Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1 Penilaian Bahan Ajar


2.1.1 Pengertian Penilaian

Menurut Hargrove dan Poteet (1984), penilaian merupakan proses


mengumpulkan informasi, dengan menggunakan alat dan teknik yang sesuai dan
layak. Lebih lanjut Djemari Mardapi (1999: 8) menyatakan bahwa penilaian
merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai penilaian, dapat disimpulkan


bahwa penilaian ialah proses mengumpulkan informasi dengan menggunakan alat dan
teknik yang sesuai dan layak, dan merupakan kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran berdasarkan kriteria baik dan buruk.

2.1.2 Pengertian Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2013 : 298-299) menyatakan bahan ajar merupakan segala


bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan
dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran. Contohnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, model (maket),
bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.

Lebih lanjut, bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang
dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat
khusus maupun yang besifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembelajaran (Mulyasa, 2006 : 96)

Yana Wardhana (2010 :29) juga menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan
suatu media untuk mencapai keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta
didik.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
merupakan segala bahan (baik informasi alat ataupun teks) yang disusun secara
sistematis dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik.

2.1.3 Fungsi Bahan Ajar

Bahan ajar juga berfungsi sebagai alat evaluasi pencapaian hasil


pembelajaran. Bahan ajar yang baik sekurang-kurangnya mencakup petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, isi pelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan,
petunjuk kerja, evaluasi dan respon terhadap hasil evaluasi (Prastowo dalam Lestari,
2011:2004).

Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat


dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal,
pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok (Prastowo dalam Lestari, 2011
: 25-26)

1. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain :


a. Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali
proses pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif dan belajar sesuai
kecepatan siswa dalam belajar).
b. Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
2. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain :
a. Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.
b. Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses
peserta didik dalam memperoleh informasi.
c. Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.
3. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain :
a. Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan
memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang
peran orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran kelompok, serta
petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri.
b. Sebagai bahan pendukung bahan ajar utama dan apabila dirancang
sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Lebih lanjut Esu, Enukoha & Umoren dalam Ogbondah (2008) menjelaskan
bahwa bahan ajar memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran dengan konsep yang abstrak;


2. Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam belajar;
3. Menggambarkan konsep-konsep yang lebih jelas dan lebih baik daripada
hanya kata-kata tenaga pengajar/pendidik;
4. Membantu mengatasi keterbatasan ruang kelas dan mudah diakses dan
5. Meningkatkan motivasi siswa

Dapat disimpulkan bahwa fungsi bahan ajar adalah sebagai alat/media utama
dalam suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa yang dapat
mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik.

2.1.4 Tujuan Penyusunan Bahan Ajar


Menurut Prastowo (2011 : 26-27) menjelaskan bahwa tujuan pengembangan
bahan ajar ialah sebagai berikut :
1. Membantu peserta didik dalam mempelajari susuatu;
2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah timbulnya
rasa bosan pada peserta didik;
3. Memudahkan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran;
4. Agar kegiatan pembelajaran lebih menarik.

Depdiknas (2008) juga menjelaskan tujuan penyusunan bahan ajar yakni :

1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan


mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, sekolah dan daerah;
2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternative bahan ajar;
3. Memudahkan tenaga pengajar dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa


tujuan dari penyusunan bahan ajar adalah menyediakan bahan ajar yang dapat
menjadi sebuah alternatif sumber belajar untuk menciptakan kegiatan belajar yang
menarik dan juga dapat memenuhi kebutuhan peserta didik.

2.1.5 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Prastowo (2013) menjelasakan bahwa ada beberapa prinsip yang perlu


diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip
dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan
kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut :

1. Prinsip relevansi, atau keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan


atau ada kaitannya dengan pencapaian SK dan KD;
2. Prinsip konsistensi, yaitu keajegan. Jika kompetensi dasar harus dikuasai
peserta didik empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
meliputi empat macam;
3. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Lebih lanjut, Depdiknas (2008) menyebutkan bahwa pengembangan bahan


ajar hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongret untuk
memahami yang abstrak;
2. Pengulangan memperkuat pemahaman;
3. Umpan balik posotif memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta
didik;
4. Motivasi yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar;
5. Mencapai tujuan dan
6. Mengetahui hasil yang dicapai.

Berdasarkan pemaparan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


dalam penyusunan bahan ajar antara kurikulum dengan perangkat pembelajaran harus
saling berkaitan dengan prinsip-prinsip pembelajaran itu sendiri, agar dapat
memaksimalkan penggunaan bahan ajar yang digunakan.

2.1.6 Aspek Bahan Ajar

Menurut Abidin (2014: 267), dalam rangka mengembangkan bahan ajar


terdapat beberapa aspek utama yang harus diperhatikan agar dapat mrnghasilkan
bahan ajar yang harmonis, bermutu dan bermatabat. Aspek utama tersebut adalah
aspek materi, aspek penyajian dan aspek kebahasaan.

Lebih lanjut berdasarkan aspek materi dijelaskan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan haruslah memperhatikan beberapa hal yang terdapat pada pedoman
penilaian bahan ajar yang dikembangkan Puskurbuk sebagai berikut :

1. Kesesuaian kurikulum
a. Kesesuaian bahan pelajaran dengan kompensi inti, kompetensi dasar dan
indikator kurikulum
b. Materi disajikan secara terpadu dengan konteks pendidikan dan konteks
kemasyarakatan.
c. Kesesuaian pengayaan materi dengan kurikulum.
2. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
a. Kesesuaian muatan dengan tujuan pembelajaran
b. Kesesuaian penggunaan materi dengan tujuan pembelajaran.
3. Kebenaran materi menurut ilmu yang diajarkan
a. Kebenaran menerapkan prinsip kemampuan bersadarkan teori keilmuan
yang diajarkan
b. Kebenaran menerapkan prinsip-prinsip keilmuan tertentu
c. Ketetapan penggunaan bahan bacaan dengan prinsip keilmuan tertentu
d. Ketepatan materi berdasarkan perkembangan terbaru dari keilmuan
tertentu.
4. Kesesuaian materi dengan perkembangan kognisi peserta didik
a. Struktur bahan ajar sesuai perkembangan kognisi peserta didik
b. Materi mengandung unsur edukatif
c. Materi mengandung muatan karakter

Berdasarkan aspek penyajian, bahan ajar yang dikembangkan harus


memperhatikan beberapa hal sebagai berikut,

1. Tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara eksplisit.


2. Penahapan pembelajaran dilakukan berdasarkan kerumitan materi.
3. Penahapan pembelajaran hendaknya dilakukan bedasarkan tahapan model
tertentu yang dipilih dan digunakan tenaga pengajar dalam pembelajaran.
4. Penyajian materi membangkitkan minat dan perhatian peserta didik serta
mudah dipahami peserta didik.
5. Mendorong keaktifan peserta didik untuk berfikir dan belajar.
6. Bahan kajian berkaitan harus dihubungkan dengan materi yang disusun.
7. Penyajian materi mendorong kreativitas dan keaktifan peserta didik untuk
berfikir dan bernalar.
8. Materi hendaknya disajikan berbasis penilaian formatif autentik.
9. Soal disusun pada setiap akhir pembelajaran.

Berdasarkan aspek kebahasaan, bahan ajar yang dikembangkan hendaknya


memperharikan beberapa hal berikut,

1. Penyajian menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan teratur.


2. Penggunaan bahasa yang dapat meningkatkan daya nalar dan daya cipta
peserta didik melalui penggunaan bahasa laras keilmuan.
3. Penggunaan bahasa (struktur dan isi) sesuai dengan tingkat penguasaan
bahasa peserta didik.
4. Paragraph dikembangkan secara efektif dan baku.
5. Kesesuaian ilustrasi visual dengan wacana, materi keilmuan dan
kebenaran faktual.
6. Kejelasan dan kemenarikan ilustrasi visual yang terdapat dalam bahan
ajar.
7. Kesesuaian materi dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Menurut Depdiknas (2008: 28) dalam hal kualitas modul dinilai dari empat
aspek, yaitu aspek-aspek yang didasarkan pada standar penilaian bahan ajar. Aspek-
aspek tersebut adalah aspek kelayakan isi, aspek kelayakan penyajian, penilaian
bahasa, aspek kelayakan kegrafikaan.

1. Aspek kelayakan isi, meliputi kesesuaian materi dengan SK dan KD,


keakuratan materi, pendukung materi pembelajaran dan kemutakhiran
materi.
2. Aspek kelayakan penyajian, meliputi teknik penyajian, pendukung
penyajian, oenyajian pembelajaran, serta kelengkapan penyajian.
3. Aspek penilaian bahasa, meliputi lugas, komunikatif, dialogis dan
interaktif, kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, kesesuaian dan
keterpaduan alur piker, serta penggunaan istilah, simbol atau ikon.
4. Aspek kelayakan kegrafikaan, meliputi ukuran modul, desain kulit modul
(cover), serta desain isi modul.

Dalam penelitian ini, aspek penilaian bahan ajar yang akan digunakan ialah
menurut teori Abidin (2014: 267), aspek materi, aspek penyajian dan aspek
kebahasaan.

2.1.7 Jenis-jenis Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2011: 24-25) bahan ajar dibedakan menurut bentuknya


menjadi empat macam, yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang
dengar, dan bahan ajar interaktif.
1. Bahan ajar cetak merupakan sejumlah bahan ajar yang berbentuk kertas untuk
keperluan pembelajaran atau untuk menyampaikan sebuah informasi.
Misalnya buku, modul, handout, lembar kerja siswa, brosur, foto atau gambar,
dan lain-lain.
2. Bahan ajar dengan atau program audio merupakan sistem pembelajaran yang
menggunakan sinyal radio secara langsung, yang mana dapat dimainkan dan
didengarkan oleh seseorang atau sekelompok orang. Misalnya kaset, radio,
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) merupakan kombinasi sinyal audio
dengan gambar bergerak secara sekuensial. Misalnya film, video compact
disk.
4. Bahan ajar interaktif yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks,
grafik, gambar, animasi, dan video) yang kemudian dimanipulasi oleh
penggunanya atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah atau
perilaku alami dari suatu prestasi. Misalnya compact disk interactive.

Bahan ajar berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :

1. Bahan ajar yang berbasis cetak misalnya buku, pamphlet, panduan belajar
siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah,
koran, dan lain sebagainya.
2. Bahan ajar yang berbasis teknologi misalnya audio cassette, siaran televisi,
video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia.
3. Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek misalnya kit sains,
lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.
4. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaktif manusia (terutama
untuk keperluan pendidikan jarak jauh) misalnya telepon, handphone, video
conferencing, dan lain sebagainya,
2.2 Modul
2.2.1 Pengertian Modul
Sukiman (2011 : 131) yang mengatakan bahwa modul adalah bagian kesatuan
belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu siswa secara individual
dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam
belajar akan lebih cepat untuk menguasai materi. Sementara itu, siswa dengan
kecepatan yang rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-
bagian yang belum dipahami sampai paham.

Daryanto (2013: 19) juga menambahkan bahwa modul merupakan salah satu
bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat
seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk mampu
membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal
memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi
sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar
secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing.

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008 : 14) juga mengatakan bahwa
modul merupakan suatu paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa
untuk kepentingan belajar siswa. Pendekatan dalam pembelajaran modul
menggunakan pengalaman siswa. Modul dapat dirumuskan sebagai: suatu unit yang
lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang
disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara
khusus dan jelas (Nasution, 2003: 205)

Berdasarkan pendapat-pendapat dari ahli diatas dapat disimpulkan bahwa


modul merupakan suatu alat atau sarana pembelajaran yang didalamnya berupa
materi, metode dan evaluasi yang dibuat secara sistematis dan terstruktur sebagai
upaya untuk mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan. Penggunaan modul dalam
pembelajaran bertujuan agar siswa dapat belajar mandiri dan membantu siswa
menguasai tujuan belajarnya. Oleh karena itu, siswa dapat belajar sesuai dengan
kecepatan masing-masing dalam memahami materi pembelajaran.

2.2.2 Karakteristik Modul


Terdapat beberapa karakteristik dalam bahan ajar berupa modul. Menurut
Prastowo (2012), ada tujuh karakteristik modul, yaitu :

1. Modul dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.


2. Modul merupakan program pembelajaran yang utuh dan sistematis.
3. Modul mengandung tujuan, bahan atau kegiatan dan evaluasi.
4. Modul disajikan secara komunikatif, dua arah.
5. Modul diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar.
6. Modul memiliki cakupan bahasan terfokus dan terukur.
7. Modul mementingkan aktivitas belajar pemakai.

Selain itu, Vembrianto (dalam Prastowo, 2013 : 110) mengemukakan bahwa


modul memiliki lima macam ciri khas, yaitu :

1. Modul merupakan unit pengajaran terkecil dan terlengkap.


2. Modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan
sistematis.
3. Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dan
spesifik.
4. Modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent), modul memuat
bahan yang bersifat self-instructional.
5. Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual, merupakan
salah satu perwujudan pembelajaran individual.

Lebih lanjut dalam buku panduan penulisan modul yang dikeluarkan oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kerja Kependidikan Depdiknas (2008) dikatakan bahwa sebuah modul yang baik dan
menarik memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Self Instructional (Pembelajaran Sendiri)


Self Instructional yaitu melalui modul tersebut seorang atau peserta
didik mampu belajar sendiri, dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk
memenuhi karakter self instructional, maka didalam modul harus :
a. Berisi tujuan yang dirumuskan jelas;
b. Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil
spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
c. Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan meteri pembelajaran;
d. Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat
penguasaannya;
e. Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana
atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
g. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h. Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan
penggunaan diklat melakukan ‘Self Assessment’ ;
i. Terdapat instrument yang dapat digunakan penggunanya mengukur
untuk mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
j. Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga pengunanya
mengetahui tingkat penguasaan materi dan
k. Tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.
2. Self Contained (Satu Kesatuan)
Self Contained merupakan seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompentensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu
modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini ialah untuk memberikan
kesempatan pembelajar mempelajari materi pembalajaran secara tuntas,
karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus
dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kempetensi harus
dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang
harus dikuasai.
3. Stand Alone (Bediri Sendiri)
Stand Alone adalah modul yang dikembangkan yang tidak bergantung
kepada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media
pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak
tergantung dalam menggunakan media lain untuk mempelajari dan
mengerjakan tugas modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung,
maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
4. Adaptive (Menyesuaikan Diri)
Modul yang adaptive adalah jika isi materi pembelajarannya dapat
digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu. Juga modul hendaknya
memiliki daya adaptive yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi. Dan juga fleksibel digunakan dengan memperhatikan percepatan
perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia
hendaknya tetap “up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi
pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5. User friendly (Mudah Digunakan)
Modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan
paparan insformasi yang tempil bersifat membantu dan bersahabat dengan
pemakainya termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses
sesuai dengan keinginan, penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti serta menggunakan istilah yang sangat umum digunakan
merupakan salah ssatu bentuk dari user friendly
Lebih lanjut, Mulyasa (2006) menambahkan bahwa karakteristik modul bahan
ajar, antara lain :
1. Modul ajar memberikan informasi dan memberikan petunjuk pelaksanaan
yang jelas berkaitan dengan hal-hal yang akan dilakukan siswa.
2. Modul ajar merupakan pembelajaran individual. Sehingga mengupayakan
untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik siswa.
3. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
4. Materi ajar disajikan secara logis dan sistematis, sehingga siswa
mengetahui kapan waktu memulai dan mengakhiri menggunakan modul.
5. Modul mempunyai mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar
siswa.

Berdasarkan pendapar beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa


karakteristik modul yang baik ialah harus memenuhi beberapa aspek yaitu mampu
digunakan secara mandiri oleh peserta didik (self-instructional), dapat berdiri sendiri
(stand alone) dalam artian siswa tidak bergantung kepada media pembelajaran lain,
dan bersifat membantu serta memudahkan peserta didik dalam mendapatkan atau
menguasai materi pembelajaran (user friendly)

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Modul

Dalam kegiatan belajar mengajar modul merupahan bahan ajar yang bertujuan
agar pembelajaran mandiri yang tidak bergantung kepada media lain. Oleh sebab itu,
isi dari materi sebuah modul haruslah tersusun secara sistematis, detail, efektif dan
efisien sehingga memudahkan penggunaan modul dalam pembelajaran. Depdiknas
(2008) mengemukakan mengenai tujuan dari penulisan modul, sebagai berikut :

1. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat


verbal.
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya indera baik bagi peserta belajar
maupun bagi guru/instruktur.
3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan
motivasi dan gairah belajar.
4. Mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar
secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.
5. Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil
belajarnya.
Keefektifan dari modul akan sama dengan pembelajaran tatap muka apabila
sebuah modul dapat memperhatikan tujuan-tujuan diatas sehingga dapat
memudahkan pada pembelajar dalam menguasai materi dan dapat mengevaluasi hasil
belajarnya secara mandiri. Penulisan modul yang ideal merupakan modul yang dapat
membawa siswa untuk bergairah dalam belajar dengan menyajikan materi sesuai
dengan minat dan kemampuannya.

Lebih lanjut, Prastowo (2013:107-108) menyebutkan bahwa sebagai salah


satu bahan ajar, modul harus memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang dapat dipelajari dan digunakan secara mandiri. Hal ini akan
mengurangi tingkat ketergantungan peserta didik kepada pendidik.
2. Pengganti fungsi pendidik. Modul sebagai bahan ajar harus mampu
menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dimengerti ataupun
dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
pemahaman peserta didik.
3. Sebagai alat evaluasi mandiri. Didalam modul disediakan berbagai latihan
soal agar dapat mengukur dan menilai diri sendiri sesuai dengan tingkatan
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.

Lebih lanjut menurut Sukirman (2012 : 133) fungsi modul bagi kegiatan
pembelajaran antara lain :

1. Adanya peningkatan motivasi belajar secara maksimal;


2. Adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan
bahan yang diperlukan dan pelayanan individual yang lebih mantap;
3. Dapatnya diwujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas;
4. Dapatnya mewujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi.
2.2.4 Manfaat Pembelajaran Modul

Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang


berfokuskan penegasan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari dari peserta
didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya, seperti yang
dikemukakan Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan
dan Tenaga Kerja Kependidikan Depdiknas dalam buku panduan penulisan modul
(2008).

Pembelajaran modul dapat bermanfaat untuk berbagai hal-hal sebagai berikut


:

1. Meningkatkan efektifitas pembelajaran tanpa harus tatap muka secara teratur


karena kondisi geografis, sosial ekonomi dan situasi masyarakat.
2. Menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik.
3. Secara tegas mengetahui peta pencapaian kompetensi peserta didik secara
bertahap melalui kriteria yang ditetapkan oleh modul.
4. Mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik
berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat
memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta
melakukan remediasi.
2.2.5 Struktur Penulisan Modul

Menurut yang dikemukakan oleh Surahman (2010:2), modul dapat disusun


dalam struktur sebagai berikut :

1. Judul modul
Bagian ini memuat nama modul dari tema atau sub tema tertentu.
2. Petunjuk umum
Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan
ditempuh dalam pembelajaran, meliputi :
a. Kompetensi dasar;
b. Pokok bahasan;
c. Indikator pencapaian;
d. Referensi (diisi petunjuk guru tentang referensi-referensi yang
digunakan);
e. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang
digunakan dalam pembelajaran);
f. Lembar kegiatan pembelajaran;
g. Petunjuk bagi peserta didik untuk memahami langkah-langkah dan
materi pembelajaran;
h. Evaluasi.
3. Materi modul
Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang akan
dipelajari.
4. Evaluasi
Evaluasi ini terdapat pada akhir kegiatan pembelajaran untuk
mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik yang diharapkan.
2.2.6 Penyusunan Draft Modul

Penyusunan draft modul merupakan proses dari penyusunan dan


pengorganisasian sebuah materi pembelajaran dari suatu kompetensi maupun sub
kompetensi untuk menjadi suatu kesatuan yang sistematis (Depdiknas : 2008). Tujuan
dari penyusunan modul untuk menyediakan draft sebuah modul yang sesuai dengan
kompetensi juga sub kompetensi yang telah ditetapkan.

Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai


berikut :

a. Tetapkan judul modul;


b. Tetapkan tujuan akhir, yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta
didik setelah selesai mempelajari suatu modul;
c. Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan
akhir;
d. Tetapkan garis-garis besar atau outline modul;
e. Kembangkan materi pada garis-garis besar;
f. Periksa ulang draft yang telah dibuat.
Kegiatan dalam menyusun draft modul baiknya menghasilkan draft modul
yang sekurang-kurangnya mencakup:

a. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;


b. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan
mempelajari modul;
c. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta
didik setelah mempelajari modul;
d. Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
e. Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta didik untuk
mempelajari modul;
f. Soal-soal latihan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh
peserta didik;
g. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik
dalam menguasai modul;
h. Kunci jawaban, soal lathian dan atau pengujian.
2.3 Kulot (Culotte)
2.3.1 Pengertian Kulot (Culotte)

Celana rok atau kulot (culotte) adalah celana yang dikombinasikan dengan
rok. Bila dipakai untuk olahraga disebut Culotte. Celana rok atau kulot ada yang
ditambah lipit pada bagian tengah muka dan tengah belakang yang berupa lipit hadap,
sehingga kampuh tengah muka dan tengah belakang tidak kelihatan, karena dalamnya
lipit maka bentuk ada kaki celana tertutup sehingga lebih terlihat seperti rok (Porrie
Muliawan, 1999 : 61). Menurut KBBI kulot adalah celana potongan lebar,
panjangnya sebatas lutut, dikutip pada laman Huffingtonpost (2015) kulot merupakan
pakaian menggantung seperti rok. Pada buku A to Z Istilah Fashion juga menjelaskan
bahwa culittes adalah rok panjang dengan panjang bervariasi yang dibagi menjadi dua
bagian untuk menutupi setiap kaki.
Kulot pertama kali popular dimasa pemerintahan Henry III dari Perancis pada
tahun 1500-an sebagai celana ketat selutut, dan dikenakan oleh para pria terhormat di
Eropa. Kemudian penggunaan kulot berkembang menjadi busana yang lazim
digunakan dalam seragam militer. Kemudian di era Victoria atau akhir abad ke-19,
kulot diciptakan bagi wanita para pengendara kuda dan wanita pengendara sepeda
yang ingin bergerak bebas, dengan menggunakan celana tampilan rok. Selanjutnya
pada tahun 1930-an, kulot berbentuk sangat lebat sehingga belahannya tidak terlalu
terlihat. Semenjak itu kulot popular sebagai pakaian casual untuk musim panas atau
dingin. Pada tahun 1970-an, versu kulot sepanjang betis yang dinamakan gauchos
popular. Di Indonesia culottes atau kulot sering disebut sebagai celana rok (Goet
Poespo, 2013: 105).

2.3.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Membuat Kulot

Dalam membuat suatu busana, diperlukan perhitungan yang matang. Seperti


alat dan bahan yang akan digunakan, yang akan digunakan dalam materi ini adalah :

Tabel 2.1 Alat dan Bahan dalam Membuat Kulot

No. Gambar Ketersangan


1 Skala

Alat pengukur yang dibuat dari kertas, yang


dapat digunakan untuk menggambar pola
dalam ukuran kecil, skala dibuat dalam
ukuran ½ ¼ ⅙⅛

2 Penggaris

Digunakan untuk membuat garis pola kecil


3 Pensil & Penghapus

Digunakan pada saat menggambar pola dasar

4 Kertas Dorslak Merah, Biru, Hijau

Dorslak merah digunakan untuk menjiplak


pola depan. Dorslak Biru untuk pola
belakang. Sedangkan dorslak hijau
digunakan untuk lapisan atau lengan

5 Spidol Merah, Biru, Hijau

Spidol digunakan untuk membuat garis pola


yang akan digunakan. Warna merah untuk
pola depan, biru untuk pola belakang dan
hitam untuk garis ptus-putus

6 Kertas Coklat

Kertas Coklat akan digunakan pada saat


merancang bahan

7 Gunting Kertas

Digunakan untuk menggunting pola


8 Lem Kertas

Lem Kertas akan digunakan pada saat akan


menempelkan pola yang sudah dijiplak
menggunakan dorsak ke kertas coklat

9 Meteran atau Pita Ukur

Digunakan untuk mengukur badan ataupun


untuk menggambar pola. Meteran atau pita
ukur umumnya digunakan dengan ukuran cm
dan inci

10 Penggaris

Digunakan untuk menggambar pola, ada


penggaris lurus, penggaris siku, serta
penggaris wujud panggul, leher serta lengan
11 Gunting Kain

Gunting kain digunakan pada saat akan


menggunting kain. Gunakanlah gunting kain
yang masih tajam

12 Gunting Benang

Gunting benang biasa digunakan hanya pada saat


dengan menjahit, untuk menggunting benang pada
saat selesai menjahit

13 Vetter Ban

Tali pita yang digunakan untuk mengikat pinggang


dan panggul pada saat mengukur. Ikatan pada
pinggang akan menjadi patokan agar mendapatkan
hasil ukuran yang tepat

14 Rader

Alat yang digunakan untuk menekan kerbon jahit


sewaktu memberi tanda pola pada bahan yang
akan dijahit. Ada rader beroda polos, rader beroda
gerigi, dan rader beroda kembar
15 Karbon

Digunakan untuk memberi tanda pada pola kain


dengan bantuan tekanan rader. Karbon yang baik
akan mudah dihapus saat terkena seterika

16 Jarum Pentul

Digunakan untuk menyematkan pola pada bahan,


menyatukan pola yang sudah dipotong dan akan
dijait

17 Benang Jahit

Benang jahit adalah benang yang biasa


digunakan untuk menjahit pakaian atu lenan
rumah tangga.
18 Kain

Kain/bahan dapat bermacam-macam,


penggunaan kain sesuai dengan desain,
akan menggunakan bahan seperti apa

19 Ritsleting

Digunakan untuk menyambungkan dua


sisi kain. Terdapat 2 macam ritsleting yaitu
ritsleting jepang, dan ritsleting biasa.

20 Kancing Hak

Digunakan untuk menyatukan dua helai


kain yang bertumpukan.
2.4 Kerangka Berfikir

Busana Wanita 1 merupakan salah satu mata kuliah praktik pada program
studi Pendidikan Tata Busana. Pada sub capaian pembelajaran mata kuliah busana
wanita 1 ini terdapat praktik pembuatan kulot. Pembelajaran di dalam kelas belum
berjalan dengan kondusif dan efisien karena keterbatasan ruang dan waktu, juga
terbatasnya referensi bahan ajar, yang berakibat pada nilai akhir yang diperoleh tidak
maksimal, bahkan belum memenuhi standar kelulusan. Banyak faktor lain yang
mempengaruhi selain dari keterbatasan ruang dan waktu, diantaranya latar belakang
pendidikan mahasiswa tata busana dari SMA, sarana dan prasarana yang tidak
dimiliki setiap mahasiswa dan hanya mengandalkan pembelajaran di dalam kelas, dan
salah satu faktor utama karena pada mata kuliah Busana Wanita 1 belum memiliki
referensi bahan ajar berupa modul sebagai pembelajaran untuk mahasiswa bisa
pelajari secara mandiri. Untuk itu perlu adanya bahan ajar yang mampu menjelaskan
mengenai materi tentang Kulot (Culotte) serta menjelaskan secara lengkap dan
langkah kerja yang sistematis dalam membuat Kulot yang sesuai dengan Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah Busana Wanita 1 di Universitas Negeri Jakarta.

Berdasarkan uraian diatas, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan


optimal dan dapat mencapai tujuan dalam mencapai CPMK maka pendidik haruslah
mempunyai strategi pembelajaran atau metode pembelajaran yang dapat mendukung
dalam proses pembelajaran peserta didik. Salah satunya adalah dengan penyediaan
sumber referensi bahan ajar berupa modul, agar dapat digunakan secara mandiri

Penggunaan media bahan ajar yang tepat dapat membantu peserta didik untuk
lebih mudah dan cepat dalam menyerap materi yang disampaikan, sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan juga prestasi peserta didik. Modul merupakan satu
kesatuan program kecil yang berisi petunjuk dan materi serta evaluasi pembelajaran
yang disusun secara berurutan berdasarkan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah, yang
digunakan sebagai sumber belajar peserta didik maupun sebagai media pendidik
dalam memberikan pelajaran. Modul haruslah disusun sedemikian rupa sehingga
unsur modul seperti Self-Instruction, Self-Contained, Adaptive, stand alone (mampu
berdiri sendiri) dan bersifat user friendly dapat terpenuhi.

Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada
diagram berikut :

Latar belakang pendidikan mahasiswa lulusan


SMA, tidak mendukungnya sarana prasarana yang
dimiliki mahasiswa secara pribadi dan tidak
adanya referensi bahan ajar berupa modul sebagai
pegangan mahasiswa untuk bisa belajar sendiri.

Penilaian bahan ajar modul Busana Wanita 1


materi Kulot

Aspek Media Pembelajaran


Aspek Materi
Karakteristik Modul yang Baik
(Depdiknas: 2008) : Aspek Bahan Ajar (Abidin:
2014) :
1. Self Intructional
2. Self Contained 1. Aspek materi
3. Stand Alone 2. Aspek penyajian
4. Adaptive 3. Aspek kebahasaan
5. User Friendly

Bahan Ajar Modul Kulot Busana Wanita 1 Mater


Kulot

Bagan 2.1 Kerangka Berikir

Anda mungkin juga menyukai