TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kriteria Buku Pembelajaran
Sumber belajar yang ada di lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun
kualitasnya sangat bervariasi. Sementara itu, buku pelajaran, modul, diktat, dan
sebagainya pada umumnya menjadi rujukan utama dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, jika mutu buku tidak memenuhi standar mutu, terutama dalam
kaitannya dengan konsep dan aplikasi konsep (miskonsepsi, bahkan salah
konsep), buku tersebut menjadi sumber pembodohan, bukan sumber pencerdasan
anak didik. Buku demikian sangat berbahaya bagi dunia pendidikan.
Untuk membantu memudahkan sekolah atau masyarakat dalam memilih
buku pelajaran yang baik, terstandarisasi, dan sesuai dengan kebutuhan siswa
serta kebutuhan pengembangan pembelajaran, pedoman pemilihan buku
pembelajaran diperlukan. Buku yang dipilih harus buku yang memenuhi standar
kualitas yang baik dan terjamin, baik dari segi kebenaran dan kesesuaian konsep,
aspek penyajian, aspek bahasa, dan grafika.
Hal yang berkaitan dengan pemilihan bahan ajar, meliputi: (a) cara
penentuan jenis materi (apakah sesuai/tidak dengan kompetensi yang ingin dicapai
oleh siswa?); (b) kedalaman materi (apakah bahan ajar yang diberikan terlalu
dalam ataukah terlalu dangkal?); (c) ruang lingkup (apakah bahan ajar yang
diberikan terlalu luas ataukah terlalu sedikit?); (d) urutan penyajian (apakah
urutan penyajian yang diberikan runtut/tidak?); (e) perlakuan (treatment) terhadap
materi pembelajaran (terkait dengan cara penyajian materi). Sedang permasalahan
lain, adanya kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku
teks/buku paket. Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku pegangan
guru&/siswa, seperti jurnal, surat kabar, majalah, internet/website, lingkungan,
nara sumber dari kalangan profesional/pakar bidang studi, dan sebagainya (Ruti
Diah Puspita Djelita, 2013).
2.2. Standar Pengembangan Buku Teks Pembelajaran
1
2
Buku teks pelajaran meliputi buku teks utama dan buku teks pelengkap.
Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidnag studi yang digunakan
sebagai buku pokok bagi siswa dan guru, sedangkan buku teks pelengkap adalah
buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama
dan digunakan oleh guru dan siswa. Dari sisi formal, buku teks pelajaran
diterbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN.
Buku teks pelajaran seharusnya mempunyai dua misi utama yaitu,
pertama, optimalisasi pegembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
procedural. Kedua, pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku
pelajaran yang digunakan di sekolah. Teknik, metode, atau pendekatan yang
dikembangkan oleh penulis dan penerbit buku tidak terlepas dari keterkaitan
dengan apa yang sedang diprogramkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional,
yaitu bahwa buku pelajaran harus mengacu pada kurikulum yang berlaku,
berorientasi pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, teknologi, dan masyarakat, serta demonstrasi dan eksperimen. Selain
itu, suatu buku pelajaran harus dapat menggambarkan dengan jelas keterpaduan
atau keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya.
Setiap buku teks pelajaran diharapkan memenuhi standar-standar tertentu. Standar
yang dimaksud meliputi persyaratan, karakteristik, dan kompetensi minimum
yang harus terkandung di dalam suatu buku pelajaran. Standar penilaian
dirumuskan dengan melihat tiga aspek utama, yaitu materi, penyajian, dan
bahasa/keterbacaan.
a. Standar yang berkaitan dengan aspek materi yang harus ada dalam setiap
buku pelajaran adalah sebagai berikut : 1) kelengkapan materi; 2) keakuratan
materi; 3) kegiatan yang mendukung materi; 4) kemutakhiran materi; 5)
upaya meningkatan kompetensi siswa; 6) pengorganisasian materi mengikuti
sistematika keilmuan; 7) materi mengembangkan keterampilan dan
kemampuan berpikir; 8) materi meangsang siswa untuk melakukan inquiri;
9) penggunaan motasi, simbol, dan satuan.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan
kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksaan pembelajaran dapat
3
Dari pengertian tersebut, maka modul juga dapat dikatakan sebagai sumber
belajar karena memuat materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan mengacu
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.4. Pengertian Modul
Wujud bahan ajar ini adalah buku teks yang digunakan panduan siswa
untuk belajar pembelajaran menulis karya ilmiah. Bahan ajar ini didesain untuk
digunakan secara klasikal atau berkelompok. Hal ini didasarkan pada salah satu
dari tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu learning community
atau belajar dalam kelompok-kelompok. Aspek yang dikaji dalam wujud bahan
adalah (1) aspek isi, (2) aspek penyajian, (3) aspek bahasa, dan (4) aspek
kegrafikaan (Millatuz Zakiyah, 2012).
Bahan ajar adalah sarana belajar yang biasa dipergunakan di sekolah-
sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pembelajaran
(Vinta A.Tiarani, 2011).
Bahan ajar merupakan media dan sumber belajar yangg memiliki
kedudukan yang strategis, karena pengembangannya mencakup pertanyaan-
pertanyaan: (1) sejauh mana tingkat kesiapan pebelajar mencapai tujuan?; (2)
metode proses pembelajaran apa yang dibutuhkan guna mencapai tujuan yang
relevan dengan karak-teristik pebelajar?; (3) media dan atau sumber belajar apa
saja yang sesuai?; (4) dukungan apa selain faktor pembelajar yang dijumpai pada
sumber-sumber belajar yang dibutuhkan untuk menyukseskan belajar?; (5)
bagaimanakah keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan?; dan (6) hal-
hal apa yang perlu dilakukan guna memperbaiki proses pembelajaran?
(Mohammad Harijanto, 2007).
Dari ketiga pengertian modul tersebut, dapat disimpulkan bahwa modul
adalah suatu bahan ajar yang dirancang secara utuh dan sistematis agar peserta
didik dapat belajar mandiri, memuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran dan evaluasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran
tersebut, dan dapat memotivasi peserta didik.
2.5. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Modul
5
Bahan ajar merupakan salah satu alat teknologi pendidikan yang memberi
keuntungan antara lain: (1) membantu guru melaksanakan kurikulum, (2)
pegangan dalam menentukan metode pembelajaran, (3) memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru,
dan (4) memberi kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan sekalipun guru
berganti. Bahan ajar adalah sarana belajar yang biasa dipergunakan di sekolah-
sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pembelajaran
(Vinta A.Tiarani, 2011).
Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terjadi atas buku, tape recorder, kaset,
video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, dan
computer.Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsanagn
kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa
(Hamdani 2011).
Dilihat dari manfaat bahan ajar di atas, semakin meyakinkan bahwa
pengembangan bahan ajar sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan.
Dengan pengembangan bahan ajar secara sistemik dan berkesinambungan akan
dihasilkan bahan ajar yang sangat dibutuhkan khususnya oleh siswa sekolah
menengah, sehingga kesulitan-kesulitan siswa dalam memiliki bahan ajar akan
dapat segera diatasi dan motivasi serta hasil belajar siswa diharapkan dapat
meningkat.
Modul memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun
dari kepentingan guru. Bagi siswa, modul bermanfaat sebagai berikut :
a. Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri
6
b. Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di
luar jam pelajaran
c. Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya
d. Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan
latihan yang disajikan dalam modul
e. Mampu membelajarkan diri sendiri
f. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan dan sumber belajar lainnya.
Bagi guru, penyusunan modul bermanfaat karena :
a. Mengurangi kebergantungan terhadap ketersediaan buku teks
b. Memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai
referensi
c. Menambah kazanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar
d. Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan siswa karena
pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka
e. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan
2.6. Karakteristik Modul
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar,
pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul :
1. Self Instruction
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak
lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus :
a. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan
pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
b. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang
kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas
c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran
7
e. Dari daftar satuan atau unit modul yang dibutuhkan tersebut, identifikasi
mana yang sudah ada dan yang belum ada/tersedia di sekolah.
f. Lakukan penyusunan modul berdasarkan prioritas kebutuhannya.
Setelah kebutuhan modul ditetapkan, langkah berikutnya adalah membuat
peta modul. Peta modul adalah tata letak atau kedudukan modul pada satu satuan
program yang digambarkan dalam bentuk diagram. Pembuatan peta modul
disusun mengacu kepada diagram pencapaian kompetensi yang termuat dalam
kurikulum. Setiap judul modul dianalisis keterkaitannya dengan judul modul yang
lain dan diurutkan penyajiannya dengan urutan pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Pemetaan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
dan metoda penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai
desain dalam penyusunan/penulisan modul.
Penulisan modul belajar diawali dengan menyusun buram atau draft/konsep
modul. Modul yang dihasilkan dinyatakan sebagai buram sampai dengan
selesainya proses validasi dan uji coba. Bila hasil uji coba telah dinyatakan layak,
barulah suatu modul dapat diimplementasikan seca riil di lapangan.
Langkah-langkah penyusunan buram (konsep) modul dapat dilihat pada alur
berikut ini :
a. Judul
Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi yang
dibahas.
b. Daftar Isi
Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Topik-topik tersebut
diurutkan berdasarkan urutan kemunculan dalam modul. Daftar isi juga
mencantumkan nomor halaman untuk memudahkan pembelajar menemukan
topik.
c. Peta Informasi
Modul perlu menyertakan peta informasi. Pada daftar ini akan terlihat
topik apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut.
Pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik dalam modul.
d. Daftar Tujuan Kompetensi
Penulisan tujuan kompetensi membantu pembelajar untuk mengetahui
pengetahuan, sikap atau keterampilan apa yang dapat dikuasai setelah
menyelesaikan pembelajaran.
e. Tes Awal
Pembelajar perlu diberi tahu keterampilan atau pengetahuan awal apa
saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul.
2. Bagian Inti
a. Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi
Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk memberikan gambaran
umum mengenai isi materi modul, meyakinkan pembelajar bahwa materi
yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka, meluruskan harapan
pembelajar mengenai materi yang dipelajari, mengaitkan materi yang telah
dipelajari dengan materi yang akan dipelajari dan memberikan petunjuk
bagaimana mempelajari materi yang akan disajikan.
b. Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain
Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi yang
perlu dipelajari tersedia dalam modul
15
c. Uraian Materi
Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi
pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Di dalam uraian materi setiap
kegiatan belajar, baik susunan dan penempatan naskah, gambar, maupun
ilustrasi diatrus sedemikian rupa sehingga informasim mudah dimengerti.
d. Penugasan
Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi apa yang
diharapkan setelah mempelajari modul. Penugasan juga menunjukkan kepada
pembelajar bagian mana dalam modul yang merupakan bagian penting.
e. Rangkuman
Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal-hal
pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan pada bagian
akhir modul.
Bagian Penutup
a. Glosarry atau daftar istilah
Glossary berisikan defenisi-defenisi konsep yang dibahas dalam modul.
Defenisi tersebut diringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep
yang telah dipelajari.
b. Tes Akhir
Tes akhri merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah
mempelajari suatu bagian dalam modul.
c. Indeks
Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman di
mana istilah tersebut dapat ditemukan.
Kerangka modul tersusun sebagai berikut :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Peta Kedudukan Modul
Glosarium
I. PENDAHULUAN
A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
16
B. Dekskripsi
C. Waktu
D. Prasyarat
E. Petunjuk Penggunaan Modul
F. Tujuan Akhir
G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi
II. PEMBELAJARAN
A. Pembelajaran 1
1. Tujuan
2. Uraian Materi
3. Rangkuman
4. Tugas
5. Tes
6. Lembar Kerja Praktik
B. Pembelajaran 2 – n (dan seterusnya, mengikutijumlah pembelajaran yang
dirancang)
1. Tujuan
2. Uraian Materi
3. Rangkuman
4. Tugas
5. Tes
6. Lembar Kerja Praktik
III. EVALUASI
A. Tes Kognitif
B. Tes Psikomotorik
C. Penilaian Sikap
KUNCI JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
2.8. Pengembangan Modul
17
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat
diamati secara tidak langsung. Proses belajar tersebut tampak melalui perilaku
siswa mempelajari bahan belajar.
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang
dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran, pengalaman (proses) belajar-mengajar,
dan hasil belajar (Nana Sudjana, 2009).
dapat dikatakan efektif apabila peserta didik aktif (intelektual, emosional, sosial)
mengikuti kegiatan belajar, berani mengemukakan pendapat, bersemangat, kritis
dan kooperatif. Begitu juga dengan hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari
ketuntasan belajarnya, terampil, dan memiliki apresiasi yang baik terhadap
pelajaran.
pembelajaran, guru mudah mentransfer isi pelajaran kepada siswa, siswa juga
mudah menangkap isi pelajaran tersebut. Waktu yang tersedia untuk satu materi
secara efisien dan efektif dapat dimanfaatkan secara maksimal. Ketertarikan dan
minat siswa dalam mengikuti pembelajaran cenderung tinggi.
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran,
tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi
kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta
didik. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan kegiatan.
Model dapat dipahami sebagai :
1. Suatu tipe atau desain
2. Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses
visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati.
3. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai
untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa.
4. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan
realitas yang disederhanakan
5. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner,
6. Penyajian diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk
aslinya (Syaiful Sagala, 2003).
2.11.1 Model Cooperative Problem Based Learning (CPBL)
Model cooperatif problem based learning adalah model pembelajaran
kooperatif berbasis masalah yang merupakan kombinasi PBL dan CL untuk
menekankan belajar dan pemecahan masalah dalam tim siswa kecil (terdiri dari 3-
5 siswa) di kelas menengah, hingga 60 siswa untuk satu floating staf akademik
atau fasilitator. Model CPBL, yang menggabungkan pembelajaran kooperatif
kedalam siklus PBL memberikan panduan langkah demi langkah bagi siswa untuk
memecahkan masalah realistis yang membantu mereka mengontekstualisasikan
konten baru yang mereka miliki untuk belajar. Kerangka CPBL dirancang untuk
sengaja mendorong siswa mengembangkan tim keterampilan kerja (Yusof dalam
Shofia, 2014).
21
Natrium klorida (NaCI) terdiri dari kation Na+ yang dapat dianggap berasal
dari NAOH. dan Cl- yang berasal dari HCl Di dalam air, NaCl terdapat
sebagai ion-ion yang terpisah.
NaCI(aq) Na+(aq) + C1-(aq)
Juga perlu Anda ingat kembali, bahwa sebagian asam dan basa tergolong
elektrolit kuat sedangkan sebagian lainnya tergolong elektrolit lemah. Di antara
asam dan basa yang biasa kita temukan, yang tergolong elektrolit kuat adalah:
Asam, Kuat : H2SO4, HCI, HNO3 (juga HI, HBr, dan HClO4).
Basa kuat : NaOH, KOH (sernua basa logam alkali) dan Ca(OH) 2, Ba(OH)2
(semua basa logam alkali tanah, kecuali Be(OH)).
dari hasil percobaan diketahui bahwa sifat larutan garam bergantung pada
kekuatan relatif asam basa penyusunnya.
a. Garam dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral
b. Garam dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam
c. Garam dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa
d. Garam dari asam lemah dan basa lemah bergantung pada harga tetapan
ionisasi asam dan tetapan ionisasi basanya (Ka dan Kb). Ka > Kb bersifat
asam, K < Kb bersifat basa, Ka = Kb bersifat netral
2. Jenis garam
a. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat
Jika garam jenis ini dilarutkan ke dalam air, baik kation maupun anionnya
tidak akan bereaksi dengan air karena ion-ion yang dilepaskan akan segera
terionisasi kembali secara sempurna. Contoh: NaCl, K 2SO4, Ba(NO3)2 Di dalam
air, NaCl terionisasi sempurna membentuk ion Na+ dan Cl– menurut reaksi
berikut:
NaCl (aq) Na+ (aq) + Cl– (aq)
Pelarutan garam ini sama sekali tidak akan mengubah jumlah [H+] dan
[OH–] dalam air, sehingga larutannya bersifat netral (pH=7). Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak
mengalami hidrolisis dalam air.
b. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah
26
Garam jenis ini bersifat asam dalam air karena kationnya terhidrolisis
(memberikan proton kepada air), sedangkan anionnya tidak. Contoh: Al2(SO4)3,
AgNO3, CuSO4, NH4Cl, AlCl3.
NH4Cl (aq) NH4+ (aq) + Cl– (aq)
Ion NH4+ bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan sebagai berikut:
NH4+ (aq) + H2O (l) NH4OH (aq) + H+ (aq)
Adanya ion H+ yang dihasilkan dari reaksi kesetimbangan tersebut
menyebabkan konsentrasi ion H+ di dalam air lebih banyak daripada konsentrasi
ion OH–, sehingga larutan akan bersifat asam (pH < 7). Dengan demikian, garam
yang berasal dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian
(parsial) di dalam air dan larutannya bersifat asam.
c. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan menghasilkan
anion ang berasal dari asam lemah jika dilarutkan dalam air. Anion inilah yang
menghasilkan ion OH– bila bereaksi dengan air. Contoh: CH3COONa, NaF,
Na2CO3, KCN, CaS.
CH3COONa (aq) CH3COO– (aq) + Na+ (aq)
Ion NH4+ bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan sebagai berikut:
CH3COO– (aq) + H2O (l) CH3COOH (aq) + OH– (aq)
Reaksi kesetimbangan tersebut menghasilkan ion OH- sehingga
konsentrasi ion H+ dalam air menjadi lebih sedikit. Jadi, garam yang berasal dari
asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) di dalam air
dan larutannya bersifat basa.
d. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah
Jika garam jenis ini dilarutkan ke dalam air, maka kation dan anionnya
akan mengalami hidrolisis. Contoh: NH4CN, (NH4)2CO3, CH3COONH4.
NH4CN (aq) NH4 + (aq) + CN– (aq)
Ion NH4+ bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan:
NH4+ (aq) + H2O (l) NH4OH (aq) + H+ (aq)
Ion CN– bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan:
CN– (aq) + H2O (l) HCN (aq) + OH– (aq)
27
atau
Dimana;
Kw : tetapan kesetimbangan air
Ka : tetapan ionisasi asam lemah
M : konsentrasianion yang terhidrolisis
Contoh:
Tentukan pH larutan Ca(CH3COO)2 0,1 M; Ka CH3COOH = 1,8 x 10-5
Jawab :
Ca(CH3COO)2 merupakan garam yang berasal dari asam lemah dan basa
kuat, sehingga anionnya akan mengalami hidrolisis dan sifat larutan adalah basa.
Dimana;
Kw : tetapan kesetimbangan air
Kb : tetapan ionisasi basa lemah
M : konsentrasianion yang terhidrolisis
Contoh :
Berapakah pH larutan 0,1 M NH4Cl Kb = 1,85 x 10-5
Jawab:
NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)
Ion NH4+ mengalami hidrolisis:
NH4+(aq) + H2O (l) NH3(aq) + H3O+(aq)
30
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif dari asam dan basa yang
bersangkutan. Jika asam lebih lemah dari pada basa ( Ka < Kb), maka anion akan
terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan bersifat basa ataupun sebaliknya.
Sedangkan jika asam dan basa sama lemahnya (Ka=Kb), larutan akan bersifatt
netral.
2.13. Kerangka Berfikir
Belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku pada individu yang
belajar dan perubahan itu menyangkut segala aspek pembelajaran. Perubahan
yang terjadi adalah perubahan dalam pengertian yang positif yaitu perubahan yang
memberikan dampak ke arah penambahan atau peningkatan suatu perilaku.
Perubahan perilaku yang diharapkan adalah lebih termotivasinya peserta didik
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hidrolisis garam merupakan suatu materi yang tercantum pada silabus
mata pelajaran kimia kurikulum 2013 kelas XI-IPA mengenai sub larutan dalam
kimia yang membahas mengenai pengertian hidrolisis garam, konsep hidrolisis
garam, sifat garam, jenis garam, dan perhitungan pH larutan garam. Pada materi
ini terdapat konsep-konsep dan masalah- masalah abstrak yang dianggap sulit oleh
siswa yang berakibat kurang tercernanya materi pembelajaran secara utuh yang
berujung pada hasil belajar yang kurang maksimal pada siswa.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran
31
1. Hipotesis Verbal
Ho3 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model cooperative problem based learning.
Ha3 : Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang dibelajarkan
dengan model cooperative problem based learning.
Hipotesis Statistik yang akan diuji adalah
Ho3 : µc1 = µc2
Ha3 : µc1 ≠ µc2
2. Hipotesis Verbal.
Ho1 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tumbuh kembangnya sikap
komunikatif siswa yang dibelajarkan dengan model cooperative problem
based learning
Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan tumbuh kembangnya sikap komunikatif
siswa yang dibelajarkan dengan model cooperative problem based
learning
Hipotesis Statistik yang akan diuji adalah
Ho1 : µa1 = µa2
Ha1 : µa1 ≠ µa2
3. Hipotesis verbal
Ho2 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tumbuh kembangnya psikomotorik
siswa yang dibelajarkan dengan model cooperative problem based learning
Ha2 : Terdapat perbedaan yang signifikan tumbuh kembangnya psikomotorik
siswa yang dibelajarkan dengan model cooperative problem based learning
Hipotesis Statistik yang akan diuji adalah
Ho2 : µb1 = µb2
Ha2 : µb1 ≠ µb2