Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN BAHAN AJAR

Bahan atau materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang
dikonsumsi oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara
dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan masyarakat. Bahan ajar yang
diterima anak didik harus mampu merespon setiap perubahan dan mengantisipasi setiap
perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, bahan pelajaran menurut
Suharsimi Arikunto (2002), merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar,
karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena
itu pula, guru khususnya, atau pengembangan kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh
mana bahan-bahan atau topik yang tertera dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan peserta
didik di masa depan. Sebab minat peserta didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai
dengan kebutuhannya (Puput Fathurrohman dan Sobry Sutikno, 2007:14).

Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara secara sistematis yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Pannen:1995). Bahan ajar adalah
separangkat atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode pembelajaran,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi
dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan jasmadi dalam lestari 2013:1).

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instructor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif
mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi,
alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran (Abdul Majid, 2007:173).

Bahan ajar merupakan sebuah alat yang memungkinkan dapat membantu siswa untuk
mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar sehingga mampu menguasai semua
kompetensi secara menyeluruh. Bahan ajar adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat
berlangsungnya proses belajar mangajar. Melaui bahan ajar ini siswa diantarkan kepada tujuan
pengajaran (Sudjana, 2009). Bahan ajar pada hakekatnya adalah isi dari mata pelajaran atau
bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan Kurikulum yang digunakannya. Sebuah
bahan ajar paling tidak mencangkup antara lain: a) petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru),
b) kompetensi yang akan dicapai, c) informasi pendukung, d) latihan-latihan, e) petunjuk kerja,
dapat berupa lembar kerja (LK), f) evaluasi (Majid, 2009). Ada empat aspek yang perlu
diperhatikan dalam menulis buku menurut Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Aspek-aspek
tersebut adalah sebagai berikut: (1) aspek isi atau materi; (2) aspek penyajian materi, (3) aspek
bahasa dan keterbacaan, dan (4) aspek grafika (Depdiknas, 2006).

Sebuah bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang : (1) Minimal mengacu pada sasaran
yang akan dicapai peserta didik, (2) Berisi informasi, pesan dan pengetahuan yang dituangkan
dalam bentuk tertulis yang dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara logis dan mudah
diterima sesuai dengan tahap kognitif siswa, (3) Berisi konsep – konsep yang disajikan secara
mekanik, interaktif dan mampu mendorong terjadinya proses berfikir kritis, kreatif, inovatif dan
kedalaman berfikir serta metakognisi dan evaluasi diri. (4) Secara fisik tersaji dalam wujud
tampilan yang menarik dan menggambarkan cirri khas buku pelajaran. (BSNP, 2006 : 15).

Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalm melaksanakan
proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan ajar tertulis maupun tak
tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi
yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan
atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2012 : 16).

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, dapat dipahami
bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh
peserta didik dan digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKS, model
atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, bahan ajar elektronik dan sebagainya.

Dengan demikian, bahan ajar merupakan komponen yang tidak bias diabaikan dalam
pengajaran, sebab bahan ajar merupakan inti dalam proses belajar mengajar. Penggunaan bahan
ajar akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi
pelajaran. Bahan ajar juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman, penyajian
data yang menarik dan terpercaya, bahkan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran.

Pengtingnya Bahan Ajar

Pentingnya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran dapat dianalogikan seperti


pentingnya bahan-bahan untuk memasak. Jika tidak ada bahan yang digunakan dalam memasak,
maka tidak akan ada masakan yang dihasilkan. Sebaliknya, jika terdapat bahan makanan untuk
dimasak maka akan dihasilkan suatu makanan walaupun itu sangat sederhana. Dengan melihat
analogi tersebut kita dapat memahami bahwa bahan memiliki kedudukan yang penting terhadap
suatu proses. Demikian pula halnya dengan bahan ajar dalam proses pembelajaran.Bahan ajar
merupakan komponen yang harus ada di dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan seperangkat materi atau substansi pelajaran yang disusun secara
runtut dan sistematik serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa
dalam kegiatan pembelajaran.” Bahan pembelajaran inilah yang dibentuk sedemikian rupa
menjadi bahan ajar yang akan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Jadi bahan ajar
merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, bentuknya bisa tertulis maupun tidak tertulis.

Pengembangan bahan ajar memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu sebagai pedoman
bagi siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai, sebagai pedoman bagi guru untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran, dan sebagai alat evaluasi pembelajaran. Fungsi bahan ajar
bagi siswa yaitu sebagai pedoman terhadap kompetensi yang harus dikuasai. Melalui bahan ajar
yang digunakan dalam pembelajaran, siswa dapat memahami materi dan konsep yang dipelajari
dengan lebih mudah. Sedangkan fungsi dari bahan ajar bagi guru adalah sebagai pedoman dalam
mengarahkan kegiatan pembelajaran.

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan. Melalui bahan ajar
guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan
mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Buku disusun dengan harapan bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan bahan ajar, seperti kepala sekolah,
guru, pengawas sekolah maupun Pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala sekolah buku ini
dapat dijadikan bahan pembinaan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan
bahan ajar.

Bagi pengawas sekolah atau para pembina pendidikan lainnya keberadaan buku pedoman
ini pasti bermanfaat. Karena setiap pengawas harus mengetahui berbagai hal yang dilakukan oleh
guru, sehingga jika terdapat kesulitan yang dialami oleh guru, pengawas dapat segera
membantunya. Dengan membaca buku pedoman ini pengawas akan mendapatkan pemahaman
dan masukanmasukan tentang bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru dalam
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian maka pengawas akan
mendapatkan bekal dalam melaksanakan tugas kepengawasan yaitu membina guru dalam
mengembangkan bahan ajar.

Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan sesuai standard kompetensi


lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis,
terpadu, dan tuntas.

Jenis – Jenis Bahan Ajar


Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi tersebut adalah
berdasarkan, cara kerjanya, dan sifatnya, (Prastowo, 2012 : 40) :
Bahan ajar menurut bentuknya terdiri atas bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar
pandang dengar, dan bahan ajar interaktif. Bahan ajar menurut cara kerjanya terdiri atas bahan
ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, bahan ajar komputer. Bahan ajar
menurut sifatnya terdiri atas bahan ajar yang berbasiskan cetak, bahan ajar yang berbasiskan
teknologi, bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, bahan ajar yang dibutuhkan
(untuk keperluan pendidikan jarak jauh).

Fungsi Bahan Ajar


Fugsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses
pembelajaran sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada
siswa. Sedangkan bagi siswa akan menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan
substansi kompetensi yang harus dipelajari. Bahan ajar juga berfungsi sebagai alat evaluasi
pencapaian hasil pembelajaran. Bahan ajar yang baik sekurang-kurangnya mencakup petunjuk
belajar, kompetensi yang ingin dicapai, isi pelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan,
petunjuk kerja, evaluasi, dan respon terhadap hasil evaluasi.(Lestari, 2013 : 7).
Fungsi bahan ajar bagi peserta didik adalah (1) peserta dapat belajar tanpa harus ada
pendidik atau teman peserta didik lain. (2) peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja
yang ia kehendaki. (3) peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing. (4)
peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. (5) membantu potensi peserta
didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri.
Karakteritik siswa yang berbeda berbagai latar belakangnya akan sangat terbantu dengan
adanya kehadirn bahan ajar, karena dapat dipelajari sesuai dengan kemampuan yang dimilki
sekaligus sebagai alat evaluasi penguasaan hasil belajar karena setiap hasil belajar dalam bahan
ajar akan selalu dilengkapi dengan sebuah evaluasi guna mengukur penguasaan kompetensi.

Kriteria Bahan Ajar

Kelayakan bahan ajar menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), kriterianya
adalah dari segi (1) komponen kelayakan isi, (2) komponen kelayakan penyajian, (3) komponen
kelayakan kebahasaan, dan (4) komponen kelayakan kegrafikan.

MODUL

Modul adalah sebuah buku yang ditulis tujuan agar peserta didik dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang : (1).
Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru); (2). Kompetensi yang akan dicapai; (3). Content atau isi
materi; (4). Informasi pendukung; (5). Latihan-latihan; (6). Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar
Kerja (LK); (7). Evaluasi; (8). Balikan terhadap hasil evaluasi.

Pembelajaran dengan modul juga memungkinkan peserta didik yang memiliki kecepatan
tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar
dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Selain itu, juga meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.

Modul menurut Depdiknas (2008: 3) adalah seperangkat bahan ajar cetak yang dirancang
untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Sehingga bahasa, pola, dan sifat
kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur seolah-olah merupakan bahasa
pengajar atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Modul
dipilih karena menurut Siahaan (dalam Purnomo, 2012: 10) disusun dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami, banyak contoh yang dapat memperjelas uraian materi pelajaran
serta penampilan yang menarik. Menurut Purnomo (2012: 10), karena mudah dipahami maka
modul memiliki beberapa keunggulan seperti: (1) berisi informasi dan petunjuk pelaksanaan
yang jelas, (2) modul sebagai pembelajaran individual melibatkan karakteristik siswa, (3)
pengalaman belajar yang terdapat di dalam modul disediakan untuk membantu siswa mencapai
tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, (4) materi pembelajaran disajikan secara
logis dan sistematis, dan (5) modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan
belajar siswa.

Adapun susunan modul dalam penelitian ini terdiri dari: judul, kata pengantar, daftar isi,
peta konsep, pendahuluan, tujuan pembelajaran, petunjuk pelaksanaan pembelajaran, materi,
tantangan, kunci jawaban tantangan, evaluasi, kunci jawaban evaluasi, pedoman penskoran,
rangkuman, glosarium, dan daftar pustaka. Pembelajaran dengan menggunakan modul memiliki
andil yang cukup besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Jannah (2013: 62) bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan modul belajar lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan BSE.

Modul adalah satuan bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh mahasiswa (self
instructional). Modul ditulis untuk satu satuan kompetensi mata pelajaran atau satu paket bahan
ajar (learning materials). Karena bersifat perseorangan, setelah mahasiswa menyelesaikan belajar
satu modul, mahasiswa dapat melanjutkan untuk mempelajari modul berikutnya.

Pembelajaran dengan menggunakan modul dapat dilakukan dengan metode Team


Accelerated Instruction (TAI). TAI merupakan kombinasi antara pembelajaran individual dan
kelompok. Peserta didik belajar dalam tim yang heterogen sama seperti metode belajar tim yang
lain tetapi peserta didik juga mempelajari materi akademik sendiri. Masing-masing anggota tim
saling mengecek pekerjaan temannya. Skor tim berbasis pada skor rerata jumlah unit yang dapat
diselesaikan per minggu oleh anggota tim dan keakuratan unit tugas yang telah diselesaikan. Tim
yang telah menyelesaikan satu tugas dapat mengambil tugas berikutnya. Waktu yang diperlukan
untuk belajar dan menyelesaikan tugas antara tim yang satu dengan tim lainnya tidak sama. Tim
dapat memperoleh skor tinggi apabila dapat menyelesaikan materi yang lebih cepat dan lebih
berkualitas dari tim lainnya. Metode ini sebaiknya dilengkapi dengan teknik pemberian reward
dan punishment supaya motivasi belajar peserta didik terjaga dengan baik.

Langkah-langkah TAI

1) Guru menyusun materi semester dalam tugas-tugas mingguan


2) Guru memberikan pengarahan pada awal semester tentang hasil belajar yang dapat
dicapai melalui tugas mingguan
3) Tim mengambil tugas mingguan, tim yang sudah dapat menyelesaikan tugas dapat
mengambil tugas berikutnya
4) Tim mengumpulkan tugas paling cepat, banyak dan berkualitas akan mendapat skor yang
tinggi dan mengakhiri kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat.

Karakteristik modul sebagai bahan ajar yang dipelajari secara mandiri oleh siswa diharapkan
memiliki tampilan yang menarik dan menggunakan bahasa yang sederhana. Modul memakai
banyak ilustrasi supaya menarik untuk dibaca. Bahasa yang digunakan sederhana supaya mudah
dipahami oleh siswa. Kerangka isi modul berbeda-beda namun substansi yang tertulis di dalam
modul minimal berisi: deskripsi tentang tujuan pembelajaran/kompetensi hasil belajar, petunjuk
belajar, uraian materi, bahan bacaan, soal latihan dan kunci jawaban/rubrik. Kunci jawaban
digunakan untuk soal objektif sedangkan rubrik digunakan untuk soal essay.
HAND OUT

Handout merupakan suatu kumpulan materi, yang digunakan untuk menunjang


pembelajaran. Menurut Silvi Yulia Sari, dkk (2014, hlm.2) mengemukakan bahwa “Handout
merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak yang dapat berisi pernyataan, uraian materi, bagan,
pertanyaan, tugas, serta bahan referensi yang telah disiapkan oleh pembicara”. Handout memiliki
peranan yang penting sebagai penunjang kebutuhan pembelajaran saat kondisi bahan ajar yang
belum memenuhi kebutuhan referensi dalam mengajar.

Menurut Andi Prastowo handout merupakan bahan pembelajaran yang sangat ringkas,
bersumber dari beberapa literature yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok
yang diajarkan kepada peserta didik. Pada umumnya handout berfungsi untuk membantu peserta
didik agar tidak perlu, sebagai pendamping penjelasan pendidik, sebagai bahan rujukan peserta
didik, memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar, pengingat pokok-pokok materi yang ,
memberi umpan balik dan menilai hasil belajar.

Mohammad dalam Prastowo (2013:78) mengemukakan handout adalah selembar (atau


beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik kepada peserta didik.
Sementara itu, Prastowo (2013:79) mengungkapkan handout adalah bahan pembelajaran yang
sangat ringkas. Bahan ajar initentunya bukanlah suatu bahan ajar yang mahal, melainkan
ekonomis dan praktis. Lain halnya dengan pendapat Majid (2009:175) bahwa handout adalah
bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik.
Berdasarkan beberapa pengertian handout di atas, peneliti menyimpulkan bahwa handout adalah
bahan ajar bentuk printed yang disusun oleh guru dan digunakan untuk menunjang proses
pembelajaran.

Media pembelajaran yang menarik akan meningkatkan minat belajar peserta didik. Salah
satu media yang digunakan peserta didik dalam pembelajaran adalah handout. Handout
merupakan bahan ajar yang memuat informasi mengenai materi yang diberikan oleh guru kepada
peserta didik sebagai pegangan untuk peserta didik selama pembelajaran, oleh Prastowo (dalam
Mayangsari, 2018:71).

Widadi (2012:19) mengemukakan bahwa handout merupakan uraian materi yang


berfungsi untuk melancarkan kegiatan belajar mengajar. Abdul dalam Asiyani (2019:12)
menjelaskan bahwa handout merupakan bahan ajar yang diambil dari beberapa literatur yang
relevan dengan materi, guna memperkaya pengetahaun peserta didik. Sedangkan menurut
Raharjo (2013:25) handout merupakan selebaran berisi materi, kutipan, dan tabel yang dibagikan
kepada peserta didik. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa handout
merupakan rangkuman atau uraian materi yang berfungsi untuk membantu peserta didik dalam
memahami pelajaran.

Pada dasarnya handout dan modul memiliki perbedaan. Yang membedakanya adalah
modul berfungsi sebagai bahan ajar yang bertujuan untuk membantu pencapaian tujuan
pembelajaran sedangkan handout berfungsi untuk melengkapi dan memberikan materi, konsep,
ataupun masalah yang belum dibahas pada modul, sehingga handout tidak selengkap modul.
(Alkatiri 2012:17).

Unsur-unsur yang harus ada dalam penyususnan


handout terdiri dari:

1. Standar Kompetensi
Standar kompetensi berisi deskripsi kemampuan penguasaan dari pengetahuan dan
keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik.
2. Kompetensi Dasar
Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dicapai peserta didik setelah pembelajaran.
3. Ringkasan Materi
Uraian materi yang akan dipelajari dan difahami oleh peserta didik.
4. soal
permasalahan yang diberikan kepada peserta didik untuk untuk diselesaikan setelah
memahami pelajaran yang telah disampaikan.
5. Sumber Bacaan
Daftar rujukan dari materi yang digunakan
(Raharjo, 2013:28)

Handout adalah bahan ajar yang berisikan ringkasan materi dari berbagai sumber yang
relevan dengan kompetensi dasar dibuat guru untuk menjadi pedoman dan membatu siswa dalam
proses pembelajaran. Handout merupakan bahan ajar yang berisikan ringkasan materi yang
berasal dari beberapa sumber yang relevan dengan kompetensi dasar (Prastowo,2015). Menurut
Depdiknas (2008) Handout adalah bahan ajar berbentuk tulisan dari beberapa literatur yang
relevan dengan materi/KD yang disiapkan guru dengan tujuan untuk memperkaya pengetahuan
peserta didik. Salirawati (2010) mengatakan handout merupakan bahan ajar secara ringkas yang
berguna untuk menjadi pedoman dan membantu siswa dalam proses pembelajaran.

Handout dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat. Yuma (2017) mengatakan bahwa
handout memiliki manfaat untuk meningkatkan minat siswa belajar, meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran, dan juga mingkatkankan kepahaman konsep siswa. Sedangkan
handout memiliki manfaat lain yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar dan
mengajar, mengurangi verbalitas materi yang disampaikan (Raharjo, 2016).

Prastowo (2015) menjelaskan bahwa prinsip handout sama dengan prinsip bahan ajar
yaitu : relevansi, konsistensi dan kecakupan. Prinsip relevansi adalah prinsip yang menjelaskan
bahwa materi harus terkait dengan pecapaian kompetens dasar dan standar kompetensi. Prinsip
konsistensi menjelaskan bahwa bahan ajar harus memiliki materi yang sama dengan kompetensi
dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Prinsip kecukupan menjelaskan bahwa bahan ajar harus
dapat membantu siswa untuk menguasai kompetensi dasar.

Bahan ajar handout memuat beberapa komponen seperti yang dikatakan Sari (2014)
bahwa handout memuat uraian materi, bagan, tugas, dan bahan referensi yang telah disiapkan.
Sedangkan pembelajaran membutuhkan handout yang memiliki komponen sebagai berikut :
kompetensi, materi pembelajaran sebelumnya, prosedur pembelajaran, materi pembelajaran yang
akan dipelajari, latihan, dan soal evaluasi (Hernawan, 2012)

Berikut ini adalah langkah-langkah membuat handout menurut Depdiknas (2008) : 1)


menganalisis kurikulum, 2) menentukan judul handout sesuai dengan materi pokok serta
kompetensi dasar, 3) mengumpulkan referensi yang terbaru dan relevan dengan materi, 4)
kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, 5) mengevaluasi handout 6) memperbaiki
kekurangan - kekurangan handout yang telah ditemukan dan 7) menggunakan berbagai sumber
untuk menambah materi handout. Dalam penelitian ini, akan mengembangkan sebuah handout
dengan langkah-langkah seperti uraian diatas. Peneliti akan menganalisis kurikulum yang
sekarang digunakan dan kemudian menentukan judul handout yang sesuai dengan materi serta
kompetensi dasar yang akan diajarkan. Kemudian peneliti akan membuat isi handout dengan
kalimat yang sederhana dari berbagai sumber yang terbaru dan relevan. Setelah itu peneliti
mengevaluasi dan memperbaiki kekurangan handout.

LEMBAR KERJA SISWA

Lembar Kerja Siswa (LKS), dalam kamus besar Bahasa Indonesia, LKS merupakan
kependekan dari “Lembar Kerja Siswa”, yang mempunyai arti bagian pokok dari modul yang
berisi tujuan umum dari topik-topik yang dibahas (Departemen P & K, 1998:512).

Salah satu bahan ajar yang sudah dikenal dan banyak dipergunakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum oleh lembaga sekolah adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Bagi
guru fungsi LKS adalah untuk menentukan siswa dapat belajar maju sesuai dengan kecepatan
masing-masing dan materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
memenuhi kebutuhan siswa, baik cepat maupun yang lambat membaca dan memahami (Azhar
Arsyad, 2005:38).

Depdiknas (2008:17) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran yang berisikan pedoman
bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram.Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan
pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta memperdalam pemahamannya
terhadap materi yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa LKS merupakan salah satu
sumber belajar yang berbentuk lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan
pembelajaran, petunjuk mengerjakan pertanyan-pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab siswa.
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. LKS berfungsi untuk peran
pendidik dan peran peserta didik, mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang
diberikan dan kaya akan tugas untuk berlatih. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata
pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan peserta didik
secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan
materi tugasnya. (Abdul Majid, 2007:177)

Menurut pengalaman penulis sendiri bahwa di dalam proses pelaksanaan pembelajaran


biasanya Lembar Kerja Siswa (LKS), siswa disuruh menyelesaikan soal-soal di rumah. Tetapi
siswa masih belum menyelesaikan dengan tuntas. Sebaliknya siswa mengerjakannya di sekolah
dan tidak mengerjakan sendiri melainkan mereka mencontek hasil pekerjaan temannya yang
telah siap menjawabnya. Waktu mengerjakannyapun terbatas akhirnya mereka mendapatkan
nilai rendah. Peneliti mencoba melakukan di dalam kelas tentang konsep masyarakat
multicultural tersebut. Proses pelaksanaan mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), guru
mengarahkan tujuan pembelajaran yang diajarkan. Sedangkan guru sebagai fasilitator, motivator
dalam belajar sehingga siswa harus memfokuskan kerjanya. Agar hal ini tidak berlarut maka
diambil kebijakan dalam proses pembelajaran mnggunakan metode LKS. Dengan lembar kerja
siswa dipersiapka bahan pembelajaran dengan menggunakan banyak contoh tentang masyarakat
multikultural baik yang didapat dari media massa, buku pelajaran dan juga dari bahan elektronik.
Melalui konsep masyarakat multicultural tersebut dapat mereka memahami konsepnya.

Penggunaan metode yang tepat belum mendapatkan perhatian khusus baik dari kepala
sekolah maupun dari guru sendiri. Metode yang digunakan tersebut pada dasarnya harus sesuai
dengan pokok bahasan yang sedang dibahas. Pokok bahasan masyarakat multikultural dapat
digunakan semua metode namun konsep yang ditanamkan haruslah tepat. Untuk memberikan
contoh yang banyak maka metode LKS perlu diberikan kepada siswa karena lembar tugas yang
akan dikerjakan tersebut sarat dengan konsepkonsep penting pokok bahasan. Oleh karena itu
LKS berperan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu pelaksanaan dalam proses
pembelajaran, harus dilakukan secara terus menerus, objektif dan sistimatis.
Menurut Darmojo dan Kaligis (1991) (dalam Hetty Russyanti (2004) mengajar dengan
menggunakan LKS dalam proses belajar mengajar memberikan manfaat, antara lain
memudahkan guru dalam mengelola proses belajar mengajar dalam mengubah kondisi belajar
yang semula berpusat pada guru (teacher centred) menjadi berpusat pada siswa (student
centered). Rasa tanggung jawab siswa atas tugas yang diberikan kepadanya akan dikerjakan
dengan sungguh-sungguh. Mereka lebih banyak mencari konsep yang telah mereka pelajari.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode media Lembar Kerja siswa (LKS)
dapat melatih kedisiplinan siswa bertanggung jawab apa yang telah ditugaskan oleh gurunya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta meningkatkan hasil belajar.

Metode Media Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Menurut Sutanto dalam Hetty Rusyanti (2014). Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan
materi ajar dikemas sedemikian rupa agar siswadapat mempelajari materi tersebut secara
mandiri. Dalam penyusunan LKS ada beberapa petunjuk penyelesaian oleh siswa yaitu petunjuk
belajar, informasi pendukung, latihan-latihan, lembar kegiatan. Kesemua petunjuk harus
disiapkan dalam pokok bahasan yang esensial.

Depdiknas (2005) menjelaskan bahwa lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran


yang berisi tugas yang biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan
tugas yang harus dikerjakan siswa dan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru
untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas dalam proses belajar mengajar. Biasanya
petunjuk ini memudahkan guru memberikan pengarahan kepada siswa apa yang harus
dikerjakannya. Berdasarkan petunjuk yang diberikan guru, siswa dapat meneruskan
pekerjaannya.

Dari uraian di atas dapat diseimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa adalah suatu alat
untuk memudahkan guru maupun siswa dalam mengerjakan tugas-tugas suatu pokok bahasan
berisi informasi pendukung, latihan-latihan yang harus dikerjakan oleh siswa dalam suatu konsep
bahasan yang terdapat dalam kurikulum yang disusun guru.

Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS)


Manfaat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) seperti berikut (1) Dapat membantu guru dalam
mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau
dalam kelompok kerja; (2) Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses,
mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya; (3)
Memudahkan guru untuk melihat keberhasilan siswa dalam mencapai sasaran belajar; (4)
Memudahkan guru dalam mengelola proses pembelajaran karena proses pembelajaran yang
biasanya di tangan guru (teacher centred) tetapi sekarang berubah menjadi kegiatan belajar
dipegang oleh siswa (student centre).

Menurut Syarifuddin (1996), manfaat LKS terdiri dari A. Manfaat bagi siswa (1) Lembar
Kerja Siswa (LKS) dipergunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui bahan
pelajaran yang diberikan; (2) Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan usaha perbaikan, dengan
umpan balik yang diperoleh setelah mengerjakan kelemahan– kelemahan bahkan dengan teliti
siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan yang sama yang belum diketahuinya. Dengan
demikian ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan; Lembar Kerja Siswa (LKS) Sebagai
diagnosa materi pelajaran yang sudah dipelajari oleh siswa merupakan pengetahuan,
keterampilan atau sikap.

Manfaat bagi guru (1) Guru dapat mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam penyajian
pokok / sub pokok bahasan melalui LKS yang diberikan oleh guru. Dengan demikian guru dapat
mengambil langkah seperlunya untuk mengatasi siswa yang kurang atau lemah; (2) Dengan
Lembar Kerja Siswa (LKS), guru mengetahui bagaimana, dari bahan buku pelajaran yang belum
menjadi milik siswa;

Menurut Wandhiro (2011: 6) manfaat penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) yaitu (1)
Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran; (2) Mengaktifkan peserta didik dalam
proses belajar mengajar (3) Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi
tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis; (4) Membantu peserta
didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui kegiatan belajar; (5)
Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis; (6) Melatih peserta didik untuk menemukan dan
mengembangkan keterampilan proses, dan (7) Mengaktifkan peserta didik dalam
mengembangkan konsep
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa manfaat media Lembar Kerja Siswa (LKS) baik
untuk siswa maupun guru menyusun rencana pembelajaran, membantu siswa memahami materi,
mengaktifkan dan melatih siswa dalam proses pembelajaran serta mengembangkan ketrampilan
proses.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Lembar kerja Siswa (LKS)

Menurut Alan (2012), Ratna (2013) Lismawati (2010) sebagai berikut: kelebihan lembar
kerja siswa (LKS) yaitu (1) Dapat menjadikan media pembelajaran mandiri bagi siswa; (2)
Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar; (3) Praktis dan harga
terjangkau; (4) Materi lebih ringkas dan sudah mencakup keseluruhan materi; (5) Sebagai
pengganti media lain ketika media audio visual misalnya mengalami hambatan dengan listrik
maka kegiatan pembelajaran dapat diganti dengan media LKS; (6) Tidak menggunakan listrik
sehingga bias digunakan oleh sekolah di pedesaan maupun di perkotaan (7) Aspek kualitas
penyampaian pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi
musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.

Menurut Alan (2012), Ratna (2013) Lismawati (2010) kekurangan lembar Kerja Siswa
yaitu (1) Soal-soal tertuang pada lembar kerja siswa cendrung monoton, bias muncul bagian
berikutnya maupun bab setelah itu; (2) Adanya kekuatiran guru hanya mengandalkan media LKS
tersebut, serta memanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Mislanya siswa disuruh mengerjakan
LKS kermudian guru meninggalkan siswa dan kembali untuk membahasa LKS itu; (3) Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang dikeluarkan penerbit cendrung kurang cocok dengan konsep yang
diajarkan; (4) Media cetak hanya lebih banyak menekankan pada pelajaran yang bersifat
kognetif, jarang menekankan pada emosi dan sikap; (5) Menimbulkan pembelajaran yang
membosankan bagi siswajika tidak dipadukan dengan media yang lain; (7) Sulit memberikan
bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahmi bagian-bagian tertentu.; (8)
Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa
yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam
memahami.

Dari uraian di atas, kelebihan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media mandiri,
mengaktifkan siswa, praktis, kualitas penyampaian dan tidak menggunakan listrik dan dapat
digunakan di mana saja, sedangkan kekurangannya cendrung soalnya monoton, hanya bersifat
kognetif, sulit memberikan bimbingan siswa yang tidak mampu menterjemahkan tugas dan
memerlukan pengetahuan prasyarat.

Anda mungkin juga menyukai