Oleh:
Fuja Novitra
15175015
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena berawal
dari pendidikan terciptalah sumberdaya manusia yang tangguh dan mampu
mengadakan perubahan menuju pembangunan bangsa dan negara yang lebih maju.
Namun kondisi pendidikan Indonesia saat ini belum sesuai dengan yang
diharapkan, meskipun telah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum, tetapi
kualitas pendidikan masih tertinggal dengan negara lain. Pengembangan suatu
bahan ajar harus didasarkan pada analisis kebutuhan siswa.
Bahan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus dipersiapkan
guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Kelengkapan
bahan pembelajaran akan membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran. Lebih dari itu, bahan pembelajaran merupakan komponen yang
sangat menentukan bagi tercapainya tujuan belajar dan pembelajaran.
Bahan pembelajaran yang lengkap dan disusun secara sistematis dapat
menciptakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kualitas
bahan pembelajaran juga merupakan salah satu faktor penentu bagi proses belajar
dan pembelajaran untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu bahan ajar
merupakan suatu unsur yang sangat penting yang harus mendapat perhatian guru
dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan pembelajaran di dalam kelas, sehingga
tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
Guru sebagai pelaksana pendidikan atau proses belajar dan pembelajaran
dituntut untuk mampu membuat bahan pembelajaran yang berkualitas. Bahan
pembelajaran berkualitas dimaksud adalah bahan pembelajaran dapat menjawab
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, serta nilai dan sikap.
Terdapat beberapa rumusan tentang pengertian bahan pembelajaran, antara
lain dikemukakan oleh Gintings (2008: 152) yaitu, bahan pembelajaran adalah
rangkuman materi yang diberikan dan diajarkan kepada siswa dalam bentuk
bahan tercetak atau dalam bentuk lain yang tersimpan dalam file elektronik baik
verbal maupun tertulis. Untuk mengupayakan agar siswa memiliki pemahaman
awal tentang materi pembelajaran yang akan dibahas, sebaiknya bahan
pembelajaran ini disampaikan atau dibagikan terlebih dahulu kepada peserta
didik sebelum proses belajar dan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini baik untuk
dilakukan karena dengan mempelajarinya lebih dulu diharapkan peserta didik
dapat
berpartisipasi
aktif
selama
berlangsungnya
proses
belajar
dan
pembelajaran.
Pengertian lain tentang bahan pembelajaran dikemukakan oleh Pannin
(2001), ia menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Prastowo (2011) menyatakan pemahaman bahan
ajar sebagai segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai
peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian sebagaimana tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa bahan pembelajaran merupakan susunan sistematis dari
berbagai bentuk bahan pembelajaran baik tertulis seperti buku pelajaran, modul,
handout, LKS maupun yang tidak tertulis seperti maket, bahan ajar audio, bahan
ajar interaktif yang di pakai atau digunakan sebagai pedoman atau panduan oleh
pendidik atau instruktur dalam proses belajar dan pembelajaran.
B. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
Prastowo (2011:49) menjelaskan ada beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam pengembangan suatu bahan ajar, yaitu analisis kebutuhan bahan ajar,
menyusun peta bahan ajar, dan mengembangkan bahan ajar berdasarkan struktur
dan bentuk materi ajar yang dikembangkan.
Sebagaimana telah dikemukan pada bagian terdahulu, bahan pembelajaran
merupakan komponen penting yang harus disusun dan dipersiapkan guru sebelum
melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran. Bahan pembelajaran tersebut
merupakan ramuan yang menentukan kompetensi yang akan dicapai dan dimiliki
peserta didik di akhir kegiatan atau setelah berlangsungnya proses belajar dan
pembelajaran. Menurut Gintings (2008) ada beberapa prosedur yang harus diikuti
dalam penyusunan bahan pembelajaran sebagaiman dijelaskan berikut ini.
1. Memahami KI, KD, Standar Kompetensi Lulusan, Silabus, Program Semester,
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun bahan
pembelajaran adalah memahami
memahmai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini telah dilakukan
guru ketika menyusun silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Memahami standar kompetensi lulusan (Permen 23/2006) juga
telah dilakukan ketika menyusun silabus. Walaupun demikian, ketika
menyusun bahan pembelajaran, dokumen-dokumen tersebut perlu perlu
dihadirkan dan dibaca kembali. Hal itu akan membantu penyusun bahan ajar
dalam mengaplikasikan prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Selain
itu, penyusunan bahan ajar akan terpandu ke arah yang jelas, sehingga bahan
ajar yang dihasilkan benar-benar berfungsi.
2. Mengidentifikasi Jenis Bahan Pembelajaran Berdasarkan Pemahaman
Mengidentifikasi jenis materi pembelajaran dilakukan agar penyusun
bahan pembelajaran mengenal dengan tepat jenis-jenis materi pembelajaran
yang akan disajikan.
3. Melakuan Pemetaan Materi
Hasil identifikasi dipetakan dan
untuk
mengetahui
tingkat
penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran,
dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya
proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis
dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
Salah satu model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapantahapan dasar sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari adalah model
ADDIE. Model ADDIE merupakan singkatan dari (A) Analysis, (D) Design, (D)
Development, (I) Implementation, dan (E) Evaluations (Benny, 2009: 125). Adapun
maksud dari ADDIE ini adalah,
Analyze
(menganalisis):
Kebutuhan,
peserta
didik,
dan
seterusnya.
Design (mendesain): Rumusan kompetensi, strategi.
Develop (mengembangkan): Materi ajar, media, dan seterusnya.
Implement (melaksanakan): Tatap muka, asesmen, dan
seterusnya.
Evaluate (menilai): Program pembelajaran, perbaikan.
(Dewi, 2009: 21)
Model ADDIE dikembangkan oleh pakar teknologi pendidikan sekitar
pertengahan tahun 1990-an. Pakar teknologi pendidikan tersebut adalah Reiser dan
Molenda. Pakar-pakar di bidang teknologi pendidikan pada saat itu kembali berupaya
menyamakan persepsi mereka terhadap desain pembelajaran. Kesepakatan inilah yang
melahirkan ADDIE yang berlandaskan pendekatan sistem.
Reiser dan Molenda keduanya berbeda dalam merumuskan ADDIE secara visual.
Reiser merumuskan ADDIE dengan penggunaan kata kerja (design, develop,
implement, evaluate). Reiser secara eksplisit menjabarkan revision atau perbaikan
terjadi diantara masing-masing fase. Sedangkan Molenda menyatakan bahwa seluruh
komponen dengan kata benda (analysis, design, development, implementation,
evaluation). Ia menggambarkan perbaikan melalui gambar garis terputus. Selain itu ia
juga menyatakan bahwa revisi dapat terjadi terus menerus dalam setiap tahap yang
dilalui walau tidak dinyatakan dengan jelas.
Berikut ini merupakan ilustrasi ADDIE menurut Reiser dan Molenda.
Pembelajaran fisika
Define
Analisis Analisis
pesertaKurikulum
didikAnalisis materi
Design
Validasi ahli
Prototipe Awal
Valid
Revisi
Ya
Prototipe Akhir
Develop
Uji Coba Lapangan
Dissemination
10
Menurut
Suparman
(2004:34),
melakukan
analisis
dengan
11
pada KD, akan mudah untuk mengetahui apakah materi yang harus disajikan
berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau keterampilan. Agar
menjadi lebih jelas dalam mengidentifikasi materi pembelajaran apakah
termasuk aspek pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur), aspek
sikap dan aspek keterampilan sesuai dengan kurikulum 2013.
3) Memilih jenis materi yang sesuai dengan KI dan KD yang harus dikuasai
peserta didik.
4) Berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Artinya, konsep hirarki kebutuhan
yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level
rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu
sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi menjadi hal yang
memotivasi.
5) Berorientasi pada perkembangan peserta didik.
6) Masalah absolescence yang menyangkut validitas dan signifikansi isi
kurikulum.
Absolescence menjadi
persoalan
dalam
kaitan
pesatnya
Kisi-kisi Pengembangan
Identitas mata pelajaran, KI dan KD, indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,
materi,
strategi
pembelajaran,
langkah
12
Komponen
Kisi-kisi Pengembangan
Pengembangan
dan keterampilan.
c. Perumusan Tujuan 1) Kesesuaian dengan proses dan kompetensi
Pembelajaran
d. Pemilihan
Materi 1)
2)
pelajaran
3)
e. Pemilihan Sumber 1)
2)
dan Media Belajar
dasar.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
Kesesuaian dengan alokasi waktu
Kesesuaian dengan KI dan KD.
Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan
penyajian dengan
sistematika
materi.
4) Kesesuaian alokasi waktu dengan cakupan
h. Pemilihan Penilaian
materi.
1) Kesesuaian
penilaian.
2) Kesesuaian
dengan
dengan
teknik
dan
dengan
bentuk
indikator
pencapaian kompetensi.
3) Kesesuaian kunci jawaban dan pedoman
penskoran soal.
Modul
13
Komponen
Pengembangan
a. Komponen modul
b. Kelayakan isi
Kisi-kisi Pengembangan
Memuat: judul, petunjuk belajar (PETUNJUK
peserta
didik/guru),
dicapai,
informasi
kompetensi
pendukung,
yang
akan
contoh
soal,
Kesesuaian dengan
perkembangan anak
3)
4)
5)
6)
c.
Komponen
kebahasaan
1)
Keterbacaan
2)
Kejelasan
informasi
3)
Kesesuaian dengan
kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
4)
Pemanfaatan
bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan
d.
Komponen
penyajian
e.
Komponen
Kegrafikan
1)
singkat)
Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
2)
Urutan sajian
3)
4)
5)
1)
Kelengkapan informasi
Penggunaan font; jenis dan ukuran
2)
3)
4)
Desain tampilan
14
Komponen
Pengembangan
LKPD
a. Komponen LKPD
Kisi-kisi Pengembangan
Memuat: judul,nama kelompok, petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, indicator, tujuan
pembelajaran,
identifikasi
masalah,
rumusan
b.
an isi
KD
2)
Kesesuaian dengan
perkembangan anak
3)
Kesesuaian dengan
kebutuhan bahan ajar
4)
Kebenaran substansi
materi pembelajaran
5)
Manfaat untuk
penambahan wawasan
6)
c.
Kompon 1)
en kebahasaan
Keterbacaan
2)
Kejelasan
informasi
3)
Kesesuaian dengan
kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
4)
Pemanfaatan
bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan
d.
Kompon 1)
2)
en penyajian
3)
4)
5)
e.
Kompon 1)
2)
en Kegrafikan
3)
singkat)
Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
Urutan sajian
Pemberian motivasi, daya tarik
Interaksi (pemberian stimulus dan respon)
Kelengkapan informasi
Penggunaan font; jenis dan ukuran
Lay out atau tata letak
Ilustrasi, gambar, foto
15
Komponen
Kisi-kisi Pengembangan
Pengembangan
4) Desain tampilan
Penilaian
a.
Pengembangan
indikator penilaian
(urgensi,
kontinuitas,
relevansi,
dan
dan/atau
perluasan
dari
mempelajari
atau
memahami
dengan
materi
dan
b.
Pengembangan
pedoman
mendeskripsikan,
kesimpulan,
menganalisis,
menilai,
melakukan
16
Komponen
Pengembangan
Kisi-kisi Pengembangan
5) mengikuti kaidah penulisan soal.
2)
17
penggunaan bahan ajar cetak oleh guru dapat dilihat dari daya tarik penggunaan,
proses pengembangan, kemudahan penggunaan, keberfungsian dan kegunaan
perangkat dalam proses pembelajaran, reliabilitas, dan nilai ekonomis dari
perangkat.
3)
Tahap efektifitas
Pada tahap ini dilakukan evaluasi apakah prototipe dapat digunakan
dengan harapan dan efektif untuk meningkatkan aktivitas dan kompetensipeserta
didik. Aspek efektifitas kompetensi yang diamati meliputi tingkat ketercapaian
peserta didik pada kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilandalam
penyelesaian masalah peseserta didik setelah proses pembelajaran. Sedangkan,
aspek efektifitas berupa aktivitas siswa diamati saat proses pembelajaran
berlangsung oleh observer.
18
19
20
menentukan pengalaman belajar atau learning experiences yang perlu dimiliki siswa
(Benny, 2009: 130).
Dalam fasa desain ini, model ADDIE ini mencadangkan lima langkah yaitu,
a.
b.
c.
d.
e.
a.
Objektif pembelajaran yang sesuai dan boleh dicapai oleh pelajar setelah berjaya
menamatkan pelajaran melalui aplikasi yang dibangunkan.
b.
c.
21
22
23
5. Penilaian (Evaluation)
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi
bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat
tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.
Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang
kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita
kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain (file.upi.edu,
2014).
Tujuan utama dari tahap evaluasi adalah,
a. Sikap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.
b. Peningkatan kompetensi dalam diri siswa yang merupakan dampak dari
keikutsertaan dalam program pembelajaran.
c. Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan
kompetensi siswa setelah mengikuti program pembelajaran.
(Benny, 2009: 134).
Tabel 1. Rangkuman Aktivitas Model ADDIE
Tahap
Analysis
Design
Develop
Pengembangan Aktivitas
1) Pra perencanaan: pemikiran tentang produk (model, metode,
media, bahan ajar) baru yang akan dikembangkan.
2) Mengidentifikasi produk yang sesuai dengan sasaran peserta
didik, tujuan belajar, mengidentifikasi isi/materi pembelajaran,
mengidentifikasi lingkungan belajar dan strategi penyampaian
dalam pembelajaran
1) Merancang konsep produk baru di atas kertas.
2) Merancang perangkat pengembangan produk baru. Rancangan
ditulis untuk masing-masing unit pembelajaran. Petunjuk
penerapan desain atau pembuatan produk ditulis secara rinci
1) Mengembangkan perangkat produk (materi/bahan dan alat)
yang diperlukan dalam pengembangan.
2) Berbasis pada hasil rancangan produk, pada tahap ini mulai
24
3)
1)
Implementatio
n
Evaluation
2)
1)
2)
3)
4)
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. R&D sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan diteruskan
dengan development.
2. Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan
pengguna dan dalam pelaksanaan uji coba produk.
3. Development dilakukan untuk menghasilkan bahan ajar.
4. Tahap perancangan pengembangan bahan ajar menurut pengembangan model
Four-D, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan
(develope), dan penyebaran (dissemination).
5. Tahap perancangan pengembangan bahan ajar menurut pengembangan model
ADDIE,
yaitu
Analysis,
Design,
Development,
Implementation,
dan
Evaluations
B. Saran
Untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD
tahun 1945, dibutuhkan guru yang profesional. Guru profesional hendaknya paham
dan menghayati kompetensi yang harus dipenuhinya sebagai guru profesional.
Menghasilkan bahan ajar yang valid, praktis, efisien dan efektif merupakan salah
satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki seorang guru. Karena dengan
diperolehnya bahan ajar yang berkualiatas akan memberikan pelayanan prima bagi
siswa, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang berkualitas pula.
DAFTAR PUSTAKA
26
Benny, A.Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas.
Gintings, Abdorrakhman. 2008. Essensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Humaniora.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreaftif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva
Press.
27