahan – Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan

– Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam


suatu situasi baru
– Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk
9 Menerapkan konsep menjelaskan apa yang sedang terjadi

Sumber : Rustaman (2005:78)

Berikut adalah deskripsi mengenai indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman (2005:78):
1. Mengamati
Suatu proses untuk mengenal sesuatu dengan jalan memperhatikan atau menyadari obyek/peristiwa,
untuk hal ini siswa harus menggunakan semua alat inderanya seperti penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan, dan penciuman. Dalam kegiatan ilmiah mengamati berarti menyeleksi fakta-
fakta yang relevan dan memadai dari hal-hal yang diamati.
Dengan membandingkan hal-hal yang diamati siwa mengembangkan kemampuan mencari persamaan
dan perbedaan suatu benda/peristiwa.
2. Mengelompokkan/Klasifikasi
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan
syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari
kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar
penggolongan.

3. Menafsirkan
Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil
pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung, lalu
mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil
pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan
akhirnya membuat kesimpulan.

4. Meramalkan
Keterampilan meramalkan atau mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan
suatu pola yang sudah ada, menggunakan pola-pola atau hubungan informasi/ukuran/hasil observasi
dan mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderungan. Apabila siswa dapat
mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang menunjukkan suatu
kecenderungan atau pola yang sudah ada.

5. Mengajukan pertanyaan
Kemampuan mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang meminta penjelasan tentang apa, mengapa
dan bagaimana ataupun menanyakan sesuatu hal yang berlatar belakang hipotesis. Keterampilan proses
mengajukan pertanyaan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin
diketahuinya, baik yang bersifat penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat penyelidikan,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berpikir siswa dan dapat pula dikatakan
bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat berpikir siswa.

6. Merumuskan hipotesis
Keterampilan proses menggunakan informasi dengan mengemukakan dugaan atau generalisasi
sementara yang dapat menjelaskan atau menghubungkan sifat-sifat benda peristiwa, berhipotesis
melibatkan keterampilan menduga sesuatu, menguraikan sesuatu yang menunjukkan hubungan sebab
akibat antara dua variabel pengetahuan yang telah dimilikinya.

7. Merencanakan percobaan
Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat
menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat
menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang
berubah.
Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan
cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-
hasil pengamatan.
8. Menggunakan alat/bahan
Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus
menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu,
siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.

9. Menerapkan konsep
Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu
menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menemukan penjelasan (konsep)
tentang suatu peristiwa yang sedang terjadi. Keterampilan menerapkan konsep/prinsip menjadi
penunjang dalam memantapkan dan mengembangkan konsep/prinsip yang telah dimiiki siswa,
mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari
Ilmu Pengetahuan Alam.

10. Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi mengandung arti mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan
penyelidikan, mentransfer suatu bentuk penyajian ke bentuk penyajian yang lainnya atau menggunakan
kriteria untuk menyajikan data ke bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Untuk
mencapai keterampilan berkomunikasi siswa harus dapat menyusun dan menyampaikan laporan
kegiatan yang telah dikerjakan dengan sistematis dan jelas, selain itu diharapkan siswa mampu
menjelaskan hasil kegiatan, mendiskusikan dan menggambarkan data yang diperoleh ke bentuk
diagram, grafik atau tabel.
Keuntungan Pengajaran Modul Bagi Siswa
dan Guru
Keuntungan Pengajaran Modul Bagi Siswa dan Guru Modul yang disusun dengan baik dapat
memberikan banyak keuntungan bagi pelajar. Berikut adalah keuntungan pengajaran modul bagi siswa
menurut S. Nasution (2003: 206-209):

1) Modul memberikan umpan balik (feedback)


Modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil
belajarnya. Kesalahan segera dapat diperbaiki dan tidak dibiarkan bagitu saja seperti halnya dengan
pengajaran tradisional. Ulangan sering hanya diberikan beberapa kali dalam satu semester.

2) Penguasaan tuntas atau mastery


Pengajaran modul tidak menggunakan kurva normal sebagai dasar distribusi angka-angka. Setiap siswa
mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara
tuntas. Dengan penguasaan bahwa itu sepenuhnya ia memperoleh dasar yang mantap untuk
menghadapi pelajaran baru.
Kelemahan pengajaran non-modul yang tradisional ialah bahwa penguasaan kebanyakan anak atas
bahan pelajaran hanya tanggung-tanggung dan jarang tuntas.

3) Tujuan
Modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh murid. Dengan
tujuan yang jelas usaha murid terarah untuk mencapainya dengan segera.

4) Motivasi
Pengajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-langkah yang teratur akan
menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya

5) Fleksibilitas
Pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain mengenai kecepatan belajar,
cara belajar, dan bahan ajar.

6) Kerjasama
Pengajaran modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin rasa persaingan di kalangan siswa
oleh sebab semua dapat mencapai hasil tertinggi. Mereka tidak bersaing untuk mencapai ranking
tertinggi karena tidak digunakannya kurva normal dalam penentuan angka. Juga kerjasama antara murid
dengan guru dikembangkan karena kedua belah pihak merasa sama bertanggung jawab atas
keberhasilannya pengajaran.

7) Pengajaran remedial
Pengajaran modul dengan sengaja member kesempatan untuk pelajaran remedial yakni memperbaiki
kelemahan, kesalahan atau kekurangan murid yang segera dapat ditemukan sendiri oleh murid
berdasarkan evaluasi yang diberikan secara kontinu. Murid tak perlu mengulangi pelajaran itu
seluruhnya akan tetapi hanya berkenaan dengan kekurangannya itu.

Bagi tenaga pengajar (guru), pengajaran modul juga mempunyai sejumlah keuntungan antara lain:

1. Rasa kepuasan
Modul disusun dengan cermat sehingga memudahkan siswa belajar untuk menguasai bahan pelajaran
menurut metode yang sesuai bagi murid yang berbeda-beda. Maka karena itu hasil belajar yang baik
bagi semua murid lebih terjamin. Kesuksesan yang dicapai oleh siswa akan memberi rasa kepuasan yang
lebih besar kepada guru yang merasa bahwa ia telah melakukan profesionalnya dengan baik.

2. Bantuan Individual
Pengajaran modul member kesempatan yang lebih besar dan waktu yang lebih banyak kepada guru
untuk memberikan bantuan dan perhatian individual kepada setiap murid membutuhkannya, tanpa
mengganggu atau melibatkan seluruh kelas.

3. Pengayaan
Guru juga mendapatkan waktu yang lebih banyak untuk memberi ceramah atau pelajaran tambahan
bagi pengayaan.

4. Kebebasan dari rutinitas


Pengajaran modul membebaskan guru dari rutinitas yang membelenggunya selama ini. Ia membebaskan
dari persiapan pelajaran karena seluruhnya telah disediakan oleh modul. Ia juga bebas dari rutinitas
administrasi karena dapat dilakukan oleh petugas non professional dan oleh siswa.

5. Mencegah Kemubasiran
Modul adalah satuan pelajaran yang berdiri sendiri mengenai topik tertentu dan dapat digunakan dalam
berbagai mata pelajaran atau matakuliah. Dengan demikian, modul itu dapat digunakan oleh berbagai
sekolah, fakultas, atau jurusan dank arena itu tidak perlu disusun kembali oleh pihak yang
memerlukannya. Ini berarti penghematan waktu. Sekolah dan perguruan tinggi dapat saling bertukar
modul.

6. Meningkatkan Profesi Keguruan


Pengajaran Modul menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai proses belajar itu sendiri.
Bagaimanakah murid belajar? Bagaimanakah guru meningkatkan proses belajar? Bagaimanakah
langkah-langkah dalam belajar? Pertanyaan-pertanyaan serupa itu merangsang guru untuk berpikir dan
dengan demikian, mendorongnya berikap lebih ilmiah tentang profesinya. Ia juga akan lebih terbuka
bagi saran-saran dari pihak siswa untuk memperbaiki modul atau menggunakannya dalam penyusunan
modul baru.

7. Evaluasi Formatif
Bahan pelajaran tradisional, antara lain: dalam bentuk buku pelajaran, biasanya menyajikan bahan itu
dalam bagian-bagian yang besar atau luas, misalnya bab demi bab. Dengan demikian, sulit diketahui
sampai manakah pemahaman murid dalam mengikuti pelajaran itu. Karena itu, tidak mungkin
memperbaiki pelajaran itu berdasarkan hasil belajar murid. Sebaiknya modul hanya meliputi bahan
pelajaran yang terbatas dan dapat dicobakan pada murid yang kecil jumlahnya dalam taraf
pengembangannya. Dengan mengadakan pretest dan post-test dapat dinilai taraf hasil belajar murid
dengan cara demikian mengetahui efektivitas bahan itu.

Anda mungkin juga menyukai