Anda di halaman 1dari 62

1

Proposal Penelitian
Pengembangan Modul Teks Negosiasi dengan Menggunakan Pendekatan
Saintifik pada Kelas X Sekolah Menengah Atas

I.

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pentingnya bahan ajar (modul) dalam mencapai tujuan pembelajaran
merupakan pegangan wajib atau landasan dasar yang harus dimiliki oleh tenaga
pendidik. Poin penting dalam pembelajaran adalah perlunya persiapan yang
matang dari para guru. Lestari (2013:1) mengemukakan bahwa kemampuan guru
dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar menjadi hal yang sangat berperan
dalam menentukan keberhasilan proses belajar. Kaitannya dalam merancang
sebuah bahan ajar (modul)

harus disesuaikan dengan kurikulum yang ada

terutama kurikulum yang sedang berlaku saat ini.


Di Indonesia telah banyak mengalami pergantian kurikulum dengan
kuantitas dan kualitas tersendiri. Pengertian kurikulum yang terdapat dalam pasal
1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman pemyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada saat ini pun sudah
diterapkan juga kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013. Pada Kurikulum
2013 menerapkan proses mulai dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu,
dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka

sumber, dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan


pendekatan ilmiah, dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi, dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
Kurinasih (2014:47) menerangkan bahwa pada kurikulum 2013 ini siswa tidak
lagi menjadi objek dari pendidikan, tapi justru menjadi subjek dengan ikut
mengembangkan tema dan materi yang ada. Kurikulum 2013 ini disiapkan untuk
mencetak generasi yang siap menghadapi masa depan; atau dengan kata lain,
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Untuk menunjukkan hal tersebut sudah tertera pada kompetensi dasar
kurikulum 2013 tersebut terutama kaitannya dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia, diantaranya yaitu seperti 1) Memahami struktur dan kaidah teks;2)
Membandingkan teks baik melalui lisan maupun tulisan; 3) Menganalisis teks; 4)
Mengevaluasi teks; 5) Menginterpretasi makna teks; 6) Memproduksi teks yang
koheren sesuai dengan karakteristik teks;7) Menyunting teks sesuai dengan
struktur dan kaidah teks; 8) Mengabstraksi teks; 9) Mengonversi teks ke dalam
bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks yang baik.
Sesuai dengan Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran
Bahasa

Indonesia

memuat

lima

poin

penting

dalam

pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks tersebut


terdiri dari dua jenis teks faktual yaitu laporan hasil observasi
dan prosedur kompleks; dua jenis teks tanggapan yaitu teks
negosiasi dan teks eksposisi; dan satu jenis teks cerita, yaitu teks

anekdot. Jenis-jenis teks tersebut dapat dibedakan atas dasar tujuan (yang tidak
lain adalah fungsi sosial teks), struktur teks (tata organisasi), dan ciri-ciri
kebahasaan teks-teks tersebut. Sesuai dengan prinsip tersebut, teks yang berbeda
tentu memiliki fungsi yang berbeda, struktur teks yang berbeda, dan ciri-ciri
kebahasaan yang berbeda. Mahsun (2014:2) mengemukakan bahwa
karena teks digunakan untuk pernyataan suatu kegiatan sosial
dengan struktur berpikir yang lengkap, maka setiap teks memiliki
struktur tersendiri. Sementara itu, karnena tujuan sosial yang
hendak dicapai manusia dalam kehidupan itu beragam, maka
akan muncul beragam jenis teks dan tentunya dengan struktur
teks atau struktur berpikir yang beragam pula.
Hubungan proses pembelajaran yang terdapat pada buku siswa kelas X
(Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik) dengan penguasaan materi masih
membuat siswa merasa kesulitan untuk menguasai materi yang ada. Menurut
Sanjaya (2013:41) materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses
pembelajaran, bahkan dalam pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran
(Subject centered teaching) materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan
pembelajaran. Pentingnya materi pelajaran ditentukan oleh seberapa banyak siswa
dapat menguasai materi pelajaran tersebut terutama dalam menuntaskan isi dalam
kurikulum. Konteks materi pelajaran pada kurikulum 2013 yang berkaitan dengan
teks, maka peneliti dalam hal ini lebih tertuju pada teks negosiasi. Teks negosiasi
yang disajikan dalam kompetensi dasar dengan berbagai indikator memberikan
gambaran bahwa teks negosiasi masih membutuhkan kajian yang lebih jelas. Hal

tersebut dapat dilihat dari struktur kompetensi dasar dalam kurikulum 2013 yaitu
membandingkan teks, menganalisis teks, mengevaluasi teks, menginterpretasi
makna teks, memproduksi teks, menyunting teks, mengabstraksi teks, dan
mengonversi teks.
Pada proses pembelajaran tentang materi teks negosiasi tentunya harus
didukung dengan sebuah pendekatan agar proses belajar yang dilaksanakan dapat
terwujud secara potensial. Proses pendekatan itu berupa pendekatan ilmiah
(scientific approach) pentingnya sebuah pendekatan memberikan hal yang
berbeda dalam segi pembelajaran. Dengan pendekatan saintifik siswa akan lebih
terstruktur untuk memahami materi pelajaran yang akan diberikan oleh guru.
Bentuk terstruktur dari pendekatan saintifik tersebut yaitu dimulai dengan
mengamati,

menanya,

mengumpulkan

data(eksperimen/mengeksplorasi),

mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.


Kompetensi dasardengan berbagai indikator yang begitu banyak pada
kurikulum 2013merupakan modal dasar untuk para tenaga pendidik menggunakan
pendekatan saintifik. Penggunaan pendekatan saintifik akan memberikan
kemudahan kepada siswa dalam menguasai materi pelajaran. Tetapi hal itu juga
membutuhkan bahan ajar yang baik dan memiliki skala potensial yang memenuhi
standar. Menurut Sanjaya (2013:151) kesesuaian antara pengemasan bahan
pelajaran dengan tujuan yang harus dicapai, seperti yang dirumuskan dalam
kurikulum secara teknis harus menjadi pertimbangan pertama sebab dalam
pendekatan sistem tujuan adalah komponen yang utama dalam proses
pembelajaran.

Jika dilihat dari indikator yang disajikan dalam kompetensi dasar dengan
indikator yang cukup banyak membutuhkan pengembangan dalam bentuk bahan
ajar (modul), karena kondisi bahan ajar sekarang lebih banyak berupa konteks
yang belum jelas. Hal tersebut terlihat dari cara guru menyampaikan teknik
mengajarnya yaitu hanya dengan teknik ceramah dan tanya jawab.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan bahan ajar (modul) untuk
mempermudah siswa memahami materi pelajaran yang diberikan agar tujuan
pembelajaran dapat terwujud sesuai yang diharapkan. Sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional seperti yang terlampir dalam Permendiknas No. 23 tentang
Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut dapat
tercapai dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud mengembangkan
bahan ajar berupa modul yaitu tentang teks negosiasi dengan menggunakan
sebuah pendekatan ilmiah (saintifik). Oleh karena, itu penelitian ini penulis beri
judul Pengembangan Modul Teks Negosiasi

dengan Menggunakan

Pendekatan Saintifik pada Kelas X Sekolah Menengah Atas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kebutuhan bahan ajar (modul) di sekolah lokasi penelitian
dalam pembelajaran Teks Negosiasi yang akan dijadikan pengembangan
pembelajaran?
2. Bagaimanakah bentuk prototipe modul teks negosiasi?
3. Bagaimanakah hasil validasi modulteks negosiasi?

4. Bagaimanakah keefektifan hasil uji lapangan bahan ajar (modul) Teks


Negosiasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar sehingga
terbentuklah bahan ajar yang berupa modul Teks Negosiasi dengan menggunakan
pendekatan saintifik. Modul ini digunakan di kelas X Sekolah Menengah Atas
dengan rincian tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan kebutuhan siswa dan guru di sekolah lokasi penelitian dalam
pembelajaran Teks Negosiasi yang akan dijadikan bahan pengembangan bahan
ajar pembelajaran.
2) Menghasilkan bentuk prototipe modul teks negosiasi
3) Mendeskripsikan hasil validasi modul teks negosiasi hasil pengembangan.
4) Mendeskripsikan hasil uji lapangan bahan ajar berupa modul Teks Negosiasi
hasil pengembangan.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk bahan ajar berupa
modul yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa, serta sesuai dengan
kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut. Hasil penelitian pengembangan
bahan ajar modul menulis surat ini dapat menjadi tambahan literatur dan referensi
dalam bidang pengembangan bahan ajar berupa modul Teks Negosiasi. Dengan
adanya modul ini, diharapkan penelitian diharapkan bermanfaat secara praktis,
yaitu dapat memberikan kontribusi atau sumbangan kepada siswa, guru, dan
sekolah sebagai institusi.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Bahan Ajar

Proses pemberian pembelajaran yang berkualitas kepada siswa tentunya


harus memiliki persiapan yang matang ketika ingin menyampaikannya di kelas
yaitu berupa bahan ajar. Bahan ajar merupakan modal dasar setiap guru untuk
menyampaikan teknik kegiatan belajar mengajar di kelas secara baik. Menurut
Lestari (2013:1) bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
Adapun, dampak positif dari bahan ajar yaitu adalah bahwa guru akan
mempunyai banyak waktu untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran,
mambantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dari segala sumber atau
referensi yang digunakan dalam bahan ajar dan peranan guru sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan menjadi berkurang Lestari (dalam Widodo & Jasmani,
2013:1).
Bahan ajar tidak hanya memuat materi tentang pengetahuan tetapi juga
berisi tentang keterampilan dan sikap yang perlu dipelajari siswa untuk mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan.

2.2 Modul
2.2.1 Pengertian Modul
Modul merupakan materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara
tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri
materi tersebut. Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang
dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran karena itu

modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri (Asyhar, 2011:155).


Modul juga merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis yang
bahasa mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
usianya, agar mereka dapat belajar secara mandiri (Prastowo,2011:106).
Selanjutnya menurut Prawiradilaga (2005:6) modul adalah Bahan ajar yang
dinamis karena dapat digunakan untuk belajar mandiri atau kegiatan belajar
mengajar konvensional (bersama vasilitator).
Modul juga merupakan serangkaian yang memuat minimal tujuan
pembelajaran, materi/ substansi belajar, dan evaluasi. Darmiatun (2013:9)
mengatakan bahwa modul berfungsi sebagai sarana yang bersifat mandiri,
sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan
masing-masing.
Berdasarkan beberapa pendapatdi atas dapat disimpulkan bahwa modul
adalah bahan ajar tertulis yang disusun secara sistematis dan didesain dengan
tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa bimbingan guru.

2.2.2

Karakteristik Modul
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar,

pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik modul. Menurut


Daryanto (2013:3 modul yang diperlukan harus memenuhi karakteristik
diantaranya yaitu:
1. Self Instruction

Merupakan karakteristik penting dalam modul, pada tahap ini siswa


mampu belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Maka dalam
karakteristik ini modul harus:
a. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan
pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar.
b. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan
yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas;
c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran;
d. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
untuk mengukur penguasaan peserta didik;
e. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas
f.
g.
h.
i.
j.

konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik;


Menggunakan bahasa sederhana dan komunikatif;
Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
Terdapat instrumen penelitian;
Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik;
Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi yang

mendukung materi pembelajaran.


2. Self Containedmaksudnya yaitu memberikan kesempatan peserta didik
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas.
3. Berdiri sendiri (stand alone)yaitu merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar/ media lain.
4. Adaptif yaitu modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
5. Bersahabat/ Akrab (User Friendly)yaitu modul hendaknya memenuhi kaidah
User Friendly atau bersahabat/ akrab dengan pemakainya.
2.2.3

Desain Modul
Daryanto (2013:11) proses penyusunan modul terdiri dari tiga tahapan

pokok. Pertama, menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang

Bagan

10

sesuai. Pada tahap ini perlu diperhatikan berbagai karakteristik dari kompetensi
yang akan dipelajari, karakteristik peserta didik, dan karakteristik konteks dan
situasi dimana modul akan digunakan. Kedua, memproduksi atau mewujudkan
fisik modul. Komponen isi modul antara lain meliputi: tujuan belajar, prasyarat
pembelajar yang diperlukan, substansi atau materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan
belajar dan komponen pendukungnya. Ketiga, mengembangkan perangkat
penilaian. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar semua aspek kompetensi
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait) dapat dinilai berdasarkan kriteria
tertentu yang telah ditetapkan. Modul yang telah selesai dan masih digunakan
dalam kegiatan pembelajaran secara periodik harus dilakukan evaluasi dan
validasi untuk penjaminan kualitasnya.

2.2.4

Prosedur Penyusunan Modul


Daryanto (2013:16) modul pembelajaran disusun berdasarkan prinsip-

prinsip pengembangan modul. Modul yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip


pengembangan modulyaitu meliputi; 1) analisis kebutuhan; 2) pengembangan
desain modul; 3) implementasi; 4) penilaian; 5) evaluasi; dan 6) validas (jaminan
kualitas).Widodo dan Jasmani dalam Asyhar (2011:159161) mengemukakan
langkah-langkah kegiatan dalam proses penyusunan modul sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.

Analisis Kebutuhan Modul.


Penyusunan Naskah/Draf Modul
Uji Coba
Validasi
e. Revisi dan Produksi

2.2.5

PengembanganModul

11

Penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan sesuatu produk, desain dan


proses merupakan sesuatu yang diidentifikasi sebagai suatu penelitian
pengembangan. Setyosari (2010:222) mengemukakan bahwa perhatian terhadap
penelitian pengembangan ini memfokuskan kajiannya pada bidang desain atau
rancangan apakah itu berupa model desain dan desain bahan ajar, produk misalnya
modul, media, dan juga proses.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut pada

penelitian ini menitikberatkan pada pengembangan modul. Darmiatun (2013:31)


mengatakan bahwa pengembangan modul memiliki langkah-langkah yang harus
ditempuh yaitu 1) perencanaan, 2) penulisan, 3) review dan revisi, 4) finalisasi.

2.2.6

Tahap Perencanaan Penulisan Modul


Daryanto (2013:32) dalam merencanakan penulisan modul, terlebih dahulu

harus menyusun garis-garis besar isi modul (GBIM). GBIM yang dihasilkan
selanjutnya dijadikan pedoman dalam menulis modul. Ketika menyusun GBIM,
faktor-faktor yang melandasi kegiatan penyusunan GBIM tersebut sebagai
berikut:
1. Peserta didik.
2. Menentukan tujuan umum dan khusus.
3. Menentukan isi dan urutan materi pembelajaran.
4. Memilih dan menentukan media.
5. Menentukan strategi penilaian.
2.3.

Teks Negosiasi
2.3.1. Definisi Teks Negosiasi
Teks Negosiasi adalah rangkaian-rangkaian kalimat yang berbentuk proses

transaksi dengan melibatkan dua orang atau lebih. Secara garis besar teks
negosiasi merupakan interaksi sosial yang berupa dialog yang disampaikan secara
lisan. Menurut Titscher (2009:47) teks merupakan ujaran apa pun pada dasarnya

12

bisa dipandang sebagai teks dalam sebuah konteks.tertentu. Halliday (dikutip


Tistcher, 2009:48) menambahkan bahwa teks adalah segala sesuatu yang
bermakna dalam suatu situasi tertentu: Yang dimaksudkan dengan teks, kami
memahaminya sebagai sebuah proses pilihan semantik yang terus-menerus. Jika
hal tersebut dikaitkan dengan konteks negosiasi, maka teks negosiasi adalah teks
yang berupa lisan dengan proses mengenali, menata, dan menyepakati Syaratsyarat sebuah transaksi.
2.3.2. Konteks Teks Negosiasi
1. Agen, konstituen, khalayak
Aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam negosiasi adalah jumlah
pihak yang terlibat baik yang hadir langsung, mempengaruhi proses yang berjalan,
atau dipengaruhi oleh apa yang terjasi dalam negosiasi tersebut dengan kata lain
memengaruhi dinamika negosiasi. Menurut Lewicki (2013:2) negosiasi dapat juga
terjadi di dalam atau antara tim-tim negosiator. Satu tim adalah dua orang atau
beberapa pihak yang beraliansi untuk mengungkapkan kepentingan dan posisi
bersama.
Lewicki (2013:2) juga menerangkan bahwa negosiasi juga semakin
kompleks dengan tambahan agen, dan konstituen. Orang yang menjadi negosiator
itu dapat dikatakan agen dan konstituen adalah sebagai orang yang diwakilinya,
dengan kata lain konstituen adalah satu atau beberapa pihak yang menunjuk orang
lain (agen) untuk menyampaikan posisi dan kepentingannya dalam negosiasi.
Sedangkan untuk khalayak adalah individu atau kelompok yang tidak
terlibat langsung dalam atau dipengaruhi oleh suatu organisasi, tetapi yang
berkesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap peristiwa yang

13

berlangsung dan sering kali juga dapat memberikan masukan, saran, atau kritik
kepada negosiator.
2. Koalisi
Koalisi diartikan sebagai perkumpulan dua atau lebih partai antara
pengaturan sosial yang lebih besar yang bekerja sama untuk saling mengejar
tujuan yang diinginkan.
3. Multipihak dan Multitim
a. Negosiasi Multipihak merupakan ada lebih dari dua pihak yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan kolektif.
b. Negosiasi multitim digambarkan yaitu dua ko-negosiator atau lebih
yang memiliki kepentingan dan prioritas yang sama bernegosiasi
dengan dua ko-negosiator atau lebih di pihak lain yang memiliki
kepentingan dan prioriotas yana sama.
2.3.3. Karakteristik Teks Negosiasi
Tabel 3.1 Karakteristik Teks Negosiasi
N
o

Aspek

Kompetisi
(Negosiasi
Distributif)

Kolaborasi
(Negosiasi
Integratif)
Umumnya
sumber
daya untuk dibagikan
dalam jumlah yang
berbeda-beda.
Pencapaian
tujuan
bersama
dengan
pihak lain.

Struktur
Imbalan

Umumnya sejumlah
sumber daya tetap
untuk dibagikan.

Pencapaian
tujuan

Hubungan

Pencapaian
tujuan
sendiri
dengan
mengorbankan tujuan
pihak lain
Fokus jangka pendek;
pihak-pihak
tidak
memperkirakan untuk
bekerja sama di masa
depan.

Fokus
jangka
pangjang;
pihakpihak memperkirakan
untuk bekerja sama di
masa depan.

Negosiasi
Akomodatif
(Negesiasi Strategi
dan Perencanaan)
Umumnya sejumlah
sumber daya tetap
untuk dibagikan.
Subordinasi tujuan
sendiri demi tujuan
pihak lain.
Dapat
bersifat
jangka
pendek
(membiarkan pihak
lain menang untuk
menjaga
perdamaian)
atau
jangka
panjang
(membiarkan pihak
lain menang untuk
mendorong timbal
balik
di
masa
depan).

14

Motivasi
utam

Memaksimalkan hasil
sendiri

Memaksimalkan hasil
bersama

Kepercayaan
dan
Keterbukaan

Kepercayaan
dan
kebutuhan, menyimak
aktif,
pengkajian
alternatif
secara
bersama-sama.

Pengetahuan
kebutuhan

Prediktabilita
s

Kerahasiaan
dan
sikap defensif; sangat
mempercayai
diri
sendiri;
masingmasing pihak tidak
membiarkan
pihak
lain
mengetahui
kebutuhan
sebenarnya
Masing-masing pihak
mengetahui
kebutuhan
mereka
sendiri;
masingmasing
tidak
membiarkan
pihak
lain
mengetahui
kebutuhan
mereka
yang sebenarnya.
Masing-masing pihak
memanfaatkan unsur
ketidakprediksian dan
kejutan
untuk
membingungkan
pihak lain.

Keagresifan

Masing-masing pihak
menggunakan
ancaman
dan
gertakan,
dan
mencoba
meraih
keunggulan.

8.

Perilaku
mencari
solusi

9.

Ukuran
kesuksesan

Masing-masing pihak
berupaya
terlihat
berkomitmen dengan
posisi
mereka
menggunakan
argumentasi
dan
manipulasi terhadap
pihak lain.
Kesuksesan
diperkaya
dengan
menciptakan
citra

Memaksimalkan
hasil pihak lain atau
membiarkan mereka
menang
untuk
memperkaya
hubungan.
Salah satu pihak
relatif
terbuka,
menampilkan
kelemahannya
kepada pihak lain.

Masing-masing pihak
mengetahui
dan
menyampaikan
kebutuhan
mereka
yang
sebenarnya
sambil meminta dan
merespons kebutuhan
pihak lain

Salah satu pihak


terlalu
responsif
terhadap kebutuhan
pihak lain sehingga
mengabaikan
kebutuhan mereka
sendiri.

Masing-masing pihak
dapat diprediksi dan
bersikap
fleksibel
apabila
momennya
sesuai, dan mencoba
tidak
mengejutkan
pihak lain.
Masing-masing pihak
berbagi
informasi
secara jujur, dan
memperlakukan
pihak lain dengan
pemahaman
dan
penghargaan.
Masing-masing pihak
berupaya menemukan
solusi yang samasama
memuaskan
menggunakan logika,
kreatifitas,
dan
kekonstruksian.

Tindakan salah satu


pihak
dapat
diprediksi
sepenuhnya,
yaitu
selalu
memenuhi
kebutuhan
pihak
lain.
Salah satu pihak
menyerahkan
posisinya
demi
mengamankan pihak
lain.

Kesuksesan menuntut
diabaikannya
citra
buruk
dan

Kesuksesan
ditentukan dengan
meminimalkan atau

Salah satu pihak


berupaya
mencari
cara
untuk
mengakomodasi
pihak lain.

15

buruk pihak lain;


meningkatnya tingkat
permusuhan
dan
loyalitas yang kuat
dalam kelompok.

pertimbangan ide-ide
berdasarkan
kelebihannya.

Ekstrem tidak sehat


tercapai apabila salah
satu
pihak
mengabaikan
kepentingan diri demi
kebaikan
bersama,
sehingga identitas diri
dan tanggung jawab
terhadap diri sendiri
pun terhapuskan.
Perilaku utama adalah
apa cara terbaik
untuk
memenuhi
kebutuhan
semua
pihak?
Jika timbul kesulitan,
beberapa fasilitator
dinamikan
dapat
diperlukan.

10
.

Bukti
ekstrem tidak
sehat

Ekstrem tidak sehat


tercapai apabila salah
satu
pihak
mengasumsikan
permainan total zerosum;
mengalahkan
pihak lain menjadi
tujuan itu sendiri.

11
.

Perilaku
utama

Perilaku
utama
adalah saya menang,
anda kalah

12
.

Solusi untuk
kegagalan

Jika
jalan
buntu
ditemukan, mediator
atau arbitrator dapat
diperlukan.

menghindari konflik
dan
meredakan
segala permusuhan;
perasaan
sendiri
diabaikan
demi
mengutamakan
harmoni.
Ekstrem tidak sehat
tercapai
apabila
penyerahan
diri
terhadap pihak lain
telah
sempurna
dengan
mengorbankan
tujuan pribadi dan/
atau konstituen.
Perilaku
utama
adalah
Anda
menang, saya kalah

Jika diperlukan telah


kronis,
pihak
menjadi
bangkrut
dalam negosiasi.

Sumber: Lewicki (2012:141) Diadaptasi dan dikembangkan dari Robert W.


Johnson, Negotiation Strategis: Different Strokes For Different Folks, Personal
59.
Jika dilihat dari karakteristik teks negosiasi, dapat disimpulkan bahwa teks
negosiasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikemukakan dengan cara
lisan maupun tertulis. Jika dihubungkan karakteristik teks dengan konteks
negosiasi danstruktur teks negosiasi dapat dilihat sebagai berikut.

16

Orientasi (Pengenalan)

PermintaanPemenuhan

Penutup

Pembelian

Penawaran

Persetujuan

Konteks Negosiasi
Agen
Koalisi
Multipihak/ multitim

Negosiasi Distributif

Negosiasi Integratif

Negosiasi Strategi
dan Perencanaan

Teks Negosiasi
Bagan 3.2 Karakteristik teks negosiasi
Dari bagan di atas bentuk alur negosiasi dimulai dengan tahap orientasi,
permintaan, pemenuhan, penawaran, persetujuan, pembelian, dan penutup akan
disesuaikan dengan konteks negosiasi. Konteks negosiasi yang diberikan pada
tahap kedua di atas agar sebuah teks dapat memiliki prosedur yang baik. Setelah
disesuaikan dengan konteks negosiasi alur negosiasi yang dibuat akan di
cocokkan

dengan

tahap-tahap

negosiasi.

Setelah

dicocokkan

karakteristiknya maka akan terbentuklah pola teks negosiasi yang baik.

dengan

17

Berikut contoh teks negosiasi berupa dialog.


Suatu hari ada seorang bapak-bapak datang ke rumah Andik.Andik empersilakan
masuk Bapak yang memakai jas itu.
Manajer

: "Selamat pagi,Pak"

Andik

: "Selamat pagi juga, Pak"

Manajer

: "Perkenalkan saya Indra, saya manajer dari klub ujungberung


united.

Andik

: "Oh ya, ada keperluan apa ya Pak?"

Manajer

: "Begini klub saya kebetulan lagi membutuhkan pemain striker


yang memiliki kecepatan dan kelincahan.Jadi, saya bermaksud
untuk menganjak anda untuk bergabung ke klub saya. Saya berani
bayar tinggi untuk anda,agar anda mau masuk klub kami".

Andik

: "Oh begitu, memang saya akan digaji berapa perbulan dan


pertahun?

Manajer

:"Saya berani gaji anda sebesar Rp.10 juta perbulan dan Rp.200
juta per tahun.

Andik

: "Kalau sebanyak itu masih kurang,karena tidak sebanding dengan


kebutuhan sehari hari seperti sepatu bola, pelindung,dll.

Manajer

: "Oh tenang saja, semua fasilitas untuk bermain bola sudah kami
tanggung. Jadi gaji tersebut bersih"

Andik

: "Oh begitu,tapi tidak terimakasih Pak, Jika harga segitu saya


tolak, karena masih ada klub lain yang berminat mentransfer saya
ke klubnya dengan harga lebih tinggi"

Manajer

: "Baiklah saya naikkan menjadi Rp.12 juta perbulan dan Rp.220


juta pertahun. Bagaimana?"

Andik

: " Tetap tidak bisa, tidak sebanding dengan skill yang saya miliki.
Jika harganya naik hingga Rp.18 juta Perbulan dan Rp.250 juta
pertahun, dengan senang hari saya menerimanya. Dan saya juga
akan bermain dengan sungguh-sungguh "

18

Manajer

: "Baiklah saya naikan hingga Rp.20 juta perbulan dan Rp.250 Juta
pertahun dengan syarat kami tidak mengfasilitasi perlengkapan
bermain anda.Bagaimana?"

Andik

: "Oke saya setuju (Berjabat tangan)

Manajer

: "Baiklah,Besok datang ke stadium untuk medical checkup.Setelah nya Anda sudah dibolehkan untuk berlatih dengan klub
kami"

Andik

: " Baiklah pak. Terimakasih"

Manajer

:" Ya Sama sama"

2.3.4. Pembelajaran Berbasis Teks


Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sudut
pandang semiotika sosial, teks merupakan proses sosial yang
berorientasi

pada

satu

tujuan

sosial.

Jadi

dapat

diambil

kesimpulan bahwa, satuan bahasa yang mengandung makna,


pikiran, dan gagasan lengkap adalah teks. Jika dihubungkan dengan
pembelajaran berbasis teks maka setiap proses sosial akan mengungkapkan satuan
bahasa dengan struktur berpikir (makna) yang lengkap disebut dengan teks.
Mahsun (2014:112) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari pembelajaran teks
ialah menjadikan pembelajaran memahami serta mampu menggunakan teks sesuai
dengan tujuan sosial teks-teks yang dipelajarinya. Untuk mencapai kompetensi
itu, mengingat bahwa teks adalah satuan bahasa terkecil dengan struktur makna
yang lengkap, maka pembelajaran teks haruslah dilaksanakan dengan tahapan
yang kompleks. Terkait dengan format bahasa tersebut, teks dapat
berupa rangkaian pembelajaran yang harus diterapkan untuk
memberikan pemahaman yang jelas kepada siswa tentang

19

sebuah teks.Dengan kata lain, proses sosial akan merefleksikan diri menjadi
bahasa dalam konteks situasi tertentu sesuai tujuan proses sosial yang hendak
dicapai. Bahasa yang muncul berdasarkan konteks situasi inilah yang
menghasilkan register atau bahasa sebagai teks.Sedangkan menurut Pamungkas
(2012: 159) menerangkan bahwa:
Bahasa memiliki tiga fungsi yaitu pertama bahasa sebagai
pengungkapan ide, gagasan, dan isi pikiran serta untuk
merefleksikan realitas pengalaman partisipan. Kedua bahasa
sebagai interpersonal berkaitan dengan bahasa untuk
membangun dan memelihara hubungan sosial dan peranan
komunikasi yang diciptakan oleh bahasa itu. Ketiga
interpersonal ini tampak pada struktur yang melibatkan
bermacam-macam modalitas dan sistem yang dibangunnya.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan teks dapat berwujud
teks

tulis

perpaduan

maupun
teks

teks

lisan

lisan
dan

(bahkan
tulis

serta

dalam

multimodal

gambar/animasi/

film).Pamungkas (2012:160) menambahkan bahwa fungsi yang


telah dikemukakan di atas menggambarkan hubungan sosial
antarpartisipan dan interaksi sosial yang dapat direalisasikan
melalui intonasi, tekanan kata, leksis yang digunakan, sistem
modalitas, serta struktur teks secara menyeluruh. Struktur teks
membentuk struktur berpikir sehingga di setiap penguasaan
jenis teks tertentu, siswaakan memiliki kemampuan berpikir
sesuai dengan struktur teks (bahasa) yang dikuasainya.
Dari hal di atas pembelajaran teks yang akan dikemukakan
dapat berupa berupa pengungkapan ide, gagasan, dan isi pikiran
berdasarkan konteks situasi. Bentuk konteks situasi tersebut

20

akan memberikan pemahaman tentang bentuk teks yang akan


menjadi bahan pembelajaran pada siswa. Adapun bentuk tahapan
pembelajaran teks dapat dilihat melalui gambar berikut.

Pemodalan
Teks:
Teks Informasi
Kerjasama Pengembangan Teks
Tentang
Persiapan
Teks :untuk
Struktur
bersama
Teks, Ciri-ciri
mengembangkan
bentuk teks
teks yang jenisnya sama: Seperti Observasi, mencatat, diskusi audiens
Konteks:
Guru dan siswa bersama-sama mengembangkan teks
Pertanyaan-pertanyaan dalam konteks pengalaman bersama fungsional teks

Proses dalam Pembelajaran Teks

Eksplorasi kreatif terhadap sumber yang memungkinkan untuk membuat teksPersiapan mengembangkan teks secara mandiri :
Riset dan mencatat
Konsultasi pada guru.
Observasi
Bertukar pikiran/ konferensi dengan teman sejawat: tentang tulisannya

Bagan
2.2 Tahapan
pembelajaran teks
Penyuntingan dan menulis ulang penilaian kritis
terhadap
naskah publikasi
Tiap siswa menulis teks secara mandiri
2.4.Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran merupakan jawaban sementara sebelum kita


mengajukan hipotesis dan hal tersebut bisa dikatakan sebagai pendekatan ilmiah.
Menurut Abidin (2013:125) proses pendekatan saintifik dapat dikatakan sebagai
proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui
kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis
data yang teliti untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Kemudian dijelaskan
kembali oleh Barringer dalam Abidin (2013:125) proses pembelajaran saintifik

21

merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan


kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah
dilihat. Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelaskelas bisa kita dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh sebab itulah,
dalam Kurikulum

2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari

pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran.


Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran dikemukakan Kemendikbud
(dikutip Abidin, 2013:132) sebagai asumsi atau aksioma ilimiah yang melandasi
proses pembelajaran. Menurut Setyosari (2013:17) proses ilmiah yang dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah tertentu, mulai dari menentukan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis, dan akhirnya
mengambil kesimpulan.
Berdasarkan pengertian pendekatan ini, Abidin (2103: 134) menyajikan
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran secara visual sebagai berikut.

Mengamati

Menanya

Menalar

Mencoba

Menyimpulkan Mengomunikasikan

Bagan 4.1Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran


Menurut Hosnan (2014:32) langkah pembelajaran pada scientific
approach mencakup beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada
kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran tiga ranah tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

22

2.4.1 Karakteristik Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik


Pembelajaran dengan motode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1. Berpusat pada siswa
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum
atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Hosnan (2014:38) menambahkan pendekatan ilmiah (scientific approach)
mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut.
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata,
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

23

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan


mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons
materi pembelajaran.
5. Berbasis pada konsep,

teori,

fakta,

dan

empiris

yag

dapat

dipertanggungjawabkan.
6. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya. Berikut kegiatan pembelajaran terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan
Mengamati

Melihat,

(Observing)
Menanya

menyimak (tanpa dan dengan alat)


Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke

(questioning)

yang bersifat hipotesis: diawali dengan bimbingan


guru

Aktivitas Belajar
mengamati,
membaca,

sampai

dengan

mandiri

mendengar,

(menjadi

suatu

Pengumpulan data

kebiasaan).
Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan

(Experimenting)

yang diajukan, menentukan sumber data (benda,

Mengasosiasi

dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data.


Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,

(Associating)

menentukan hubungan data/ kategori, menyimpulkan


dari hasil analisis data; dimulai dari unstructed-uni

structure-multistructure-complicated structure.
Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk
lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media
lainnya.
Catatan: Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah:

24

1.
2.
3.
4.

Menyediakan sumber belajar


Mendorong siswa berinteraksi dengan sumber belajar (menuggaskan)
Mengajukan pertanyaan agar siswa memikirkan hasil interaksinya,
Memantau persepsi dan proses berpikir siswa serta memberikan

scaffodling,
5. Mendorong siswa berdialog/ berbagi hasil pemikirannya,
6. Mengkonfirmasi pemahaman yang diperoleh, dan
7. Mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya.
Sejalan dengan keterangan di atas, Hosnan (2013:133) secara komprehensif dan
terperinci menjelaskan keterampilan-keterampilan belajar yang membangun
pendekatan ilmiah dalam belajar sebagai berikut.
1. Mengamati
Mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran

(Meaningfull

Learning). Kegiatan mengamati (observasi) dalam adalah salah satu strategi


pembelajaran dilakukan dengan kontekstual dan media asli. menempuh langkahlangkah berikut ini.
a. Menentukan tujuan observasi
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkun objek yang akan
diobservasi.
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder.
d. Menentukan langkah-langkah observasi
e. Pencatatan hasil observasi
f. Aspek-aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi.
2. Menanya
Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
3. Mengumpulkan informasi
Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,
sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

25

4. Mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (associating)


Merupakan proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris
yan dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran
dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meskipun penalaran nonilmiah tidak
selalu tidak bermanfaat.
5. Membentuk Jejaring (Networking)
Pembelajaran berupa kerja sama antara siswa dengan seorang ahli dalam
mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang
disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari
tahu dari berbagai sumber.
Setyosari (2013: 14) menerangkan tentang pendekatan ilmiah yaitu
pendekatan ilmiah menuntut langkah-langkah secara sistematis, objektif, terukur,
teram\ati (empiris), dan analisis yang kita identifikasi sebagai ciri-ciri pendekatan
ilmiah.
Pendekatan Saintifik memberikan kemampuan kepada siswa untuk
mengembangkan diri. Pendekatan saintifik yang berkaitan dengan mengemukakan
teknik negosiasi dalam bentuk teks negosiasi yaitu berupa teks komunikatif.
Titscher (2000:34) menerangkan bahwa teks sebagai sebuah peristiwa
komunikatif yang harus memenuhi beberapa syarat. Oleh karena itu, gambaran
bentuk teks yang digunakan pada kurikulum 2013 dapat dilihat melalui skema
genre teks di bawah ini.
Pendekatansaintifik

dirancang

untuk

menunjang

proses

belajar

siswaberkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif


yangterstruktur

dengan

baik

dan

dapat

dipelajari

selangkah

demi

selangkah.Implementasi pendekatan saintifik terhadap teks negosiasi yaitu terletak


pada penggunaan konteks negosiasi yaitu konteks budaya dan konteks situasi

26

yang terdapat pada Indikator pembelajaran. Sedangkan untuk konteks teks yang
dimaksud dapat dilihat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pada tabel
berikut.
Dari kompetensi dasar yang dikemukakan pada kurikulum 2013 memiliki
indikator yang dibutuhkan siswa berkaitan dengan teks negosiasi yaitu sebagai
berikut.
Tabel 4.1 Kompetensi Dasar dan Indikator
No

Kompetensi

Indikator

Ket

Dasar
1.

Memahami struktur 1.
2.
dan kaidah negosiasi 3.
4.
baik melalui lisan

Mengenali struktur isi teks negosiasi


Mengenali ciri bahasa teks negosiasi
Memahami isi teks negosiasi
Mengidentifikasi
struktur
teks
negosiasi

maupun

(pembuka,

isi,

penutup)

tulisan,
dilihat dari struktur isi dan kaidah

Indikatornya
bahasa sesuai bahasa Indonesia secara
santun.
5. Menjawab pertanyaan seputar teks

2.

3.

4.

negosiasi
Membandingkan

Membandingkan
teks negosiasi baik

persamaan/perbedaan struktur isi dan

melalui

ciri bahasa teks negosiasi.

lisan

maupun tulisan
Menganalisis
teks
negosiasi

baik

melalui

lisan

maupun tulisan.
Mengidentifikasi

Menganalisis isi teks negosiasi


Menganalisis bahasa teks negosiasi

Menemukan karakteristik teks negosiasi

27

teks negosiasi baik

5.

secara lisan
Mengevaluasi

teks

negosiasi

Memperbaiki struktur isi dan bahasa


teks negosiasi.

berdasarkan kaidahkaidah

teks

baik

melalui

6.

lisan

maupun tulisan
Menginterpretasi
makna
baik

Menyimpulkan makna kata, istilah,

negosiasi
secara

ungkapan dalam teks negosiasi


Mengasosiasikan isi teks negosiasi.

lisan

maupun tulisan

7.

Memproduksi

teks

Membuat langkah-langkah penulisan

negosiasi

yang

teks negosiasi sesuai dengan struktur

koheren

sesuai

isi (pernyataan pendapat, penegasan

dengan karakteristik

ulang

teks

argumentasi) dan ciri bahasa


Membuat teks negosiasi sesuai dengan

yang

akan

pendapat,

dan

jumlah

dibuat baik secara


struktur isi dan kaidah bahasa dengan
lisan maupun tulisan
penggunaan bahasa Indonesia yang

8.

Menyunting
negosiasi

teks
sesuai

santun.
Menyunting isi sesuai dengan struktur
isi teks negosiasi
Menyunting bahasa sesuai dengan:

dengan struktur dan


struktur kalimat, ejaan, dan tanda
kaidah

teks

baik
baca.

secara lisan maupun


tulisan

28

9.

Mengabstraksi

teks

negosiasi baik secara

Membuat langkah-langkah membuat


abstraksi teks negosiasi

lisan maupun tulisan

10.

Mengonversi

teks

Membuat langkah-langkah konversi

negosiasi ke dalam

teks negosiasi menjadi teks monolog.


Membuat langkah-langkah konversi

bentuk

yang

lain
teks negosiasi menjadi teks drama

sesuai

dengan
pendek.

struktur dan kaidah


teks baik secara lisan
maupun tulisan.
Dari kompetensi dasar dan Indikator yang ada di atas maka peneliti
menghubungkan proses pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa berdasarkan
pendekatan saintifik dapat di lihat di bawah ini.
Siswa mengamati teks

GURU

Siswa Mencari makna teks

Siswa Mengidentifikasi teks

Siswa Menganalisis teks

Mencari teks, Menata kembali

Siswa Membuat teks/ menyampaikan hasil

Bagan 2.5 Proses Pembelajaran Saintifik


Dari bagan di atas, proses pembelajarandifokuskan padapendekatan saintifik yang
ingin diterapkan kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti berharap modul yang akan

29

dirancang akan terkonversi dengan baik, sehingga proses pembelajaran yang akan
diharapkan dapat terwujud sesuai ketentuan kurikulum 2013.

Mahsun (2014:123)

menegaskan bahwa suatu hal yang perlu ditegaskan terlebih dahulu bahwa dalam
menghasilkan teks diperlukan data, informasi, atau fakta. Wujud data, informasi atau
fakta yang diperlukan itu sangat terkait dengan jenis teks yang akan dihasilkan. Pada
prinsipnya Mahsun juga menambahkan untuk pengumpulan data yang berhubungan
dengan penyusunan teks berdasarkan pendekatan ilmiah dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai macam cara/ metode, misalnya pengamatan, wawancara
(bertanya), percobaan, dan pustaka.

Dari pelaksanaan implementasi pendekatan saintifik terhadap indikator


pembelajaran di atas masih perlu membutuhkan teknik dan metode yang tepat
untuk digunakan. Hal tersebutmenunjukkan bahwa proses pembelajaran pada
kurikulum 2013 menuntut siswa untuk bisa mengamati secara baik, mampu
bertanya

sesuai

konteksnya,

mampu

mengumpulkan

data

(eksperimen/mengeksplorasi) secara objektif, mampu mencoba semua bahan


materi dengan baik, dan mampu melakukan pembelajaran kolaboratif/
mengkomunikasikan hasilnya secara tepat. Jadi, dapat disimpulkan semua tahapan
yang dilakukan di atas harus dilalui secara sistematis, terkontrol, empirik, dan
kritis sesuai dengan karakteristik pendekatan ilmiah/ saintifik.

3.

Metode Penelitian
Prosedur pengembangan yang peneliti akan adaptasi dari model Desain
model Dick and Carey dan Banathy (dalam Sanjaya 2013:7074). Alasan
peneliti mengambil model desain Dick and Carey dan Banathy yaitu 1) karena
kedua model desain ini memiliki kemiripan langkah dalam komponennya, 2)

30

dalam hal pengembangan bahan ajar berupa modul desain model Dick and Carey
dan Banathy sangat cocok sekali untuk diterapkan karena komponen yang di
jabarkan masing-masing model sangat jelas, 3) langkah-langkah yang
dikemukakan dalam komponen-komponen yang disajikan Banathy dan Dick and
Carey mempermudah peneliti untuk mengembangkan bahan ajar yang berbentuk
modul karena bentuk yang komponen yang disajikan sangat jelas dan mudah.
Adapun prosedur komponen desain yang dikemukakan oleh Banathy yaitu
1) Menganalisis dan merumuskan tujuan; 2) Merumuskan kriteria tes yang sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai; 3) Menganalisis dan merumuskan kegiatan
belajar; 4) Merancang sistem; 5) Mengimplementasikan dan melakukan kontrol
kualitas sistem; 6) Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil
evaluasi.
Selanjutnya sepuluh komponen Dick and Carey yang dikemukakan yaitu
1) mengidentifikasi sasaran instruksional/ pengajararan; 2) mengadakananalisis
instruksional;3) menganalisis siswadan konteks;4) menulis tujuan tindakan, 5)
mengembangkan instrumen penilaian;6)mengembangkan strategi instruksional; 7)
mengembangkan dan menyeleksi bahan instruksional;8) mengadakan evaluasi
formatif;9) merancang dan mengadakan evaluasi sumatif.
Dari tahap komponen kedua model desain Dick and Carey dan Banathy
yang telah dijelaskan tersebut maka peneliti mengadaptasi kedua model tersebut
menjadi satu kesatuan yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan
Peneliti melakukan identifikasi dengan menggunakan wawancara dan
angket untuk mengetahui beberapa berkaitan dengan peserta didik maupun guru
yang bersangkutan. Dari angket dan wawancara yang akan diajukan peneliti ada

31

beberapa hal informasi yang akan diterima yang berkaitan dengan kebutuhan
siswa. hal-hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Keadaan peserta didik, berapa jumlah peserta didik yang menjadi sasaran
belajar, berapa rata-rata usianya? Bagaimana lingkungan sosialnya?
b. Motivasi, mengapa mereka mengikuti pembelajaran dengan modul?
Mengapa mereka memilih belajar dengan modul? Apakah keinginan dari
kegiatan pembelajaran ini?
c. Kemampuan belajar, bagaimana kemampuan belajar mereka? Apakah
mereka telah memiliki pengalaman belajar sebelumnya? Apakah mereka
memiliki cukup waktu dan fasilitas untuk belajar?
d. Latar belakang bidang studi, kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan
sikap) apakah yang telah mereka kuasai sesuai dengan bidangnya/ materi
yang akan dibelajarkan? Apakah mereka memiliki pengalaman yang sesuai?
2. Menjabarkan kebutuhan materi dengan merincikan tujuan umum dan tujuan
khusus.
Untuk memberikan hasil yang baik maka peneliti pada tahap ini akan
mengetahui terlebih dahulu tujuan umum dan khusus dari KI dan KD pada
kurikulum 2013 pada kelas X SMAN 3 Unggulan Kayuagung, terutama dalam
kesesuaiannya dalam pembelajaran berkaitan dengan teks. Jika tujuan umum dan
khusus berkaitan dengan teks sudah terlihat dengan baik, maka peneliti akan
melakukan pengembangan pembelajaran teks yang belum sesuai dengan tujuan KI
dan KD.Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran teksjika disesuaikan
dengan KI dan KD dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 5.1 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Teks Negosiasi K-13
No
1.

Tujuan Umum (Indikator)


1. Mengenali

struktur

isi

teks

Tujuan Khusus
(Pencapaian hasil)
Siswa mampu mengenali,

32

negosiasi
2. Mengenali

ciri

bahasa

teks

negosiasi
3. Memahami isi teks negosiasi
4. Mengidentifikasi struktur teks
negosiasi (pembuka, isi, penutup)

memahami,
mengidentifikasi, dan
menjawab hasil
pembelajaran secara baik.

dilihat dari struktur isi dan kaidah


bahasa sesuai bahasa Indonesia
secara santun.
5. Menjawab pertanyaan seputar teks

2.

3.

negosiasi.
Membandingkan persamaan/

Siswa

mampu

perbedaan struktur isi dan ciri

membandingkan

struktur

bahasa teks negosiasi.

isi dan ciri bahasa dengan


benar.
- Siswa mampu menalar dan

- Menganalisis isi teks negosiasi


- Menganalisis bahasa teks negosiasi

memberikan

penjelasan

bagian-bagian

teks

negosiasi dan bahasa teks


4.

5.

6.

Menemukan karakteristik teks

negosiasi secara benar.


Siswa mampu menemukan

negosiasi

karakteristik teks.

Memperbaiki struktur isi dan

Siswa mampu mencoba

bahasa teks negosiasi.

memperbaiki struktur isi

Menyimpulkan

makna

kata,

teks.
Siswa mampu mencoba

istilah, ungkapan dalam teks

menyimpulkan

dan

negosiasi

mengasosiasikan

teks

33

Mengasosiasikan

7.

negosiasi.
Membuat

isi

teks

langkah-langkah

secara benar.
Siswa mampu membuat

penulisan teks negosiasi sesuai

langkah-langkah

dan

dengan struktur isi (pernyataan

membuat

teks

pendapat,

penegasan

ulang

pendapat,

dan

jumlah

argumentasi) dan ciri bahasa

sesuai
kaidah

struktur

struktur

isi

penulisan

dan
teks

negosiasi secara benar.

Membuat teks negosiasi sesuai


dengan struktur isi dan kaidah
bahasa

8.

dengan

penggunaan

bahasa Indonesia yang santun.


Menyunting isi sesuai dengan

Siswa mampu menyunting

struktur isi teks negosiasi

isi struktur isi dan bahasa

Menyunting

bahasa

sesuai

secara benar.

dengan: struktur kalimat, ejaan,


dan tanda baca.
langkah-langkah

Siswa mampu membuat

membuat abstraksi teks negosiasi

langkah-langkah abstraksi

10

Membuat

langkah

teks negosiasi.
Siswa mampu membuat

konversi teks negosiasi menjadi

langkah-langkah konversi

teks monolog

teks negosiasi menjadi teks

9.

Membuat

Membuat

langkah-

langkah-

langkah

konversi teks negosiasi menjadi


teks drama pendek.

drama secara benar.

34

3. Proses pengembangan modul dengan menerapkan pendekatan saintifik


Pada tahap ini peneliti akan mengemukakan konteks modul yang sesuai
dengan kompetensi dasar yaitu berupa membandingkan teks, menganalisis teks,
mengevaluasi teks, menginterpretasi makna teks, memproduksi teks, menyunting
teks, mengabstraksi teks, dan mengonversi teks. Bentuk uraian dan penyajian
akan dibuat secara sistematis berupa materi ajar. Teks yang akan disajikan dalam
bentuk yang mudah dipahami, dipelajari, dan menggunakan kaidah baku Bahasa
Indonesia yang benar.
4. Merancang sistem (layanan pendukung)
Pada tahap ini peneliti akan memberikan dan mengorganisasikan bentuk
teks sesuai dengan genre teks masing-masing terutama dalam mengemukakan teks
negosiasi. Menentukan sarana pendukung untuk memudahkan siswa dalam
memahami teks negosiasi. Hal ini dimaksudkan agar modul yang akan
dikembangkan mudah direvisi jika siswa mudah memahami teks negosiasi.
5. Produksi Modul
Pada tahap memproduksi modul peneliti akan terlebih dahulu
mempersiapkan rancangan yang sesuai untuk pembelajaran, mengatur urutan
materi yang disesuaikan dengan tujuan KI dan KD, dan mempersiapkan outline.
Pendahuluan
Secara sederhana bentuk dari bagian modul yang
akan diproduksi secara
berurutan sebagai berikut.
Kegiatan Pembelajaran 1
Bagian Utama
Sebuah Modul

Kegiatan Pembelajaran 2

Kegiatan Pembelajaran 3

Penutup

35

Bagan 5.1. Bagian Utama Modul


Pendahuluan

Atau lihat bagan berikut:

Sampul
Daftar Isi
Kata Pengantar
Petunjuk Belajar

Bagian Isi
Judul Modul
Kompetensi Inti/ Kompetensi Dasar
Tujuan Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Latihan
Rangkuman
Bagan 5.2. Struktur Rinci Bagian Modul.
Tes Formatif
(Para pakar/ahli)
Penilaian (Rubrik)
tahap ini, setelah mengenal berbagai tindakan
Jawabanberkaitan
Tes Formatifdengan
Regresi / Umpan Balik

Modul Teks Negosiasi

6. Validasi
Pada

pengembangan modul yang sudah diproduksi. Peneliti akan mencari tahu apakah
Penutup

modul yang sudah dikembangkan ini sudah baik atau belum. Maka dari itu
peneliti akan memvalidasi modul yang sudah ada ke para ahli atau pakarnya yaitu
dengan 3 pakar dengan ahli masing-masing yaitu:
a. Bidang materi;
b. Kurikulum;
c. Desain Buku (kegrafikaan).
Setelah divalidasi oleh beberapa pakar maka modul yang sudah ada siap disajikan
untuk siswa.
Gambaran Prosedur Pelaksanaan Uji Pakar
Jumlah Pakar

: 3 Orang

Waktu

: Akan dikonsultasikan dengan para pakar

Fokus

: Kevalidan bidang materi, kurikulum, desain buku

(kegrafikaan).
Metode

: Walk Through

36

Prosedur

: Peneliti memberikan bentuk dari bagian-bagian materi,

kurikulum, dan kegrafikaan kepada pakar untuk dievaluasi setiap bagiannya.


Selanjutnya, para pakar mengevaluasi setiap bagian-bagian tersebut. Saran
dan masukan dari para pakar dicatat dan dijadikan masukan sebagai bahan
untuk merevisi modul.
Dari prosedur di atas untuk uji pakar maka akan didapatkan saran dan
masukan yang akan disajikan seperti berikut.
Saran dan Keputusan Revisi
Saran ------------------------------------------- Keputusan revisi

7. Perbaikan (Revisi)
Setelah modul di validasi oleh para ahli modul akan dikembangkan
berdasarkan masukan, kritikan, dan pendapat yang telah diberikan oleh para ahli.
Modul yang mendapatkan kekurangan atau yang tidak sesuai dengan kebutuhan
akan di revisi.
8. Uji lapangan
Setelah modul di revisi selanjutnya siswa akan menggunakan modul hasil
pengembangan, tetapi sebelum penggunaan hasil pengembangan siswa dilakukan
tes percobaan (pretes) atau dengan melakukan evaluasi formatif.Evaluasi formatif
berfungsi untuk menilai efektivitas program. Pada tahap evaluasi formatif ini
dilakukan dengan membandingkan hasil tes tunjuk kerja berupa teks negosiasi
menggunakan bahan ajar yang lama dengan hasil tes tunjuk kerja siswa
mengemukakan

teks negosiasi bahan ajar yang baru yaitu modul hasil

8
9

37

7
pengembangan. Akhir dari tujuan melakukan uji lapangan siswa akan dilakukan

postes untuk melihat efek potensial dari modul yang sudah ada.
Adapun skema langkah pengembangan pembelajaran yang dikemukakan
oleh Dick Carey and Carey. Pengembangan bentuk pembelajaran yang
dikemukakan 5
oleh Dick and Carey bertujuan agar format bentuk pembelajaran
bersifat potensial dan memiliki kualiatas yang sangat baik. Hal itu dapat dilihat
dari skema pengembangan yang dikemukakan oleh Dick and Carey di bawah ini.

Bagan 5.2 Desain pengembangan pembelajaran Dick and Carey.


Adapun perincian langkah pengembangan modul teks negosiasi jika
dihubungkan dengan pengembangan pembelajaran Banathy dan Dick and Carey
yang didapatkan peneliti dapat dilihat pada skema pengembangan modul teks
negosiasi berikut ini.
Mengidentifikasi sasaran

1. Langkah 1, 2, dan 3 pada bagan Dick and Carey dikaitkan dengan modul
Mengadakan analisis pembelajaran.

Identifikasi Kebutuhan

yaitu berupa
identifikasi
atau analisis kebutuhan.
Menganalisis
siswa
dan konteks
2. Langkah 4, 5, 6, dan 7 yaitu tahap perancangan modul dan produksi
Menjabarkan Kebutuhan
Materi

Menulis tujuan-khusus pembelajaran.

modul.
3. Selanjutnya tahap berikutnya yaitu produksi modul (prototipe 1)
Pengembangan instrumen
4. Langkah
8 yaitu tahap validasi ahli dan uji lapangan (postes dan pretes).
Mengembangkan strategi pembelajaran

Berdasarkan langkah-langkah di

Proses Pengembangan
Modul
atas,
makamenerapkan
dapat diambil
kesimpulan
Dengan
pendekatan
saintifik

Mengembangkan
dan
menyeleksi bahan
pembelajaran
bahwa proses
pengembangan
modul
dapat di lihat

pada bagan berikut.


Produksi Modul

Validasi Ahli (Revisi)


Mengadakan evaluasi formatif
Uji lapangan
(Pretes)
(Postes)

38

Bagan 5.3. Proses Pengembangan Modul


9. Tahap PrototypingMenggunakan Alur Pengembangan di Atas
Berdasarkan analisis identifikasi kebutuhan guru dan siswa, kajian teori,
dan bahan ajar yang digunakan, dikembangkan modul teks negosiasi yang
diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa kelas X terhadap
teks negosiasi. Proses untuk menghasilkan modul menggunakan langkah-langkah
konsep pengembangan Dick and Carey dan Banathy seperti yang dikemukakan
sebelumnya. Pada tahap ini peneliti mencoba untuk memasukkan pendekatan
saintifik pada proses pengembangan modul (lihat bagan 3.4). Desain yang dibuat
akan berupa daftar penguasaan konsep dalam pembelajaran berbasis teks yaitu
dalam mengemukakan hasil pengamatan, wawancara (bertanya), mengumpulkan
data, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Selanjutnya, dari desain penguasaan

39

konsep pembelajaran tersebut akan terbentuk prototype pertama yaitu produksi


modul. Hal tersebut dapat dilihat melalui bagan berikut.
Prototipe 1.

Pendekatan Saintifik (Pengamatan, bertanya/wawancara, eksperimen,


mengasosiasi, dan meng
PRODUKSI MODUL

Selanjutnya, setelah membentuk prototipe pertama untuk langkah akhir


yaitu membuat prototipe yang kedua dengan melakukanevaluasi formatif yaitu
validasi ahli (revisi) dan uji lapangan berupa pretes dan postes. Pretes ( sebelum
menggunakan modul hasil pengembangan) dan postes (setelah menggunakan hasil
pengembangan. Sehingga akan didapat efek potensial sebelum dan sesudah
menggunakan hasil pengembangan.
Sebagai langkah awal peneliti memberikan gambaran langkah kerja antara
pendekatan saintifik, dan indikator pembelajaran dalam proses pembelajaran Teks
negosiasi.
Tabel 3.1. Langkah Kerja Penerapan Pendekatan Saintifikpada Proses
Pembelajaran Teks Negosiasi
No
1.

Pendekatan
Saintifik
Mengamati

Proses Pembelajaran
Siswa

merumuskan

tujuan

dilakukan

pengamatan (observasi) dengan tahap sebagai


berikut:
1. Membuat pedoman observasi sesuai

40

dengan lingkungan objek yang akan di


observasi.
2. Menentukan secara jelas data-data apa
yang perlu di observasi baik primer
maupun sekunder.
3. Menentukan langkah-langkah observasi.
4. Melakukan observasi terhadap teks
negosiasi.
5. Pencatatan hasil observasi.
6. Aspek-aspek tingkah laku yang cocok
2.

Menanya

dievaluasi dengan metode observasi.


Siswa mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
yang bersifat hipotetik).
Siswa mengembangkan kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis dengan memanfaatkan fasilitas yang

3.

Mengumpulkan

ada di sekolah sebagai referensi.


Siswa diberikan solusi agar ia mampu

Informasi

menguasai konsep teks negosiasi secara


benar, yaitu dengan cara mengamati
secara langsung teknik negosiasi (berupa
teks, video, TV, dan media penunjang
lainnya) atau siswa yang menjadi pelaku
objek pelaksanaan negosiasi. Hal tersebut

41

dilakukan untuk mengembangkan sikap


teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat
orang lain, kemampuan berkomunikasi,
dan ia mampu menerapkan kemampuan
mengumpulkan

informasi

melalui

berbagai cara yang dipelajari.


Dari hal di atas maka teks dapat dengan
mudah di kumpulkan, karena merupakan
produk teks negosiasi yang diperoleh dari
pemahaman yang baik dari siswa terhadap
teks negosiasi.
Siswa mampu menganalisis isi dan bahasa
4.

Mengasosiasikan/

teks negosiasi.
Siswa mencari karakteristik teks negosiasi

mengolah

dengan hasil yang sudah di dapatkan

informasi/

sebelumnya

menalar

mengumpulkan

(Associating)

eksperimen

melalui
data

dan

kegiatan
melakukan

(menalar). Sehingga

teks

negosiasi yang didapatkan dapat dengan


mudah diperbaiki dan disimpulkan.
Dari kegiatan ini siswa dapat menemukan
keterkaitan

satu

informasi

dengan

informasi lainnya dan menemukan pola


dari keterkaitan informasi tersebut.

42

Siswa mengolah informasi yang sudah


dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan

mengumpulkan/

eksperimen

maupun dari hasil kegiatan mengamati dan


kegiatan mengumpulkan informasi.
Hasil dari kegiatan ini akan menumbuhkan
semangat kepada siswa secara menyeluruh
dengan

membuat

langkah-langkah

penulisan teks negosiasi. Teks negosiasi


yang

diharapkan

memenuhi

karakteristik negosiasi yaitu

tiga

negosiasi

distributif, integratif, dan akomodatif.


Hasilnya

siswa

memproduksi

Teks

dapat

mencoba

negosiasi

dengan pemaknaan yang ada.


Siswa mencoba sendiri

sesuai

melakukan

penyesuain teks negosiasi sesuai dengan


5.

Melaksanakan

indikator atau tujuan umum.


Siswa melakukan proses kerja sama antara

Jejaring

siswa

Pembelajaran

merumuskan perbaikan untuk mencocokkan

(Kolaboratif) /

teks dengan data, keterangan, atau lainnya.

Networking

Pelaksanaan kegiatan jejaring ini bertujuan

atau

berkolaborasi

dalam

agar hasil teks negosiasi sesuai dengan


karakteristik

negosiasi

yaitu

negosiasi

43

distributif, integratif, dan akomodatif.


Siswa melakukan penilaian hasil yang telah
dibuat secara kelompok dan individu.
Dari gambaran di atas kaitannya dengan pendekatan saintifik, proses
pembelajaran teks negosiasi idealnya bersifat kontekstual dengan menerapkan
pendekatan saintifik. Berdasarkan kaidah negosiasi sendiripun ada 3 karakter yang
harus diperhatikan yaitu negosiasi distributif, integratif, dan akomodatif.
Sedangkan, perbedaan penyajian di dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas X
(Ekspresi diri dan akademik) dari Kemendikbud hanya berfokus pada pemberian
teoretis. Maka dari itu prototipe yang ditawarkan peneliti akan disesuaikan dengan
karakteristik teks negosiasi. Peneliti akan menghubungkan pendekatan saintifik,
indikator

pembelajaran,

dan

proses

pembelajaran

dengan

memasukkan

karakteristik negosiasi ke dalam modul yang dirancang. Dari hal tersebut akan
didapatkan

proses

pembentukan

teks

negosiasi

secara

benar

dengan

memperhatikan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan metode penelitian yang telah di uraikan di atas, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bentuk pengumpulan data yang bersifat langsung.
Sudaryono (2013:41) menerangkan bahwa dokumentasi ditujukan untuk
memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku
yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumentasi,
dan data yang relevan penelitian.Pada tahap dokumentasi yang digunakan adalah
kurikulum 2013 SMA, berkaitan dengan KI dan KD yaitu tentang teks negosiasi.

44

Kemudian peneliti mendesain perangkat bahan ajar berupa modul dengan


menggunakan pendekatan saintifik. Bentuk desain sementara peneliti membuat
sebuah perangkat pembelajaran dengan menghubungkan pendekatan saintifik
terhadap indikator yang ingin dicapai.
b. Angket
Pada tahap ini pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sugiyono
(2011:142) menerangkan bahwa angket atau kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. Pada penelitian ini peneliti
lebih mengutamakan untuk membuat angket yang lebih sederhana sehingga para
responden mampun memberikan informasinya dengan senang hati.
Peneliti juga mengharapkan masukan dari para pakar atau ahli apabila nanti
angket yang diberikan pada responden merupakan instrumen penelitian yang
mudah dipahami. Angket yang akan diberikan kepada para ahli atau pakar dan
yang sudah ada hasilnya dapat diterima responden dengan memberikan informasi
yang sebaik-baiknya. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
menyusun angket yaitu memperhatikan isi angket. Sugiyono (2011:142)
menertangkan bahwa prinsip yang ada dalam penyusunan angket yaitu isi dan
tujuan pertanyaan, bahasa, yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup-terbuka
negatif-positif, pertnyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah
lupa, pertnyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.

45

Modul hasil pengembangan divalidasi oleh pakar atau ahli dengan


menggunakan angket yaitu menggunakan skala likert. Validasi ahli memberikan
penilaian dengan mengisi atau memilih alternatif jawaban pada angket.
c. Wawancara
Wawancara

sebagai

teknik

pengumpulan

data

melakukan

studi

pendahuluan. Wawancara dilakukan kepada siswa setelah dilakukan analisis


kebutuhan.

Sugiyono

(2011:137)

wawancara

digunakan

sebagai

teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk


menemukan permasalahan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara terstruktur. Sugiyono (2011:138) menambahkan bahwa dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan
pengumpul data mencatatnya. Isi wawancara yang akan dikemukakan oleh
peneliti yaitu berkaitan dengan teks negosiasi yang disesuaikan dengan KI dan
KD. Hal yang akan disampaikan dalam wawancara berupa tanggapan responden
(siswa) terhadap materi, harapan, dan tingkat kesukaran yang seperti apa yang
ditemui dalam pembelajaran teks negosiasi. Hasil dari wawancara dapat
memberikan gambaran pada peneliti tentang harapan pembelajar berkaitan tentang
modul pengembangan teks negosiasi yang akan digunakan pada SMA.
d. Tes
Tes merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur
keberhasilan siswa mencapai kompetensi dan hal itu berdasarkan patokan acuan.
Sanjaya (2008:235) menerangkan bahwa tes pengukur keberhasilan atau yang
sering kita kenal dengan istilah Criterion Referenced Test (CRT) adalah tes yang
terdiri atas item-item yang secara langsung mengukur tingkah laku yang harus

46

dicapai oleh suatu proses pembelajaran. Sudaryono, dkk. (2013:65) penyusunan


dan pengembangan tes dimaksudkan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga
hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar
yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti akan memberikan tahapan tes
yaitu berupa rubrik penilaian yang akan dihubungkan dengan tujuh kompetensi
dasar dengan pendekatan saintifik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7.1 Format Tes


Bentuk tes berupa proses kegiatan pembelajaran dan pertanyaanberdasarkan
pendekatan saintifik.
Pendekatan
Saintifik
Observasi
(pengamatan)

Proses kegiatan

Tes

Siswa melakukan pengamatan sebuah Dari pengamatan tentang teks


teks yang mengandung unsur negosiasi. negosiasi tersebut pertanyaan
Teks negosiasi akan diambil dari yang akan diajukan kepada
beberapa sumber yaitu dari internet, siswa yaitu:
media cetak (koran, majalah, dll), TV, 1. Berikanlah
komentar
dan kehidupan di lingkungan tempat
positif dari teks negosiasi
tinggal.
tersebut
2. Bagian manakah yang
menunjukkan sebuah hasil
negosiasi.
3. Apakah ada manfaat atau
hal yang mengandung
hikmah kehidupan dari
teks negosiasi tersebut.
4. Dari segi kebahasaan teks
negosiasi
dapat
di
kelompokkan sebagai teks
yang seperti apa?
5. Apakah
struktur
teks
negosiasi tersebut sudah
tersusun secara sistematis.

47

Menanya

Pada bagian ini siswa akan melakukan


diskusi dengan teman sejawat dibantu
guru untuk merumuskan tentang proses
pelaksanaan
membuat
sistematika
pertanyaan.

Menalar

Tahap
ini
siswa
melakukan
pengidentifikasian untuk memberikan
aspek negosiasi baik berupa struktur
teks negosiasi maupun karakteristik
negosiasi.

Mencoba

Tahap ini siswa berusaha membuat


struktur teks negosiasi berupa
Pembukaan, isi, penutup atau yang
disesuaikan dengan bagian-bagian teks
negosiasi yaitu orientasi, permintaan,
pemenuhan, penawaran, persetujuan,
pembelian, penutup.

Mengomunikasikan

Pada tahap ini siswa menyampaikan


hasil hasil kerja.

Membandingkan persamaan/
perbedaan struktur isi dan
karakter teks negosiasi berupa
kompetisi
(negosiasi
distributif),
kolaborasi
(negosiasi integratif), dan
akomodatif (negosiasi strategi
dan perencanaan).Kemudian
siswa
membuat
draft
pertnyaan
yang
akan
disesuaikan dengan informasi
yang ingin diperoleh.
1. Memberikan
tanggapan
positif dan negatif dari teks
negosiasi yang diamatinya
2. Memberi komentar tentang
kaidah bahasa dalam teks
negosiasi.
1. Mencari dari berbagai
sumber tentang struktur
dan kaidah teks negosiasi,
kemudian
siswa
menunjukkan pada teks
negosiasi yang sudah ada
untuk di tentukan kaidah
teks negosiasi
2. Mendiskusikan
tentang
struktur dan kaidah teks
negosiasi
3. Menyimpulkan
hal-hal
terpenting dalam struktur
dan kaidah teks negosiasi.
Siswa menuliskan laporan
kerja berupa kertas kerja
ataupun
artikel
tentang
struktur dan kaidah teks
negosiasi yang disesuaikan
dengan isi, struktur teks,
kosakata, kalimat, dan ejaan.

Dari hasil bentuk tes di atas dapat disimpulkan bahwa tes akan terus
berlanjut sampai terpenuhinya tujuh kompetensi dasar dengan rincian penilaian
dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Format Penilaian

48

PROFIL PENILAIAN KEGIATAN SISWA


DALAM PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI
Nama :
Judul :

Tanggal
Skor

ISI

27 30

22 26

17 21

Struktur Teks

13 16

18 20

14 17

Kriteria
Sangat baiksempurna: menguasai topik
tulisan; substantif; pengembangan pernyataan
umum atau klasifikasi anggota/aspek yang
dilaporkan secara lengkap; relevan dengan
topik yang dibahas, dan memenuhi karakter
teks negosiasi berupa kompetisi (negosiasi
distributif), kolaborasi (negosiasi integratif),
dan akomodatif (negosiasi strategi dan
perencanaan).
Cukupbaik:
cukup
menguasai
permasalahan;
cukup
memadai;
pengembangan tesis terbatas; relevan dengan
topik, memenuhi karakter teks negosiasi
berupa kompetisi (negosiasi distributif),
kolaborasi (negosiasi integratif), dan
akomodatif
(negosiasi
strategi
dan
perencanaan), tetapi kurang terperinci
Sedangcukup: penguasaan permasalahan
terbatas; substansi kurang; pengembangan
topik tidak memadai, dan tidak memenuhi
karakter teks negosiasi berupa kompetisi
(negosiasi distributif), kolaborasi (negosiasi
integratif), dan akomodatif (negosiasi strategi
dan perencanaan).
Sangat kurangkurang: tidak menguasai
permasalahan; tidak ada substansi; tidak
relevan; tidak layak dinilai
Sangat baiksempurna: ekspresi lancar;
gagasan terungkap padat dengan jelas
(mengandung konteks ; tertata dengan baik;
urutan
logis
(Orientasi,
permintaan,
pemenuhan,
penawaran,
persetujuan,
pembelian, dan penutup);kohesif
Cukupbaik: kurang lancar; kurang
terorganisasi, tetapi ide utama ternyatakan;

Komenta
r

49

PROFIL PENILAIAN KEGIATAN SISWA


DALAM PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI
Nama :
Judul :

Tanggal
Skor

10 13

79

KOSAKATA

18 20

14 17

10 13

KALIMAT

79

18 20
14 17

Kriteria
pendukung terbatas; logis(Orientasi,
permintaan, pemenuhan, penawaran,
persetujuan, pembelian, dan penutup), tetapi
tidak lengkap.
Sedangcukup: tidak lancar; gagasan kacau
atau tidak terkait; urutan dan pengembangan
kurang
logis(orientasi,
permintaan,
pemenuhan,
penawaran,
persetujuan,
pembelian, dan penutup).
Sangat
kurangkurang:
tidak
komunikatif; tidak terorganisasi; tidak layak
dinilai
Sangat baiksempurna: penguasaan kata
canggih; pilihan kata dan ungkapan efektif;
menguasai pembentukan kata; penggunaan
register tepat
Cukupbaik: penguasaan kata memadai;
pilihan,
bentuk,
dan
penggunaan
kata/ungkapan kadang-kadang salah, tetapi
tidak mengganggu
Sedangcukup: penguasaan kata terbatas;
sering terjadi kesalahan bentuk, pilihan, dan
penggunaan kosakata/ungkapan; makna
membingungkan atau tidak jelas
Sangat kurangkurang: pengetahuan
tentang
kosakata,
ungkapan,
dan
pembentukan kata rendah; tidak layak nilai
Sangat
baiksempurna:
konstruksi
kompleks dan efektif; terdapat hanya sedikit
kesalahan penggunaan bahasa (urutan/fungsi
kata, artikel, pronomina, preposisi)
Cukupbaik: konstruksi sederhana, tetapi
efektif; terdapat kesalahan kecil pada
konstruksi kompleks; terjadi sejumlah
kesalahan penggunaan bahasa (fungsi/urutan
kata, artikel, pronomina, preposisi), tetapi

Komenta
r

50

PROFIL PENILAIAN KEGIATAN SISWA


DALAM PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI
Nama :
Judul :

Tanggal
Skor

10 13

79

9 10

EJAAN

78

46

13

Kriteria

Komenta
r

makna cukup jelas


Sedangcukup: terjadi kesalahan serius
dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks
(seringterjadi kesalahan pada kalimat negasi,
urutan/fungsi kata, artikel, pronomina,
kalimat
fragmen,
pelesapan;
makna
membingungkan atau kabur
Sangat kurangkurang: tidak menguasai
tata kalimat; terdapat banyak kesalahan; tidak
komunikatif; tidak layak dinilai
Sangat baiksempurna: menguasai aturan
penulisan; terdapat sedikit kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf
Cukupbaik:
kadang-kadang
terjadi
kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan
huruf kapital, dan penataan paragraf, tetapi
tidak mengaburkan makna.
Sedangcukup: sering terjadi kesalahan
ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital,
dan penataan paragraf; tulisan tangan tidak
jelas; makna membingungkan atau kabur
Sangat kurangkurang: tidak menguasai
aturan penulisan; terdapat banyak kesalahan
ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital,
dan penataan paragraf; tulisan tidak terbaca;
tidak layak dinilai

KOMENTAR :
..1. ................................................................................................
....
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................

JUMLAH
:

PENILAI
:

51

PROFIL PENILAIAN KEGIATAN SISWA


DALAM PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI
Nama :
Judul :

Tanggal
Skor

Kriteria

Komenta
r

......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
Patokan nilai yang diperoleh rata-rata siswa 85 dan tidak ada nilai < 60,
makarencana pembelajaran itu tidak perlu direvisi. Begitu pula bila terjadi
sebaliknya. Format penilaian di atas untuk rentang masing-masing bagian dapat
dirincikan sebagai berikut.
1.
2.
3.
6.
7.

Isi
Kosakata
Struktur Teks
Kalimat
Ejaan
Total nilai

= 30
= 20
= 20
= 20
= 10
= 100

Dari gambaran nilai di atas dapat dikatakan bahwa, setiap siswa wajib untuk
memahami teks negosiasi secara benar agar ketercapaian aspek potensial dapat
terpenuhi. Siswa yang dikatakan berhasil harus memenuhi standar nilai minimal
yang sudah tertera di atas.

5. Teknik Analisis Data

52

Teknik analisis data yang akan digunakan peneliti yaitu teknik deskripsi
dengan memberikan penguatan melalui statistik deskriptif. Sugiyono (2011:147)
statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi.
1. Teknik Analisis data angket
Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan juga dengan mencari kuatnya
hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi, dengan
analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata
data sampel atau populasi. Berikut hasil analisis data angket yang memungkinkan
untuk di pergunakan sebagai bahan dasar pengembangan modul yaitu memberi
pengelompokan sesuai dengan hasil angket, mempersiapkan hasil angket secara
objektif, menentukan kesimpulan. Dari hasil di atas bahwa dalam statistik
deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak
bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi.
Sementara data angket hasil validasi dari para ahli/ para pakat akan diolah
dengan menggunakan skor masing-masing komponen evaluasi hal yang tersebut
dengan menggunakan skala Likert yaitu dengan rincian sebagai berikut.

5 = Sangat tinggi/sangat penting/sangat benar


4. = Tinggi/penting/benar
2 = Cukup tinggi/cukup penting/cukup benar
2 =Rendah/kurang penting/salah
1 = Rendah sekali/tidak penting/sangat salah

53

Berikut contoh tabel yang akan digunakan sesuai dengan skala Likert
dengan memanfaatkan hasil validator dari para ahli.
a. Validasi ahli berkaitan dengan materi
No
1.

Pertanyaan

Alternatif Jawaban
5
4 3
2
1
SS S N TS STS

Isi materi yang disajikan sesuai


dengan konteks pembelajaran teks

2.

negosiasi.
Materi kaidah dan struktur teks

3.

negosiasi sudah sesuai.


Teks yang disajikan

telah

memberikan pemahaman kepada


4.

siswa.
Materi yang disajikan merupakan
bentuk yang sederhana dan mudah

5.

dipahami.
Materi
memberikan

6.

disajikan

gambaran

secara

jelas tentang teks negosiasi.


Isi materi merupakan bentuk teks
yang
teks

7.

yang

mencirikan
yang

pembelajaran

sesuai

dengan

karakteristik teks negosiasi.


Isi
materi
telah
mewakili
kompetensi pembelajaran yang

8.

diharapkan.
Materi merupakan konsep yang

54

jelas dan memudahkan siswa


9.

untuk memahaminya.
Materi yang disajikan

bisa

mendorong siswa untuk lebih


10.

aktif dalam pembelajaran.


Memberikan gambaran yang jelas
untuk pembelajaran berbasis teks.

b. Validasi pakar/ ahli berdasarkan kurikulum


No

Pertanyaan

Alternatif Jawaban
5
4 3
2
1
SS S N TS STS

1.

Teks negosiasi sesuai dengan KI

2.

dan KD
Penyajian sudah sesuai dengan KI

3.

dan KD.
Bentuk isi

4.

dengan keperluan siswa.


Sudah sesuai untuk

5.

ketuntasan.
Memiliki

modul

berkaitan

pemaparan

syarat
yang

sistematis sesuai dengan KI dan


6.

KD.
Memiliki

7.

penuntasan yang baik.


Bentuk yang disajikan memiliki
urutan

8.
9.
10.

unsur

yang

jelas

pencapaian

berkaitan

dengan KI dan KD.


Tersaji sesuai dengan KI dan KD
KD dan indikator tersaji jelas.
Memiliki efek potensial.

55

c. Validasi pakar berdasarkan kegrafikaan.


No

Pertanyaan

Alternatif Jawaban
5
4 3
2
1
SS S N TS STS

1.
2.
3.

Gambar dan tulisan menarik.


Mengandung unsur ketertarikan.
Bentuk tulisan dan gambar tersaji

4.

dengan baik.
Penyajian teks dan ambar tidak

5.

mengandung unsur negatif.


Tulisan hanya sebagai penerangan

6.

gambar.
Format
disampaikan

penyajian

teks

melalui

bentuk

7.

tulisan yang baik.


Setiap penyajian

8.

topik tertentu.
Tulisan dan gambar sudah sangat
membantu

mengandung

siswa

dalam

9.

pembelajaran kurikulum.
Format tulisan tersampaikan

10.

secara lugas.
Tidak mengandung unsur plagiat.

Berdasarkan tabel di atas peneliti membuat formatpenghitungan yang akan


disesuaikan dengan pilihan jawaban oleh para ahli. Nilai yang diharapkan
berdasarkan rentang pilihan point 15, adapun rincian nilai setiap pilihan point
dari para ahli/ pakar dapat dilihat sebagai berikut.
Alternatif Jawaban:

56

1 = Sangat tidak Setuju


2
3
4

= Tidak Setuju
= Netral
= Setuju

5 = Sangat Setuju
Jika dilihat berdasarkan alternatif jawaban di atas maka nilai dari setiap
pilihan memiliki kompleksitas dari lima aspek dengan rincian sebagai berikut.
Kriteria penilaian
4,6 5

= Sangat Setuju

(5)

3,64,5 = Setuju

(4)

2,6 3,5 = Netral

(3)

1,62,5 = Tidak Setuju (2)


0,61,5 = Sangat Setuju

(1)

Berdasarkan rincian poin dari masing-masing alternatif jawabab di atas,


maka angket yang memiliki efek potensial harus memenuhi nilai standar minimal
3,64,5 atau 5. Nilai angket yang telah memiliki nilai standar yaitu 4,6 ke atas
akan menjadi acuan untuk bahan pertimbangan kelayakan modul.Selanjutnya,
modul akan diberikan kepada siswa sehingga mereka dapat memahami
pembelajaran teks negosiasi secara benar dan menyeluruh.

Dari hal tersebut peneliti juga akan memberikan penjelasan proses


pembentukan teks negosiasi yang disesuaikan dengan pencapaian indikator.
Pencapaian indikator telah ditunjukkan melalui tes yang telah dilaksanakan pada
tahap sebelumnya. Kaitannya dalam pencapaian indikator melalui angket yang

57

diberikan kepada para ahli/ validator akan dimasukkan beberapa poin tentang
negosiasi yaitu negosiasi distributif, integratif, dan akomodatif (lihat hal. 22)
3 Teknik Analisis Data Wawancara
Data dari hasil wawancara akan disesuaikan dengan analisis data angket,
disesuaikan, dideskripsikan, dan disimpulkan. Hasil validasi dari para pakar dan
para ahli akan dimasukkan pokok penting sebagai bahan revisi.
6. Kriteria Keberhasilan (Indikator Kerja)
Kriteria keberhasilan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebuah
produk yang berupa modul menggunakan pendekatan saintifik. Modul ini harus
sesuai dengan harapan penerapan kurikulum 2013 (KI dan KD) pembelajaran
Bahasa Indonesia, hasil validasi para pakar (kurikulum, kegrafikaan, dan
isi/materi) bersifat praktis, dan memiliki efek potensial. Kesesuaian modul
tersebut dapat diketahui dengan melihat hasil validasi pakar (expert review) pada
jalur formative evaluation. Sedangkan kepraktisan modul dapat diketahui dari
hasilpraktik siswa dengan pendekatan saintifik dan hasil tes. Kepraktisan berarti
mudah dipakai oleh siswa, dapat diadministrasi dan dapat diinterpretasikan. Efek
potensial dapat diketahui dari hasil field test dengan rincian nilai siswa rata-rata
80. Hasil dari tes tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari beberapa KD
sehingga akan meningkatkan kemampuan pembelajaran teksterutama pembelajran
teks negosiasi dengan pendekatan saintifik.

7. Subjek, Waktu, dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan pada tahun akademik 2014/2015. Subjek penelitian
adalah siswa SMA kelas X antara umur 15-16 tahun di SMA Negeri 3 Unggulan

58

Kayuagung. SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung terdiri dari 6 rombongan belajar


(rombel) yang terdiri dari 35 siswasetiap rombongan belajar. Jadi jumlah seluruh
subjek untuk dilapangan terdiri dari 210

siswa, dan yang dijadikan sampel

penelitian 10% dari jumlah populasi yaitu 35 siswa. Karena siswa kelas X di SMA
Negeri 3 Unggulan Kayuagung terbagi dalam 6 rombongan belajar.Subjek yang
akan dijadikan penelitian adalahsatu rombel kelas X IPA yang dianggap memiliki
prestasi heterogen sebagai kelas normal, bukan kelas yang unggul. Oleh karena
itu, komponen yang akan digunakan untuk menentukan ciri kelompok adalah nilai
rata-rata kelas mata pelajaran bahasa indonesia ujian tengah semester (MID) tahun
pelajaran 2014-2015.

8. Langkah Kerja dan Jadwal Penelitian


8.1.
Langkah Kerja
Berikut langkah kerja yang akan dilakukan oleh peneliti melalui beberapa
tahap yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.2.

Tahap penyusunan
Tahap pengumpulan instrumen
Seminar proposal
Tahap pengumpulan data
Tahap penganalisisan
Pembuatan dan penyusunan draft laporan
Penyempurnaan laporan

Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan,

terhitung dimulainya tehap seminar proposal. Dari bulan Oktober 2014 Februari

59

2015. Berikut rincian jadwal penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada
tabel berikut.
No

Proses Kegiatan
10
Penyusunan

1.

Tahap

2.

proposal.
Tahap

3.
4.
5.
6.

instrumen.
Seminar Proposal
Tahap Pengumpulan Data
Tahap penganalisisan
Pembuatan
dan

7.

penyusunan draft laporan


Penyempurnaan Laporan

pengumpulan

11

Bulan Ke 12
1
-

Daftar Pustaka
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum
2013. Bandung: Refika Aditama.
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Jakarta:Gaung Persada.
Dalman, 2011. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Darmiatun, Suryatri. 2013. Menyusun Modul: Bahan Ajar untuk Persiapan Guru
Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.

60

Depdiknas, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Nasional Republik


Indonesia No. 23 tahun 2006.

Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.


Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifikdan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Imas, Kurinasih. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan.
Surabaya: Kata Pena.
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: YRAMA
WIDYA.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:
Akademia Permata.
Lewicki, Roy. J. 2012. Negosiasi (Edisi 6, Buku 1). Jakarta: Salemba Humanika.
Sda

. 2012. Negosiasi (Edisi 6, Buku 2). Jakarta: Salemba

Humanika.
Muzamiroh, Mida. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia: Kurikulaum 2013.
Jakarta: Rineka.
Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesias dalam Berbagai
Perspektifnya.Yogyakarta: Andi Offset.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:
Diva Press.

61

Prawiradilaga, Dewi Salma dan Siregar Eveline. 2005. Mozaik Teknologi


Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM).
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jogjakarta: Diva
Press.
Ricouer, Paul. 2012. Teori Interpretasi: Memahami Teks, Penafsiran, dan
Metodologinya. Jogjakarta: IRCISOD.
Sanjaya, Wina. 2013. Sistem Pembelajaran: Perencanaan dan Desain. Jakarta:
Kencana.
Sarwono, Sarlito. W. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian: Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: kencana.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks dan Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sudaryono, dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.
Tangerang: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tessmer, Martin. 1993. Planning and Conducting Formating Evaluations.
London: Kogan Page Limited.
Titscher, Stefan. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

62

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Uji Publik Kurikulum


2013:Penyederhanaan,
TematikIntegratif.http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum2013-1. (Diakses 20 Juli 2014).

Anda mungkin juga menyukai