Lebih lanjut, bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang
dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat
khusus maupun yang besifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembelajaran (Mulyasa, 2006 : 96)
Yana Wardhana (2010 :29) juga menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan
suatu media untuk mencapai keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta
didik.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
merupakan segala bahan (baik informasi alat ataupun teks) yang disusun secara
sistematis dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik.
Lebih lanjut Esu, Enukoha & Umoren dalam Ogbondah (2008) menjelaskan
bahwa bahan ajar memiliki fungsi sebagai berikut:
Dapat disimpulkan bahwa fungsi bahan ajar adalah sebagai alat/media utama
dalam suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa yang dapat
mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik.
1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongret untuk
memahami yang abstrak;
2. Pengulangan memperkuat pemahaman;
3. Umpan balik posotif memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta
didik;
4. Motivasi yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar;
5. Mencapai tujuan dan
6. Mengetahui hasil yang dicapai.
Lebih lanjut berdasarkan aspek materi dijelaskan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan haruslah memperhatikan beberapa hal yang terdapat pada pedoman
penilaian bahan ajar yang dikembangkan Puskurbuk sebagai berikut :
1. Kesesuaian kurikulum
a. Kesesuaian bahan pelajaran dengan kompensi inti, kompetensi dasar dan
indikator kurikulum
b. Materi disajikan secara terpadu dengan konteks pendidikan dan konteks
kemasyarakatan.
c. Kesesuaian pengayaan materi dengan kurikulum.
2. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
a. Kesesuaian muatan dengan tujuan pembelajaran
b. Kesesuaian penggunaan materi dengan tujuan pembelajaran.
3. Kebenaran materi menurut ilmu yang diajarkan
a. Kebenaran menerapkan prinsip kemampuan bersadarkan teori keilmuan
yang diajarkan
b. Kebenaran menerapkan prinsip-prinsip keilmuan tertentu
c. Ketetapan penggunaan bahan bacaan dengan prinsip keilmuan tertentu
d. Ketepatan materi berdasarkan perkembangan terbaru dari keilmuan
tertentu.
4. Kesesuaian materi dengan perkembangan kognisi peserta didik
a. Struktur bahan ajar sesuai perkembangan kognisi peserta didik
b. Materi mengandung unsur edukatif
c. Materi mengandung muatan karakter
Menurut Depdiknas (2008: 28) dalam hal kualitas modul dinilai dari empat
aspek, yaitu aspek-aspek yang didasarkan pada standar penilaian bahan ajar. Aspek-
aspek tersebut adalah aspek kelayakan isi, aspek kelayakan penyajian, penilaian
bahasa, aspek kelayakan kegrafikaan.
Dalam penelitian ini, aspek penilaian bahan ajar yang akan digunakan ialah
menurut teori Abidin (2014: 267), aspek materi, aspek penyajian dan aspek
kebahasaan.
Bahan ajar berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Bahan ajar yang berbasis cetak misalnya buku, pamphlet, panduan belajar
siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah,
koran, dan lain sebagainya.
2. Bahan ajar yang berbasis teknologi misalnya audio cassette, siaran televisi,
video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia.
3. Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek misalnya kit sains,
lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.
4. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaktif manusia (terutama
untuk keperluan pendidikan jarak jauh) misalnya telepon, handphone, video
conferencing, dan lain sebagainya,
2.2 Modul
2.2.1 Pengertian Modul
Sukiman (2011 : 131) yang mengatakan bahwa modul adalah bagian kesatuan
belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu siswa secara individual
dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam
belajar akan lebih cepat untuk menguasai materi. Sementara itu, siswa dengan
kecepatan yang rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-
bagian yang belum dipahami sampai paham.
Daryanto (2013: 19) juga menambahkan bahwa modul merupakan salah satu
bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat
seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk mampu
membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal
memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi
sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar
secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008 : 14) juga mengatakan bahwa
modul merupakan suatu paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa
untuk kepentingan belajar siswa. Pendekatan dalam pembelajaran modul
menggunakan pengalaman siswa. Modul dapat dirumuskan sebagai: suatu unit yang
lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang
disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara
khusus dan jelas (Nasution, 2003: 205)
Lebih lanjut dalam buku panduan penulisan modul yang dikeluarkan oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kerja Kependidikan Depdiknas (2008) dikatakan bahwa sebuah modul yang baik dan
menarik memiliki karakteristik sebagai berikut :
Dalam kegiatan belajar mengajar modul merupahan bahan ajar yang bertujuan
agar pembelajaran mandiri yang tidak bergantung kepada media lain. Oleh sebab itu,
isi dari materi sebuah modul haruslah tersusun secara sistematis, detail, efektif dan
efisien sehingga memudahkan penggunaan modul dalam pembelajaran. Depdiknas
(2008) mengemukakan mengenai tujuan dari penulisan modul, sebagai berikut :
1. Bahan ajar yang dapat dipelajari dan digunakan secara mandiri. Hal ini akan
mengurangi tingkat ketergantungan peserta didik kepada pendidik.
2. Pengganti fungsi pendidik. Modul sebagai bahan ajar harus mampu
menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dimengerti ataupun
dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
pemahaman peserta didik.
3. Sebagai alat evaluasi mandiri. Didalam modul disediakan berbagai latihan
soal agar dapat mengukur dan menilai diri sendiri sesuai dengan tingkatan
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.
Lebih lanjut menurut Sukirman (2012 : 133) fungsi modul bagi kegiatan
pembelajaran antara lain :
1. Judul modul
Bagian ini memuat nama modul dari tema atau sub tema tertentu.
2. Petunjuk umum
Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan
ditempuh dalam pembelajaran, meliputi :
a. Kompetensi dasar;
b. Pokok bahasan;
c. Indikator pencapaian;
d. Referensi (diisi petunjuk guru tentang referensi-referensi yang
digunakan);
e. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang
digunakan dalam pembelajaran);
f. Lembar kegiatan pembelajaran;
g. Petunjuk bagi peserta didik untuk memahami langkah-langkah dan
materi pembelajaran;
h. Evaluasi.
3. Materi modul
Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang akan
dipelajari.
4. Evaluasi
Evaluasi ini terdapat pada akhir kegiatan pembelajaran untuk
mengukur ketercapaian kompetensi peserta didik yang diharapkan.
2.2.6 Penyusunan Draft Modul
Celana rok atau kulot (culotte) adalah celana yang dikombinasikan dengan
rok. Bila dipakai untuk olahraga disebut Culotte. Celana rok atau kulot ada yang
ditambah lipit pada bagian tengah muka dan tengah belakang yang berupa lipit hadap,
sehingga kampuh tengah muka dan tengah belakang tidak kelihatan, karena dalamnya
lipit maka bentuk ada kaki celana tertutup sehingga lebih terlihat seperti rok (Porrie
Muliawan, 1999 : 61). Menurut KBBI kulot adalah celana potongan lebar,
panjangnya sebatas lutut, dikutip pada laman Huffingtonpost (2015) kulot merupakan
pakaian menggantung seperti rok. Pada buku A to Z Istilah Fashion juga menjelaskan
bahwa culittes adalah rok panjang dengan panjang bervariasi yang dibagi menjadi dua
bagian untuk menutupi setiap kaki.
Kulot pertama kali popular dimasa pemerintahan Henry III dari Perancis pada
tahun 1500-an sebagai celana ketat selutut, dan dikenakan oleh para pria terhormat di
Eropa. Kemudian penggunaan kulot berkembang menjadi busana yang lazim
digunakan dalam seragam militer. Kemudian di era Victoria atau akhir abad ke-19,
kulot diciptakan bagi wanita para pengendara kuda dan wanita pengendara sepeda
yang ingin bergerak bebas, dengan menggunakan celana tampilan rok. Selanjutnya
pada tahun 1930-an, kulot berbentuk sangat lebat sehingga belahannya tidak terlalu
terlihat. Semenjak itu kulot popular sebagai pakaian casual untuk musim panas atau
dingin. Pada tahun 1970-an, versu kulot sepanjang betis yang dinamakan gauchos
popular. Di Indonesia culottes atau kulot sering disebut sebagai celana rok (Goet
Poespo, 2013: 105).
2 Penggaris
6 Kertas Coklat
7 Gunting Kertas
10 Penggaris
12 Gunting Benang
13 Vetter Ban
14 Rader
16 Jarum Pentul
17 Benang Jahit
19 Ritsleting
20 Kancing Hak
Busana Wanita 1 merupakan salah satu mata kuliah praktik pada program
studi Pendidikan Tata Busana. Pada sub capaian pembelajaran mata kuliah busana
wanita 1 ini terdapat praktik pembuatan kulot. Pembelajaran di dalam kelas belum
berjalan dengan kondusif dan efisien karena keterbatasan ruang dan waktu, juga
terbatasnya referensi bahan ajar, yang berakibat pada nilai akhir yang diperoleh tidak
maksimal, bahkan belum memenuhi standar kelulusan. Banyak faktor lain yang
mempengaruhi selain dari keterbatasan ruang dan waktu, diantaranya latar belakang
pendidikan mahasiswa tata busana dari SMA, sarana dan prasarana yang tidak
dimiliki setiap mahasiswa dan hanya mengandalkan pembelajaran di dalam kelas, dan
salah satu faktor utama karena pada mata kuliah Busana Wanita 1 belum memiliki
referensi bahan ajar berupa modul sebagai pembelajaran untuk mahasiswa bisa
pelajari secara mandiri. Untuk itu perlu adanya bahan ajar yang mampu menjelaskan
mengenai materi tentang Kulot (Culotte) serta menjelaskan secara lengkap dan
langkah kerja yang sistematis dalam membuat Kulot yang sesuai dengan Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah Busana Wanita 1 di Universitas Negeri Jakarta.
Penggunaan media bahan ajar yang tepat dapat membantu peserta didik untuk
lebih mudah dan cepat dalam menyerap materi yang disampaikan, sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan juga prestasi peserta didik. Modul merupakan satu
kesatuan program kecil yang berisi petunjuk dan materi serta evaluasi pembelajaran
yang disusun secara berurutan berdasarkan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah, yang
digunakan sebagai sumber belajar peserta didik maupun sebagai media pendidik
dalam memberikan pelajaran. Modul haruslah disusun sedemikian rupa sehingga
unsur modul seperti Self-Instruction, Self-Contained, Adaptive, stand alone (mampu
berdiri sendiri) dan bersifat user friendly dapat terpenuhi.
Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada
diagram berikut :