Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Pengembangan Bahan Ajar Fisika


Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Cetak

Oleh:
Fuja Novitra
15175015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


0

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena berawal
dari pendidikan terciptalah sumberdaya manusia yang tangguh dan mampu
mengadakan perubahan menuju pembangunan bangsa dan negara yang lebih maju.
Namun kondisi pendidikan Indonesia saat ini belum sesuai dengan yang
diharapkan, meskipun telah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum, tetapi
kualitas pendidikan masih tertinggal dengan negara lain. Pengembangan suatu
bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa.
Bahan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus dipersiapkan
guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Kelengkapan
bahan pembelajaran akan membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran. Lebih dari itu, bahan pembelajaran merupakan komponen yang
sangat menentukan bagi tercapainya tujuan belajar dan pembelajaran.
Bahan pembelajaran yang lengkap dan disusun secara sistematis dapat
menciptakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kualitas
bahan pembelajaran juga merupakan salah satu faktor penentu bagi proses belajar
dan pembelajaran untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu bahan ajar
merupakan suatu unsur yang sangat penting yang harus mendapat perhatian guru
dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pembelajaran di dalam kelas, sehingga
tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
Guru sebagai pelaksana pendidikan atau proses belajar dan pembelajaran
dituntut untuk mampu membuat bahan pembelajaran yang berkualitas. Bahan
pembelajaran berkualitas dimaksud adalah bahan pembelajaran dapat menjawab

permasalahan serta memenuhi kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan belajarnya.


Oleh karena itu, bahan pembelajaran hendaknya dapat memberikan pengetahuan,
keterampilan, serta nilai dan sikap yang harus dipelajari siswa untuk mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan.
Mempersiapkan dan membuat bahan pembelajaran tentu saja bukanlah
pekerjaan yang mudah. Bahan pembelajaran tersebut merupakan ramuan yang
menentukan kompetensi yang akan dicapai dan dimiliki peserta didik di akhir
kegiatan atau setelah berlangsungnya proses belajar dan pembelajaran.
Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan bahan
ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
(2008: 8-9) sebagai berikut; (1) Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,
artinya bahan belajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum, (2)
Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan
dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi
lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa, (3)
Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau
kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan
karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya
partisipasi dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran. Pengembangan
lembar kegiatan siswa menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan
bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena lembar kegiatan
siswa dapat membantu siswa menambah informasi tentang materi yang dipelajari
melalui kegiatan belajar secara sistematis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam
makalah adalah bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar cetak.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan menganalisis prosedur pengembangan bahan
ajar cetak.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, serta nilai dan sikap.
Terdapat beberapa rumusan tentang pengertian bahan pembelajaran, antara
lain dikemukakan oleh Gintings (2008: 152) yaitu, bahan pembelajaran adalah
rangkuman materi yang diberikan dan diajarkan kepada siswa dalam bentuk
bahan tercetak atau dalam bentuk lain yang tersimpan dalam file elektronik baik
verbal maupun tertulis. Untuk mengupayakan agar siswa memiliki pemahaman
awal tentang materi pembelajaran yang akan dibahas, sebaiknya bahan
pembelajaran ini disampaikan atau dibagikan terlebih dahulu kepada peserta
didik sebelum proses belajar dan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini baik untuk
dilakukan karena dengan mempelajarinya lebih dulu diharapkan peserta didik
dapat

berpartisipasi

aktif

selama

berlangsungnya

proses

belajar

dan

pembelajaran.
Pengertian lain tentang bahan pembelajaran dikemukakan oleh Pannin
(2001), ia menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Prastowo (2011) menyatakan pemahaman bahan
ajar sebagai segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai
peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian sebagaimana tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa bahan pembelajaran merupakan susunan sistematis dari
berbagai bentuk bahan pembelajaran baik tertulis seperti buku pelajaran, modul,
handout, LKS maupun yang tidak tertulis seperti maket, bahan ajar audio, bahan

ajar interaktif yang di pakai atau digunakan sebagai pedoman atau panduan oleh
pendidik atau instruktur dalam proses belajar dan pembelajaran.
B. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
Prastowo (2011:49) menjelaskan ada beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam pengembangan suatu bahan ajar, yaitu analisis kebutuhan bahan ajar,
menyusun peta bahan ajar, dan mengembangkan bahan ajar berdasarkan struktur
dan bentuk materi ajar yang dikembangkan.
Sebagaimana telah dikemukan pada bagian terdahulu, bahan pembelajaran
merupakan komponen penting yang harus disusun dan dipersiapkan guru sebelum
melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Bahan pembelajaran tersebut
merupakan ramuan yang menentukan kompetensi yang akan dicapai dan dimiliki
peserta didik di akhir kegiatan atau setelah berlangsungnya proses belajar dan
pembelajaran. Menurut Gintings (2008) ada beberapa prosedur yang harus diikuti
dalam penyusunan bahan pembelajaran sebagaiman dijelaskan berikut ini.
1. Memahami KI, KD, Standar Kompetensi Lulusan, Silabus, Program Semester,
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun bahan
pembelajaran adalah memahami

standar isi (Permen 22/2006) berarti

memahmai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini telah dilakukan
guru ketika menyusun silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Memahami standar kompetensi lulusan (Permen 23/2006) juga
telah dilakukan ketika menyusun silabus. Walaupun demikian, ketika
menyusun bahan pembelajaran, dokumen-dokumen tersebut perlu perlu
dihadirkan dan dibaca kembali. Hal itu akan membantu penyusun bahan ajar
dalam mengaplikasikan prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Selain
itu, penyusunan bahan ajar akan terpandu ke arah yang jelas, sehingga bahan
ajar yang dihasilkan benar-benar berfungsi.
2. Mengidentifikasi Jenis Bahan Pembelajaran Berdasarkan Pemahaman
Mengidentifikasi jenis materi pembelajaran dilakukan agar penyusun
bahan pembelajaran mengenal dengan tepat jenis-jenis materi pembelajaran
yang akan disajikan.
3. Melakuan Pemetaan Materi
Hasil identifikasi dipetakan dan

diorganisasikan sesuai dengan

pendekatan yang dipilih (prosedural atau hierarkis). Pemetaan materi dilakukan


berdasarkan kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), dan standar
4

kompetensi lulusan (SKL). Tentu saja di dalamnya terdapat indikator


pencapaian yang telah dirumuskan pada saat menyusun silabus. Jika ketika
menyusun silabus telah terpeta dengan baik, pemetaan tidak diperlukan lagi.
Penyusun bahan ajar tinggal mempedomani yang ada pada silbus. Akan tetapi
jika belum terpetakan dengan baik, perlu pemetaan ulang setelah penyusunan
silabus.
4. Menetapkan Bentuk Penyajian
Langkah berikutnya yaitu menetapkan bentuk penyajian. Bentuk
penyajian dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut
adalah seperti buku teks, modul, diktat, lembar informasi, atau bahan ajar
sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai sisi.
Di antaranya dapat dilihat dari sisi kompleksitas struktur dan pekerjaannya.
Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan dengan yang lain.
Adapun yang paling kurang kompleksitasnya adalah bahan pembelajaran
sederhana.
5. Menyusun Struktur (Kerangka) Penyajian
Jika bentuk penyajian sudah ditetapkan, penyusun bahan pembelajaran
menyusun struktur atau kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi
dengan materi yang telah diatetapkan.
6. Membaca Buku Sumber
Membaca buku sumber diperlukan untuk menentukan materi yang
diisikan pada kerangka struktur penyajian. Kegiatan pengisian dilakukan
setelah penyusunan Struktur Penyajian.
7. Membuat Draft Bahan Pembelajaran
Kegiatan membuat draf (termasuk membahasakan, membuat ilustrasi,
gambar) ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan yang telah disebutkan
sebelumnya.
8. Merevisi (Menyunting) Bahan Pembelajaran
Meneliti ulang draf yang telah jadi seraya melakukan perbaikan (revisi)
jika diperlukan.
9. Mengujicobakan Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran diujicobakan

untuk

mengetahui

tingkat

kelayakannya sebagai bahan pembelajaran.


10. Merevisi dan Menulis Akhir (Finalisasi)
Melakukan perbaikan terhadap draf yang telah diujicobakan kemudian
melakukan kegiatan penulisan akhir (finalisasi).

C. Prosedur pengembangan bahan ajar cetak dengan model 4-D


Metode pengembangan bahan ajar (Development Research) dengan
menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D model). Adapun
tahapan model pengembangan meliputi tahap pendefinisian (define), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap ujicoba
(disseminate).
Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut (Trianto, 2007:6568).
1. Tahap Pendefinisian (define).
Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang
dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu:
a. Analisis ujung depan,
b. Analisis siswa,
c. Analisis tugas.
d. Analisis konsep,
e. Perumusan tujuan pembelajaran.
2. Tahap Perencanaan (Design).
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran.
Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu:
a. Penyusunan tes

acuan patokan, merupakan langkah awal yang

menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun


berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi
imti dalam kurikukum 2013). Tes ini merupakan suatu alat mengukur
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar
mengajar,
b. Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi
pelajaran,
c. Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan
dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang
dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
3. Tahap Pengembangan (Develop).

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran


yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi:
a. validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi,
b. simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran,
c. uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c)
digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lebih
lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
4.

Tahap penyebaran (Disseminate).


Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah
lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas
penggunaan perangkat di dalam KBM.

D. Prosedur pengembangan bahan ajar cetak dengan model ADDIE


Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian,
serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala
makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran
dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu
belajar.
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses adalah pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran
unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa
penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek
penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi
transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi

penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran,
dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
Salah satu model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapantahapan dasar sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari adalah model
ADDIE. Model ADDIE merupakan singkatan dari (A) Analysis, (D) Design, (D)
Development, (I) Implementation, dan (E) Evaluations (Benny, 2009: 125). Adapun
maksud dari ADDIE ini adalah,
Analyze

(menganalisis):

Kebutuhan,

peserta

didik,

dan

seterusnya.
Design (mendesain): Rumusan kompetensi, strategi.
Develop (mengembangkan): Materi ajar, media, dan seterusnya.
Implement (melaksanakan): Tatap muka, asesmen, dan
seterusnya.
Evaluate (menilai): Program pembelajaran, perbaikan.
(Dewi, 2009: 21)
Model ADDIE dikembangkan oleh pakar teknologi pendidikan sekitar
pertengahan tahun 1990-an. Pakar teknologi pendidikan tersebut adalah Reiser dan
Molenda. Pakar-pakar di bidang teknologi pendidikan pada saat itu kembali berupaya
menyamakan persepsi mereka terhadap desain pembelajaran. Kesepakatan inilah yang
melahirkan ADDIE yang berlandaskan pendekatan sistem.
Reiser dan Molenda keduanya berbeda dalam merumuskan ADDIE secara visual.
Reiser merumuskan ADDIE dengan penggunaan kata kerja (design, develop,
implement, evaluate). Reiser secara eksplisit menjabarkan revision atau perbaikan
terjadi diantara masing-masing fase. Sedangkan Molenda menyatakan bahwa seluruh
komponen dengan kata benda (analysis, design, development, implementation,
evaluation). Ia menggambarkan perbaikan melalui gambar garis terputus. Selain itu ia
juga menyatakan bahwa revisi dapat terjadi terus menerus dalam setiap tahap yang
dilalui walau tidak dinyatakan dengan jelas.
Berikut ini merupakan ilustrasi ADDIE menurut Reiser dan Molenda.

Gambar 1. ADDIE menurut Reiser


(Sumber: Dewi, 2009: 21)

Gambar 2. ADDIE menurut Molenda


(Sumber: Dewi, 2009: 21)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengembangan dengan model 4D
Rancangan pengembangan bahan menurut pengembangan model Four-D seperti
yang dikemukakan oleh Thiagarajan (Triyanto, 2010: 94) yang terdiri atas empat tahap,
yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develope), dan
penyebaran (dissemination).
1. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan penelitian diawali dengan perencanaan bahan ajar cetak.


Adapun langkah-langkah pengembangan bahan ajar cetak digambarkan pada Gambar.

Pembelajaran fisika

Define

Analisis Analisis
pesertaKurikulum
didikAnalisis materi

Design
Validasi ahli

Prototipe Awal

Valid
Revisi

Ya

Prototipe Akhir

Develop
Uji Coba Lapangan

Analisis Hasil Uji Coba

Bahan ajar modul Yang Valid, Praktis, dan Efektif

Dissemination

rbatas penggunaan perangkat di sekolah lain

Langkah-langkah bahan ajar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Tahap Pendefinisian (Define)


Tahap Pendefinisian merupakan langkah awal dalam penelitian pengembangan.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap analisis yaitu mengidentifikasi suatu perbedaan
antara apa yang perlu ada dan apa yang idealnya atau yang diinginkan. Terdapat
banyak kebutuhan pengajaran, maka perlu diadakan prioritas. Dalam penelitian ini
analisis kebutuhan yakni analisis kurikulum, analisispeserta didik, dan analisis
materi.
1) Analisis kurikulum
Langkah yang ditempuh pada tahap ini adalah menganalisis bahan ajar
bagaimana yang cocok untuk memenuhi tuntutan kurikulum 2013 untuk materi
yang dipilih. Hal tersebut meliputi kegiatan mendiskripsikan pembelajaran yang
ada di kurikulum. Kemudian melakukan analisis masalah yang terdapat pada
bahan ajar yang digunakan oleh guru di sekolah. Dari hasil analisis ini diperoleh
informasi mengenai bagian-bagian yang perlu dikembangkan.
2) Analisis peserta didik

10

Menurut

Suparman

(2004:34),

melakukan

analisis

dengan

mengidentifikasi karakteristik peserta didik adalah sangat penting sekali sebelum


menentukan tujuan pembelajaran, karena heterogennya peserta didik. Analisis
peserta didik berupa telaah karakteristik peserta didik yang meliputi
perkembangan pengetahuan, sikap terhadap topik pembelajaran, tingkat
perkembangan kognitif, keterampilan penyelesaian masalah, latar belakang
pengetahuan dan sosial budaya siswa. Analisis inilah yang akan dijadilkan
kerangka acuan dalam menyusun bahan ajar. Lembar wawancara peserta
didikdigunakan instrumen non tes untuk pengungkapan data yang diperlukan
dalam menganalisis masalah pembelajaran yang dialami peserta didik.
3) Analisis Materi
Analisis materi merupakan identifikasi konsep-konsep utama yang akan
diajarkan dan menyusunnya secarasistematis serta mengaitkan konsep secara
relevan. Analisis materi ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci dan
menyusunnya secara sistematis konsep-konsep utama dari materi usaha dan
energi. Analisis materi sesuai dengan KI dan KD yang harus dicapai peserta
didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya
materi yang benar-benarmenunjang tercapainya standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.
Feist (2010: 331) menjelaskan bahwa sebelum mentransformasikan materi
pembelajaran kepada peserta didik, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis
materi pembelajaran. Adapun hal-hal yang mesti dilakukan dalam menganalisis
materi pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam KI dan KD. Aspek
tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek pada KI dan KD memerlukan
jenis materi yang berbeda-beda dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2) Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran. Materi yang akan diajarkan perlu
diidentifikasi secara tepat agar pencapaian kompetensinya dapat diukur. Di
samping itu, dengan mengidentifikasi jenis-jenis guru akan mendapatkan
ketepatan dalam metode pembelajarannya. Karena, setiap jenis materi
pembelajaran memerlukan strategi, metode, media, dan sistem evaluasi yang
berbeda-beda. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi
pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan cara mengajukan
pertanyaan tentang KD yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mengacu

11

pada KD, akan mudah untuk mengetahui apakah materi yang harus disajikan
berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau keterampilan. Agar
menjadi lebih jelas dalam mengidentifikasi materi pembelajaran apakah
termasuk aspek pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), aspek
sikap dan aspek keterampilan sesuai dengan kurikulum 2013.
3) Memilih jenis materi yang sesuai dengan KI dan KD yang harus dikuasai
peserta didik.
4) Berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Artinya, konsep hirarki kebutuhan
yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level
rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu
sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi menjadi hal yang
memotivasi.
5) Berorientasi pada perkembangan peserta didik.
6) Masalah absolescence yang menyangkut validitas dan signifikansi isi
kurikulum.

Absolescence menjadi

persoalan

dalam

kaitan

pesatnya

perkembangan IPTEK. Absolescence tersebut dapat terjadi pada fakta, konsep


dasar, dan teori-teori di mana fakta diorganisasi dan diinterpretasi.
7) Materi mesti konsisten. Jika KD yang harus dikuasai peserta didik ada 2
macam, maka materi yang harus diajarkan juga meliputi 2 macam atau lebih.
Jadi analisis materi meliputi identifikasi, rincian dan susunan sistematis
konsep-konsep untuk menyusun setiap bagian bahan ajar cetak. Konsep pelajaran
yang digunakan dalam penelitian pengembangan bahan ajar cetak sesuai dengan
kurikulum 2013.
b. Tahap Perancangan (Design)
Sebelum bahan ajar cetak dikembangkan, maka dilakukan perencanaan terlebih
dulu. Pada tahap perancangan dibuat kisi-kisi untuk instrumen penilaian validasi,
efektifitas, dan praktikalitas bahan ajar cetak. Adapun kisi-kisi instrumen validasi
bahan ajar cetak dapat dilihat pada Tabel.
Tabel. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Bahan ajar
Komponen
Pengembangan
RPP
a. Komponen RPP

Kisi-kisi Pengembangan
Identitas mata pelajaran, KI dan KD, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,
materi,

strategi

pembelajaran,

langkah

12

Komponen

Kisi-kisi Pengembangan

Pengembangan

pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar, alat


b. Perumusan
indikator

dan bahan, penilaian.


1) Kesesuaian dengan KI dan KD
2) Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional
dengan kompetensi yang diukur.
3) Kesesuaian dengan aspek sikap, pengetahuan,

dan keterampilan.
c. Perumusan Tujuan 1) Kesesuaian dengan proses dan kompetensi
Pembelajaran

d. Pemilihan

pembelajaran yang diharapkan.


2) Kesesuaian dengan indikator dan kompetensi

Materi 1)
2)
pelajaran
3)
e. Pemilihan Sumber 1)
2)
dan Media Belajar

dasar.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
Kesesuaian dengan alokasi waktu
Kesesuaian dengan KI dan KD.
Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan

pendekatan yang digunakan.


3) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik
f. Pemilihan strategi 1) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2) Kesesuaian
dengan
pendekatan
yang
Pembelajaran
digunakan.
3) Kesesuaian dengan materi pelajaran
4) Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik
g. Perancangan
1) Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti, dan
Skenario
Pembelajaran

penutup dengan jelas.


2) Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan yang
digunakan.
3) Kesesuaian

penyajian dengan

sistematika

materi.
4) Kesesuaian alokasi waktu dengan cakupan
h. Pemilihan Penilaian

materi.
1) Kesesuaian
penilaian.
2) Kesesuaian

dengan
dengan

teknik

dan

dengan

bentuk
indikator

pencapaian kompetensi.
3) Kesesuaian kunci jawaban dan pedoman
penskoran soal.
Modul

13

Komponen
Pengembangan
a. Komponen modul

b. Kelayakan isi

Kisi-kisi Pengembangan
Memuat: judul, petunjuk belajar (PETUNJUK
peserta

didik/guru),

dicapai,

informasi

kompetensi
pendukung,

yang

akan

contoh

soal,

rangkuman, dan evaluasi/penilaian.


1)
Kesesuaian dengan KIdan KD
2)

Kesesuaian dengan
perkembangan anak

3)

Kesesuaian dengan kebutuhan


bahan ajar

4)

Kebenaran substansi materi


pembelajaran

5)

Manfaat untuk penambahan


wawasan

6)

Kesesuaian dengan nilai


moral, dan nilai-nilai sosial

c.

Komponen
kebahasaan

1)

Keterbacaan

2)

Kejelasan
informasi

3)

Kesesuaian dengan
kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar

4)

Pemanfaatan
bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan

d.

Komponen
penyajian

e.

Komponen
Kegrafikan

1)

singkat)
Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai

2)

Urutan sajian

3)

Pemberian motivasi, daya tarik

4)

Interaksi (pemberian stimulus dan respon)

5)
1)

Kelengkapan informasi
Penggunaan font; jenis dan ukuran

2)

Lay out atau tata letak

3)

Ilustrasi, gambar, foto

4)

Desain tampilan
14

Komponen
Pengembangan
LKPD
a. Komponen LKPD

Kisi-kisi Pengembangan
Memuat: judul,nama kelompok, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, indicator, tujuan
pembelajaran,

identifikasi

masalah,

rumusan

masalah, hipotesis, langkah kerja, pertanyaan


analisis, kesimpulan.
Kelayak 1)

b.
an isi

Kesesuaian dengan KI dan

KD
2)

Kesesuaian dengan
perkembangan anak

3)

Kesesuaian dengan
kebutuhan bahan ajar

4)

Kebenaran substansi
materi pembelajaran

5)

Manfaat untuk
penambahan wawasan

6)

Kesesuaian dengan nilai


moral, dan nilai-nilai sosial

c.

Kompon 1)
en kebahasaan

Keterbacaan

2)

Kejelasan
informasi

3)

Kesesuaian dengan
kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar

4)

Pemanfaatan
bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan

d.

Kompon 1)
2)
en penyajian
3)
4)
5)
e.
Kompon 1)
2)
en Kegrafikan
3)

singkat)
Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
Urutan sajian
Pemberian motivasi, daya tarik
Interaksi (pemberian stimulus dan respon)
Kelengkapan informasi
Penggunaan font; jenis dan ukuran
Lay out atau tata letak
Ilustrasi, gambar, foto

15

Komponen

Kisi-kisi Pengembangan

Pengembangan

4) Desain tampilan
Penilaian
a.

1) Indikator hendaknya memperhatikan UKRK

Pengembangan
indikator penilaian

(urgensi,

kontinuitas,

relevansi,

dan

keterpakaian). Urgensi,maksudnyapenting dan


harus dikuasai peserta didik. Kontinuitas, yaitu
pendalaman

dan/atau

perluasan

dari

kompetensi pada jenjang/tingkat sebelumnya.


Relevansi,diperlukan karena ada hubungannya
untuk

mempelajari

atau

memahami

kompetensi dan/atau konsep mata pelajaran


lain. Keterpakaian, artinya memiliki nilai
terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menggunakan kata kerja operasional yang
dapat diukur
3) Ada keterkaitan

dengan

materi

dan

kompetensi yang diuji


4) Dapat dibuat soalnya dengan rumusan ABCD
(audience, behavior,condition,degree).
1) relevan dengan proses pembelajaran, materi,

b.
Pengembangan

kompetensi dan kegiatan pembelajaran.

instrumen penilaian 2) menuntut kemampuan berpikir berjenjang,


dan
penskoran

pedoman

berkesinambungan, dan bermakna dengan


mengacu pada aspek berpikir Taksonomi
Bloom
3) mengembangkan kemampuan berpikir kritis
seperti:
menarik

mendeskripsikan,
kesimpulan,

menganalisis,

menilai,

melakukan

penelitian, memecahkan masalah, dsb.


4) mengukur berbagai kemampuan yang sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik.

16

Komponen
Pengembangan

Kisi-kisi Pengembangan
5) mengikuti kaidah penulisan soal.

(Pedoman Pengembangan Bahan Ajar, Depdiknas: 2008)

Berdasarkan kisi-kisi instrumen validasi bahan ajar yang telah dirancang,


dikontruksikan dan didiskusikan dengan para pakar. Diskusi dan konsultasi
dilakukan sampai diperoleh bentuk prototipe yang valid dan layak untuk
digunakan.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar. Pada tahap ini
dilakukan 2 fase yaitu penilaian ahli dan uji pengembangan. Fase penilaian ahli
dilakukan penilaian oleh para ahli dan praktisi untuk memperoleh bahan ajar modul
yang valid. Kemudian fase kedua yaitu uji pengembangan meliputi praktikalitas
dan efektifitas. Langkah-langkahnya dijelaskan sebagai berikut.
1)
Tahap validasi
Kata valid berarti tepat, sahih, benar, dan absah. Pada fase ini dilakukan
kegiatan validasi terhadap bahan ajar. Untuk mengetahui apakah bahan ajar
modul tersebut valid atau tidak maka dilakukan validasi. Validasi dilakukan oleh
pakar atau praktisi. Selanjutnya hasil dari validasi dianalisis untuk digunakan
sebagai landasan penyempurnaan atau revisi perangkat awal pembelajaran. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh bahan ajar yang valid.
Validasi yang dilakukan terhadap bahan ajar cetak ini meliputi empat
validasi, yaitu:
a) Validasi isi, yaitu apakah bahan ajar cetak yang disusun sesuai dengan
pemilihan kompetensi pokok.
b) Validasi konstruk, yaitu kesesuaian komponen-komponen bahan ajar cetak

2)

dengan unsur-unsur pengembangan yang sudah ditetapkan.


c) Validasi bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang sesuai dengan EYD.
Tahap praktikalitas
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian prototipe penggunaan bahan ajar
cetak oleh peserta didik dan guru, yaitu melaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan penilaian validator. Disini
dilakukan uji coba produk yang bertujuan untuk mendapatkan tingkat
kepraktisan dari bahan ajar yang dikembangkan. Tingkat kepraktisan

17

penggunaan bahan ajar cetak oleh guru dapat dilihat dari daya tarik penggunaan,
proses pengembangan, kemudahan penggunaan, keberfungsian dan kegunaan
perangkat dalam proses pembelajaran, reliabilitas, dan nilai ekonomis dari
perangkat.
3)

Tahap efektifitas
Pada tahap ini dilakukan evaluasi apakah prototipe dapat digunakan
dengan harapan dan efektif untuk meningkatkan aktivitas dan kompetensipeserta
didik. Aspek efektifitas kompetensi yang diamati meliputi tingkat ketercapaian
peserta didik pada kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilandalam
penyelesaian masalah peseserta didik setelah proses pembelajaran. Sedangkan,
aspek efektifitas berupa aktivitas siswa diamati saat proses pembelajaran
berlangsung oleh observer.

d. Tahap Peyebaran (Dessiminate)


Tahap ini merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan
pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, atau oleh guru
lain. Tujuan penyebaran ini adalah untuk menguji praktikalitas dan efektivitas
penggunaan perangkat di dalam pembelajaran.
2. Uji Coba Produk
Uji coba produk yang dimaksud untuk mengumpulkan data yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kepraktisan dan keefektifan produk
yang dihasilkan. Uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
keterlaksanaan bahan ajar cetak di kelas, sedangkan uji efektivitas dilakukan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengembangan bahan ajar.
B. Pengembangan dengan model ADDIE
Salah satu model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapantahapan dasar sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari adalah model
ADDIE. Model ADDIE merupakan singkatan dari (A) Analysis, (D) Design, (D)
Development, (I) Implementation, dan (E) Evaluations (Benny, 2009: 125). Adapun
maksud dari ADDIE ini adalah,
Analyze (menganalisis): Kebutuhan, peserta didik, dan seterusnya.
Design (mendesain): Rumusan kompetensi, strategi.
Develop (mengembangkan): Materi ajar, media, dan seterusnya.

18

Implement (melaksanakan): Tatap muka, asesmen, dan seterusnya.


Evaluate (menilai): Program pembelajaran, perbaikan.
Kelima fase atau tahap dalam model ADDIE perlu dilakukan secara sistemik dan
sistematik. Adapun penjelasana dari kelima fase ADDIE adalah:
1. Analisis (Analysis)
Peringkat ini berkaitan dengan mengenal pasti masalah dan cara penyelesaiannya.
Masalah yang berkaitan boleh dikenal pasti melalui pelbagai kaedah atau teknik
misalnya temu bual, pemerhatian, tinjauan, soal selidik dan sebagainya. Tujuan proses
ini adalah untuk memastikan reka bentuk instruksi yang akan dihasilkan menepati atau
memenuhi keperluan pengguna yang sebenar. Untuk mengenal pasti masalah-masalah
yang berkaitan, beberapa analisis dilakukan terhadap beberapa aspek akan dilakukan,
antaranya analisis persekitaran pembelajaran, analisis terhadap pengguna, mengenal
pasti matlamat pengajaran dan sebagainya.
Langkah analisis terdiri atas dua tahap yaitu analisis kinerja atau performance
analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap pertama, yaitu analisis kinerja
dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi
memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan
manajemen. Contoh masalah yang membutuhkan solusi berupa penyelenggaraan
program pembelajaran yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dapat
menyebabkan rendahnya kinerja individu dalam organisasi atau perusahaan. Sedangkan
contoh masalah yang membutuhkan solusi berupa perbaikan manajemen adalah
rendahnya motivasi berprestasi, kejenuhan, dsb. Tahap kedua adalah analisis kebutuhan,
merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan yang
diperlukan siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar (Benny, 2009: 128).
Strickland menyatakan model ADDIE menimbulkan beberapa persoalan dalam
fasa analisis ini yang bertujuan untuk menentukan kandungan yang sepatutnya bagi
pengembangan fasa seterusnya yaitu,
a. Siapakah pengguna aplikasi?
Mengenal pasti ciri-ciri pelajar.
b. Apakah yang perlu mereka pelajari?
Nyatakan sasaran dan matlamat pengajaran
c. Apakah pilihan kaedah penyampaian?
Web, cakera padat, buku dan sebagainya
d. Apakah halangan atau kekangan projek?

19

Masa, kos, kemudahan komputer dan sebagainya


e. Apakah yang dilakukan oleh pelajar untuk menentukan kemahiran?
Menyiapkan kertas kerja, kuiz dan sebagainya.
f. Berapa lama jangka masa untuk menyempurnakan projek?
Kiraan termasuk pengurusan, menentukan tugasan, carta alir, papan cerita, reka
bentuk dan sebagainya
g. Apakah ciri-ciri pembelajaran sama ada kelas atau web?
Memastikan semua pelajar membuat tugasan sendiri, mengajar konsep
pengendalian web, asas pembelajaran komputer dan sebagainya.
h. Apakah yang perlu dititikberatkan dalam pedagogik dalam talian?
Secara lisan, visual, dengar dan sebagainya.
Persoalan-persoalan di atas merupakan contoh yang boleh digunakan ketika
menjalankan analisis dan boleh dilanjutkan pengkajiannya kepada persoalan-persoalan
lain yang dapat membantu proses reka bentuk aplikasi agar menepati atau memenuhi
keperluan pengguna yang sebenarnya.
Jadi, tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).
Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile
calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas
yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
2. Desain (Design)
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat
bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) di atas kertas
harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama
merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan
realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran
yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada
banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang
paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain,
semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya,
dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-print yang jelas
dan rinci. Jadi, dapat dikatakan bahwa pada langkah desain yang perlu dilakukan adalah

20

menentukan pengalaman belajar atau learning experiences yang perlu dimiliki siswa
(Benny, 2009: 130).
Dalam fasa desain ini, model ADDIE ini mencadangkan lima langkah yaitu,
a.

Berterusan menganalisis subjek

b.

Menggunakan strategi pengajaran berpandukan jenis kandungan

c.

Membina papan cerita

d.

Mereka cipta paparan skrin pengguna

e.

Mengumpul bahan-bahan yang diperlukan


Secara keseluruhannya, proses ini menjelaskan mengenai rupa bentuk, struktur,
pendekatan pengajaran, teori pembelajaran, jenis media dan teknologi yang digunakan.
Pereka bentuk instruksi (instructional designer) perlu mendapatkan perkara-perkara
berikut:

a.

Objektif pembelajaran yang sesuai dan boleh dicapai oleh pelajar setelah berjaya
menamatkan pelajaran melalui aplikasi yang dibangunkan.

b.

Membentuk aktiviti, latihan dan juga ujian yang perlu dilaksanakan.

c.

Menyemak cara atau kaedah sesuatu penyampaian maklumat dalam aplikasi


yang disampaikan agar ianya mudah difahami oleh pengguna.
3. Pengembangan (Development)
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi
kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul
cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan
belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan
dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba
sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah
satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan
(file.upi.edu, 2014).
Fasa ini meliputi kegiatan membuat, membeli, dan memodifikasi bahan ajar atau
learning materials untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pengadaan bahan ajar perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran spesifik atau
learning outcomes yang telah dirumuskan oleh desainer.

21

Fase pengembangan dalam Model ADDIE menentukan alatan dan proses-proses


yang biasanya digunakan untuk membina bahan pengajaran. Langkah ini termasuk
membangunkan papan cerita yang sedia ada, kod pengaturcaraan, paparan antaramuka
pengguna dan memasukkan elemen-elemen multimedia.
Fasa ini juga merupakan proses pengarangan dan penghasilan bahan yang
diperlukan untuk mencapai objektif yang dilaksanakan berdasarkan Proses Peningkatan
Objektif (Prosess Performance Objectives) dan berpandukan alat pengukuran yang
ditetapkan dalam fasa reka bentuk. Produk dalam fasa ini ialah hasil tindakan pelan
lengkap yang menyenaraikan prosedur langkah demi langkah untuk melaksanakan
sebarang perubahan. Oleh karena itu, perancangan fasa ini perlu dimasukkan orang
yang bertanggungjawab terhadap komponen-komponen projek, jadual masa dan tempoh
akhir sekiranya dijalankan secara berpasukan.
Semasa fasa pengembangan, semua audio, video dan bahan-bahan teks telah
dikumpul, disedia dan disiapkan. Ketika ini juga dokumentasi disediakan dan produk
tersedia untuk diuji.
Lanjutan daripada di atas, kita melihat proses pengembangan ini melibatkan
penghasilan aplikasi dengan menggunakan beberapa perisian seperti perisian
pengaturcaraan, pengarangan, grafik, audio, video dan sebagainya. Dalam proses ini
juga, pembangun aplikasi akan menggunakan pendekatan yang telah ditentukan dalam
fasa reka bentuk, contohnya:
a. Pengguna disediakan dengan panduan pengguna agar pengguna tidak
menghadapi masalah menggunakan aplikasi itu nanti.
b. Kandungan pelajaran yang disediakan bersesuaian dengan tahap kebolehan,
umur, latar belakang pengguna dan sebagainya.
c. Latihan disediakan untuk menguji kefahaman pengguna selepas menamatkan
pembelajaran.
d. Terdapat rangsangan yang menarik contohnya grafik yang pelbagai, kesan bunyi
dan animasi agar pengguna tidak merasa bosan mengikuti pembelajaran
tersebut.
4. Pelaksanaan atau Implementasi (Implementation)

22

Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang


sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau
diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal.
Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut
juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal
(file.upi.edu, 2014).
Dalam fasa implementasi, model ADDIE menyediakan beberapa rangka kerja.
Rangka kerja ini adalah untuk memastikan perlaksanaan jadual masa dan prosedur
untuk melatih fasilitator dan pelajar, serta memperkenalkan produk prototaip. Produk ini
kemudiannya akan dibaiki mengikut keperluan dan sebarang kesalahan dapat diatasi
berdasarkan maklum balas pengguna sasaran.
Proses implementasi projek merangkumi penyediaan suasana pembelajaran yang
meliputi latihan kepada fasilitator dan pelajar serta menempatkan semua peralatan yang
digunakan. Berikut merupakan rangka kerja setiap komponen yang terlibat:
a. Latihan fasilitator merangkumi aktiviti ko-kurikulum, hasil pembelajaran,
kaedah penyampaian, dan prosedur percobaan.
b. Persediaan pelajar termasuklah memberi latihan untuk menggunakan alatan baru
sama ada perkakasan atau perisian, pendaftaran pelajar (sekiranya perlu),
memberikan cadangan kepada pelajar tentang cara penggunaan perisian yang
baik, dan persiapan lain seperti yang telah dikenal pasti dalam peringkat
analisis.
c. Persediaan kelengkapan termasuklah memastikan ruang pembelajaran pelajar
mencukupi untuk kelengkapan ko-kurikulum, perletakan buku-buku, peralatan
manipulasi pembelajaran, CD-ROM dan perisian berada pada tempatnya, serta
memastikan sebarang pautan luar seperti rangkaian internet berfungsi.
Tujuan utama dari tahap implementasi, yang merupakan langkah realisasi desain
dan pengembangan adalah,
a. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.
b. Menjamin terjadinya pemecahan masalah/ solusi untuk mengatasi
kesenjangan hasil belajar siswa.
c. Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran siswa perlu memiliki
kompetensi-pengetahuan, keterampilan, dan sikap-yang diperlukan.

23

(Benny, 2009: 134).

5. Penilaian (Evaluation)
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi
bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat
tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.
Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang
kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita
kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain (file.upi.edu,
2014).
Tujuan utama dari tahap evaluasi adalah,
a. Sikap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.
b. Peningkatan kompetensi dalam diri siswa yang merupakan dampak dari
keikutsertaan dalam program pembelajaran.
c. Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan
kompetensi siswa setelah mengikuti program pembelajaran.
(Benny, 2009: 134).
Tabel 1. Rangkuman Aktivitas Model ADDIE
Tahap

Analysis

Design
Develop

Pengembangan Aktivitas
1) Pra perencanaan: pemikiran tentang produk (model, metode,
media, bahan ajar) baru yang akan dikembangkan.
2) Mengidentifikasi produk yang sesuai dengan sasaran peserta
didik, tujuan belajar, mengidentifikasi isi/materi pembelajaran,
mengidentifikasi lingkungan belajar dan strategi penyampaian
dalam pembelajaran
1) Merancang konsep produk baru di atas kertas.
2) Merancang perangkat pengembangan produk baru. Rancangan
ditulis untuk masing-masing unit pembelajaran. Petunjuk
penerapan desain atau pembuatan produk ditulis secara rinci
1) Mengembangkan perangkat produk (materi/bahan dan alat)
yang diperlukan dalam pengembangan.
2) Berbasis pada hasil rancangan produk, pada tahap ini mulai
24

3)
1)
Implementatio
n

Evaluation

2)

1)
2)
3)
4)

dibuat produknya (materi/bahan, alat) yang sesuai dengan


struktur model.
Membuat instrumen untuk mengukur kinerja produk
Memulai menggunakan produk baru dalam pembelajaran atau
lingkungan yang nyata.
Melihat kembali tujuan-tujuan pengembangan produk, interaksi
antar peserta didik serta menanyakan umpan balik awal proses
evaluasi.
Melihat kembali dampak pembelajaran dengan cara yang kritis.
Mengukur ketercapaian tujuan pengembangan produk.
Mengukur apa yang telah mampu dicapai oleh sasaran.
Mencari informasi apa saja yang dapat membuat peserta didik
mencapai hasil dengan baik

25

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. R&D sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan diteruskan
dengan development.
2. Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan
pengguna dan dalam pelaksanaan uji coba produk.
3. Development dilakukan untuk menghasilkan bahan ajar.
4. Tahap perancangan pengembangan bahan ajar menurut pengembangan model
Four-D, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan
(develope), dan penyebaran (dissemination).
5. Tahap perancangan pengembangan bahan ajar menurut pengembangan model
ADDIE,

yaitu

Analysis,

Design,

Development,

Implementation,

dan

Evaluations
B. Saran
Untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD
tahun 1945, dibutuhkan guru yang profesional. Guru profesional hendaknya paham
dan menghayati kompetensi yang harus dipenuhinya sebagai guru profesional.
Menghasilkan bahan ajar yang valid, praktis, efisien dan efektif merupakan salah
satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki seorang guru. Karena dengan
diperolehnya bahan ajar yang berkualiatas akan memberikan pelayanan prima bagi
siswa, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang berkualitas pula.

DAFTAR PUSTAKA
26

Benny, A.Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas.
Gintings, Abdorrakhman. 2008. Essensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Humaniora.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreaftif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva
Press.

27

Anda mungkin juga menyukai