Anda di halaman 1dari 13

REVIEW BUKU

Judul Buku Pengembangan Bahan Ajar


Pengarang/Penulis Benny A. Pribadi
Dewi A. Padmo Putri
Penerbit Universitas Terbuka
Tahun Terbit 2019
No.ISBN 9786023927081 / E-ISBN 9786023927135
Profil Penulis Benny A. Pribadi lahir di Jakarta pada 9 Mei 1961, lulus SDN Baluel 1
Jakarta Timur (1973), lulus SMPN III Jakarta (1976), dan lulus SMAN
21 Jakarta (1980).
Dewi A. Padmo Putri, M.A., Ph.D. Perjalanan karir di UT dimulai
tahun 1987 sebagai dosen FKIP-UT hingga saat ini. Gelar Master of
Arts diperoleh tahun 1991 dalam bidang Educational technology dari
Concordia University-Canada. Pada tahun 1991-1998 bertugas sebagai
Kepala Pusat Produksi Multimedia UT . Tahun 2005 ditugaskan sebagai
Ketua Lembaga Penelitian UT. Selanjutnya pada tahun 2005-2008
menjabat sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Bahan Ajar, Ujian,
dan Sistem Informasi-UT Tahun 2012 memperoleh gelar Ph.D. dari
Florida State University USA. Pada tahun 2012-2014 ditugaskan
sebagai Ketua LPPM. Kemudian tahun 2014-2018 bertugas sebagai
pembantu Rektor II Universitas Terbuka.
Materi yang sesuai dengan materi di RPS terdapat pada :
BAB -
Halaman Pengertian Bahan Ajar Hal 1,3,4
Karakteristik/Indikator Hal, 11-14
Isi BAB PENGERTIAN BAHAN AJAR
Bahan ajar secara umum merupakan sesuatu yang memuat informasi
dan pengetahuan yang dapat dipelajari oleh penggunanya. Dalam
aktivitas pembelajaran, bahan ajar berperan sebagai medium yang
menjadi perantara proses penyampaian pengetahuan dan keterampilan
dari narasumber kepada orang yang belajar.
Penggunaan bahan ajar dalam proses belajar akan dapat
meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik. Bahan ajar yang
dirancang secara sistematik dan menyeluruh tentunya akan
meningkatkan minat belajar peserta didik dan sekaligus dapat
memfasilitasi berlangsungnya proses balajar pada diri peserta didik.
Belajar merupakan sebuah proses internalisasi pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan oleh seseorang. Pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari tersebut pada umumnya disampaikan
dengan menggunakan bahan ajar. Dalam konteks ini bahan ajar dapat
dimaknai sebagai sesuatu yang berisi informasi dan pengetahuan yang
dapat dipelajari oleh peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan. Dalam aktivitas pembelajaran, bahan ajar
berperan sebagai medium yang menjadi perantara proses penyampaian
pengetahuan dan keterampilan dari narasumber kepada orang yang
belajar atau learner. (Smaldino, dkk., 2017: hlm.16 ). Hal ini dapat
dilihat dalam gambar berikut.

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa bahan ajar pada dasarnya


memiliki kaitan erat dengan media pembelajaran. Pandangan ini tidak
salah karena keduanya merupakan sarana yang dapat digunakan untuk
melakukan proses belajar. Sejumlah ahli berpandangan bahwa bahan
ajar adalah media yang memuat informasi dan pengetahuan yang dapat
dipelajari oleh orang yang belajar atau learner.
Bahan ajar kerap digunakan sebagai media untuk menyampaikan isi
atau materi pelajaran dari narasumber kepada orang yang belajar.
Bahan ajar pada dasarnya adalah sesuatu yang memuat informasi dan
pengetahuan yang dapat dipelajari oleh penggunanya. Menurut
Remillard dan Heck (2014) bahan ajar dapat diartikan sebagai:
“...human and non-human materials, and facilities that can be used to
ease, encourage, improved and promote teaching and learning
activities...instructional materials are defined as resources that organize
and support instruction, such as text books, task, and supplementary
resources.” Bahan ajar dapat berupa benda atau orang yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar.
Penggunaan bahan ajar, seperti buku teks, tugas belajar, dan bahan
pendukung lainnya akan dapat memudahkan, memotivasi, memperbaiki,
dan meningkatkan aktivitas belajar dan pembelajaran.

INDIKATOR BAHAN AJAR EFEKTIF


Pemanfaatan bahan ajar, apa pun bentuknya harus mampu
memfasilitasi berlangsungnya proses belajar dalam diri peserta didik.
Dengan kata lain, bahan ajar yang digunakan dalam aktivitas
pembelajaran harus merupakan bahan ajar yang efektif dan efisien.
Heinich dan kawan-kawan (2005) mengemukakan empat indikator yang
dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi
penggunaan bahan ajar, yaitu:
1) Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2) Mampu memotivasi peserta didik untuk melakukan proses
belajar secara
berkesinambungan.
3) Mampu meningkatkan daya ingat atau retensi peserta didik
terhadap isi
atau materi yang telah dipelajari.
4) Mampu membuat peserta didik berperan aktif dalam
mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari

1. Meningkatkan Hasil Belajar atau Kompetensi


Bahan ajar, cetak dan non-cetak, yang sengaja dirancang dan
dikembangkan untuk mendukung sebuah aktivitas pembelajaran
perlu diselaraskan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang akan dicapai oleh peserta didik. Bahan ajar yang digunakan
perlu dirancang agar memuat isi atau materi yang akurat dan
dapat disampaikan secara sistematik. Bahan ajar yang digunakan
harus dapat membuat peserta didik memiliki kemampuan
spesifik setelah mempelajari isinya. Peserta didik akan memiliki
kemampuan baru yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif,
dan aspek psikomotor.
2. Meningkatkan Motivasi Belajar
Bahan ajar yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran harus
memuat ilustrasi gambar yang dapat mendukung penguasaan
kompetensi atau kemampuan yang sedang dipelajari oleh peserta
didik. Penggunaan gambar, grafik dan chart, serta tabel dalam
sebuah bahan ajar akan memudahkan peserta didik dalam
memahami isi atau materi pelajaran yang termuat di dalam
sebuah bahan ajar.
3. Meningkatkan Daya Ingat atau Retensi
Bahan ajar yang dirancang dengan memadukan unsur substansi
atau isi materi pelajaran dengan tata letak dan penggunaan
ilustrasi gambar yang tepat, biasanya akan dapat meningkatkan
daya ingat peserta didik terhadap isi atau materi yang sedang
dipelajari. Peserta didik akan termotivasi untuk melakukan
proses belajar apabila isi atau materi yang terdapat dalam bahan
ajar disusun secara sistematik dan dilengkapi dengan gambar-
gambar atau unsur visual yang menarik.
4. Menerapkan Pengetahuan dan Keterampilan yang Telah
Dipelajari
Bahan ajar yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran harus
dapat omembuat peserta didik mampu mengaplikasikan atau
menerapkan konsep-konsep dan keterampilan yang dipelajari
dalam situasi yang nyata. Bahan ajar, apa pun ragamnya perlu
dirancang dan dikembangkan secara cermat
sehingga dapat membuat penggunanya mampu menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari.

 Pengertian job sheet


Lembaran Kerja (job-sheet) adalah lembar pekerjaan yang
memiliki gambar kerja sebagai materi yang akan dipraktekkan
dan dibarengi langkah-langkah kerja operasional serta dilengkapi
lembar evaluasi hasil praktek siswa.
Job sheet yang disebut pula lembaran kerja adalah suatu media
pendidikan yang dicetak membantu instruktur dalam pengajaran
keterampilan, terutama di dalam laboratorium (work shop), yang
berisi pengarahan dan gambar-gambar tentang bagaimana cara
untuk membuat atau menyelesaikan sesuatu job atau pekerjaan
(Team MPT TTUC Bandung, 1985).
Jadi, job sheet adalah pedoman tertulis yang dibuat oleh
instruktur untuk dipedomani oleh siswa dalam melaksanakan
praktork (praktek work) di workshop. Job sheet berisi petunjuk-
petunjuk bagaimana mempersiapkan, melaksanakan, dan
mengakhiri praktek. Petunjuk-petunjuk yang dimaksud antara
lain:
 Tujuan praktek yang akan dicapai,
 Bahan dan alat yang diperlukan,
 Langkah-langkah melaksanakan pekerjaan,
 Langkah-langkah menjaga keselamatan kerja,
 Waktu yang di alokasikan untuk menyesuaikan
pekerjaan, dan
 Bagaimana hasil kerja yang akan dinilai.

 Fungsi job sheet


Job sheet berfungsi sebagai pedoman; pelaksanaan kegiatan
pembelajaran praktek di laboratorium, dan lembaran kerja juga
dilengkapi dengan lembar evaluasi hasil kerja siswa.
Edy Supriadi dkk (1997) mengatakan fungsi Lembaran Kerja
sebagai berikut:
a) Pedoman bagi guru untuk mengarahkan semua
aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
b) Pedoman bagi siswa dalam proses pembelajaran praktek,
dan
c) Sebagai alat evaluasi pencapaian/ penguasaan hasil
latihan.
 Pembuatan job sheet
Jobsheet ini dibuat secara sederhana, ringkas tapi dapat
mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan praktik tersebut.
Sehingga siswa dalam melaksanakan praktek tersebut dapat
tercapai secara maksimal, tanpa harus selalu sering bertanya
kepada guru pembimbing praktik. Karena dengan jobsheet
tersebut itu sudah mencakup semua apa yang harus dilakukan
oleh siswa dalam melaksanakan praktik. Jobsheet ini sederhana,
teliti dan sudah mencakup semua aspek dalam kegiatan praktik
tersebut.
Didalam pembuatan lembaran kerja (Job-sheet), baiknya:
a) Ditulis dengan bahasa yang baku, jelas, sederhana,
komunikatif dan mudah dipahami oleh siswa,
b) Menggunakan notasi-notasi dan istilah-istilah yang lazim
dan banyak digunakan dilingkungan sekolah/dunia kerja.
Untuk mudah memahami lembaran kerja dilengkapi
dengan ilustrasi gambar, secara visual memberikan
gambaran nyata tentang substansi yang dipraktek-kan,
c) Komponen jobsheet sesuai dengan aturan pembuatan job
sheet,Materi dalam jobsheet disesuaikan dengan RPP,
d) Dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan siswa, dan
e) Materi bersifat prosedural dan prinsip pengetahuan yang
bersifat fakta.
Selanjutnya, dalam pembuatan job sheet ini harus
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
a) Dimulai dari pekerjaan yang sederhana sampai kepada
yang sukar,
b) Pekerjaan dimulai dari yang menarik perhatian peserta
didik. Tapi tetap berpegang pada langkah-langkah kerja
praktikum,
c) Langkah dari pekerjaan tersebut,
d) Ruang lingkup persoalan ditekankan pada keterampilan,
dan
e) Pekerjaan yang akan sering dilakukan peserta didik, lebih
baik diajarkan terlebih dahulu. Karena peserta didik
memerlukan kesempatan latihan secara keseluruhan dari
suatu pekerjaan secara efisien. Karena selama proses
pembelajaran berlangsung, aktifitas lebih banyak
dilakukan oleh siswa sedangkan guru sebagai fasilitator
dan pembimbing.

Pengembangan bahan ajar berupa jobsheet ini juga


menggunakan langkah penelitian dan pengembangan dari Borg
and Gall, dengan hasil:

 Uji kelayakan.
Uji kelayakan dilakukan 2 tahap yaitu validasi ahli dan validasi
siswa, dengan hasil 2 orang validator ahli media, 2 orang
validator ahli materi, (validasi siswa dengan hasil 90% termasuk
kedalam kreteria sangat valid). Karena jika hasilnya sudah valid,
maka jobsheet dapat dikatakan sudah layak untuk digunakan.
Berdasarkan analisis data terhadap masing-masing validator
terhadap butir kriteria skor  penilaian Job Sheet, maka persentase
untuk tiap-tiap butir kriteria penilaian tersebut, yaitu :
a) Kejelasan tujuan pembelajaran. Termasuk Kemudahan
memahami materi bahan ajar,
b) Kejelasan isi/ materi,
c) Kejelasan instruksi umum,
d) Kesesuaian perlengkapan alat dan bahan,
e) Kesesuaian tindak pencegahan,
f) Ketepatan langkah-langkah kerja,
g) Kejelasan gambar kerja. Termasuk tingkat kemenarikan
gambar/ ilustrasi text,
h) Kesesuaian pertanyaan awal dan pertanyaan akhir,
i) Ketepatan petunjuk kepustakaan,
j) Kesesuaian dan ketepatan format evaluasi. Termasuk
Tingkat kesulitan soal-soal evaluasi, dan
k) Kejelasan/ ketepatan penggunaan bahasa.

 Uji keefektifan.
Dilakukan dengan membandingkan nilai hasil belajar siswa kelas
eksperimen dengan kelas control. Jika nilai kelas eksperimen
lebih tinggi secara signifikan dari kelas kontrol maka jobsheet
dikatakan efektif.  Hasil uji keefektifan yaitu hasil nilai rata-rata
kelas eksperimen lebihtinggi dibandingkan kelas control. Maka
jika demikian, dapat kita simpulkan jobsheet tersebut efektif
untuk digunakan sebagai salahsatu sumber belajar
Menurut Canci dan Rasyid (1985) suatu job sheet yang lengkap
mempunyai hal-hal sebagai berikut:
a) Layout dan nomor kode.
b) Tujuan (objective) dari pekerjaan yang akan dibuat.
c) Table alat dan bahan yang akan digunakan.
d) Langkah kerja untuk menyelesaikan pekerjaan.
e) Keselamatan kerja (safety) yang harus diperhatikan
dalam bekerja.
f) Evaluasi terhadap hasil belajar.
Contoh job sheet berdasarkan komponen-komponen yang
dikemukakan Canci:
shet https://www.academia.edu/9384544/Jobsheet
A. Definisi modul
 Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar
pesertadidik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbinganguru (depdiknas)
 Depdiknas (2008:20) menyatakan bahwa modul
adalahseperangkat bahan ajar yang disajikan secara
sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau
tanpa seorang fasilitator/guru.
 Vembriarto (1985: 47) menyatakan bahwa modul adalah satu
unit program belajar-mengajar yang terkecil yang secara
terperinci menegaskan tujuan, topik, pokok-pokok materi,
peranan guru, alat-alat dan sumber belajar, kegiatan belajar,
lembar kerja, dan program evaluasi.
 Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa modul merupakan sebuah bahan ajar yang digunakan
secara mandiri, berisi tujuan, materi, metode, evaluasi serta
dikemas secara sistematis, menarik dan terperinci.
o Mandiri
o Bantuan minimal dari guru
o Mengukur sendiri tingkat penguasaan materinya
o Lengkap
o Memungkinkan peserta didik untuk belajr dengan
lebih cepat
B. fungsi tujuan dan kegunaan modul
 A. Fungsi modul
 Bahan ajar mandiri
 Pengganti fungsi pendidik
 Sebagia alat evaluasi (mengukur kemampuan diri
sendiri)
 Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik
 B. tujuan pembuatan modul
 Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar
tidak terlalu bersifat verbal.
 Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera,
baik siswa maupun guru.
 Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti:
 a) Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa;
 b) Mengembangkan kemampuan siswa dalam
berinteraksi langsung
 dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya;
 c) Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai
kemampuan dan minatnya;
 d) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau
mengevaluasi sendiri hasil belajarnya
 Selain itu modul juga dapat bertujuan untuk
 Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter
dalam proses pembelajaran
 Melatih kejujuran peserta didik
 Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar
peserta didik
 C. Kegunaan modul
 Penyedia informasi dasar
 Bahan instruksi atau petunjuk bagi peserta didik
 Sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan
foto yang menarik
 Menjadi petunjuka mengajar yang efektif bagi
pendidik
 Bahan berlatih bagi peserta didik dalam
melakukan penilaian sendiri
C. karakteristik dan jenis modul
 A. Karakteristik modul menurut Vembriarto
 Merupakan unit atau paket pembelajaran terkecil dan
terlengkap.
 Memuat rangkaian kegiatan belajar yang
direncanakan dan sistematis.
 Memuat tujuan belajar (standar kompetensi dan
kompetensi dasar) yang dirumuskan secara eksplisit
dan spesifik.
 Memungkinkan bagi siswa belajar secara mandiri
(independent).
 Merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual.
 Self instructional dapat diartikan bahwa melalui modul
tersebutsiswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain.
 Self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari
satukompetensi atau subkompetensi yang dipelajari
terdapat di dalamsatu modul secara utuh (mendukung
pembelajaran tuntas).
 Stand alone atau berdiri sendiri yaitu modul yang
dikembangkantidak tergantung pada bahan ajar lain.
 Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan
adapatif jika modul tersebut dapat menyesuaikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
fleksibel digunakan diberbagai tempat. Modul yang
adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dan perangkat
lunaknya dapat digunakan sampai dengan kurun waktu
tertentu.
 Modul hendaknya juga memenuhi kaidah ‘user friendly’
atau bersahabat/akrab dengan pemakainya.
 B. jenis modul
 Menurut penggunanya : modul peserta didik dan modul
pendidik
 Menurut tujuan penyusunya :
 1. modul inti : modul yang disusun dari kurikulum dasar,
yang merupakan tuntutan dari pendidikan dasar pada
umum yang diperlukan oleh seluruh warga negara
Indonesia
 2. modul pengayaan : modul hasil dari penyusunan unit-
unit
program pengayaan yang berasal dari program
pengayaan yang bersifat memperluas atau memperdalam
pendidikan dasar yang bersifat imim tersebut
D. Unsur-unsur modul
 Menurut depdiknas
(a) Judul, (b) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru),
(c) Kompetensi yang akan dicapai, (d) Content atau
isi materi, (e) Informasi pendukung, (f) Latihan-
latihan, (g) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar
Kerja (LK), (h) Evaluasi dan (h) Balikan terhadap
hasil evaluasi.
 Menurut Vembriarto
1) Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan
spesifik: lembar kegiatan peserta didik
(petunjukan penggunaan siswa), petunjuk bagi
pendidik
2) Petunjuk untuk pendidik : petuntuk tentang proses
pembelajaran dengan modul agar efisien, waktu
penyelesaian modul, macam-macam kegiatan, alat
pelajaran dan sumber belajar, prosedur evaluasi,
jenis alat evaluasi
3) Lembaran kegiatan peserta didik : memuat materi,
kegiatan-kegiatan (pengamatan, percobaan dll),
bertujuan untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan modul
4) Lembaran kerja bagi siswa : pertanyaan, masalah,

untuk dijawab siswa, lembaran kerja untuk


menjawab pertanyaan dan masalah
5) Kunci lembarana kerja siswa : sebagai evaluasi,
cek kemampuan diri, melihat kekeliruan, pendidik
dapat membarikan umpan balik sesegera mungkin
6) Lembaran evaluasi : digunakan sebagai evaluasi
yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta
didik, kunci jawaban hanya pada pendidik saja
7) Kunci lembaran evaluasi : tes, jawaban tes,
dimiliki oleh penulis/pendidik
E. Langkah-langkah penyusunan modul
 Analisis SK dan KD
Analisis dimaksudkan untuk menentukan materi-
materi mana yang memerlukan bahan ajar. Dalam
menentukan materi dianalisis dengan cara melihat
inti dari materi yang akan diajarkan, kemudian
kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa dan hasil
belajar kritis yang harus dimiliki oleh siswa (critical
learning outcomes) itu seperti apa.
 Menentukan judul-judul modul
Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi
pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Satu
kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul apabila
kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya
kompetensi dapat dideteksi antara lain dengan cara
apabila diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan
maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat
dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila
diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan
kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul
modul.
 Pemberian kode modul
Kode modul sangat diperlukan guna memudahkan
dalam pengelolaan modul. Biasanya kode modul
merupakan angka-angka yang diberi makna, misalnya
digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS. (3) :
Bahasa. Kemudian digit kedua merupakan
klasifikasi/kelompok utama kajian atau aktivitas atau
spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya
jurusan IPA, nomor 1 digit kedua berarti Fisika, 2 Kimia,

3 Biologi dan seterusnya.


 Penulisan Modul
A. Perumusan KD yang harus dikuasai
B. Menentukan alat evaluasi/penilaian
C. Penyusunan Materi
D. Urutan pembelajaran
E. Struktur bahan ajar/modul
Judul, Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru),
Kompetensi yang akan dicapai, Informasi pendukung,
Latihan-latihan, Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar
Kerja (LK), Evaluasi/Penilaian.
https://irnien.files.wordpress.com/2016/04/modul.pdf

Anda mungkin juga menyukai