Anda di halaman 1dari 11

1

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


MATAKULIAH DESAIN PEMBELAJARAN
Mustaji dan sujarwanto, Universitas Negeri Surabaya
Email: mustaji@unesa.ac.id

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar pada matakuliah desain
pembelajaran yang memenuhi (1) standar kelayakan dari aspek isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan, (2) praktis digunakan dalam pembelajaran, dan (3) efektif digunakan dalam
pembelajaran. Prosedur pengembangan bahan ajar ini terdiri atas 2(dua) tahap yaitu: (1)
tahap penyusunan bahan ajar, (2) tahap ujicoba bahan ajar. Tahap penyusunan bahan ajar yaitu
dilakukan pada tahun pertama yakni penyusunan draf bahan ajar merujuk merujuk pada
pemikiran dick and carey (2015), yang meliputi 10 tahapan, yakni : ((1) mengindentifikasi
tujuan umum , (2) melakukan analisis instruksional, (3) menganalisis peserta didik dan
konteks, (4) menuliskan tujuan khusus, (5) mengembangkan instrumen penilaian, (6)
mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan memilih bahan
pembelajaran, (8) mendesain dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakukan revisi, dan (10)
mendesain dan melakukan evaluasi sumatif. Tahap ujicoba bahan ajar dilakukan pada tahun
kedua yaitu melakukan penelitian eksperimen semu, yang dilakukan pada dua kelompok atau
dua kelas yang berbeda, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Luaran yang diharapkan
adalah: (1) buku ajar desain pembelajaran yang ber-isbn, (2) artikel yang dimuat pada jurnal
kinerja dan teknologi pendidikan, issn: issn 2252-7567, TP PPs Unesa, dan jurnal internasional
Educational Technology and Research Development, ISSN:: 1556-6501 terbitan dari
Association For Educational Communications And Technology, dan (3) keikutsertaan dalam
seminar nasional dan internasional sebagai pemakalah.
Kata kunci: pengembangan, bahan ajar, desain pembelajaran

Pendahuluan
Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematik dimana setiap komponen saling
berpengaruh bagi keberhasilan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Ini berarti mahasiswa
perlu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, perekayasaan metode pembelajaran yang meliputi
strategi pengorganisasian, strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan pembelajaran perlu
diupayakan terus menerus. Upaya di atas dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung lebih
efektif, efisien, memiliki daya tarik dan mampu memotivasi mahasiswa untuk belajar mandiri.
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan kecenderungan mahasiswa untuk terus belajar
dan ketertarikan pada mata kuliah..
Upaya menciptakan sebuah proses pembelajaran yang efektif, efesien dan memiliki
daya tarik diperlukan sumber-sumber belajar yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk
mendukung pembelajaran yang lebih berkualitas. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa :
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa : (1) Desain Pembelajaran merupakan salah satu
matakuliah di Program Studi S2 dan S3 Teknologi Pendidikan Pascasarjarna Universias Negeri
Surabaya, (2) Selama ini belum ada dosen TP PPs Unesa yang menulis bahan ajar dengan
materi Desain Pembelajaran, (3) Mahasiswa juga memerlukan sumber belajar matakuliah
Desain Pembelajaran, (4) Sumber belajar berupa bahan ajar Desain Pembelajaran yang sesuai
dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan sesuai dengan karakteristik serta
kebutuhan mahasiswa belum ada. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan bahan ajar
Desain Pembelajaran melalui posedur penelitian
2

Bahan ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh
pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan
disebar-luaskan (Kep. Mendiknas No.36/D/O/2001, pasal 5 ayat 9). Buku ajar berbeda dengan
buku teks, karena buku ajar disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan khusus yang terkait
dengan pembelajaran mahasiswa. Maka buku ajar desain pembelajaran ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa.
Pengembangan bahan ajar ini, merujuk pada pemikiran Dick and Carey (2015) yang
meliputi 10 tahapan, yakni : ((1) mengindentifikasi tujuan umum , (2) melakukan analisis
instruksional, (3) menganalisis peserta didik dan konteks, (4) menuliskan tujuan khusus, (5)
mengembangkan instrumen penilaian, (6) mengembangkan strategi instruksional , (7)
mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, (8) mendesain dan melakukan evaluasi
formatif, (9) melakukan revisi, dan (10) mendesain dan melakukan evaluasi sumatif.
Untuk dapat melakukan pengembangan bahan ajar, diperlukan pemahaman akan
pentingnya bahan ajar dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, bahan ajar
berkedudukan sebagai modal awal yang akan digunakan atau diproses untuk mencapai hasil.
Hasil tersebut berupa pemahaman dan kemampuan siswa . Pentingnya bahan ajar dalam
kegiatan pembelajaran dapat dianalogikan seperti pentingnya bahan-bahan untuk memasak.
Jika tidak ada bahan yang digunakan dalam memasak, maka tidak akan ada masakan yang
dihasilkan. Sebaliknya, jika terdapat bahan makanan untuk dimasak maka akan dihasilkan
suatu makanan walaupun itu sangat sederhana. Dengan melihat analogi tersebut kita dapat
memahami bahwa bahan memiliki kedudukan yang penting terhadap suatu proses. Demikian
pula halnya dengan bahan ajar dalam proses pembelajaran.Bahan ajar merupakan komponen
yang harus ada di dalam proses pembelajaran.
Menurut Prastowo (2013) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.Bahan ajar atau teaching-
material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Menurut
Dick, Carey & Carey (2001) bahan ajar adalah perangkat yang digunakan untuk pembelajaran
yang terdiri atas, (1) panduan pebelajar, (2) bahan ajar, (3) panduan pembelajar.
Menurut Depdiknas (2008) bahan ajar (instructional materials) adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari pebelajar sesuai dengan
kompetensi dasar dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan
ajar adalah buku yang berisi uraian tentang bidang studi tertentu, disusun secara sistematis,
diseleksi berdasarkan tujuan, diorientasikan pada pembelajaran dan disesuaikan daengan
perkembangan pebelajar (Muslich, 2010:50). Menurut Panen dan Purwanto (2001) bahan ajar
adalah bahan-bahan perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan oleh dosen
dan mahasiswa dalam proses perkuliahan.
Berdasarkan paparan diatas bahan ajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah bahan
ajar yang berupa printed material, yang kemudian ditambahkan dengan format pdf, ms.
powerpoint.

Dilihat dari fungsinya bahan ajar dalam pembelajaran memiliki fungsi yaitu: (1) sarana
pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan, (2) sarana memperlancar proses
pembelajaran, (3) sarana memperlancar tujuan pembelajaran, (4) sarana memperlancar
efisiensi dan efektivitas pembelajaran (Muslich, 2010:52). Ditinjau dari fungsi di atas maka
fungsi bahan ajar memiliki posisi sentral untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Bahan ajar memiliki kelebihan antara lain: (1) dapat menyajikan pesan atau informasi dalam
jumlah banyak, (2) pesan atau informasi dapat dipelajari pebelajar sesuai dengan kebutuhan,
minat dan kecepatan masing-masing, (3) dapat dipelajari kapan saja karena mudah dibawa, (4)
3

akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna, (5) perbaikan/revisi mudah
dilakaukan (Susilana & Riyana, 2007:15).

Bahan ajar disusun dengan memperhatikan segi bahasa dan tampilan. Bahasa yang
digunakan dalam bahan ajar ini adalah bahasa komunikatif sehingga mudah dipahami oleh
pebelajar. Sejalan dengan Muslich (2010:168) berpendapat bahwa bahsa yang digunakan
dalam buku ajar hendaknya mempertimbangkan aspek komunikatif, dialogis dan interaktif.
Bahan ajar cetak ini dikembangkan agar dapat dimanfaatkan secara individu oleh pebelajar
sama halnya dengan penjelasan yang dipaparkan langsung oleh pembelajar.
Senada dengan hal tersebut, Degeng (2008a:1) mengemukakan bahwa menulis bahan ajar
berarti mengajarkan isi suatu mata kuliah melalui tulisan. Oleh karena itu bahasa yang
digunakan bukan bahasa buku teks yang bersifat sangat resmi atau sangat formal, melainkan
bahasa setengah formal dan setengah lisan. Setiap bab dalam bahan ajar diseragamkan dengan
memasukkan komponen-komponennya. Komponen bahan ajar terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian pendahuluan dan isi. Bagian pendahuluan dalam bahan ajar sebaiknya memasukkan
kerangka isi, tujuan, deskripsi singkat, relevansi isi bab dan kata kunci. Sedangkan bagian isi
terdiri dari judul, uraian atau penjelasan, ringkasan dari konsep atau prinsip yang dipelajari dan
latihan (Degeng, 2008a:13).

Berikut merupakan komponen-komponen bahan ajar:


a. Judul
Judul bab mengandung kata sesedikit mungkin untuk menggambarkan isi teks dan
kadang-kadang dilengkapi dengan subjudul. Deskripsi singkat tersebut membantu untuk
memfokuskan perhatian dan harapan. Penelitian juga mengungkapkan bahwa judul sangat
berpengaruh terhadap persepsi dan interpretasi pembaca terhadap teks. Judul pada teks
pembelajaran tidak boleh ambigu (Hartley, 2004:925).
b. Kerangka Isi (Epitome)
Kerangka isi merupakan komponen strategi yang berupa kerangka isi bidang studi
terpenting, yang berfungsi sebagai konteks dari isi bidang studi lainnya yang lebih rinci
(Degeng, 1989:116). Selanjutnya, menurut Guri-Rozenblit dalam Hartley (2004:925)
kerangka isi diistilah dengan outlines yang dapat mempunyai fungsi yang sama sebagai
sebuah rangkuman, walaupun outlines itu melukiskan struktur teks yang lebih jelas.
Hartley (2004:925) mengemukakan bahwa penayangan outlines memudahkan
pemahaman dan pengingatan kembali dalam dua cara. Pertama, pembaca dapat melihat
struktur organisasi seluruh teks dengan segera. Kedua, pembaca dapat mengikuti rute yang
berbeda tanpa membandingkan struktur dan mempertentangkan bagian satu dengan bagian
lainnya.
c. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan pebelajar
sehingga mereka mencapai keseluruhan dari bahan ajar (Dick, Carey & Carey, 2001:123).
Sejalan dengan itu, Suparman (2012:195) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
menjadi acuan seluruh proses desain pembelajaran karena di dalamnya tercantum rumusan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau kompetensi yang akan dicapai pebelajar pada
akhir proses pembelajaran.
d. Urutan materi/isi
Menurut Ausubel dalam Degeng (1989:113) cara membuat urutan isi pengajaran
yang lebih bermakna bagi pebelajar yakni menggunakan urutan umum-ke-rinci (atau, lebih
tepat subsumptive sequence). Perolehan belajar dan retensi akan dapat ditingkatkan bila
pengetahuan baru diasimilasikan dengan pengetahuan yang sudah ada (subsuming
cognitive structures).
4

e. Gambar/Ilustrasi
Ilustrasi yang bagus yaitu untuk menyampaikan gambar konkrit dan menjadi bahan
pendukung saat pengajaran konsep, sedangkan kata-kata yang bagus untuk menyampaikan
ide-ide abstrak dan mengkomunikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari (Hartley,
1985:80). Maksud penggunaan gambar dalam media pembelajaran antara lain: (1) untuk
menterjemahkan simbol verbal dan memperjelas pengertian pebelajar, (2) memperkaya
atau melengkapi suatu bacaan, (3) untuk membangkitkan motivasi belajar di kelas dan
menghidupkan suasana kelas, (4) mengkonkritkan pelajaran dan memperbaiki kesan-
kesan yang salah dari ilustrasi secara lisan, (5) merangkum suatu unit bacaan (Setyosari &
Sihkabuden, 2005:125).
f. Rangkuman
Menurut Degeng (1989:116) rangkuman adalah komponen strategi yang memuat
semua bagian isi bidang studi yang penting, biasanya berupa pengertian singkat dari
konsep, prosedur atau prinsip yang dipelajari. Rangkuman dalam teks dapat memiliki
posisi dan peran yang berbeda yaitu: (1) rangkuman awal memberitahukan kepada
pembaca bahwa pembaca dapat memutuskan apakah ingin atau tidak membaca bacaan
tersebut, (2) rangkuman adalah merangkum sebegitu jauh pendapat-pendapat, dan
mengidentifikasi apa isi materi selanjutnya, (3) rangkuman akhir merupakan daftar atau
tinjauan kembali poin-poin utama yang telah dibuat dan kemudian membantu mengingat
kembali poin-poin utama dalam materi tersebut (Hartley, 2004:925). Rangkuman dalam
bahan ajar ini menggunakan rangkuman akhir.
g. Soal Latihan dan Tugas
Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya
ingat dan retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan pebelajar untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari (Pribadi, 2009:20).
Berdasarkan pendapat Degeng (2008b:3) yang mengemukakan bahwa tujuan latihan agar
peserta didik benar-benar menguasai konsep yang telah dibahas.
h. Daftar Rujukan
Daftar rujukan dicantumkan dalam bahan ajar agar pebelajar yang ingin
mengetahui lebih lengkap atau lebih jauh tentang suatu persoalan dari sumber refrensi
tertentu dapat dilacak keberadaannya (Prastowo, 2011:161).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Penelitian pengembangan bahan ajar mata kuliah Desain Pembelajaran ini
mengikuti tahapan Dick and Carey (2015). Menurutnya, penelitian dan pengembangan
adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk
pendidikan seperti silabus, materi ajar, buku teks, metode pembelajaran dan lain sebagainya
yang dilakukan dalam suatu siklus penelitian dan pengembangan. Model ini dipilih
berdasarkan kesesuaiannya terhadap kebutuhan karakteristik pengembangan. Dalam model
pengembangan bahan ajar memuat panduan sistematika langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti agar produk yang dirancang mempunya standar kelayakan.
Langkah model pendekatan Dick and Carey dapat di jelaskan dalam bentuk bagan
sebagai berikut :
5

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Desain Pembelajaran
(Dick and Carey, 2015)

Secara lengkap, pendekatan penelitian dan pengembangan Dick and Carey (2015)
mencakup 10 langkah umum, dengan mengikuti kesepuluh langkah penelitian dan
pengembangan secara tepat, maka akan dapat menghasilkan suatu produk penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
1. Identification Instructional Goal. Mengidentifikasikan tujuan instruksional.
2. Conduct Instructional Analysis. Melakukan analisis instruksional untuk
mengidentifikasi keterampilan-keterampilan spesifik dan prosedur-prosedur
dalam mencapai tujuan instruksional.
3. Analyze Learners and Contexts Mengidentifikasi keterampilan dan karakteristik
anak dan pendidik di tempat pelaksanaan pendidikan.
4. Write Performance Objective Menganalisis kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-
tujuan pengajaran ke dalam pelaksanaan tujuan-tujuan yang spesifik.
5. Develop Assesment Instrument. Mengembangkan istrumen-instrumen yang
dikaitkan langsung dengan pengetahuan dan keterampilan-ketermpilan yang
akan dicapai.
6. Develop Instructuonal Strategy. Mengembangkan strategi pengajaran untuk
membantu pebelajar dalam mencapai tiap-tiap pelaksanaan tujuan.
7. Develop and Select Instructional Materials. Mengembangkan bahan ajar,
termasuk bahan cetak seperti buku teks, pedoman pelatihan bagi pengajar, atau
media lainnya seperti video interaktif.
8. Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction. Melakukan evaluasi
formatif sementara program atau produk dalam pengembangan, dalam rangka
mendukung proses peningkatan efektivitas.
9. Resive Instruction. Merevisi sasaran instruksional, analisis instruksional,
analisis peserta didik dan konteks, tujuan kinerja, instrumen penilaian, strategi
pembelajaran, dan atau bahan ajar dengan cara yang muncul diinginkan
berdasarkan hasil evaluasi formatif.
10. Design and Conduct Summative Evaluation. Evaluasi sumatif dilakukan untuk
menentukan seberapa berharga program akhir, biasanya dibandingkan dengan
program yang lain.
Berdasarkan pada tahapan penelitian dan pengembangan itu tersebut maka desain
pengembangan dan penelitian ini hanya sampai pada tahap Revise Instruction untuk merevisi
tahap uji validitas, kelayakan dan efektivitas suatu produk pengembangan dari tahap awal.
6

Uji coba produk pada pengembangan bahan ajar ini dilakukan untuk mendapat
masukan, tanggapan, dan penilaian terhadap produk sebagai bahan revisi untuk mendapat
penyempurnaan. Pada tahap ujicoba produk akan dipaparkan: (1) desain uji coba; (2) Subyek
uji coba; (3 ) jenis data; (4) instrumen pengumpul data; (5) teknik analisis data.
Desain uji coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah: uji coba satu-satu atau
perseorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar. Uji coba perseorangan,
dilakukan pada seorang ahli materi yang setidaknya memiliki kualifikasi pendidikan minimal
S2 dalam bidang desain pembelajaran. Uji coba perseorangan juga dilakukan pada dua orang
mahasiswa yang mewakili populasi target. Uji Coba Kelompok Kecil, Pada tahap ini bahan
ajar perlu dicobakan kepada 10 mahasiswa yang dapat mewakili populasi target. Sampel
tersebut terdiri dari mahasiswa yang kurang pandai, sedang dan pandai, laki-laki dan
perempuan, dengan karakteristik yang berbeda pula. Atas dasar umpan balik kelompok kecil
media disempurnakan. Uji Coba Kelompok Besar, Setelah melalui dua tahap uji coba
(perorangan dan kelompok kecil) dan melalui penyempurnaan, tentu bahan ajar mendekati
kesempurnaan, namun masih harus dibuktikan. Melalui uji coba kelompok besar inilah
kesempurnaan bahan ajar yang dikembangkan diuji, untuk mengetahui kualitas atau kelayakan
bahan ajar apakah dapat digunakan atau tidak. Data kualitatif diperoleh dari hasil tanggapan
ahli materi dan ahli media yang berisi masukan, tanggapan dan saran yang nantinya akan
dikelompokkan menurut kategori dan dianalisis. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk
melakukan perbaikan atau revisi produk bahan ajar. Tanggapan dan saran dari ahli materi dan
ahli media diperoleh setelah tahap 1 (satu) perencanaan dari prosedur pengembangan. Data
kuantitatif diperoleh dari hasil uji coba perseorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba
kelompok besar yang nantinya akan dianalisis dengan teknik persentase. Selain itu juga ada
data kuantitatif dari hasil angket ahli materi dan ahli media.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam pengembangan ini adalah pertama,
Pedoman wawancara dengan ahli materi dan ahli media dilakukan pada saat selesai
melaksanakan langkah-langkah pada tahap 1 (satu) dan tahap 2 (dua). Selesai melaksanakan
tahap 3 (tiga), berarti prototipe bahan ajar modul selesai baru diuji coba lapangan. Kedua,
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup.
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dalam 2 kategori, yakni analisis isi dan analisis
deskripstif persentase. Analisis isi digunakan untuk menganalisis data berupa data kualitatif
yang diperoleh dari masukan, tanggapan, komentar maupun saran perbaikan yang diberikan
oleh ahli materi, ahli media serta data siswa perorangan. Dari hasil analisis ini kemudian
digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan bahan ajar modul. Data yang diperoleh dari
pengisian angket hasil uji coba produk yang berasal dari ahli materi, ahli media dan mahasiswa
melalui uji coba lapangan, dideskripsikan dengan teknik presentase dengan rumus:

f
P= X 100 %
N

Keterangan:
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya.
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu).
P = angka persentase
(Sugijono, 2008: 40 – 41)
7

Jika penghitungan menunjukkan nilai persentase setiap aspek didaerah: 81 % - 100


% atau 66 % - 80 %, maka aspek tersebut dinyatakan sangat baik atau baik dan tidak perlu
dilakukan direvisi. Namun jika nilai persentase menunjukkan setiap aspek berada pada daerah
56 % - 65 % atau 0 % - 55% maka aspek tersebut dinyatakan kurang dan tidak baik sehingga
harus dilakukan revisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bahan pembelajaran dan lembar tugas dinilai dari 3 aspek utama, yakni (1)
kesesuaian materi dan kemudahan bahan untuk dipelajari, (2) kesesuian kompetensi
dengan tugas-tugas dalam pembelajaran, dan (3) format penyajian. Deskripsi tiap aspek
dapat disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel : Aspek dan Deskripsi Penilaian Bahan Pembelajaran


dan Lembar Tugas oleh Mahasiswa

No Aspek Deskrispsi No soal


1 Kesesuaian a. Keluasan materi yang dibahas sesuai dengan 1, 2, 3,
materi dengan ruang lingkup materi yang seharusnya dibahas 4
tujuan dan dalam pembelajaran
kemudahan b. Materi yang dibahas sesuai dengan tugas-tugas
bahan untuk yang diberikan oleh pembelajar
dipelajari c. Bahan pembelajaran yang disajikan mudah
untuk dipelajari
d. Contoh-contoh yang disajikan dalam bahan
pembelajaran dapat memperjelas materi yang
disajikan
2 Kesesuian a. Tugas-tugas dalam pembelajaran sesuai dengan 5,6, 7
kompetensi rumusan kompetensi yang seharusnya dikuasai
dengan tugas- oleh pebelajar
tugas dalam b. Tugas-tugas yang disajikan dalam lembar tugas
pembelajaran pebelajar sesuai dengan materi yang dibahas
dalam pembelajaran
c. Tugas-tugas yang disajikan dalam lembar tugas
pebelajar sesuai dengan tuntutan kebutuhan
kehidupan sehari-hari/lapangan
d. Alokasi waktu yang disediakan dalam
menyelesaikan tugas sesuai dengan tingkat
capaian kompetensi yang dirumuskan

3 Format a. Bahasa yang digunakan dalam pembelajaran 8, 9,10


penyajian mudah dipahami
b. Istilah-istilah yang digunakan dalam
pembelajaran mudah dipahami
c. Kalimat yang digunakan dalam sajian bahan
pembelajaran mudah dipahami
d. Penggunaan gambar-gambar dalam
pembelajaran membantu pembelajar untuk
lebih memahami materi pembelajaran
8

Penyajian dan analisis data hasil uji coba bahan pembelajaran oleh mahasiswa dari
3 aspek utama selanjutnya dijabarkan ke dalam 10 aspek, yakni (1) kesesuaian uraian
materi dengan tujuan pembelajaran, (2) kemudaan bahan pembelajaran untuk dipelajari, (3)
kejelasan contoh yang disajikan, (4) kesesuian materi dengan tugas, (5) kesuaian tugas
dengan kehidupan, (6) kesuaian tugas dengan waktu untuk menyelesaikan, (7) k ejelasan
tugas/latihan yang disajikan dalam bahan dan lembar tugas pembelajaran kemudahan
istilah/bahasa untuk dipahami, (8) kemudahan istilah yang digunakan dalam bahan dan
lembar tugas pembelajaran, (9) penggunaan gambar dalam bahan pembelajaran dalam
membantu memahami materi, dan (10) penggunaan bahasa dalam bahan dan lembar tugas
pembelajaran untuk dipahami. Hasil uji caba bahan pembelajaran dan lembar tugas oleh
pebelajar disajikan pada tabel 4.10.

Tabel : Data Hasil Uji Coba Bahan Pembelajaran oleh mahasisiswa

No Aspek Frekuensi/Persentase To
A B C D -tal
1 Kesesuaian uraian materi dengan tujuan 9/90% 1/10% 0 0 10
pembelajaran
2 Kemudaan bahan pembelajaran untuk 7/70% 3/30% 0 0 10
dipelajari
3 Contoh-contoh yang disajikan dalam 8/80% 2/30% 0 0 10
bahan pembelajaran
4 Kesesuian materi dengan tugas-tugas 7/70% 3/30% 0 0 10
yang diberikan
5 Kesuaian tugas dengan kehidupan 7/70% 3/30% 0 0 10
sehari-hari
6 Kesuaian tugas dengan waktu untuk 7/70% 3/30% 0 0 10
menyelesaikan
7 Kejelasan tugas/latihan yang disajikan 8/80% 2/20% 0 0 10
dalam bahan dan lembar tugas
pembelajaran
8 Kemudahan istilah yang digunakan dalam 8/80% 2/20% 0 0 10
bahan dan lembar tugas pembelajaran
9 Penggunaan gambar dalam bahan 9/80% 1/10% 0 0 10
pembelajaran dalam membantu
memahami materi
10 Penggunaan bahasa dalam bahan dan 10/100 0 0 0 10
lembar tugas pembelajaran untuk %
dipahami

Keterangan:
 Huruf A, B, C dan D merujuk Deskripsi. Kolom 2 di tabel ini dipecah menjadi 10 pertanyaan yang hasilnya
disajikan di tabel 4.12 ini.
 Tanda centang (√) berarti unsur tersebut dilakukan/tersedia
 Tanda pisah (-) berarti unsur tersebut tidak dilakukan/tidak tersedia

Berdasarkan data tabel di atas diperoleh gambaran bahwa materi yang disajikan
dalam bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran (90%), meskipun ada
sebagian (10%) yang menyatakan bahan pembelajaran kurang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Respoden yang menyatakan bahan pembelajaran mudah dipahami sebanyak
(70%) dan contoh-contoh yang disajikan dapat memperjelas topik bahasan (80%), namun
mereka ada yang menyarankan agar bahan pembelajaran dipelajari bagian demi bagian
(tidak disajikan secara terintegrasi).
9

Sajian bahan pembelajaran sesuai dengan tugas yang diberikan kepada pebelajar
(70%) dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari (70%), hanya waktu yang disediakan untuk
mengerjakan tugas (melakukan investigasi ke lapangan tentang masalah sosial) masih
kurang (30%). Istilah yang digunakan dalam bahan pembelajaran baik uraiannya maupun
latihan-latihannya mudah dipahami. Namun sebagian pebelajar menyatakan kurang bisa
dipahami. Gambar yang digunakan dapat membantu pebelajar untuk memahami materi
pembelajaran. Bahasa masih perlu perbaikan agar lebih dipahami oleh pebelajar.

PENUTUP
Berdasarkan sajian tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa materi yang diuraikan dalam
bahan pembelajaran dan lembar tugas pebelajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Kesesuaian itu mencakup hal-hal berikut (1) materi sesuai dengan kompetensi yang harus
dikuasai oleh pebelajar, (2) tugas yang diberikan kepada pebelajar sesuai dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh pebelajar, (3) contoh-contoh penjelas sesuai dengan kompetensi yang
harus dikuasai oleh pebelajar, dan (4) latihan dan soal sesuai dengan kompetensi yang harus
dikuasai oleh pebelajar
Menurut pembelajar bahan pembelajaran dan lembar tugas pebelajar memenuhi aspek
kecukupan materi. Terpenuhinya aspek kecukupan itu, meliputi beberapa hal, yakni: (1)
kedalaman dan kelengkapan uraian materi sesuai dengan kemampuan pebelajar, (2) jabaran
materi cukup memenuhi tuntutan kurikulum, dan (3) jumlah tugas/latihan dan soal cukup.
Ditinjau dari aspek keakuratan materi, bahan pembelajaran dan lembar tugas pebelajar: (1)
materi yang disajikan sesuai dengan kebenaran keilmuan, (2) materi yang disajikan sesuai
dengan sesuai dengan perkembangan, (3) materi yang disajikan sesuai dengan kehidupan
sehari-hari, dan (4) pengemasan materi sesuai dengan pendekatan kontekstual
Bahan pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kelayakan ditinjau dari isi sajian,
karena (1) menyajikan kompetensi yang harus dikuasai pebelajar, (2) menyajikan manfaat dan
pentingnya penguasaan materi bagi kehidupan pebelajar, (3) manyajikan gambar/ilustrasi
yang fungsional, (4) uraian materi mengikuti alur berpikir dari sederhana ke kompleks
Ditinjau dari kesesuaian isi sajian dengan tuntutan pembelajaran yang berpusat pada
pebelajar, bahan pembelajaran yang dikembangkan menurut pembelajar: (1) belum
menggambarkan bahwa bahan pembelajaran mampu mendorong pebelajar untuk membangun
pengetahuan sendiri, (2) belum menggambarkan bahwa bahan pembelajaran mampu
mendorong terjadinya interaksi pebelajar dengan sumber belajar, dan (3) belum
menggambarkan bahwa bahan pembelajaran mampu mendorong pebelajar untuk belajar pada
pusat kegiatan masyarakat sekitar.
Format/cara penyajian bahan pembelajaran menurut pandanga pembelajar: (1)
mendukung kepedulian sosial, (2) mendukung kesadaran hukum, (3) mendukung cara berpikir
logis, dan (4) mendukung perkembangan nilai-nilai kemanusian. Perbaikan bahan
pembelajaran perlu dilakukan agar panjang dan struktur kalimat serta susunan alenea sesuai
dengan kemampuan pebelajar. Bahasa juga perlu diperbaiki agar bahan pembelajaran lebih
mudah dipahami. Penyusunan bahan pembelajaran perlu diperbaiki agar sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesi yang baik dan benar. Perbaikan itu antara lain pada (1) penggunaan ejaan, (2)
penyusunan struktur kalimat, (3) ketepatan penggunaan istilah, dan (4) kesesuian bahasa
dengan untuk karakteristik pebelajar
Berdasarkan data tabel 4.10 di atas diperoleh gambaran bahwa materi yang disajikan
dalam bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran (90%), meskipun ada
sebagian (10%) yang menyatakan bahan pembelajaran kurang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Respoden yang menyatakan bahan pembelajaran mudah dipahami sebanyak
10

(70%) dan contoh-contoh yang disajikan dapat memperjelas topik bahasan (80%), namun
mereka ada yang menyarankan agar bahan pembelajaran dipelajari bagian demi bagian
(tidak disajikan secara terintegrasi).
Sajian bahan pembelajaran sesuai dengan tugas yang diberikan kepada pebelajar
(70%) dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari (70%), hanya waktu yang disediakan untuk
mengerjakan tugas (melakukan investigasi ke lapangan tentang masalah sosial) masih
kurang (30%). Istilah yang digunakan dalam bahan pembelajaran baik uraiannya maupun
latihan-latihannya mudah dipahami. Namun sebagian pebelajar menyatakan kurang bisa
dipahami. Gambar yang digunakan dapat membantu pebelajar untuk memahami materi
pembelajaran. Bahasa masih perlu perbaikan agar lebih dipahami oleh pebelajar.
Dalam memanfaatkan dan menyebarluaskan bahan pembelajaran, saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut.
a. Bahan pembelajaran disarankan untuk diimplementasikan secara melembaga
(institusionalisasi) sebagai salah satu inovasi pembelajaran, karena secara teoritis dan
empiris layak digunakan dalam pembelajaran.
b. Bahan pembelajaran perlu didesiminasikan dalam bentuk seminar dan atau ditulis
dalam jurnal pendidikan. Dengan diimplementasikan dan didesiminasikannya bahan
itu diharapkan berimplikasi dalam 3 hal, yakni (1) pembelajar menggunakan teori
pembelajaran yang lebih relevan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, (2)
pembelajar menggunakan cara pandang baru terhadap pembelajaran, dan (3)
pembelajar menggunakan asumsi baru sebagai pijakan dalam merancang,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran.
Berdasarkan kajian produk, pemanfaatan dan penyebaran sebagaimana diuraikan di atas,
maka untuk keperluan pengembangan produk lebih lanjut, bisa dilakukan hal-hal berikut
a. Dikembangkan oleh para desainer dan pengembang pembelajaran pada (1) mata kuliah
lain, (2) pebelajar program studi lain, (3) di tempat lain, dan (4) waktu pengembangan
yang terus berkelanjutan
b. Dikembangkan pada setting pembelajaran profesional/vokasional, seperti di lembaga
pendidikan dan pelatihan. Ada 3 alasan pentingnya bahan pembelajaran
diimplementasikan pada lingkungan pembelajaran vokasional, yakni (1) para peserta
pelatihan yang diikutsertakan dalam pelatihan didasarkan pada masalah, (2) peserta
pelatihan yang bekerja (di luar kelas), bersama dengan pekerja yang sebenarnya,
berhadapan dengan masalah yang dihadapi di tempat kerja, (3) keterampilan kolaborasi
merupakan keterampilan yang sangat diperlukan dalam dunia

DAFTAR PUSTAKA

Degeng, I.N.S. 1999. Rancangan Pembelajaran: Teori dan Teknik Pembelajaran. Malang:
Universitas Kristen Cipta Wacana.

Degeng, I.N.S. 2008a. Pedoman Penyusunan Bahan Ajar. Bahan kuliah tidak diterbitkan.
Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
.
Degeng, I.N.S.2008b. Desain Pembelajaran: Menuju Pribadi Unggul Lewat Perbaikan
Kualitas Belajar Mengajar. Surabaya: PPS, TEP Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.
11

Dwiyogo, W.D. 2008. Aplikasi Teknologi Pembelajaran: Pengembangan Media


Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: FIP Universitas Negeri
Malang.

Harijanto, M. 2007. Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran


Program Pendidikan Pembelajar Sekolah Dasar. Didaktika, 2 (1): 216-226.

Hartley, J. 1985. Designing Instructional Text (2nd Ed.). London: Kogan Page.

Hartley, J. 2004. Designing Instructional and Informational Text.Dalam Jonassen, D.H. (Ed.).
Handbook of Research on Educational Communications and Technology (2nd Ed.)
(hlm. 917-948). London: Lawrence Erlagaum Associates.

Hitipeuw, I. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: FIP Universitas Negeri Malang.

Panen, P. & Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Prastowo, Andi.2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA
Press

Prastowo,Andi.2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA


Press

Setyosari, P. & Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas.

Slavin, R.E. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice (8th Ed.). Boston: Pearson
Education, Inc.

Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualiatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparman, M.A. 2012. Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar dan Inovator
Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

The Joint Committee.1981. Standards for Evaluation of Educational Programs, Project, and
Materials. New York: Mc Graw-Hill Books Company.

Anda mungkin juga menyukai