PENDAHULUAN
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran sendiri, yang
kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang
antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian,
guru diharapkan untuk mengembangkan bahan pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar.
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Menurut pengertian sumber belajar dari AECT dan Banks dalam Komalasari (2010:108)
dinyatakan bahwa salah satu komponen sumber belajar adalah bahan. Bahan merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung
pesan-pesan belajar, yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu. Contoh bahan ajar tersebut misalnya buku teks, modul,
film, transparansi (OHT), program kaset audio, dan program video. Bahan ajar disamakan dengan materi ajar sebagaimana berdasar pada
makna harfiah bahan dan materi dalam bahasa Inggris. Bahan dalam bahasa Inggris berarti material. Begitu pula materi dalam bahasa
Inggris juga berarti material. Sebagaimana dikutip dari Kim bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Sedangkan dalam permendiknas no. 41 tahun 2007 dinyatakan materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan
pro¬sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe¬tensi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan bagian dari sumber belajar dimana terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan
sikap atau perangkat lunak yang mengandung pesan pembelajaran yang disajikan menggunakan peralatan tertentu.
Bahan ajar berdasarkan kecanggihan teknologi yang digunakan dibagi menjadi 4 jenis. Bahan ajar tersebut meliputi: bahan ajar cetak,
audio, audio visual, multimedia interaktif, dan bahan ajar berbasis web. Bahan ajar cetak meliputi bahan ajar yang dicetak pada lembaran
seperti buku teks/ buku ajar, modul, handout, LKS, brosur, leaflet, dll. bahan ajar audio berupa kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio. Bahan ajar audio visual meliputi video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif meliputi CAI (Computer Assisted
Instruction), compact disk (CD), multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Berdasarkan jenis bahan ajar di atas, buku teks atau buku ajar merupakan bagian dari bahan ajar berbentuk cetak atau tertulis. Sugiarto
(2011) menyatakan buku ajar adalah buku yang disusun untuk kepentingan proses pembelajaran baik yang bersumber dari hasil-hasil
penelitian atau hasil dari sebuah pemikiran tentang sesuatu atau kajian bidang tertentu yang kemudian dirumuskan menjadi bahan
pembelajaran. Tarigan (1986:13) menyatakan buku teks sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang disusun oleh para pakar
dalam bidang tersebut yang digunakan untuk menunjang pembelajaran. Akbar (2010:183) menyatakan buku ajar adalah buku teks yang
digunakan sebagai rujukan standar pada materi pelajaran tertentu.
Komalasari (2010:43) menyatakan buku teks merupakan buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang
disusun oleh para pakar dalam bidang itu dengan maksud dan tujuan instruksional, dilengkapi dengan sarana-sarana pembelajaran yang
serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan pergururan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program
pembelajaran.
Bahan Pembelajaran merupakan komponen isi pesan dalam kurikulum yang harus disampaikan kepada siswa. Komponen ini memiliki
bentuk pesan yang beragam, ada yang berbentuk fakta, konsep, prisnsip/kaidah, prosedur, problema, dan sebagainya. Komponen ini
berperan sebagai isi atau materi yang harus dikuasai oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ruang lingkup materi pembelajaran telah
tersusun secara sistematis dalam struktur organisasi kurikulum dalam hal ini adalah standar isi.
Sifat materi yang tersusun dalam standar isi hanya bersifat pokok-pokok materi, maka untuk kelancaran dalam pelaksanaan pembelajaran,
materi pembelajaran perlu dikembangkan terlebih dahulu dengan cara melengkapinya dalam bentuk bahan pembelajaran yang utuh. Pada
saat pembelajaran akan dilaksanakan, hendaknya seorang tenaga pendidik yang profesional harus memahami karakteristik ini pesan
pembelajaran yang akan disampaikan, agar tidak salah dalam memilih bahan pembelajaran yang akan digunakan.
Dalam mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-model pengembangan guna memastikan kualitasnya, seperti yang
diungkapkan oleh Syaiful Sagala (2005:136), penggunaan model pengembangan bahan pembelajaran yang pengembangan
pengajaran secara sistematik dan sesuai dengan teori akan menjamin kualitas isi bahan pembelajaran. Model-model tersebut antara
lain, model ADDIE, ASSURE, Hannafin dan Peck, Gagne and Briggs serta Dick and Carry. Dari beberapa model tersebut tentu memiliki
karakteristik masing-masing yang perlu lebih dalam lagi dipahami. Maka dari itu kita peroleh bahwa pemilihan bahan pembelajaran perlu
diperhatikan dalam kesesuaian dengan standar isi dan lebih-lebih pemilihan bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahasas mengenai model-model pengembangan bahan ajar yang dianggap penting diketahui
untuk mengembangkan bahan ajar.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pengembangan
Model pengembangan diartikan sebagai proses desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada
sebelumnya, melalui penambahan komponen pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan (Sugiarta,
2007:11). Pengembangan model dapat diartikan sebagai upaya memperluas untuk membawa suatu keadaan atau situasi secara
berjenjang kepada situasi yang lebih sempurna atau lebih lengkap maupun keadaan yang lebih baik.
Pengembangan disini artinya diarahkan pada suatu program yang telah atau sedang dilaksanakan menjadi program yang lebih baik. Hal
ini seiring dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adimiharja dan Hikmat, 2001:12 (dalam Sugiarta A.N, 2007:24) bahwa
“pengembangan meliputi kegiatan mengaktifkan sumber, memperluas kesempatan, mengakui keberhasilan, dan mengintergrasikan
kemajuan”.
Pengembangan model baru disusun berdasarkan pengalaman pelaksanaan program yang baru dilaksanakan, kebutuhan individu atau
kelompok, dan disesuaiakan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan belajar warga belajar.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat
diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model
melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam
pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk
menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh
modelnya adalah model hannafin and peck. Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekiolah, dll. contohnya
adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model
prosedural adalah model Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat
memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu
juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan
mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.
2. Saran
Model-model pengembangan memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing. Untuk itu kita bisa memanfaatkan langkah-langkah
teoritis model-model tersebut atau memodifikasi langkah-langkah yang terdapat pada model tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan
kita untuk mengembangkan bahan ajar kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Cipta Media.
Borg, W.R and Gall, M.D. 2003. Educational Research: An Introduction 4th Edition. London: Longman
Inc
Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Sugiarta, Awandi Nopyan. (2007). Pengembangan Model Pengelolaan Program Pembelajaran Kolaboratif Untuk Kemandirian Anak
Jalanan Di Rumah Singgah (Studi Terfokus di Rumah Singgak Kota Bekasi). Desertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI
Sugiarto. 2011. Landasan Pengembangan Bahan Ajar. Materi Workshop Penyusunan Buku Ajar Bagi Dosen Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang.
Tarigan, D & Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Buhari, Bustang. 2010. Four-D Model (Model PengembanganPerangkatPembelajarandariThiagarajan, dkk). (online),(http://
bustangbuhari.wordpress.com/2011/08/25/four-d-model-model-pengembangan-perangkat-pembelajaran-dari-thiagarajan-dkk/), diakse
s 3 Pebruari 2013.
Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah
hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain Siswa kelas IX SMP/MTs
merupakan tahap operasi formal dengan kisaran usia 14 tahun – dewasa menurut teori Piaget. Karakteristik anak kelas IX SMP/ MTs adalah
senang melakukan belajar dengan melakukan sesuatu kegaiatan (learning by doing), senang melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Pada tahap ini siswa mulai berpikir secara abstrak, menalar secara logis, menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia dan dapat menerima
pandangan orang lain. Pada tahap ini pula siswa sudah mampu mengasimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam
pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung
terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat
membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya Pada usia ini anak sudah mulai mampu berpikir logis dalam bentuk
sederhana, anak sudah menyadari adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, dan juga anak sudah mampu mengimajinasikan
sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan objek-objek kongkret. Dalam hal ini Keterampilan berfikir 43 logis dan kritis serta
mampu menanggapi permasalahan atau peristiwa yang ada di lingkungan sekitar amat diperlukan dalam pengembangan pembelajaran. 1. States
Objectives (Menyatakan Tujuan) Langkah kedua dari model ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran.
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pengembangan Pada penelitian pengembangan media pembelajara LKS IPA ini dimaksudkan
untuk menghasilkan suatu produk bahan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, dan memvalidasinya. Produk yang dihasilkan berupa
LKS pengembangan akan diujicobakan untuk mengetahui keefektifan dari produk tersebut dalam meningkatkan prestasi belajar.
Desain Penelitian pengembangan ini menggunakan Desain Model ASSURE. Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
- Analyze Learners – States Objectives – Select Methods, Media, and Material – Utilize Media and materials – Require Learner Participation –
Evaluate and Revise Adapun langkah-langkah penerapan model ASSURE dalam materi adalah :
1. Analyze Learners (Analisis Pelajar) Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan
dengan ciri-ciri belajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005
menyatakan sukar untuk menganalisis semua ciri pelajar yang ada, namun 42 ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar
sesuai .berdasarkan ciri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan
struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran
ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain Siswa kelas IX SMP/MTs merupakan tahap operasi formal dengan kisaran usia 14 tahun –
dewasa menurut teori Piaget. Karakteristik anak kelas IX SMP/ MTs adalah senang melakukan belajar dengan melakukan sesuatu kegaiatan
(learning by doing), senang melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Pada tahap ini siswa mulai berpikir secara abstrak, menalar secara
logis, menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia dan dapat menerima pandangan orang lain. Pada tahap ini pula siswa sudah mampu
mengasimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep
dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan
pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya Pada usia ini anak sudah mulai mampu berpikir logis dalam bentuk sederhana, anak sudah menyadari adanya masa lalu, masa
kini, dan masa yang akan datang, dan juga anak sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan objek-
objek kongkret. Dalam hal ini Keterampilan berfikir 43 logis dan kritis serta mampu menanggapi permasalahan atau peristiwa yang ada di
lingkungan sekitar amat diperlukan dalam pengembangan pembelajaran.
2. States Objectives (Menyatakan Tujuan) Langkah kedua dari model ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Hasil belajar apa yang
diharapkan dapat siswa capai? Lebih tepatnya, kemampuan baru apakah yang harus dimiliki siswa setelah proses pembelajaran. Objectives
adalah sebuah pernyataan tentang apa yang akan dicapai, bukan bagaimana untuk mencapai. Pernyataan tujuan harus spesifik. Tujuan
pembelajaran hendaknya mengandung unsur ABCD. Standar Kompetensi : 4. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi
Dasar : 4.1. Mendeskripsikan sistem reproduksi dan penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi pada manusia. A. Tujuan
Pembelajaran : Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : • Mengidentifikasi dan memahami fungsi bagian-bagian reproduksi pada
manusia • Menjelaskan tahap-tahap reproduksi pada manusia • Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan pada manusia. • Mendata
kelainan dan penyakit pada organ sistem reproduksi pada manusia.
3. Select Methods, Media, and Materials (Pemilihan Metode, Media dan Bahan Ajar). Suatu rencana yang sistematik dalam penggunaan media
dan teknologi tentu menuntut agar metode, media dan materinya dipilih secara sistematis pula. 44 Proses pemilihannya melibatkan dua
langkah. a. Memilih Metode Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada siswa untuk menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada siswa. Metode Tanya jawab dilakukan dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa,
terutama oleh siswa dari guru, tetapi ada pula dari siswa kepada guru. Hal ini digunakan untuk memberikan pemahaman (kognitif) siswa untuk
materi yang membutuhkan pemahaman siswa Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi,
baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Tujuan berdiskusi pada
pembelajaran ini yaitu mendidik siswa untuk berfikir dan memecahkan masalah secara bersama-sama sebagai bentuk dari nilai karakter yang
ingin diterapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas IX yaitu sudah mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah
hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain. Metode pemberian tugas
merupakan suatu cara mengajar dengan cara memberikan sejumlah tugas yang diberikan guru kepada murid dan adanya pertanggungjawaban
terhadap hasilnya.dalam pembelajaran ini siswa secara berkelompok ditugaskan untuk observasi langsung ke lingkungan masyarakat 45 untuk
mendapatkan kompetensi yang relevan. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas IX adalah senang melakukan belajar dengan melakukan
sesuatu kegaiatan (learning by doing) selai itu guru juga mempunyai tujuan lain selain yaitu penanaman nilai karakter yang harus di miliki oleh
siswa. Metode simulasi dilakukan dalam bentuk peserta didik mensimulasikan ataupun mendemonstrasikan contoh-contoh yang terdapat dalam
materi. Metode simulasi ini sangat baik untuk memudahkan para siswa menggunakan memori jangka panjangnya (LTM) dalam memahami suatu
konsep ataupun contoh-contoh kongkret sebuah materi sehingga dari simulasi tersebut para siswa bisa mengambil sebuah kesimpulan dari
materi yang ada b. Memilih Format Media dan bahan ajar Pada kegiatan pembelajaran menggunakan model ASSURE, media dan bahan ajar yang
di guna kan berupa: LKS pengembangan berbantuan audio visual, yaitu dengan menyusun LKS yang kemudian di padukan dengan video animasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan materi pembelajaran. Video animasi yang digunakan berupa animasi gametogenesis yang terdiri dari
animasi spertogenesis atau pembentukan sperma, video animasi oogenesis atau pembentukan sel telur/ovum. Video animasi ketiga adalah
fertlisasi atau proses perbuahan, sedangkan video yang terakhir adalah video pertumbuhan embrio sampai menjadi janin yang siap lahir menjadi
bayi. 46 LKS yang disusun tersebut kemudian di uji cobakan pada siswa obyek penelitian yaitu kelompok kecil kelompok terbatas. Hasil dari uji
ciba tersebut kemudian dilakukan revisi untuk disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran.
4. Utilize Media and Materials (Penggunaan Media dan bahan) Langkah berikutnya adalah penggunaan media dan bahan ajar oleh siswa dan
guru. Melimpahnya ketersediaan media dan bergesernya filsafat dari belajar yang berpusat pada guru ke siswa meningkatkan kemungkinan
siswa akan menggunakan bahan ajar sendiri. Sebelum dimulainya pembelajaran guru mengkondisikan kelas senyaman mungkin sehingga siswa
akan merasa nyaman dan aman dalam mengikuti pembelajaran. Langkah kedua yaitu guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran yaitu pemakaian LKS berbantuan audio visual dengan menggunakan media LCD. LCD proyektor dinyalakan dan layar di tempatkan
di depan kelas agar semua siswa bisa melihat dan mengamati dengan jelas. Tahap selanjutnya adalah dengan membagikan printout LKS yang
telah disusun sesuai dengan materi pembelajaran yang akan di pelajari. Bahan ajar yang disiapkan sebelumnya antara lain materi pembelajaran,
RPP dan tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh siswa.
5. Require Learner Participation (Partisipasi Pelajar di dalam kelas) Partisipasi berisi kegiatan siswa dalam pembelajaran di dalam kelas diawali
dengan kesiapan siswa untuk belajar yaitu siswa duduk dengan rapi di bangku masing-masing, memberikan penghormatan dan mengucapkan
salam kepada guru. Guru mengkondisikan kelas sampai siswa siap dalam belajar (nyaman). 47 Pada kegatan awal guru memberikan salam,
motivasi, melakukan apersepsi dengan menanyakan keadaan siswa serta menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran. Pada kegiatan inti
siswa melakukan pengamatan terhadap videovideo animasi yang ada di dalam LKS berbantuan audio visual yang dimaksudkan untuk
menumbuhkan sikap afektif dan kognitif siswa. Selanjutnya siswa mengerjakan lembaran tugas kelompok dengan mengidentifikasi dan
menentukan objek serta menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran dan akomodasi yaitu proses memanfaatkan
konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan dan menentukan objek selain itu guru bertujuan untuk membentuk nilai karakter demokratis,
menghargai prestasi dan bersahabat antar siswa. Selanjutnya siswa ditunjuk secara acak untuk mempresentasikan hasil pekerjaan tugas dan
siswa yang lain berkewajiban untuk mengomentari dan memberikan tanggapan. Nilai karakter yang ingin dimunculkan pada persentasi tugas
yaitu nilai toleransi, komunikatif dan tanggung jawab. Selanjutnya siswa dan guru menyamakan persepsi. Tahap akhir siswa bersama guru
melakukan tanya jawab sehubungan dengan kompetensi yang diperoleh siswa pada saat pembelajaran. Selanjutnya siswa diberikan tugas
pengamatan secara kelompok ataupun individu ke lingkungan sekitar sehubungan dengan materi yang telah dipelajari untuk dikumpulkan dan
dipersentasikan pada pertemuan selanjutnya. Pada kegiatan pengamatan ini bertujuan agar siswa mampu mengkonstruksi konsep sehingga
mampu mengkaitkan dengan kehidupan 48 nyata selain itu guru memiliki tujuan agar siswa bisa menumbuhkan nilai karakter antara lain jujur,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
5. Evaluate and Revise (Penilaian dan Revisi) Komponen terakhir model ASSURE untuk pembelajaran yang efektif adalah evaluasi dan revisi.
Kegiatan ini berfungsi untuk mengukur prestasi siswa Penilaian terhadap siswa dilakukan oleh guru mulai dari awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. 3.2. Tempat Dan Waktu Uji Coba Produk Awal Pengembangan Uji coba produk awal pengembangan dilaksanakan pada bulan
Februari 2012, di empat Sekolah Menengah Pertama yang menjadi sampel penelitian di Kecamatan Sukoharjo 3.3. Populasi Dan Sampel
Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas IX sekolah negeri dan swasta yang berada di lingkungan Kecamatan Sukoharjo,
yang berjumlah 4 Sekolah menengah pertama. Dari masing – masing sekolah tersebut selanjutnya dikelompokan menjadi beberapa kelompok
dengan kriteria satu sekolah hanya akan diambil satu kelas yang mewakili karakteristik sekolah tersebut, dan pada setiap kelompok yang
dijadikan sampel penelitian hanya terdiri dari empat sekolah. Pengambilan sampel tersebut secara rinci dijelaskan pada sampel uji lapangan
terbatas, karena sampel yang digunakan diperoleh dengan teknik yang sama. 49 3.4. Langkah Pengembangan LKS Gambar 1. Bagan desain
pengembangan LKS Tahap Pertama : Studi Pendahuluan Analisis Kebutuhan Tahap Kedua : Perencanaan Merumuskan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dsa Merumuskan indikator Pembljrn Tahap Ketiga : Mengembangkan Produk Awal Menyusun LKS (LKS) Memilih Audio Video
Pembelajaran yang akan digunakan Memadukan LKS dan Audio-Video Pembelajaran yang telah dpilih Editing Finishing Tahap Ke empat : Validasi
Produk Awal Validasi Ahli Materi Validasi Ahli Media Tahap Kelima : Ujicoba Produk Ujicoba Kelompok Kecil Ujicoba Kelompok Terbatas Uji
Lapangan Terbatas Revisi Revisi Revisi Tahap Ke – enam Laporan Hasil Uji Coba 50 Dari bagan tersebut pada tahap pertama pengembang
melakukan studi awal penelitian. Studi awal penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan bahan belajar siswa. Untuk mengetahui hal
tersebut peneliti menggunakan studi dokumentasi serta angket kebutuhan bahan belajar siswa. Pada tahap kedua, dari hasil analisis studi
dokumentasi hasil ulangan semester genap di kelas IX, peneliti menganalisis kompetansi dasar sampai pada indikator materi pembelajaran yang
kurang dikuasai oleh siswa, dari hasil analisis tersebut peneliti merumuskan keberhasilan penelitian. Setelah tahap pertama hingga tahap kedua
diselesaikan selanjutnya adalah tahap ketiga yaitu proses pembuatan produk, di mulai dari menyusun LKS, memilih audio video yang akan
dipakai hingga pada finishing produk pengembangan. Setelah bahan belajar LKS IPA berbantuan media audio visual sudah dalam bentuk
kepingan disk, produk awal pengembangan sebelum di validasi oleh ahli media pembelajaran, selanjutnya adalah tahap keempat pengembangan
yaitu memvalidasi produk kepada orang yang ahli dibidangnya dalam hal ini adalah ahi materi pembelajaran dan ahli media pembelajaran,
setelah mendapatkan saran dari para ahli dan produk hasil pengembangan tersebut telah direvisi maka produk tersebut disebut dengan produk
awal pengembangan. Pada tahap kelima, pada tahapan ini produk awal pengembangan di uji cobakan kepada sampel penelitian yang dilakukan
dengan tiga tahapan yaitu 51 a. Uji Kelompok Kecil Uji kelompok kecil dilakukan pada beberapa siswa yang sudah ditentukan untuk mengetahui
kemenarikan dari desain Media pembelajaran berbantuan audio visual. b. Uji Kelompok Terbatas Uji kelompok terbatas dilakukan setelah ada
revisi dari uji kelompok kecil sehinngga media pembelajaran yang diujikan adalah hasil revisi dari media pembelajaran sebelumnya. c. Uji
Lapangan Terbatas. Uji coba lapangan terbatas dilakukan setelah adanya revisi media pembelajaran berbantuan audio visual hasil revisi uji
kelompok kecil dan revisi dari uji kelompok terbatas dengan melihat kekurangan dan menambahkan masukan dari berbagai pihak sehingga
kemenarikan, motivasi, dan keefektifitas proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran IPA yang berbasis audio visual dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa meningkat. 52 3.5 Metode Penelitian Tahap I Studi Awal Penelitian Studi awal penelitian dilakukan
dengan melakukan studi dokumentasi dan angket tanggapan siswa terhadap bahan belajar IPA yang sudah ada di sekolah masing - masing.
Sampel Studi Awal Penelitian Pada studi awal penelitian, sampel yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap bahan belajar
yang sudah ada adalah 1) Siswa di kelas IX SMP Negeri 1 Sukoharjo, 2)Siswa kelas IX SMP Negeri 2 Sukoharjo 3)Siswa kelas IX di SMP PGRI
Sukoharjo 4)Siswa kelas IX di SMP Islam Al Munir Sukoharjo dari masing – masing sekolah tersebut di ambil sebanyak 10 siswa sebagai
responden Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data penelitian tahap I ini bertujuan untuk mengetahui jenis bahan belajar yang ada
pada setiap sekolah yang menjadi sampel penelitian. 3.5.1 Perencanaan Desain Pengembangan Perencanaan desain ini diawali dengan
menentukan kompetensi dasar, merumuskan indikator keberhasilan dan tujuan belajar. Perencanaan desain media belajar LKS IPA berbantuan
media audio visual untuk 53 menyesuaikan dengan isi materi yang dimuat, sehingga pembelajaran menggunakan media belajar LKS IPA
berbantuan media audio visual akan tepat guna. Sehingga proses pembelajaran dengan sarana belajar LKS IPA berbantuan media audio visual
akan lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 3.5.2 Validasi Desain Pengembangan Validasi desain merupakan proses penilaian
terhadap desain pengembangan yang telah dirancang, apakah desain yang telah dirancang tersebut dapat menjawab tujuan pengembangan
media pembelajaran LKS IPA berbantuan media audio visual atau sebaliknya.Validasi yang dilakukan oleh ahli masih bersifat rasional dan
berdasarkan pengalaman para ahli media dan ahli materi pada pembelajaran IPA untuk siswa kelas IX sekolah menengah pertama. Validasi
desain media pembelajaran dilakukan oleh seorang yang telah bergelar master pendidikan pada teknologi pendidikan dan validasi materi
pembelajaran dilakukan oleh dosen pembimbing selaku dosen fakultas pendidikan pada jurusan IPA Proses validasi ini disertai dengan produk
awal pengembangan yang telah dibuat, hal ini bertujuan agar penilaian yang diberikan oleh validator desain tidak saja berdasarkan rancangan
desainya melainkan melihat dari produk hasil rancangan desain pembelajaran. Produk yang disajikan 54 kepada validator merupakan produk
awal pengembangan, setelah produk awal direvisi maka produk hasil revisi disebut dengan produk utama pengembangan. 3.6 Metode Penelitian
Tahap II Model Rancangan Eksperimen Untuk mengetahui apakah produk utama pengembangan efektif digunakan sebagai bahan belajar
mandiri maka rancangan penelitian yang dilakukan ditunjukkan bagan berikut : Gambar 2. Model Rancangan Eksperimen 3.6.2 Populasi Dan
Sampel Uji Lapangan Terbatas Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas IX sekolah menengah pertama di Kecamatan Sukoharjo. Dari
populasi yang ada di Kecamatan Sukoharjo, penarikan sampel penelitian dengan menggunakan cluster random sampling, dengan cara
mengelompokkan masing – masing satu Uji kelompok Kecil Uji Kelompok Terbatas REVISI I Uji Lapangan terbatas SMP N 1 Sukoharjo SMP PGRI
Sukoharjo SMP N 2 Sukoharjo REVISI II SMP AL Munir Sukoharjo REVISI AKHIR 55 untuk setiap sekolah, hal tersebut dilakukan karena jumlah
kelas yang tersebar di tiap sekolah tidak sama dan tidak merata jumlah siswanya. 3.6.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang
berkaitan dengan produk pengembangan dan tes tertulis yang dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa sesudah
menggunakan produk pengembangan. Uji Kelompok Kecil Pada uji kelompok kecil sampel yang akan diambil sebanyak enam siswa dengan
kriteria tiga siswa memiliki nilai di bawah rata – rata kelas dan tiga siswa memiliki nilai di atas rata – rata nilai kelas, pada setiap sekolah yang
menjadi sampel penelitan. Kelompok tersebut diberikan angket serta proses pembelajaran menggunakan produk pengembangan, dimana
angket bertujuan untuk mengetahui hasil peningkatan prestasi belajar siswa melalui LKS IPA dengan berbantuan media audio visual. Uji
Kelompok Terbatas Pada uji kelompok terbatas sampel yang diambil sebanyak dua belas siswa, dengan kriteria pengambilan sampel sama
dengan uji kelompok kecil, dengan membagi menjadi dua kategori yaitu siswa dengan nilai di bawah rata – rata kelas dan siswa dengan nilai di
atas rata – rata kelas pada setiap 56 sekolah yang menjadi sampel penelitan. Pada pelaksanaan uji kelompok kecil juga bertujuan untuk
mengetahui hasil peningkatan prestasi belajar siswa melalui LKS IPA dengan mengkolaborasikan audio visual. Uji Lapangan Terbatas. Pada uji
lapangan terbatas, hampir sama dengan uji pada kelompok kecil maupun kelompok terbatas, namun yang membedakan pada uji lapangan
terbatas adalah subjek penelitian tidak dibagi kelompok berdasarkan nilai rata – rata kelas, akan tetapi satu kelas siswa di kelas IX pada sekolah
yang menjadi sampel penelitian, dengan diberikan angket tanggapan terhadap produk pengembangan dan diberikan tes akhir pembelajaran.
Pada uji lapangan terbatas hasil angket dan hasil tes akhir pembelajaran digunakan untuk mengetahui persentase efektifitas penigkatan prestasi
belajar IPA siswa di kelas IX, sehingga produk pengembangan dapat digunakan lebih luas. 3.6.4 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian Suatu penelitian
dikatakan baik apabila memiliki instrumen yang baik pula, instrumen tersebut dikategorikan baik jika memiliki validatas dan reabilitas instrumen
yang baik pula. Oleh karena itu item tes dan angket yang akan diberikan kepada siswa telah mendapatkan validitas dan reabilitas yang baik. 57
Untuk hal ini angket yang diberikan pada responden (siswa) memiliki tujuan untuk mengetahui kelayakan produk pengembangan. Sedangkan
butir soal pre-tes dan pos-tes bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi antara produk yang dikembangkan dengan peningkatan prestasi
belajar siswa khususnya pada pokok bahasan Reproduksi pada Manusia pada bidang studi IPA Kriteria pengembangan instrumen angket
mengacu pada dua faktor utama yaitu : 1) aspek manfaat 2) aspek tampilan atau sajian. Sedangkan untuk butir tes mengacu pada beberapa
indikator keberhasilan pembelajaran IPA. Sebelum angket dan soal tes diberikan untuk menguji produk pengembangan, terlebih dahulu
dilakukan validasi instrument, hal ini dilakukan untuk mendapatkan angket dan butir tes yang baik sehingga hasil dari penelitian yang akan
dilakukan dapat dikatakan baik. Validasi instrumen ini menggunakan validasi konstruk melalui analisis faktor terhadap instrumen, untuk
mengukur efektifitas produk pengembangan yang akan digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Validasi ini dilakukan dengan
berkonsultasi dengan ahli materi dan ahli media. 58 3.6.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan dua teknik
analisis data hal tersebut dilakukan karena terdapat dua alat untuk pengambilan data yaitu angket tanggapan siswa terhadap bahan belajar LKS
IPA berbantuan media audio visual dan tes akhir pembelajaran. Untuk analisis data yang diperoleh melalui angket tanggapan siswa dianalisis
dengan menggunakan skala rating numerik, sedangkan data yang diperoleh dari hasil tes akhir pembelajaran dianalisis dengan menggunakan
statistik uji proporsi satu kelompok. Skala Rating Numerik Data – data yang didapat melalui hasil angket selanjutnya dianalisis menggunakan
skala rating numerik, menurut ( Sukardi 2009:170) skala ini menggunakan kriteria penskoran sebagai berikut: a. Skor 1 untuk kategori sangat
tidak setuju/sangat tidak sesuai b. Skor 2 untuk kategori tidak setuju/tidak sesuai c. Skor 3 untuk kategori setuju/sesuai. d. Skor 4 untuk kategori
sangat setuju/ sangat sesuai. Dari kriteria tersebut data yang diperoleh selanjutnya dikategorikan kedalam beberapa kategoti berikut (Sukardi
2009:170), a. Produk sangat layak digunakan 59 b. Produk layak untuk digunakan c. Produk kurang layak untuk digunakan d. Produk tidak layak
untuk digunakan. Untuk menentukan apakah hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat dikategorikan dengan kategori tersebut, maka
persepsi responden dianalisis dengan menggunakan rumus (Sugiyono,2009:143) 𝑷𝒆𝒓𝒔𝒆𝒑𝒔𝒊 𝑹𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 = 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒎𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒕𝒂
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑲𝒓𝒊𝒕𝒆𝒓𝒊𝒖𝒎 × 𝟏𝟎𝟎% Jumlah persepsi responden yang diperoleh selanjutnya dibagi dengan kategori yang ada untuk menyatakan
tanggapan responden tersebut. Uji Normalitas Sebelum melakukan analisis data yang diperoleh melalui hasil pos-tes, terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas untuk mengetahui kenormalan distribusi sampel penelitian. Uji normalitas sampel penelitian ini dilakukan dengan statistik non
parametrik dengan menggunakan program SPSS versi 17, dan menggunakan metode sampel Kolmogorov Smirnov. Hipotesis pada uji normalitas
adalah H0 : sampel penelitian berdistribusi tidak normal H1 : sampel penelitian berdistribusi normal 60 Pengambilan keputusan pada uji
normalitas ini berdasarkan pada besaran probabilitas atau asymp. Sig (2-tiled ), karena uji asymp, sig ( 2-tiled dilakukan pada dua sisi ) maka nilai
α = 5% dibagi dua sehingga nilai α yang digunakan adalah α = 0,025, dengan demikian kriteria uji hipotesis adalah: H0 diterima jika nilai
signifikansi, atau nilai probabilitas < 0,025. H0 ditolak jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,025. Jika semua sampel memiliki nilai
variabel lebih besar dari nilai α (0,025) maka dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian yang diambil berdistribusi normal. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui sampel yang di ambil memiliki kesamaan, sehingga produk yang dihasilkan dapat di generalisasikan untuk siswa kelas IX
Sekolah Menengah Pertama.
Uji homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17. Dari tabel analisis yang diperoleh diketahui jumlah kuadrat,derajat
kebebasan, rata – rata kuadrat serta nilai F hitung dan nilai sig. Untuk hipotesis pengujian bahwa : H0 sampel penelitian memiliki nilai rata – rata
yang sama H1 sampel penelitian memiliki nilat rata – rata berbeda. Untuk uji kritis dari hipotesis tersebut adalah: 61 Jika nilai Fhitung < Ftabel
maka H0 diterima. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak. Besarnya nilai F hitung =1,497, dan nilai Sig = 0,196 > α (0,05), maka H0 diterima.
Berarti sampel penelitian yang digunakan memiliki nilai rata – rata sama. Uji Proporsi Uji proporsi dilakukan untuk mengetahui persentase
peningkatan prestasi belajar siswa setelah terjadi proses pembelajaran dengan menggunakan bahan belajar IPA yang berbantuan audi visual.
Uji proporsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17, dengan melakukan uji non-parametrik binomial, adapun hipotesis uji
proporsi ini adalah: H0 : prestasi belajar siswa meningkat ≥ 60% jumlah siswa. H1 : prestasi belajar siswa meningkat < 60% jumlah siswa. Untuk
kriteria penerimaan adalah : H0 di terima jika nilai Sig > (0,025) H0 ditolak jika nilai sig < (0,025)