Anda di halaman 1dari 15

KURIKULUM BERPUSAT PADA BAHAN AJAR

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas


Pada Materi Kuliah Desain Dan Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Dr.Ahsan Hasbullah, M.Pd.

Disusun Oleh:
RIO AMAR PRIYAMBUDI
NIM : 224120500045

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum
adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku siswa
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Sagala
(20013:230) kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih
mengembangkan pikiran, menambah wawasan, serta mengembangkan pengetahuan
yang dimilikinya.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sifatnya berkesinambungan dan
di desain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi jurang yang memisahkan antara
jenjang pendidikan dasar dengan jenjang pendidikan selanjutnya. Pengembangan
kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan
dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara nasional.
Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum,
artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum –
dalam hal ini kebijakan memberlakukan kurikulum 2013. Untuk
mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan
ajar pokok ataupun suplementer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahan ajar?
2. Apa saja jenis-jenis bahan ajar?
3. Apa saja kriteria pada bahan ajar?
4. Bagaimana langkah-langkah pengembangan bahan ajar dalam kurikulum?
5. Apa fungsi bahan ajar dalam kurikulum?
6. Apa Tujuan dan Manfaat Bahan Ajar?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar itu sangat unik dan spesifik. Unik, artinya bahan ajar tersebut hanya
dapat digunakan untuk audiens tertentu dalam suatu proses pembelajaran tertentu.
Spesifik artinya isi bahan ajar tersebut dirancang sedemikian rupa hanya untuk
mencapai tujuan tertentu dari audiens tertentu. Sistematika cara penyampaiannya pun
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa yang
menggunakannya. Menurut National Centre for Competency Based Training (2007),
pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang
dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli
lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu lingkungan atau
suasana yang memungkinkan siswa belajar.
Menurut Panen (2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-
bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran (Andi,2011:16). Pengertian ini menjelaskan
bahwa suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional
karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses
pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari
kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan
rinciannya (Ruhimat, 2011:152).
Melihat penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru dalam
merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses
belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan
sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku.
Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada
siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah ditentukan sebelumnya.

2
B. Jenis – Jenis Bahan Ajar
Menurut Mulyasa (2006),bentuk-bentuk bahan ajar atau materi
pembelajaran,antara lain:
1. Bentuk bahan ajar tercetak, Contoh: hand out, buku, modul, brosur, dan leaflet.
a. Hand out adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
b. Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah
pikiran dari pengarangnya.
c. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa dengan bimbingan guru.
d. Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa
halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi
keterangan singkat tetapi lengkap.
e. Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit.
2. Bentuk bahan ajar non cetak antara lain ;
a. Audio Visual, Contoh: video/film,Video Compact Disc (VCD)
b. Audio, Contoh: radio, kaset, Compact Disc (CD) audio, piringan hitam
c. Visual, Contoh: foto, gambar, model/maket.
d. Multi Media, Contoh: CD interaktif, Computer Based, Internet3
3. Bentuk bahan ajar yang berbentuk fasilitas, Contoh: perpustakaan, ruang belajar,
studio, lapangan olah raga.
4. Bentuk bahan ajar berupa kegiatan, Contoh: wawancara, kerja kelompok,
observai, simulasi, permainan
5. Bentuk bahan ajar berupa lingkungan masyarakat, Contoh: Teman, terminal
pasar, toko, pabrik, museum.

Jenis bahan ajar dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan. Menurut


Koesnandar (2008), jenis bahan ajar berdasarkan subjeknya terdiri dari dua jenis
antara lain: (a) bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar, seperti buku,

3
handouts, LKS dan modul; (b) bahan ajar yang tidak dirancang namun dapat
dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film, iklan atau berita.
Koesnandar juga menyatakan bahwa jika ditinjau dari fungsinya, maka bahan ajar
yang dirancang terdiri atas tiga kelompok yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan
bahan belajar mandiri.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Atas (2008: 11) mengelompokkan bahan ajar menjadi empat kategori, yaitu:
1. bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kegiatan
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan model/maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, dan film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran
interaktif dan bahan ajar berbasis web (web based learning material)

C. Kriteria Bahan Ajar


Tujuan evaluasi kuriulum berbeda-beda tergantuung dari konsep atau pengertian
seseorang tentang evaluasi. Konsep seseorang tentang evaluasi dipengaruhi oleh
pandangan filosofis seseorang tentang posisi evaluasi sebagai suatu bidang kajian dan
sebagai profesi. Terkadang tujuan tersebut tecantum dalam definisi yang
dikemukakan tapi terkadang juga tidak. Secara mendasar tujuan suatu pekerjaan
evaluasi kurikulum, dan evaluasi lainnya, bersifat praktis. Tujuan tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Bahan ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang mudah
dipahami siswa. Bahan ajar yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan
kemampuannya harus memiliki karakteristik yang relevan dengan kebutuhan siswa.
Menurut Arsyad (2012: 91) buku ajar harus memiliki beberapa kriteria sebagai
berikut: bahan ajar harus relevan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, bahan ajar
harus berguna bagi siswa dan baik bagi perkembangannya. Bahan ajar itu harus

4
menarik dan merangsang aktivitas siswa sehingga harus disusun secara sistematis,
bertahap, dan berjenjang. Dalam bahan ajar harus disiapkan latihan-latihan yang
sesuai kebutuhan siswa. Bahan ajar yang disampaikan kepada siswa harus
menyeluruh, lengkap dan utuh. Sediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar
sesuai dengan kemampuan mereka.
Sedangkan menurut Furqon (2009) bahan ajar yang baik harus memenuhi kriteria
sebagai berikut: substansi yang dibahas harus mencakup sosok tubuh dari kompetensi
atau subkompetensi yang relevan dengan profil sesuai kemampuan tamatan, sehingga
substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual, meliputi konsep fakta,
prosedur, istilah dan notasi serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan
kompetensi. Kesimpulan bahwa sistematika bahan ajar harus jelas, lengkap, runtut
dan mudah dipahami.
Penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran harus memerhatikan beberapa
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan (Depdiknas, 2010:27 )
1) Prinsip Relevansi
Materi pembelajaran hendaknya relevan atau terdapat kaitan antara materi
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya dalam
menyajikan konsep, definisi, prinsip, prosedur, contoh, dan pelatihan harus
berkaitan dengan kebutuhan materi pokok yang terkandung dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga siswa dapat dengan mudah
mengidentifikasi dan mengenali gagasan, menjelaskan ciri suatu konsep, dan
memahami prosedur dalam mencapai suatu sasaran tertentu.
2) Prinsip Konsistensi
Sebuah bahan ajar harus mampu menjadi solusi dalam pencapaian kompetensi.
Dalam penyusunan bahan ajar yang harus diperhatikan adalah indikator yang
harus dicapai dalam kompetensi dasar. Apabila terdapat dua indikator maka
bahan yang digunakan harus meliputi dua indikator tersebut.
3) Prinsip Kecukupan

5
Prinsip kecukupan artinya, materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasasi kompetensi yang diajarkan. Materi tidak
boleh terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Apabila materi yang diberikan
terlalu sedikit, maka siswa akan kurang dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Apabila materi yang diberikan terlalu banyak, maka siswa akan merasa bosan
dan pembelajaran membutuhkan waktu yang banyak. Padahal yang dibutuhkan
dalam pembelajaran adalah materi yang sesuai dengan kompetensi dasar baik
dalam segi isi maupun banyaknya materi.

D. Pengembangan Bahan Ajar


Seels & Richey (dalam Gatot, 2008) menyatakan bahwa pengembangan adalah
proses menerjemahkan spesifikasi produk ke dalam bentuk fisik. Gatot (2008)
menyatakan bahwa “pengembangan dapat dimaknai sebagai tindakan menyediakan
sesuatu dari tidak tersedia menjadi tersedia atau melakukan perbaikan-perbaikan dari
sesuatu yang tersedia menjadi lebih sesuai, lebih tepatguna dan lebih berdayaguna”.
Hasil simpulan di atas sesuai dengan pendapat Banathy tentang pengembangan
bahan ajar. Banathy (dalam Gatot, 2008) menyatakan bahwa pengembangan bahan
ajar adalah suatu proses yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan,
dan mengevaluasi isi dan strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan lebih efisien.
Pengembangan bahan ajar merupakan wujud pengembangan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu yang diadaptasi dari teori-
teori pembelajaran (Syahid, 2003). Lebih lanjut, Syahid menjelaskan bahwa
pengembangan bahan ajar ini bukan hanya didasarkan atas kepentingan pengembang,
melainkan merupakan altematif pemecahan masalah pembelajaran. Mahasiswa bukan
hanya berinteraksi dengan dosen, melainkan juga dapat berinteraksi dengan sumber
belajar yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Pengembangan bahan ajar ini memiliki tujuan. Gatot (2008) menyampaikan
tujuan di atas melalui kutipan berikut.

6
Pengembangan bahan ajar memiliki tujuan terencana, yaitu (1) mempersiapkan
kegiatan pembelajaran dalam berbagai situasi supaya dapat berlangsung secara
optimal, (2) meningkatkan motivasi pengajar untuk mengelola kegiatan belajar
mengajar, dan (3) mempersiapkan kegiatan belajar mengajar dengan mengisi bahan-
bahan yang selalu baru, ditampilkan dengan cara baru dan dilaksanakan dengan
strategi pembelajaran yang baru pula.
Mbulu (2004:6) menyatakan ada empat tujuan, yaitu (1) diperolehnya bahan ajar
yang sesuai dengan tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran,
(2) tersusunnya bahan ajar sesuai struktur isi mata pelajaran dengan karakteristiknya
masing-masing, (3) tersintesiskan dan terurutkannya topik-topik mata pelajaran
secara sistematis dan logis, dan (4) terbukanya peluang pengembangan bahan ajar
secara kontinu mengacu pada perkembangan IPTEK. Kemendiknas (2007)
merumuskan tiga tujuan, yaitu (1) memperjelas dan mempermudah penyajian pesan
agar tidak terlalu bersifat verbal, (2) mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya
indera, baik peserta didik maupun pengajar, dan (3) dapat digunakan secara tepat dan
bervariasi.
Pengembangan bahan ajar harus didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu agar
tujuan di atas dapat diwujudkan. Olivia (dalam Mbulu, 2004:7) memberikan sepuluh
prinsip pengembangan bahan ajar, yaitu (1) perubahan kurikulum diminta dan
diperlukan sekali, (2) kurikulum adalah produk zamannya, (3) perubahan kurikulum
pada masa yang lebih akhir selalu berkaitan dengan tumpang tindih dengan
perubahan kurikulum sebelumnya, perubahan kurikulum salah satu akibat dari
perubahan masyarakat, (5) pengembangan kurikulum didasarkan pada suatu proses
pembuatan pilihan dari sejumlah alternatif, (7) pengembangan kurikulum tidak
pernah berakhir, (8) pengembangan kurikulum lebih efektif ketika dilakukan secara
komprehensif, tidak sebagai proses bagian per bagian, (9) pengembangan kurikulum
lebih efektif ketika dilakukan dengan mengikuti suatu proses sistematik, dan (10)
pengembangan kurikulum dimulai dari kurikulum itu sendiri.
Mbulu (2004:8) sendiri memberikan tujuh prinsip pengembangan bahan ajar,
yaitu (1) bertahap, artinya dilaksanakan mulai dari kelompok dan jenis mata pelajaran

7
sampai dengan menetapkan isi dari setiap mata pelajaran, (2) menyeluruh, artinya
dilaksanakan dengan memandang isi setiap pelajaran secara menyeluruh tidak bagian
per bagian, (3) sistematik, artinya dilaksanakan dengan memandang isi mata
pelajaran sebagai kesatuan utuh dan melalui proses yang berulang-ulang, (4) luwes,
artinya dapat menerima hal-hal baru yang belum tercakup dalam isi mata pelajaran
pada saat pengimplementasiannya, (5) validitas keilmuan, artinya bahan ajar
didasarkan pada tingkat validitas dari topik yang ditata urutannya dan dijabarkan
keterhubungannya harus benar-benar dapat dipercaya, (6) berorientasi pada pebelajar,
artinya harus sesuai dengan karakteristik pebelajar dan memperhatikan kebutuhan
serta perhatian/minat pebelajar, dan (7) berkesinambungan, artinya pengembangan
bahan ajar merupakan proses yang tidak berhenti sekali jalan, tetapi merupakan
proses yang menghubungkan setiap kegiatan pengembangan, yaitu merancang,
mengevaluasi, dan memanfaatkan.
Dengan merujuk UNESCO, Kemendiknas (2007) merumuskan syarat bahan ajar
yang baik. Syarat-syarat bahan ajar atau buku teks yang berkualitas diuraikan melalui
kutipan berikut. Syarat-syarat bahan ajar atau buku teks yang berkualitas adalah (1)
bahan ajar memiliki peran penting untuk mewujudkan pendidikan yang merata dan
berkualitas tinggi, (2) bahan ajar merupakan produk dari proses yang lebih besar dari
pengembangan kurikulum, (3) isi bahan ajar memasukkan prinsip-prinsip hak asasi
manusia, mengintegrasikan proses pedagogis yang mengajarkan secara damai
terhadap penyelesaian konflik, kesetaraan gender, nondiskriminasi, praktik-praktik
dan sikap-sikap lain yang selaras dengan kebutuhan untuk belajar hidup bersama, (4)
bahan ajar memfasilitasi pembelajaran untuk mendapatkan hasil-hasil spesifik yang
dapat diukur dengan memperhatikan berbagai perspektif, gaya pembelajaran, dan
modalitas berbeda (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), (5) memperhitungkan
level konseptual, lingkungan linguistik, latar belakang dan kebutuhan pebelajar di
dalam membentuk isi dan mendesain model pembelajaran, (6) bahan ajar
memfasilitasi pembelajaran yang dapat mendorong partisipasi dan pengalaman secara
merata dan setara oleh semua pebelajar yang terlibat dalam proses pembelajaran, dan

8
(7) bahan ajar dapat dijangkau dari sisi biaya, memiliki daya tahan lama, dan dapat
diakses oleh semua pebelajar.
Syarat penyusunan bahan ajar juga disampaikan Tjipto Utomo dan Kees Ruijter
(dalam Mbulu, 2004:88). Syarat-syarat tersebut adalah (1) memberikan orientasi
terhadap teori, penalaran teori, dan cara-cara penerapan teori dalam praktik, (2)
memberikan latihan terhadap pemakaian teori dan aplikasinya, (3) memberikan
umpan balik tentang kebenaran latihan itu, (4) menyesuaikan informasi dan tugas
sesuai tingkat awal masing-masing peserta didik, (5) membangkitkan minat peserta
didik, (6) menjelaskan sasaran belajar kepada peserta didik, (7) meningkatkan
motivasi peserta didik, dan (8) menunjukkan sumber informasi yang lain.
Gatot (2008) juga menambahkan bahwa “bahan ajar yang baik harus dapat
memenuhi tuntutan kurikulum yang berisi kompetensi-kompetensi yang ditentukan”.
Materi-materi ajar terarah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kompetensi-kompetensi
yang diberikan sesuai dengan kurikulum.

E. Fungsi Bahan Ajar


Prastowo (2012:24-26) mengemukakan beberapa fungsi pembuatan bahan ajar
sebagai berikut:
1. Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar yaitu;
a. Fungsi bahan ajar bagi pendidik antara lain menghemat waktu pendidik dalam
mengajar, mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang
fasilitator, meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien,
sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang
semestinya diajarkan pada peserta didik.
b. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain peserta didik dapat belajar
tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain, peserta didik dapat
belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki, peserta didik dapat belajar
sesuai kecepatannya masing-masing, peserta didik dapat belajar menurut urutan
yang dipilihnya sendiri, membantu potensi peserta didik untuk menjadi

9
pelajar/mahasiswa yang mandiri, sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai
2. Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan yaitu:
a. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal antara lain sebagai satusatunya
sumber informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran dan
sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
b. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual antara lain sebagai media
utama dalam proses pembelajaran, sebagai alat yang digunakan untuk
menyusun dan mengawasi proses peserta didik dalam memperoleh informasi,
serta sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.
c. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok antara lain sebagai bahan
yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok dan sebagai bahan
pendukung bahan belajar utama

F. Tujuan dan Manfaat Pembuatan Bahan Ajar


Prastowo (2012:26-27) menjelaskan beberapa tujuan pembuatan bahan ajar
sebagai berikut:
1. Membantu peserta didik dalam mempelajari sesuatu.
2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar sehingga mencegah timbulnya rasa
bosan pada peserta didik.
3. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.
4. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

Manfaat pembuatan bahan ajar. Prastowo (2012:27-28) mengemukakan beberapa


manfaat pembuatan bahan ajar sebagai berikut:
1. Manfaat bagi pendidik, antara lain
a. Membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka
kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat.

10
c. Menambah penghasilan bagi pendidik jika hasil karyanya diterbitkan.
2. Manfaat bagi peserta didik, antara lain:
a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
b. Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara
mandiri dengan bimbingan pendidik.
c. Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi
yang harus dikuasainya.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kurikulum berpusat pada bahan ajar ini mencakup aspek-aspek Bahan
ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang mudah dipahami siswa.
Bahan ajar yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuannya harus
memiliki karakteristik yang relevan dengan kebutuhan siswa. Selain itu, bahan ajar
harus berguna bagi siswa dan baik bagi perkembangannya. Bahan ajar itu harus
menarik dan merangsang aktivitas siswa sehingga harus disusun secara sistematis,
bertahap, dan berjenjang.
Dalam bahan ajar harus disiapkan latihan-latihan yang sesuai kebutuhan
siswa. Bahan ajar yang disampaikan kepada siswa harus menyeluruh, lengkap dan
utuh. Sediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan
mereka

12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kurikulum 2013.


Majid. A. 2013. Perencanaan dan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, H.E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:
Diva Press.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group

13

Anda mungkin juga menyukai