Anda di halaman 1dari 84

Suplemen Bahasa Indonesia

PINTAR
& MEMBACA
MENULIS (Mari Belajar Membaca dan Menulis Bersamaku)

D I S U S U N O L E H :
Dra. Nelly Astuti, M.Pd
Ujang Effendi, M.Pd.I
Deviyanti Pangestu, M.Pd
Aradatullah Dita Illahiyah
Idha Tasya Bella Ananda
Najoya Dolok Saribu
Nurdini Estika Putri
Shanty Agustriani
Triana Angguncahyani
Zakiyah Nazir Effendi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini
dengan judul “Pintar Membaca dan Menulis (Mari Belajar Membaca dan
Menulis Bersamaku”. Buku ini dibuat untuk membantu pendidik dan
peserta didik dalam persiapan membaca dan menulis permulaan. Buku ini
berisi materi yang dikembangkan dari KD dan Indikator pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas 1 SD

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua


pihak yang telah membantu kami dalam menyusun buku ini. Tim penyusun
juga berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan
memperbaiki pembuatan buku pada waktu mendatang.

i
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirina untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Ratna
Ningsih dalam modul Bapusipda (2016:7) mengartikan kegiatan membaca adalah
memperoleh pengertian dari kata-kata yang ditulis orang lain dan merupakan
dasar dari Pendidikan awal.

Akibat adanya wabah covid 19 yang mengakibatkan proses pembelajaran


sempat dilakukan secara daring mengakibatkan rendahnya keterampilan
membaca dan menulis peserta didik kelas 1 yang harus mendapatkan perhatian
dan penanganan dengan serius. Bahkan masih ada peserta didik kelas 1 yang
belum bisa membedakan huruf. Hal tersebut tentu saja akan menghambat
kegiatan membaca pada tahap selanjutnya dan aspek berbahasa yang lain
seperti kegiatan menulis. Selain itu yang membuat rendahnya keterampilan
peserta didik kelas 1 untuk membaca adalah berhubungan dengan media yang
digunakan. Kurang menariknya media buku yang digunakan oleh peserta didik
juga menjadi faktor ketertarikan peserta didik. Penggunaan gawai secara
berlebihan pada saat pembelajaran daring dan kurangnya pengawasan dan
perhatian dari orang tua juga menjadikan faktor rendahnya keterampilan
minat membaca pada peserta didik.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka kami ingin membuat suplemen
bahan ajar berupa media buku dengan judul “Pintar Membaca dan Menulis (Mari
Belajar Membaca dan Menulis Bersamaku)” yang tujuannya untuk meningkatkan
membantu meningkatkan minat baca dan menulis pada peserta didik khususnya
kelas 1 SD, dengan menampilkan isi buku yang menarik, penuh warna-warni,
memiliki kata yang dapat diulang-ulang, memiliki pola teks yang sederhana dan
tentunya dapat meningkatkan kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan yang
berhubungan dengan kemampuan kata-kata dan memahami kalimat-kalimat
kompleks. ii
A. Bahan Ajar
Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum,
yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan
rinciannya (Ruhimat 2011:152)
a. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis, yang
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik
dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2011:17). Adapun
menurut Lestari (2013:2) bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran
yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Berdasarkan dua efinisi bahan ajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran yang disusun secara
sistematis sesuai dan mengacu kepada kurikulum yang berlaku dalam
rangka untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditentukan.

b. Tujuan dan Fungsi Bahan Ajar


Bahan ajar disusun dengan melihat berbagai macam tujuan yang ingin
dicapai didalam kurikulum yang sedang digunakan yang selanjutnya
terealisasikan melalui pembelajaran didalam kelas. Menurut Majid
(2005:15), bahan ajar disusun dengan memiliki beberapa tujuan. Adapun
tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
2.) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.
3.) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
4.) Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik.
Adapun tujuan penyusunan bahan ajar menurut Depdiknas (2008: 9)
adalah sebagai berikut.

1
a) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yangsesuai
dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
b) Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping
buku buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar


menurut Dinas Pendidikan Nasional dalam Prastowo (2015: 24- 25) dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi pendidik dan fungsi bagi
peserta didik.
1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik, antara lain:
a. Menghemat waktu pendidik dalam mengajar.
b. Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang
fasilitator.
c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi efektif dan interaktif
d. Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik.
e. Sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran.
2. Fungsi bahan ajar bagi peserta pendidik, antara lain:
a) Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman
pesert adidik yang lain.
b) Peserta didik kapan belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki.
c) Peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masingmasing.
d) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
e) Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/ mahasiswa
yang mandiri.
f) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi
kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasainya.

2
c. Jenis-jenis Bahan Ajar
Terdapat beberapa jenis bahan ajar, ada yang cetak maupun yang
noncetak. Bahan ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa buku,
handout, modul, dan lembar kerja siswa (jobsheet).
a. Buku adalah bahan tertulis berupa lembaran dan dijilid yang berisi ilmu
pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang terdapat
pada kurikulum yang berlaku untuk kemudian digunakan oleh siswa
(Lestari, 2013:6).
b. Handout adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi, handout dibuat dengan tujuan
untuk memperlancar dan mempermudah siswa dalam mendapatkan
informasi atau materi pembelajaran sebagai sumber referensi siswa
(Lestari, 2013:5).
c. Modul adalah bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, modul
berisi tentang putunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi
materi pelajaran, informasi pendukung, petunjuk kerja, latiha soal,
evaluasi, dan feedback terhadap hasil evaluasi (Prastowo, 2011:204).
d. Job sheet adalah suatu bahan ajar berupa lembar-lembar kertas yang
berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu kepada
kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo, 2011:204).

d. Syarat Penyusunan Bahan Ajar


Penyusunan perangkat bahan ajar tidak terlepas dengan syarat dalam
menyusun bahan ajar itu sendiri. Hal ini sangat diperlukan dan penting
dalam mencapai hasil baik sebagai proses pembelajaran kepada peserta
didik. Merujuk dari UNESCO, kemendiknas (2008) merumuskan syarat
bahan ajar yang baik. Syarat-syarat bahan ajar atau buku teks yang
berkualitas diuraikan melalui kutipan berikut. Syarat-syarat bahan ajar atau
buku teks yang berkualitas adalah:

3
a. Bahan ajar memiliki peran penting untuk mewujudkan pendidikan yang
merata dan berkualitas tinggi.
b. Bahan ajar merupakan produk dari proses yang lebih besar dari
pengembangan kurikulum.
c. Isi bahan ajar memasukkan prinsip-prinsip hak asasi manusia,
mengintegrasikan proses pedagogis yang mengajarkan secara damai
terhadap penyelesaian konflik, kesetaraan gender, nondiskriminasi,
praktik-praktik dan sikap-sikap lain yang selaras dengan kebutuhan
untuk belajar hidup bersama.
d. Bahan ajar menfasilitasi pembelajaran untuk mendapatkan hasil-hasil
spesifik yang dapat diukur dengan memperhatikan berbagai perspektif,
gaya pembelajaran, dan modalitas berbeda (pengetahuan, keterampilan,
dan sikap).
e. Memperhitungkan level konseptual, lingkungan linguistik, latar
belakang dan kebutuhan pebelajar di dalam membentuk isi dan
mendesain model pembelajaran.
f. Bahan ajar menfasilitasi pembelajaran yang dapat mendorong partisipasi
dan pengalaman secara merata dan setara oleh semua pebelajar yang
terlibat dalam proses pembelajaran, dan
g. Bahan ajar dapat dijangkau dari sisi biaya, memiliki daya tahan lama,
dan dapat dapat di akses oleh semua pebelajar.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar


a. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan,
pembelajaran yakni bagaimana membelajarkan peserta didik atau
bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah dan
terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang
teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Hal ini haruslah

4
disadari terutama bagi para guru bahasa pada khususnya dan bagi para
guru bidang studi pada umumnya.
Dalam tugasnya sehari-hari para guru bahasa harus memahami benar-
benar bahwa tujuan akhir pembelajaran bahasa ialah agar para peserta
didik terampil berbahasa; yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Pada hakikatnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk
berkomunikasi, dengan bahasa manusia dapat menyampaikan pesan,
pikiran, perasaan, dan pengalamannya kepada orang lain.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu: menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Suwandi, 2004:1).
Oleh sebab itu, pengertian bahasa ditinjau dari dua segi, yakni segi teknis
dan segi praktis. Pengertian bahasa secara teknis adalah seperangkat
ujaran yang bermakna, yang dihasikan dari alat ucap manusia. Secara
praktis, bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat
yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna, yang dihasilkan dari
alat ucap manusia. Dari pengertian secara praktis ini dapat kita ketahui
bahwa bahasa dalam hal ini mempunyai dua aspek, yaitu aspek sistem
(lambang) bunyi dan aspek makna.
Bahasa disebut sistem bunyi atau sistem lambang bunyi karena bunyi-
bunyi bahasa yang kita dengar atau kita ucapkan itu sebenarnya
bersistem atau memiliki keteraturan. Dalam hal ini, istilah sistem bunyi
hanya terdapat di dalam bahasa lisan, sedangkan di dalam bahasa tulis
bahasa sistem bunyi itu digambarkan dengan lambang-lambang tertentu
yang disebut huruf. Dengan demikian, bahasa selain dapat disebut sistem
bunyi, juga disebut sistem lambang.

b. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia


Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh
Akhadiah dkk. (1991: 1) adalah agar siswa ”memiliki kemampuan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa
dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta
tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”.

5
Dari penjelasan Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia dapat dirumuskan menjadi empat bagian.
1. Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar.
2. Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia.
3. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa.
4. Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa SD.

Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa


Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi
bahasa itu, terutama sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa
Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa yang
diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah maupun
untuk menyerap ilmu yang dipelajari melalui bahasa tersebut. Selain itu
pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap berbahasa
yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai
sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan
pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan
rasa persatuan nasional.

c. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


1. Pembelajaran Bahasa Menyeluruh (Whole Language)
Whole Language Approach adalah suatu pendekatan terhadap
pembelajaran bahas secara utuh. Artinya, dalam pengajaran bahasa kita
mengajarkannya secara kontektual, logis, kronologis dan komunikatif
serta menggunakan seting yang riil dan bermakna. Pendekatan Whole
Language Approach terdapat hubungan yang interaktif antara yang
mendengarkan dan yang berbicara, antara yang membaca dan yang
menulis. Belajar bahasa harus terinteraksi ke dalam bahan terpisah dari
semua aspek kurikulum. Artinya, pembelajaran bahasa yang terpadu
dengan perkembangan motorik, sosial, emosional, dan kognitif juga
pengalaman anak, media dan lingkungan anak

6
2. Pembelajaran Keterampilan Proses
Pembelajaran keterampilan proses adalah pembelajaran dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan
sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan
konsep sreta menumbuhkembangkan sikap dan nilai. Langkah-langkah
kegiatan keterampilan proses diantaranya mengobservasi atau
mengamatai, termasuk di dalamnya: mengitung, mengukur,
mengklasifikasi, mencari hubungan ruang atau waktu, membuat
hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan
variabel, menginterpretasikan atau menafsirkan data, menyusun
kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan dan
mengkomunikasikan.

3. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAKEM/Joyfull


Learning)
PAKEM adalah pembelajaran yang menciptakan variasi kondisi eksternal
dan internal dengan melibatkan siswa secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan sehingga pembelajaran lebih bermakna.Dalam hal ini
perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban baik bagi
guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan guru harus
mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang
tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan
siswa secara langsung dan optimal.

C. Faktor yang Menyebabkan Peserta Didik Kurang Berminat untuk


Belajar Membaca dan Menulis.
Membaca permulaan adalah tahapan awal proses belajar membaca permulaan
yang dikhususkan bagi siswa SD kelas rendah/Kelas I (Masykuri, 2019).
Tujuan dari membaca permulaan yaitu supaya siswa lebih mengenal huruf-
huruf abjad seperti huruf vokal dan huruf konsonan serta dapat membaca kata
dan kalimat yang terdiri dari rangkai huruf dengan lancar dan tepat. Kesulitan

7
membaca permulaan adalah kondisi di mana siswa mengalami hambatan
dalam membaca yang disebabkan dari beberapa faktor sehingga siswa merasa
sulit dan tidak bisa untuk menulis mengeja dan lambat dalam membaca suku
kata, serta mempunyai kemampuan di bawah rata-rata. Hambatan membaca
permulaan adalah Suatu kondisi yang mempengaruhi siswa untuk tidak bisa
memncapi hasil yang diharapkan. Hambatan bisa terjadi karena adanya
beberapa faktor meliputi faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor
eksternal (dari luar diri siswa) yaitu lingkungan.

Hasanudin (2016) menjelaskan bahwa mengajar membaca permulaan


memang membutuhkan kesabaran yang luar biasa, kesabaran itu dibutuhkan
karena objek yang diajar adalah masih anak-anak. Anak-anak memang
memiliki kecenderungan untuk bermain daripada belajar. Widyaningrum dan
Hasanudin (2019) menambahkan bahwa pihak guru pun juga mempunyai
andil besar untuk menumbuhkan minat baca anak didiknya. Kesulitan
membaca permulaan yang dialami siswa meliputi sulit untuk menghafal
huruf-huruf abjad, sulit membedakan huruf-huruf abjad yang bentuknya
hampir sama, sulit membedakan antara huruf vokal dan konsonan yang
menyebabkan siswa tidak bisa membaca kata yang terdiri dari beberapa
huruf.

Menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim 2011) faktor yang dapat
berpengaruh pada keterampilan membaca permulaan yaitu faktor fisiologis,
faktor intelektual, faktor lingkungan, dan faktor psikologis. Yang termasuk
dalam faktor fisiologis yaitu kesehatan yang berhubungan dengan fisik,
pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Gangguan intelegensi dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman
esensial tentang situasi yang diberikan dan dapat merespon secara tepat.
Faktor lingkungan yaitu latar belakang dan pengalaman anak serta faktor
sosial ekonomi. Faktor psikologis meliputi minat, motivasi, kematangan sosio
dan emosi anak.

8
Pendapat dari Lamb dan Arnold didukung dengan hasil penelitian (Pramesti,
2018) menyatakan bahwa faktor-faktor penghambat dalam membaca
permulaan di kelas I meliputi: 1) Faktor intelektual meliputi tingkat
kecerdasan anak, Faktor lingkungan yaitu keluarga, Motivasi, Minat.
Kesehatan fisik, pertimbangan neurologis dan jenis kelamin termasuk
kedalam faktor fisiologis. Kelelahan juga menjadi kerugian bagi anak dalam
belajar terutama belajar membaca. Biasanya, kecerdasan anak tidak
sepenuhnya mempengaruhi apakah anak bisa membaca permulaan.
Kemampuan anak dalam membaca permulaan dapat dipengaruhi oleh metode
pengajaran, prosedur dan kemampuan guru. membaca permulaan. Pendapat
ini didukung hasil penelitian (Windrawati, 2020) yaitu Beberapa anak
memiliki daya ingat yang lemah sehingga sulit menerima atau merespon apa
yang diajarkan oleh guru. Faktor lingkungan meliputi latar belakang dan
pengalaman siswa serta sosial ekonomi keluarga siswa. Kemudian dibagi
menjadi 3 menurut faktor psikologis, yaitu: motivasi, minat kematangan
sosial, emosional dan adaptif. Diperkuat dengan hasil penelitian (Windrawati,
2020) menjelaskan faktor psikologis yang tertera di atas meliputi kurangnya
bimbingan orang tua di rumah. Bantuan orang tua dalam proses pembelajaran
dan rendahnya tingkat pendidikan orang tua menjadi penghambat dalam
proses belajar anak. Orang tua kurang memiliki motivasi untuk mendorong
anaknya belajar atau terlibat dalam kegiatan yang dapat meningkatkan
keterampilan membaca, yang juga mempengaruhi motivasi anak mereka
untuk membaca permulaan.
Hal itu hampir sama dengan pendapat Slamet (2008) yang menyebabkan
siswa mengalami kesulitan belajar ada dua faktor yaitu internal dan eksternal.
Faktor internal dapat berupa kemungkinan adanya disfungsi neurologis.
Sedangkan faktor eksternal merupakan penyebab utama problem anak. Faktor
eksternal yang dimaksud adalah strategi belajar yang salah, pengelolaan
kegiatan belajar yang belum meningkatkan motivasi belajar anak.
Pada hasil penelitian (Hasanah & Lena, 2021) sebagian besar dari orang tua
siswa mengatakan bahwa pandemi merupakan salah satu penyebab mengapa
anak mereka masih belum lancar dalam membaca. Hal ini disebabkan oleh

9
pembelajaran tatap muka yang sangat jarang bahkan dihentikan selama
beberapa bulan yang mengakibatkan siswa tidak mengalami kemajuan dalam
kemampuan belajarnya khususnya membaca. Begitu pula jawaban dari guru
kelas, di mana pengalihan sistem pembelajaran dari luring ke sistem daring
mengakibatkan kurang efektifnya proses pembelajaran. Guru tidak dapat
mengajari siswa secara langsung dan hanya bisa mempercayakan
keberlangsungan pembelajaran kepada orang tua. Sayangnya, tidak semua
orang tua memiliki kemampuan dalam mengajari anaknya dengan baik.
Akibatnya, ketika pembelajaran tatap muka diberlakukan kembali, guru
menemukan tidak adanya progress signifikan dari kemampuan belajar siswa
setelah sekian lama belajar di rumah saja.

D. Cara Mengatasi Permasalahan Minat Membaca dan Menulis pada


Peserta Didik.
Rendahnya minat membaca karena pembelajaran membaca permulaan hanya
dengan menggunakan buku tematik yang disediakan oleh pemerintah.
Kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran menjadi salah satu
faktor utamanya. Menurut Cox (1996) guru harus berkreasi dalam
menggunakan media sebagai bahan pembelajaran, khususnya dalam
pembelajaran membaca (termasuk membaca permulaan) dapat menggunakan
sastra anak-anak atau tulisan anak-anak.Misalnya dengan menggunakan cerita
bergambar. Cerita bergambar merupakan suatu seni yang disusun
sedemikian rupa yang membentuk suatu jalinan cerita dengan
menggunakan gambar-gambar yang tidak bergerak (Rita, 2014). Penggunaan
gambar dalam cerita tersebut diharapkan mampu menarik perhatian siswa
untuk dapat membaca gambar yang disampaikan sehingga dapat
memahami kata atau kalimat yang ditulis berdasarkan gambar. Pernyataan
tersebut sependapat dengan Liando (2008) menyatakan bahwa ketertarikan
siswa dalam suatu cerita bergambar dapat membuat siswa lebih
bergairah, gembira,dan bersemangatsehingga siswa mampu mengenali
gambar serta kata dan kalimat dalam cerita bergambar. Beberapa pendapat
ahli tersebut menunjukkan bahwa penggunaan cerita bergambar dapat

10
membantu siswa dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan
pembelajaran yang lebih bermakna.
Hasil penelitian (Pramesti, 2008) mengungkapkan bahwa alternatif solusi
untuk mengatasai kesulitan dalam membaca permulaan di sekolah dasar
yaitu:
1) Guru kelas lebih memprioritaskan anak-anak yang mengalami
hambatan atau kesulitan dalam membaca permulaan,
2) Guru kelas juga harus memberikan perhatian khusus kepada anak-anak
yang mengalami kesulitan,
3) Hubungan kerjasama yang baik antara guru kelas dan orang tua siswa,
4) Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya,
5) Minat siswa harus dikembangkan dan dilatih terus menerus.

E. Kelebihan dan Kekurangan Buku Suplemen Yang Dikembangkan Pada


Suplemen bahan ajar yang kami buat tentunya terdapat kelebihan dan juga
kekurangan, di antaranya
A. Kelebihan Buku Suplemen yang dikembangkan
1. Buku suplemen disusun dengan desain yang sangat menarik penuh
dengan warna dan gambar
2. Buku suplemen disusun dengan memperhatikan bahasa anak yang
memuat kata-kata dan kalimat yang menunjukkan pada hal-hal
yang disekitar anak (konkret).
3. Buku suplemen disusun memuat kegiatan belajar yang bersifat
kontekstual dengan menyajikan kegiatan membaca dan menulis
yang mengaitkan dengan hal-hal yang ada disekitar anak seperti
memperkenalkan diri mereka melalui menuliskan kartu nama pada
halaman awal buku suplemen yang telah kami susun

B. Kekurangan Buku Suplemen yang dikembangkan


Pertanyaan yang disajikan kurang banyak dan belum variatif

11
Pada buku suplemen kami merupakan modifikasi dari beberapa
suplemen yang ada, kemudian kami desain lebih menyesuaikan
dengan kebutuhan anak seperti dengan susunan level 1-4 yaitu
mengenal abjad, menyusun huruf, menyocokkan gambar dengan kata,
dan yang terakhir latihan menulis kita hingga menjadi sebuah kalimat

F. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Membaca


1. Pengertian Pembelajaran
Menurut Suherman dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:11),
“Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi antara peserta didik
dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap,
karena itu baik konseptual maupun operasional konsep-konsep komunikasi
akan selalu melekat”.

Menurut Erwin Widiasworo (2017:15) “Pembelajaran adalah suatu sistem


atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis
agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien”.
Menurut Qemar Hamalik (2014:57) “Pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran”.

Berdasarkan beberapa definisi tentang pembelajaran dapat disimpulkan


bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri dari serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses interaksi
antara guru dengan siswa dalam belajar.

2. Pengertian Membaca
Menurut Dalman (2014:5) menyatakan “Membaca merupakan suatu
kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai
informasi yang terdapat dalam tulisan.

12
Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi
teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan hanya melihat kumpulan
huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan
wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan
memahami lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang
disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Menurut Nurhadi (2016:2) “Membaca adalah proses pengolahan bacaan


secara kritis-kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh
pemahaman menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian
terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu.”
Menurut Ana Widyastuti (2017:2) “Membaca merupakan kegiatan yang
melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan visual (pengamatan).
Kemampuan membaca dimulai ketika anak senang mengeksplorasi buku
dengan cara memegang atau membolak-balik buku bahasa merupakan alat
komunikasi utama anak mengungkapkan keinginan maupun
kebutuhannya.”
Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca yang telah disampaikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses perubahan bentuk
lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna.

Pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA dilaksanakan


secara terpadu di antara empat keterampilan yang ada, yaitu keterampilan
mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tidak hanya
empat keterampilan itu saja yang dipadukan, tetapi semua aspek
kebahasaan dipadukan.

Misalnya pembelajaran struktur dipadukan dengan wacana, artinya dalam


memahamis truktur kalimat bahasa Indonesia siswa diajak untuk
menemukan sendiri dalam wacana yang sudah ditentukan oleh guru.
Dengan demikian, pembelajaran struktur tersebut diajarkan melalui
kalimat-kalimat yang lepas dari konteksnya melainkan diajarkan melalui
sebuah wacana.

13
Dengan demikian, pembelajaran struktur tersebut diajarkan melalui
kalimat-kalimat yang lepas dari konteksnya melainkan diajarkan melalui
sebuah wacana. Dalam melatih keterampilan berbahasa walaupun dalam
praktiknya keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan
satu sama lain, namun guru dapat memfokuskan salah satu di antara empat
keterampilan tersebut. Pemfokusan pembelajaran pada salah satu
keterampilan ini menyangkut pemilihan materi, metode, dan teknik
pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis maka alokasi waktu untuk
melatih menulis lebih banyak daripada keterampilan lainnya. Jadi, yang
dimaksud dengan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca
adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang dipusatkan pada melatih
keterampilan membaca.

G. Tujuan Pembelajaran Membaca di SD


Pada sekolah dasar pengajaran membaca dan menulis merupakan salah satu
bidang garapan yang memegang peranan penting dalam pengajaran bahasa
Indonesia, karena tanpa memiliki pengetahuan dan keterampilan membaca
dan menulis maka akan mengalami kesulitan belajar di masa mendatang atau
tingkat sekolah selanjutnya. Keterampilan membaca menjadi dasar utama,
tidak hanya bagi pengajaran bahasa, tetapi bidang pengajaran yang lainnya.
Pembelajaran bahasa Indonesia dari jenjang SD sampai SMA dilaksanakan
secara terpadu di antara empat keterampilan yang ada, yaitu keterampilan
mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Tidak hanya empat keterampilan itu saja yang dipadukan, tetapi semua aspek
kebahasaan dipadukan. Pada hal ini tujuan pembelajaran membaca di SD ada
dua yaitu tujuan pembelajaran membaca di kelas tinggi dan pembelajaran
membaca di kelas rendah.
1. Tujuan Pembelajaran Membaca Di Kelas Rendah
Adapun tujuan membaca di SD kelas rendah dapat ditentukan atau dicari
guru melalui pemahaman Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Secara teoretis ada beberapa pendapat tentang pengajaran
membaca ini. Macam-macam pengajaran membaca yang dikemukakan
oleh I Gusti Ngurah Oka (1983), adalah sebagai berikut:

14
a. Pengajaran Membaca Permulaan
Pengajaran membaca permulaan ini disajikan kepada siswa tingkat
permulaan Sekolah Dasar. Tujuannya adalah membinakan dasar
mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf
dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerakan mata
membaca dari kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana.

b. Pengajaran Membaca Nyaring


Pengajaran membaca nyaring ini di satu pihak dianggap merupakan
bagian atau lanjutan dari pengajaran membaca permulaan, dan di pihak
lain dipandang juga sebagai pengajaran membaca tersebdiri yang sudah
tergolong tingkat lanjut, seperti membaca sebuah kutipan dengan suara
nyaring.
Membaca nyaring di sekolah dasar menuntut adanya keterampilan-
keterampilan yang harus dikuasai siswa. Penguasaan keterampilan
tersebut dapat membantu guru mencapai tujuan dalam membaca
nyaring. Keterampilan yang diperlukan seperti dikemukakan Barbed
dan Abbot (dalam Tarigan, 2013, hlm. 26) adalah sebagai berikut :
 Kelas 1 meliputi keterampilan mempergunakan ucapan yang tepat;
mempergunakan frase yang tepat; memiliki sikap yang baik dan
merawat buku dengan baik; menguasai tanda baca sederhana seperti
titik (.), koma (,), dan tanda tanya (?).
 Kelas II meliputi keterampilan membaca dengan terang dan jelas;
membaca dengan penuh perasaan, ekspresi; dan membaca tanpa
terbata-bata.
 Kelas III meliputi keterampilan membaca dengan penuh perasaan,
ekspresi dan mengerti serta memaham bahan bacaan.
 Kelas IV meliputi keterampilan memahami bahan bacaan pada tingkat
dasar dan kecepatan mata dan suara: 3 patah kata dalam satu detik.
 Kelas V meliputi keterampilan membaca dengan pemahaman dan
perasaan; beragam kecepatan membaca nyaring sesuai bacaan; dan
membaca terus-menerus melihat pada bacaan.

15
 Kelas VI meliputi keterampilan membaca nyaring dengan penuh
perasaan atau ekspresi dan membaca dengan penuh kepercayaan (pada
diri sendiri) dengan mempergunakan frase atau susunan kata yang
tepat.
c. Pengajaran Membaca dalam Hati
Pengajaran membaca ini membina siswa agar mereka mampu membaca
tanpa suara dan mampu memahami isi tuturan tertulis yang dibacanya,
baik isi pokoknya maupun isi bagiannya termasuk pula isi yang tersurat
dan yang tersirat.
d. Pengajaran Membaca Pemahaman
Dalam praktiknya, pengajaran membaca pemahaman hampir tidak
berbeda dengan pengajaran membaca dalam hati.
e. Pengajaran Membaca Bahasa
Pengajaran membaca ini pada dasarnya merupakan alat dari pengajaran
bahasa. Guru memanfaatkannya untuk membina kemampuan bahasa
siswa.
f. Pengajaran Membaca Teknik
Pengajaran membaca teknik memusatkan perhatiannya kepada
pembinaanpembinaan kemampuan siswa menguasai teknik-teknik
membaca yang dipandang patut.

Dari pendapat I Gusti Ngurah Oka di atas dapat disimpulkan bahwa secara
teoretis tujuan membaca di SD kelas rendah adalah untuk membina
kemampuan siswa dalam hal-hal berikut ini:
a. Mekanisme membaca, yaitu mengasosiasikan huruf dengan bunyi-
bunyi bahasa yang diwakilinya (yang dilatih adalah membaca teknik
dan nyaring).
b. Membina gerak mata membaca dari kiri ke kanan.
c. Membaca kata-kata dan kalimat-kalimat pendek.

16
Menurut Tarigan H.G. (1983) ada dua apek yang penting dalam membaca,
yaitu:
a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang elbih rendah (lower order) yang
mencakup:
1. Pengenalan bentuk huruf;
2. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola
klause, kalimat, dan lain-lain);
3. Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau to bark at print);
4. Kecepatan membaca bertaraf lambat.

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang


dapat berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order) yang
mencakup aspek:
1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
2. Memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan
pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca);
3. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan
keadaan.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran


membaca di SD kelas rendah adalah:
a. Membina kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi
(pengenalan bentuk huruf).
b. Membina membaca kata-kata dan kalimat sederhana (pengenalan unsur
linguistik).

17
H. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Membaca
1. Materi, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
fokus membaca
Materi merupakan bahan pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan guru atau untuk
mengembangkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Sebenarnya materi pembelajaran itu sudah tercantum dalam
kurikulum sehingga guru tinggal mengembangkannya.
Setelah kita tentukan materi pembelajaran untuk keterempalian membaca,
selanjutnya kita menentukan metode dan teknik pembelajarannya.

Pada umumnya metode dan teknik dipakai dalam pengertian yang sama
yaitu cara menyampaikan pelajaran. Sebenarnya pengertian metode
pembelajran dan teknik pembelajaran tidak sama.
Metode mengacu kepada suatu prosedur untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan, yang meliputi (a) pemilihan bahan, (b) urutan bahan, (c)
penyajian bahan, dan (d) pengulangan bahan, atau cara-cara yang
digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas pada saat itu. Oleh karena itu, dalam metode
mengandung makna penyajian bahan dan teknik mengandung makna cara-
cara yang digunnakan guru maka pengunaan kata metode dan teknik
disamakan.
Macam metode/ teknik pembelajaran membaca adalah, seperti berikut ini
(Iing Sunarti dan Ida Nuhaida; 1992).
a. Metode Abjad/Alfabet
Pembelajaran dengan metode ini dimulai dengan memperkenalkan
bentuk huruf-huruf dengan pelafalannya untuk dihafalkan oleh siswa.
Misalnya, diperkenalkan dahulu konsonan-konsonan /b/ yang dilafalkan
/be/, konsonan /p/ yang dilafalkan /pe/, konsonan /d/ dilafalkan /de/
begitu seterusnya.

18
b. Metode Bunyi
Dalam metode ini disajikan bahan pelajaran yang berupa huruf-huruf.
Untuk huruf konsonan dibantu bunyi pepet di depan atau di
belakangnya. Misalnya, huruf /b/ diucapkan ‘eb’ atau ‘be’, huruf /d/
diucapkan ‘ed’ atau ‘de’ dan seterusnya.
Contoh: Ibu Didi
I eb u ibu de i de i didi

c. Metode Suku Kata


Dalam metode ini disajikan bahan berupa suku kata-suku kata. Suku
kata-suku kata itu, kemuadian dirangkaikan menjadi kata dengan
menggunakann tanda hubung.
Contoh: bu
Bu-ku

d. Metode kata
Dalam metode ini siswa diperkenalkan dengan kata-kata. Demikian,
kata-kata tersebut diuraikan menjadi suku kata. Setelah itu suku kata-
suku kata tersebut dirangkaikan lagi menjadi kata-kata.
Contoh: budi bu-di budi
Ibu i-bu ibu
Buku bu-ku buku

e. Metode kalimat
Metode ini diberi nama juga metode global karena yang disajikan
kepada siswa adalah beberapa kalimat secara global. Adapun teknik
penyajiannya sebagai berikut.
1. Pertama-pertama disajikan kepada siswa beberapa kalimat.
2. Setelah siswa dapat membaca beberapa kalimat, kita ambil sebuah
kalimat untuk diuraikan menjadi kata.
3. Kata yang menjadi bagian kalimat tersebut diuarikan menjadi suku
kata

19
4. Akhirnya suku kata tersebut diuraikan menjadi huruf.
Contoh: Ani Murid Baru
Dia Berasala Dari Tasikmalaya
Bapak Ani seorang pedagang

Kita ambil kalimat ketiga


Bapak ani seorang pedagang
Bapak ani seorang pedagang
Ba-pak a-ni se-o-rang pe-da-gang
Bapak ani seorang pedagang

f. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)


Metode ini bertolak pada teori yang berpendapat bahwa pada
hakikatnya kalimat merupakan struktur. Oleh karena itu kepada siswa
disajikan kalimat secara utuh, kemudian kalimat itu dianalisis menjadi
unsur-unsur kalimat, yaitu kata, kata dianalisis menjadi suku kata, suku
kata dianalisis menjadi huruf (unsur terkecil dari bahasa). Unsur
terkecil berupa huruf itu, kemudian dirangkaikan kembali menjadi suku
kata, suku kata dirangkaikan menjadi kata, dan akhirnya kata
dirangkaikan menjadi kalimat.
Contoh:
Ini ibu budi
Ini ibu budi
I ni i bu bu di
I n i i b u b u d i
I ni i bu bu di
Ini ibu budi
Ini ibu budi

20
2. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Membaca
Model pembelajaran membaca sudah banyak diterapkan oleh para
pengajar khususnya pengajar bahasa Indonesia. Beberapa model
pembelajaran tersebut dikolaborasikan ke dalam bahan ajar membaca
sehingga mampu benar-benar meningkatkan kemampuan membaca.
Beberapa model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan
kemampuan membaca siswa, sebagai berikut.
a. Model Directed Inquiry Activity
Model Directed Inquiry Activity dikembangkan oleh Lehr tahun 1980
dan Thomas tahun 1978. Model ini membantu meningkatkan
pemahaman pembaca di dalam pembelajaran membaca berbagai bidang
studi. Model ini membantu siswa dalam memilih informasi penting dan
mengkategorikan informasi tersebut khususnya dalam informasi dari
buku teks mata pelajaran. Strategi ini membantu siswa dalam mengatur,
mengolah, dan memahami materi teks yang ditugaskan.
Penggunaan enam pertanyaan membantu siswa dalam memahami teks
baik teks narasi maupun teks ekspositori. Langkah-langkah yang
digunakan dalam model Directed Inquiry Activity, sebagai berikut.
1. Mintalah siswa melihat-lihat bagian teks yang ditugaskan.
2. Ajukan enam pertanyaan, yakni siapa, apa, kapan, di mana,
mengapa, dan bagaimana.
3. Catat prediksi peserta didik di papan tulis dengan kategori yang
sesuai. Gunakan pertanyaan pemeriksaan dan teknik elaborasi agar
siswa dapat mengingat informasi penting yang berkaitan dengan
teks.
4. Mintalah siswa membaca teks secara keseluruhan dan buatlah
beberapa perubahan yang diperlukan untuk prediksi mereka.
5. Gunakanlah grafik pramembaca untuk memodifikasi strategi yang
digunakan sebagai strategi pra membaca dan pasca membaca.

21
b. Jigsaw Learning (Belajar Model Jigsaw)
Model Jigsaw Learning merupakan model yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi
beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan
penyampaian.
Kelebihan model Jigsaw Learning adalah dapat melibatkan seluruh
siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkannya kepada orang lain.
Langkah-langkah pembelajaran dalam model ini adalah sebagai berikut.
1. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian
(segmen).
2. Bagilah peserta didik menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah segmen yang ada. Jika jumlah peserta didik adalah 50
sementara jumlah segmen ada 5, maka masing-masing kelompok
terdiri atas 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi
menjadi dua sehingga setiap kelompok terdiri dan 5 orang, kemudian
setelah proses telah selesai gabungkan kedua kelompok pecahan
tersebut.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi
pelajaran yang berbeda-beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggota-anggotanya ke kelompok
lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di
kelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan
sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik untuk
mengecek pemahaman mereka terhadap materi.

c. Index Card Match (Mencari Pasangan)


Model ini digunakan pada keterampilan membaca dengan dengan
memasangkan kartu-kartu. Peserta didik sebelumnya ditugaskan untuk
membaca atau mempelajari topik tertentu. Langkah-langkah
pembelajaran dalam model ini adalah sebagai berikut.

22
1. Guru membuka pembelajaran dengan menyampaikan
tujuan/kompetensi pembelajaran.
2. Guru menentukan topik sesuai kompetensi dasar.
3. Siswa membaca teks bacaan yang telah disiapkan.
4. Guru menyiapkan kartu sebanyak jumlah siswa setengahnya
pertanyaan dan setengahnya jawaban.
5. Siswa mendapat kartu secara acak dan setiap siswa mencari
pasangan kartunya.
6. Setelah menemukan pasangannya siswa menjelaskan makna yang
ada dalam kartu.
7. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
8. Siswa merangkum materi dalam buku tugas.

d. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompokkelompok. Setiap siswa yang
ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-
beda (Slavin, 2008). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran (Trianto, 2010). Proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk bekerja sama pada
suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat
dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
berkembangnya keterampilan sosial.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dinilai akomodatif


dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa adalah model
pembelajaran Cooperatif Inegratif Reading Composition (CIRC).
Menurut Nur (2008), CIRC merupakan model pembelajaran kooperatif

23
yang memadukan membaca dan menulis yang disertai dengan kegiatan
pemecahan masalah. Model pembelajaran CIRC memiliki delapan
komponen : Teams, Placement test, Student creative, Team study, Team
scorer and team recognition, Teaching group, Facts test, dan
Wholeclass units.

Penerapan Model CIRC ini menggunakan pola Lesson Study yang


menganut prinsip kolaborasi karena pengamat dan guru selalu bersama-
sama dalam melaksanakan pembelajaran. Lesson study merupakan
model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community.
Kegiatan awal yang dilakukan adalah merencanakan semua kegiatan
pembelajaran (Plan), yang dilanjutkan dengan pelaksanan pembelajaran
(Do), dan setelah itu dilaksanakan diskusi terhadap hasil pembelajaran
(Se).

I. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis


Menurut Depdiknas (2006) dalam Siti Nur Gumilang (2006), pembelajaran
bahasa indonesia di Sekolah Dasar mengarahkan siswa untuk memilki
kemampuan berbahasa yaitu : menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Kemampuan menulis di SD, siswa diharapkan agar dapat menulis
secara efektif dan efesien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks.
Menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan bernahasa (menyimak,
berbicara, membaca dan menulis) yang diajarkan di sekolah dasar,
merupakan sarana yeng penting dikuasai siswa agar dapat mengungkapkan
gagasan pendapat, pengalaman, dan perasaan dengan baik. Penguasaan
keterampilan menulis mutlak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
namun pada kenyataannya pembelajaran menulis karangan kurang
perhatianyang serius. Pembelajaran menulis di SD sering kurang ditangani
dengan baik. Walaupun ada pelaksanaanya kurang sistematis. Guru hanya
memberikan sebuah judul karangan yang harus dibuat oleh siswa dengan
banyak lembar atau paragraph tertentu (Siti Nur Gumilang, 2006).

24
Menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil. Menulis
merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah
tulisan. Menghasilkan karya tulis, yang kemudian dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran atau diserahkan kepada seorang sebagai bukti karya
ilmiah yang kemudian akan dinilai, menurut seorang penulis memahami
betul arti kata menulis. Seorang penulis yang memahami dengan baik
maknakata menulis akan bertul-betul peduli terhadap kejelasan apa yang
ditulis, kekuatan tulisan itu dalam mempengaruhi orang lain, keaslian
pikiran yang hendak dituangkan dalam tulisan, kepiawaian penulis dalam
memilih dan mengolah kata-kata. Seorang penulis yang paham betul akan

konsekuensi sebuah tulisan pasti akan mempertimbangkan respon yang


akan diperolehnya jika tulisannya dibaca orang lain (Siti Nur Gumilang,
2006). Menurut Pappas (dalam Baiq Sayu, 2017) dalam pengajaran bahasa
terpadu(termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut.
Anak-anak adalah pembelajaran yang konstruktif. Mereka terus-menerus
akan berfikir tentang dunia mereka sebagai dasar apa yang mereka
pelajaridan mereka susun.
Bahasa adalah sistem makana yang dikomunikasikan dalam
kehidupansosial. Karena bahasa digunakan untuk bermacam-macam
tujuan maka makna tersebut diekspresikan dengan cara yang
bermacam-macam.
Anak-anak pada dasarnya sudah mempunyai pengetahuan. Pengetahuan
itudioragnisasikan dan disususn melalui interaksi sosial. Pengetahuan itu
datang secara tiba-tiba akan berubah dalam dalam kehidupan mereka dan
dibangun dengan representasi mental yang didasarkan pada pengalaman
individual.
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara
otomatis. Kemampuan itu bukan dibawa sejak lahir. Melainkan diperoleh
melalui tindakan pembelajaran. Seseorang yang telah mendapatkan
pembelajaran meulis pun belum tentu memilki kompetensi menulis yang
andal tanpa banyak latihan menulis (Siti Nur Gumilang, 2006).

Tujuan pengajaran menulis terpadu adalah agar siswa dapat berkomunikasi

25
dalam bahasa tulis sesuai dengan konteks dengan pemakaian bahasa yang
wajar. Untuk mencapai tujuan itu, pengajaran menulis bisa memadukan
beberapa aspek pembelajaran bahasa baik yang bersifat kebahasaan
maupunketerampilan sebagai bahan ajarannya. Keterampilan menulis
dipadukan dengan keterampilan menyimak/ mendengarkan, membaca,
atau dipadukan dengan pembelajaran kebahsaan, seperti kosakata, struktur,
ejaan, dan sebagainnya. Dalam proses pembelajaran terpadu ini peran guru
sangat besar. Guru harus mampu menciptakan sistuasi belajar yang
memungkinkansiswa aktif untuk berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa tulis. Jadi, yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa indonesia


dengan fokus menulis adalah pembelajaran bahasa indonesia yang
dipusatkan atau bertumpu pada kegiatan latihan menulis. Jika di SD kelas
rendah difokuskan pada penguasaan menulis huruf-huruf dan merangkai
huruf-huruf itu dengankata, serta merangkai kata-kata itu menjadi kalimat
sederhana maka di SD kelas tinggi difokuskan pada latihan berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tulisan yang secara jelas (Baiq Sayu, 2017).
Jadi dapat disimpulkan menurut penyusun makalah, bahwa menulis adalah
keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan yang didasari dengan
kemampuan individu.

J. Tujuan Pembelajaran Menulis di SD


Menurut Abdurrahman dan Waluyo (2000: 223) dalam Rulis (2019),
menyatakan bahwa “tujuan menulis siswa di sekolah dasar untuk
menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas-tugas yang
diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan berbahasa
dengan baik”. Sedangkan menurut Tompkins (dalam Siti Romelah, 2014:
3-4) tahapan dalam menulis terdiri atas lima tahap antara lain: a. tahap
prapenulisan (prewriting), b. tahapan penulisan (drafting), c. tahapa revisi
(revising), d. tahap pengeditan (editing), e. tahap publikasi (publishing).
Secara umum tujuan pengajaran menulis di Sekolah Dasar adalah
membiasakan siswa untuk menguasai cara menulis yang baik, mulai dari
mengenal huruf, menggunakan teknik yang benar dalam menulis,

26
memahami arti kata yang ditulis sampai bagaimana mengungkapkan ide
kedalam bentuk tulisan sederhana. Tujuan pembelajaran menulis di
Sekolah Dasar tersebut merupakan dasar bagi tercapainya tujuan
pembelajaran lainnya (Siti Romelah, 2014: 3-4).
Tujuan utama dari pembelajaran menulis adalah untuk meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengomunikasikan pesan melalui bahasa tulis
(Resmini, Novi dkk, 2006: 289) dalam Siti Romelah (2014:3-4). Secara
rinci, tujuan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar yang berlandaskan
kepada teori yang dikemukakan oleh Novi Resmini dkk. (2006: 299)
dalamSiti Romelah (2014: 3-4) adalah sebagai berikut.
1. Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami
dan melaksanakan cara menulis dengan baik dan benar.

2. Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal dan


menuliskan huruf-huruf (abjad) sebagai tanda bunyi atau suara.
3. Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa agar terampil
mengubahtulisan menjadi suara dan terampil menuliskan bunyi/suara
yang didengarnya
4. Mengenalkan dan melatih siswa mampu menulis dengan teknik-
tekniktertentu
5. Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata yang ditulis
danmengingat artinya dengan baik
6. Melatih keterampilan siswa untuk dapat menetapkan arti tertentu
darisebuah kata dalam konteks kalimat
7. Mengungkapkan ide/pesan sederhana secara tertulis.

Secara esensial minimalnya ada tiga tujuan utama pembelajaran menulis


yang yang dilaksanakan para guru di sekolah. Ketiga tujuan tersebut adalah
(1) menumbuhkan kecintaan menulis pada diri siswa, (2) mengembangkan
kemampuan siswa menulis, (3) membina jiwa kreativitas para siswa untuk
menulis. Ketiga tujuan ini merupakan tujuan minimal yang harus dicapai
parasiswa melalui proses pembelajaran menulis yang dialaminya (Abidin,
2012). Tujuan pertama pembelajaran menulis adalah menumbuhkan
kecintaan menulis pada diri siswa. Tujuan ini menjadi sangat penting sebab

27
mencitai menulis adalah modal awal bagi siswa agar mau menulis sehingga
ia akan menjadi seorang yang terbiasa menulis. Hal ini sejalan dengan
hakikat menulis sebagai keterampilan sehingga untuk dapat menguasai
menulis sebagai sebuah keterampilan intensitas dalam menulis merupakan
faktor kuncinya. Dengan kata lain kemampuan menulis sangat dipengaruhi
intensitas menulis. Semakin sering seseorang menulis diyakini akan
semakin baik pula hasil tulisannya. Guna mencapai intensitas menulis yang
tinggi ini, para siswa tentu saja harus terlebih dahulu mencintai menulis.
Modal dasar mencitai menulis diyakini akan mendorong siswa mampu
menulis. Kemampuan siswa menulis ini merupakan tujuan
pembelajaranmenulis yang kedua. Kemampuan menulis yang
dimaksud adalah kemampuan siswa memproduksi berbagai ragam
tulisan untuk berbagai kepentingan, sasaran, dan konteks sosial
budaya. Berdasarkan tujuan ini, pembelajaran menulis harus diarahkan
agar mampu membekali siswa strategi menulis, macam-macam tulisan,
serta sarana publikasi tulisan.
Tujuan terakhir adalah agar siswa mampu menulis secara kreatif. Tujuan
ini menghendaki agar siswa mampu menjadikan menulis bukan sekadar
sebagaikompetensi yang harus dikuasai selama mengikuti pembelajaran,
melainkan agar siswa mampu memanfaatkan menulis sebagai sebuah
aktivitas yang mendatangkan berbagai keuntungan baik keuntungan yang
bersifat psikologis, ekonomis, maupun sosiologis. Bertemali dengan hal ini,
menulis seyogyanya menjadi sebuah kebutuhan bagi siswa dalam rangka
mengekspresikan diri sehingga terbebas dari beban-beban psikologis. Jika
siswa telah mencapai taraf ini, menulis bukanlah hal yang menakutkan
melainkan hal yang harus dilakukan agar ia merasa tenang dan termotivasi
dalam hidup. Dalam pandangan ekonomis menulis juga memberikan
kesempatan pada siswa untuk mendapatkan berbagai keuntungan melalui
menulis. Siswa yang telah mampu kreatif menulis dapat memublikasikan
tulisannya dalam berbagai media yang akan berdampak secara finansial
bagidirinya. Lebih jauh, publikasi ini akan meningkatkan prestisenya di
masyarakat sehingga secara sosiologis ia akan terkenal di masyarakat.

28
Guna mencapai tujuan ini, jelaslah pembelajaran menulis harus
diorientasikan agar siswa bukan hanya bisa menulis melainkan kreatif
menulis.

K. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak


Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan.
Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di
antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis
bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga
mengembangkan dan menuangakn pikiran-pikiran dalam suatu struktur
tulisan yang teratur.
Sebagai suatu proses, menulis merupakan keterampilan mekanis yang
dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses mengandung
makna bahwa menulis terdiri dari tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan
tersebut adalah pramenulis (prewriting), penyusunan dan pemaparan
konsep ( drafting), perbaikan (revsing), penyuntingan (editing), dan
penerbitan(publisihing) (Tompkins, 1997:10).
1. Pramenulis (prewriting)
Pada tahap pra menulis siswa berusaha mengemukakan apa yanag
akan mereka tulis. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai
strategi untuk membantu siswa dalam memilih tema dan menentukan
topic tulisan.
Topic tulisan sangat menentukan lancarnya proses menulis. Tema
harussesuai dengan minat dan schemata siswa. Untuk mengatasi hal
itu guru dapat melakukan kolaborasi melalui curah pendapat sehingga
dapat melahirkan tema dan topik tulisan yang sesuai dengan minat dan
keinginan mereka. Selain dengan curah pendapat juga dapat dilakukan
dengan membaca atau menelaah bentuk tukisan.

2. Menulis konsep (drafting)


Tahap ini siswa mengroganisasikan dan mengembangkan ide yang
telahdikumpulkan lewat kegiatan curah pendapat dalam bentuk draft
kasar. Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun

29
konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemberian chart struktur
cerita sebagai media untuk menuangkan semua ide yang dimilikinya.
Hal ini bertujuan agar siswa tidak ragu-ragu, karena pada tahap
berikutnya akandiperbaiki, diubah, dan disusun ulang.

3. Merevisi (revising)
Pada tahap perbaikan siswa melihat kembali tulisannya untuk
selanjutnya menambah, mengganti atau menghilangkan sebagian ide
berkaitan dengan penggarapan struktur cerita yang telah ditulisnya

4. Mengedit (editing)
Penyutingan merupakan tahap penyempurnaan tulisan yang dilakukan
sebelum dipublikasikan. Pada tahap ini siswa menulis kembali daftar
cerita yang telah dibuatnya melalui pengerjaan chart sehingga menjadi
sebuah karangan yang utuh. Pada tahap ini siswa memperbaiki
kesalahanyang bersifat mekanis berkaitan dengan ejaan dan tanda baca.

5. Publikasi (publishing)
Setelah semua tahap terlewati, maka sebagai tahap akhir adalah tahap
publikasi. Siswa melalui kegiatan berbagai hasil tulisan cerita
(sharing). Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan
untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah
didingsekolah atau di depan kelas. Kegiatan menulis ini dapat
dilakukan dengan teknik yang merupakan alternatif model
pembelajaran menulis sebagai berikut.

1. Menjiplak, yang dapat membagi menjadi (a) menjiplak huruf,


(b) menjiplak kalimat, (c) menjiplak wacana sederhana.

2. Menyalin, biasanya dimulai dari tingkatan kata, kalimat, sampai


pada wacana. Menyalin ini bisa dari (a) kata, kalimat, dan wacana
yang menggunakan huruf lepas ke huruf lepas, dan (b) kata, kalimat,
dan wacana yang menggunakan huruf lepas ke huruf latin atau
sebaliknya.

30
3. Menatap, biasanya dilakukan dengan cara mengamati objek. Agar
siswa dapat membahaskan objek yang diamati, objek itu dapat
berupa (a) gambar, yaitu gambar kata dan gambar kalimat, serta (b)
objek asli.

4. Menyusun, kegiatan menyusn yang paling sederhanan adalah


menyusun huruf menjadi kata, dilanjutkan dengan menyusun
katamenjadi kalimat, dan kalimat menjadi wacana.
5. Melengkapi, kegiatan melengkapi dapat berupa melengkapi kalimat
sebagian katanya dihilangkan dan bisa juga melengkapi bagian
kalimat yang dihilangkan dalam wacana.
6. Menulis halus, kegiatan ini untuk membiasakan menulis secara baik.
7. Dikte, dengan memperdengarkan kata, kalimat, atau wacana
sederhanakepada siswa agar mereka menuliskan apa yang mereka
dengar.
8. Mengarang, yang dapat dilakukan dengan bantuan gambar dan
dapat pula tanpa bantuan gambar.

Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan (1986) ada beberapa


teknik dalam pembelajaran menulis, seperti cara berikut ini.
1. Menyusun kalimat
Menurut Slager yang dikutip oleh Tarigan, menyusun atau
membangunkalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut ini.
a. Melengkapi kalimat
b. Memperbaiki susunan kalimat
c. Substitusi
d. Transformasi
2. Memperkenalkan Karangan
Dalam mempeerkenalkan karangan ini dapat ditempuh dengan dua
carateknik, yaitu (1) baca dan tulis, atau (2) simak dan tulis.
3. Meniru Model
Dalam teknik guru menyiapkan contoh karangan yang dipakai
sebagai model oleh siswa untuk menyusun karangan. Struktur

31
karangan memamng sama, tetapi berbeda dalam isi.
4. Karangan Bersama
Pelaksanaan teknik ini dimulai dengan pengamatan yang dilakukan
oleh siswa bersama guru. Misalnya, mengamati kebunsekolah. Setelah
itu siswa dirugasi menyusun sebuah kalimat yang berhubungan dengan
hasilpengamatannya terhadap kebun sekolah. Kemudian, kalimat-
kalimat dansiswa tadi disusun bersama-sama dan dengan bantuan guru
dipebaiki sehingga menjadi sebuah karangan.
5. Mengisi
Teknik ini dipraktikkan dengan cara guru menyiapkan sebuah
karangan yang kata kelima dan setiap kalimat pembangun cerita itu
dihilangkan. Kemudian, karangan ini diberikan kepada siswa untuk
disempurnakan atau diisi titik-titik dengan sebuah kata sehingga
menjadi karangan yang utuh kembali.

6. Menyusun Kembali
Suatu karangan yang telah dikacaukan urutan kalimatnya, kemudia
diberikan kepada siswa untuk mengurutkan kembali menjadi
sebuahkarangan dengan urutan kalimat yang benar.
7. Menyelesaikan Cerita
Siswa diberi sebuah cerita yang belum selesai dan
ditugasimenyelesaikan cerita tersebut menjadi cerita
yang utuh.
8. Menjawab Pertanyaaan
Siswa diberi pertanyaan dan kalimat-kalimat jawaban siswa
tersebut dapat disusun sebuah cerita apakah tentang alam
sekitarnya, kesenangannya, dan sebagainya.
9. Meringkas Bacaan
Teknik ini dilaksanakan dengan jalan siswa diberi suatu bacaan yang
berupa cerita pendek atau sebuah wacana. Siswa disuruh
membaca/mempelajari bacaan tersebut, kemudia disuruh
meringkasnya.

32
10. Paraphrase
Dalam pengajaran menulis dapat juga digunakan teknik paraphrase
dengan jalan guru member karangan puisi yang harus diubah oleh
siswadalam bentuk prosa atau sebaliknya.
11. Reka Cerita Gambar
Teknik ini bertujuan untuk melatih mengembangkan imjinasi siswa.
Dengan melihat gambar tunggal atau gambar berseri siswa disuruh
menuliskan sebuah cerita yang ada hubungannya dengan gambar
yangdiamatinya.
12. Memeriks
Teknik ini dilakukan dengan jalan siswa disuruh mengamati sesuatu,
apakah kelasnya, lingkungan sekolah, orang yang berjualan di sekolah
atau yang lain, kemudian disuruh menggambarkan atau memberikan
apa-apa yang diamatinya itu dalam bentuk tulisan.
13. Mengembangkan Kata Kunci
Pelaksanaan teknik ini dengan jalan siswa diberi beberapa kata
kunci, kemudia dia disuruh mengembangkan kata-kata itu menjadi
sebua karangan.
14. Mengembangkan Kalimat Topik
Kalau dalam teknik mengembangkan kata kunci yang
dikembangkan menjadi sebuah karangan adalah kata-kata yang kita
berikan kepada siswa, dalam teknik mengembangkan kalimat topik
ini yang dikembangkan adalah sebuah kalimat yang kita berikan
kepada siswa. Kalimat topik ini sifatnya masih umum dan luas yang
harus dikembangkan dengan beberapa kalimat penjelas.
15. Mengembangkan Judul
Latihan menulis berikutnya yang lebih sulit adalah penerapan teknik
mengembangkan judul. Siswa kita beri judul yang terdiri dari beberapa
kata yang harus dikembangkan menjadi beberapa kalimat topic,
kalimat-kalimat topic ini harus dikembangkan menjadi sebuah
paragraph, dan paragraf- paragraf tersebut harus berhubungan satu
sama lainnya yang membentuk suatu cerita yang utuh dan padu.

33
16. Mengembangkan Peribahasa
Teknik ini dilaksanakan dengan jalan pemberian sebuah peribahasa
yangsudah dikenal dan dipahami maknanya oleh siswa. Kemudian
siswa ditugasi menulis karangan singkat berdasarkan peribahasa
tersebut.
17. Menulis Surat
Menulis surat merupakan pekerjaan mengarang yang sering dilakukan
orang. Dalam pembelajaran menulis surat ada dua cara/teknik yang
biasadiberikan kepada siswa. Cara pertama adalah menulis surat secara
terpimpin, artinya siswa menulis surat berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan, sedangkan cara kedua adalah menulis surat bebas. Dengan
sendirinya untukpertama kali guru member contoh sebuah surat,
kemudian siswa disuruh menulis balasan surat tersebut. Pada
kesempatan yang lain siswa ditugasi menulis surat izin tidak masuk
sekolah karenaada acara keluarga atau ada keperluan yang lain.
18. Menyususn Dialog
Teknik mmenyusun atau mengembangkan dialog atau percakapan
dapat digunakan untuk pembelajaran menulis karena dialog sudah
dikenal olehsetiap siswa. Misalnya, guru menyuruh siswa menyusun
suatu dialog antara ayah, ibu, dan adik tentang rencana rekreasi pada
waktu liburan semester yang akan dating.
19. Menyusun Wacana
Teknik menyususn wacana dalam pembelajaran menulis merupakan
teknik pembelajaran menulis secra bebas. Siswa bebas dalam
menentukanjudul, bebas dalam menjabarkan judul menjadi topic, bebas
melengkapi kalimat topic dengan kalimat pengembangan sehingga
tersusun paragraf.

Akhirnya siswa pun bebas menyusun dan mengatur urutan dan posisi
paragraf sehingga tersusun wacana yang baik. Pemilihan kesembilan belas
teknik di atas dengan sendirinya harus disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa. Misalnya, teknik menyusun wacana tidak mungkin
diberikan pada siswa kelas 2 SD, tetapi untuk siswa kelas 6 yang sudah

34
banyak berlatih menulis. Setelah dapat menetukan dan metode/teknik
dalampembelajaran menulis, diharapkan dapat menyusun perencanaan
pembelajaran menulis baik di kelas rendah SD maupun di kelas tinggi.

Tompkins (1990: 73) menyajikan lima tahap, yaitu: (1) pramenulis, (2)
pembuatan draft, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing).
Tompkins juga menekankan bahwa tahap- tahap menulis ini tidak
merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya
merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting
tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan
kerangka tulisan atau draft awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi. Dengan demikian, tergambar secara
menyeluruh proses menulis, mulai awal sampai akhir menulis seperti.
1. Tahap Pramenulis
Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri
b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis
d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan
yang telahmereka tentukan

2. Tahap Membuat Draft


Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
a. Membuat draft kasar
b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis

3. Tahap Merevisi
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi tulisan ini
adalahsebagai berikut:
a. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok)

35
b. Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan
teman-temansekelompok atau sekelas
c. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan
komentar baikdari pengajar maupun teman
d. Membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft
berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir

4. Tahap Menyunting
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar
adalah sebagai berikut:
a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri
b. Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan
mereka sekelas/sekelompok.

36
PEMETAAN KD DAN INDIKATOR

37
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dengan kegiatan persiapan menulis, siswa mampu menunjukkan cara


memegang pensil yang tepat saat menulis dengan benar.
2. Dengan permainan jalan berpasangan, siswa dapat mengenali huruf
pertama nama sendiri dan nama-nama teman sekelas dengan benar.
3. Dengan arahan dari guru, siswa mampu mendemonstrasikan cara
memegang pensil yang tepat saat menulis dengan benar.
4. Dengan bermain kartu huruf, siswa dapat mengidentifikasi dan
melafalkan huruf konsonan yang hilang dari nama temannya dengan
benar.

38
PETUNJUK PENGGUNAAN
BUKU

Buku Baca dan Tulis untuk satuan SD/Mi ini adalah


petunjuk praktis untuk guru dalam memanfaatkan
buku sebagai sumber belajar dan bermain bersama
anak. Buku ini memandu anak secara sistematis dan
menyenangkan dalam menghadirkan buku pada
keseharian anak.

Pada buku ini terdapat beberapa gambar untuk


membantu capain pembelajaran yang diturunkan
menjadi tujuan pembelajaran untuk masing-masing
kegiata. Bagian utama dari buku ini berisi petunjuk
dalam mengeksplorasi cara membaca dan menulis
pada anak.

39
PERSIAPAN MEMBACA PERMULAAN

1. Duduk yang Tegap

2. Jarak Mata

40
3. Memegang dan Membalik Buku

4. Cahaya yang Terang

41
HURUF ABJAD KECIL

Hafalkan huruf
secara rutin ya

42
a i u e o
Baca dan sebutlah bentuk huruf dan nama gambarnya!

a : a ir
i : i kan
u : u lat
e : e lang
o : o bat

43
b c d f g
Baca dan sebutlah bentuk huruf dan nama gambarnya!

b : bu ku
c : ce ri
d : da si
f : fe ri
g : ga jah

44
h j k l m
Baca dan sebutlah bentuk huruf dan nama gambarnya!

h : hi u
j : ja ri

k : ka ki
l : li lin
m : ma ta

45
n p q r s
Baca dan sebutlah bentuk huruf dan nama gambarnya!

n : na si
p : pa ku
q : qur an
r : ru sa
s : su su

46
t v w x y z
Baca dan sebutlah bentuk huruf dan nama gambarnya!

t : to pi
v : vo li
w : wa jan
x : xe rox
y : yo yo

z : ze bra

47
aa ai au ae ao
a
a ir
aa a ba a da
ai a pi a di
au a ku a bu
ae a be a de
ao a do a co
48
ba bi bu be bo
b
bu ku
ba ba ba ba u
bi bi bi u bi
bu bu bu i bu
be be be be o
bo bo bo bi bo
49
ca ci cu ce co
c
ce ri
ca ca ca ca be
ci ci ci cu ci
cu cu cu cu bu
ce ce ce ce ri
co co co co ba
50
da di du de do
d
da du
da da da da si
di di di li di
du du du du ku
de de de de bu
do do do do a
51
ea ei eu ee eo
e
e bi
ea e ja e sa
ei e di e bi
eu e du e ku
ee e de e be
eo e do e co
52
M E N U L I S

Perhatikan cara memegang pensil yang benar


Saat menulis, cara memegang pensil harus tepat.
Gunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah.
Tidak ada jari lain yang memegang pensil.

53
Coba sekarang praktikkan cara memegang
pensil yang benar.
Letakkan ibu jari di satu sisi pensil,
yaitu sisi yang terdekat dengan tubuh.

Ujung jari telunjuk terletak di atas pensil.

Jari telunjuk akan menahan pensil


agar tetap berada pada tempatnya.

Jangan menekan pensil terlalu kuat.

Mulailah menulis dari kiri ke kanan.

Gerakkan tanganmu dengan lentur.

Praktikkan dengan
pensilmu ya..

54
Menulis huruf a

Petunjuk kegiatan: Tuliskan huruf a mengikuti garis putus-putus
dan lengkapi kata di samping gambar.

1
aaaaaa
2

aaaaaa
...pel
...d... ...pi
55
Menulis huruf b 
Petunjuk kegiatan: Tuliskan huruf b mengikuti garis putus-putus
dan lengkapi kata di samping gambar.

bbbbbb
2

bbbbbb
...alon
...atu ...ata

56
Menulis huruf c
Petunjuk kegiatan: Tuliskan huruf c mengikuti garis putus-putus
dan lengkapi kata di samping gambar.

1
ccccccc
ccccccc
...abai
...u...i ka...a

57
Menulsi huruf S 
Petunjuk kegiatan: Tuliskan huruf s mengikuti garis putus-putus
dan lengkapi kata di samping gambar.

sssssss
1

sssssss
...api
...ore ...eru

58
Menulis huruf t

Petunjuk kegiatan: Tuliskan huruf t mengikuti garis putus-putus


dan lengkapi kata di samping gambar.

tttttttt
1

tttttttt
...opi
ha...i ki...a
59
Menulis huruf z

Petunjuk kegiatan: Tuliskan huruf z mengikuti garis putus-putus
dan lengkapi kata di samping gambar.

zzzzzzz
1

zzzzzzz
...ebra
...ig-...ag
 60
Huruf Vokal
a, i, u, e, o
Lengkapilah perkataan dengan huruf vokal a,i,u,e,o

ay_m b_rung _kan

ul_r m_nyet

61
Tarik Garis
menghubungkan gambar dengan tulisan

. . awan

. . pelangi

. . bulan

. . bintang

62
Berlatih Menulis

M R

63
Berlatih Menulis
Tulislah nama buah dari setiap gambar

64
Berlatih Menulis
Tulislah nama benda dari setiap gambar

b p

t m

p s

65
Berlatih Menulis
hewan apakah dibawah ini?

k k

b s

66
Menulis dengan petunjuk gambar dan suku
dan suku kata

Petunjuk kegiatan: Tulislah huruf dan suku kata pada titik-titik


yang kosong berdasarkan urutan gambar*) dari kiri ke kanan.

a ba ca
ayo latihan menulis

1. =
a ba
2. =
.... ....
3. =
.... ....
4. =
.... ....
*) Gambar dan suku katanya secara lengkap ada di
Kartu Baca (disertakan dalam buku Belajar Membaca)

67
Menulis dengan petunjuk gambar dan suku
kata

Petunjuk kegiatan: Tulislah huruf dan suku kata pada titik-titik


yang kosong berdasarkan urutan gambar dari kiri ke kanan.

ju ku lu
ayo latihan menulis

1. = ma ju
2. = .... ....
3. = .... ....
4. = .... ....

 68
Menulis dengan petunjuk gambar dan suku kata

Petunjuk kegiatan: Tulislah huruf dan suku kata pada titik-titik


yang kosong berdasarkan urutan gambar dari kiri ke kanan.

mu nu pu
ayo latihan menulis

1.
mu ka
2.
=

=
.... ....
3. =
.... ....
4.
.... ....
=

69
Menulis dengan petunjuk gambar 

Petunjuk kegiatan: Tulislah huruf dan suku kata pada titik-titik


yang kosong berdasarkan urutan gambar dari kiri ke kanan
.

he je ke
ayo latihan menulis

1. = ja he
2. = .... ....
3. = .... ....
4. = .... ....

70
Menulis dengan petunjuk gambar

Petunjuk kegiatan: Tulislah huruf dan suku kata pada titik-titik


yang kosong berdasarkan urutan gambar dari kiri ke kanan.

le me ne
ayo latihan menulis

1. =
le ci
2. =
.... ....
3. =
.... ....
4. =
.... ....
71
Menulis dengan petunjuk gambar

Petunjuk kegiatan: Tulislah huruf dan suku kata pada titik-titik


yang kosong berdasarkan urutan gambar dari kiri ke kanan.

do go ko
ayo latihan menulis

1. = ka do
2. = .... ....
3. = .... ....
4. = .... ....

72
Menulis dengan petunjuk gambar

Petunjuk kegiatan: Tulislah huruf dan suku kata pada titik-titik


yang kosong berdasarkan urutan gambar dari kiri ke kanan.

lo mo po
ayo latihan menulis

1. =
ca lo
2. =
.... ....
3. =
.... ....
4. =
.... ....
73

Menulis dengan petunjuk gambar 



Petunjuk kegiatan: Tulislah huruf dan suku kata pada titik-titik
yang kosong berdasarkan urutan gambar dari kiri ke kanan.

ro so to
ayo latihan menulis

1. = so to
2. = .... ....
3. = .... ....
4. = .... ....

74
View publication stats
UJI KOMPETENSI

Bahasa Indonesia
(KD 3.2, 3.3, 4.2 DAN 4.3)

A. pilihlah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda


silang (x) pada huruf a,b, atau c!

1. membaca buku menggunakan....


a. tangan
b. hidung
c. mata
2. posisi yang baik saat membaca adalah duduk...
a. tidur
b. membungkuk
C. tegak
3. suara dari ayam adalah .....
a. wek-wek
b. petok-petok
c. gug-gug
4. susunlah huruf sesuai dengan nama s - i - i - t……….
a. siti
b. tisi
c. siit

5. MONA

Huruf pertama nama di atas adalah....


a. M
b. O
c. N

75
UJI KOMPETENSI

Bahasa Indonesia
(KD 3.2, 3.3, 4.2 DAN 4.3)

B. Coba berikan jawaban soal-soal essay berikut ini dengan


kemampuan berfikir kalian sendiri

1. Susunlah menjadi sebuah kata!


a. T - A - B - U
b. L - O - B - A
Jawab:_______________________________________________________

2. Bagaimana sikap membaca yang baik?


Jawab:_______________________________________________________

3. BERLUBANG Tuliskan huruf konsonannya


Jawab:_______________________________________________________

4. RAMBUT Tuliskan huruf vokal nya


Jawab:_______________________________________________________

5. Huruf awal apakah yang dimiliki Risa dan Rino?


Jawab:_______________________________________________________

76
Daftar Pustaka
Abidin, Yunus. (2016). Pembelajaran Menulis Dalam Gamitan Pendidikan Karakter. EduHumaniora Jurnal
Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 4(1).

Anonim. 2015. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus Menulis.


gsdipa2.blogspot.com/2015/05/pembelajaran-bahasa- indonesia- dengan.html?m=1. Diakses pada tanggal
26 Maret 2022.

Anonim. 2015. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus Menulis.


http://pgsdipa2.blogspot.com/2015/05/pembelajaran-bahasa-indonesia- dengan.html. diakses pada Minggu,
27 Maret 2022 pukul 21.44 WIB.

Anonim. 2020. Tema 1 Subtema 3 Pembelajaran 1 https://kelas1sdtegalkota.blogspot.com/2020/07/tema-1-


subtema-3-bahasa-indonesia.html?m=1 Diakses pada 16 mei 2022 pukul 13.00 WIB

Bua, Mety T. Dkk. (2016). Analisis Minat Membaca Permulaan Dengan Cerita Bergambar Di Kelas I
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Volume 1. Nomor 9.

Buku Siswa Tema : Diriku Kelas 1 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2014, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).

Buku Guru Tema : Diriku Kelas 1 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2014, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).

Churiyah, Y. Perencanaan Pengajaran Membaca.

Churiyah, Yayah. dan Hartati, Tatat. (2015). Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Bandung: . UPI
PRESS.

Cerianing, Pratiwi Putri. (2020). Analisis Keterampilan Membaca Permulaan Siswa Sekolah Dasar: Studi
Kasus Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar. JPE (Jurnal Pendidikan Edutama). Volume 7. Nomor 1.

Gumilang, Siti Nur. 2006. Resume Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis.
http://sitinurgumilangsukses.blogspot.com/2016/06/resume-model- pembelajaran-bahasa.html diakses pada
tanggal 25 Maret 2022.

Hardani, K., Suwignyo, H., & Nurchasanah, N. (2020). Bahan ajar keterampilan membaca berbasis
progress in international reading literacy study untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 5(6), 803-808.

77
Hasanah, A. Lena, Mai Sri. (2021). Analisis Kemampuan Membaca Permulaan dan Kesulitan yang
Dihadapi Siswa Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan. Volume 3. Nomor 5.

Khair, Ummul. (2018). Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra (BASASTRA) di SD dan MI. Jurnal
Pendidikan Dasar. Volume 2. Nomor 1.

L, Novita Dian Dwi. Dkk. (2021). Analisis Faktor-Faktor yang Menghambat Belajar Membaca Permulaan
pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. Volume 5 Nomor 4

Muyahayati, Baiq Sayu. 2017. Pembelajaran Indonesia dengan Fokus Membaca dan Menulis.
http://baiqsayumulyahatigizi.blogspot.com/2017/06/pembelajaran- indonesia-dengan-fokus.html diakses
pada tanggal 25 Maret 2022.

Noermanzah. 2018. Model-Model Pembelajaran Membaca Sebagai Inovasi Dalam Mengembangkan Bahan
Ajar Membaca. Seminar Nasional MLI: Universitas Bengkulu.

Oktaviani, Rafika Elsa. (2021). Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia Sd / Mi. Pentas :
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Volume 7. No 1.

Pramesti, Fitria. (2018). Analisis Faktor-Faktor Penghambat Membaca Permulaan pada Siswa Kelas 1 SD.
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. Volume 2. Nomor 1.

Rinawati, Agustin., Lilik,B,M.,Fajar,S. (2016). Analisis Hubungan Keterampilan Membaca Dengan


Keterampilan Menulis Siswa Sekolah Dasar. Education Journal : Journal Education Research and
Development. Volume 4, Nomor 2. Hal (88-90)

Romelah, Siti. 2014. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi melalui Model Pembelajaran Langsung di
Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 2(3): 3-4.

Rulis. 2019. Tujuan dan Manfaat Menulis. http://www.rumahliterasisumenep.org/2019/07/inilah-tujuan-


dan-manfaat- menulis.html?m=0#:~:text=Abdurrahman%20dan%20Waluyo%20 diakses pada tanggal 25
Maret 2022

Soleha, S. Dkk. (2017). Pengembangan Buku Suplemen Siswa Berbasis Multi Representasi Pada Materi
Hukum II Newton. Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol. 5. Nomor 4. Hal (38-39)nm

Tristiantari, N. K. D., & Sumantri, I. M. (2016). Model pembelajaran cooperatif integrated reading
composition berpola lesson study meningkatkan keterampilan membaca dan menulis. JPI (Jurnal
Pendidikan Indonesia), 5(2), 213-217

78
Profil Penyusun
1. Dra. Nelly Astuti M.Pd.

2. Ujang Efendi M.Pd.I.

3. Deviyanti Pangestu M.Pd.

4. Aradatullah Dit Illahiyah (1963053001)

5. Idha Tasya Bella Ananda (1913053042)

6. Najoya Dolok Saribu (1953053012)

7. Nurdini Estika Putri (1913053094)

8. Shanty Agustriani (1913053097)

9. Triana Angquncahyani (1913053009)

10. Zakiyah Nazir Effendi (1953053024)

79
80

Anda mungkin juga menyukai