Anda di halaman 1dari 17

Nama : I Putu Fery Aditya Putra

NIM : 2286206018
Prodi : PGSD
Semester : 3
MK : Pembelajaran Matematika SD

Model-Model Pembelajaran Beserta Teori Belajar Yang Mendasarinya

Berikut 5 model pembelajaran beserta teori belajar yang mendasari model tersebut.
1) Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
➢ Definisi
Menurut Fajar (2004), menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis
portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif (CBSA) dan cara
mengajar guru aktif. Karena sebelum, selama dan sesudah proses belajar
mengajar guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. Sedangkan
menurut Budiono (2001), model pembelajaran berbasis portofolio merupakan
satu bentuk dari praktek belajar kewarganegaraan, yaitu suatu inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori
secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik.
Menurut Wayatt dan Looper (1999), portofolio diartikan sebagai suatu
koleksi yang sangat pribadi dari benda-benda hasil karya manusia yang cerdas
dan refleksi dari suatu prestasi pembelajaran, kekuatan, dan kerja terbaik.
Lebih lanjut dikatakan bahwa portofolio membantu siswa melihat apa yang
mereka pikirkan, rasakan, kerjakan, dan perubahan dari sebuah periode
waktu.
Dari pengertian ini terlihat bahwa portofolio identik dengan kumpulan
dari hasil karya siswa yang terbaik. Mengacu pada pengertian ini, maka
portofolio siswa adalah sekumpulan informasi tentang kegiatan yang
dilakukan siswa selama pembelajaran matematika berlangsung. Pada model
pembelajaran berbasis portofolio, siswa dituntut aktif dan kreatif untuk
berusaha mencari dan menemukan sendiri sumber belajar yang relevan
dengan tugas yang diberikan kepadanya.

1
Dalam Anna Poedjadi (1994) dikatakan bahwa teori belajar yang
mendasari Model Pembelajaran Berbasis Portofolio adalah teori belajar
konstruktivisme, yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa siswa
membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan
lingkungannya.

➢ Karakteristik
Berdasarkan berbagai paparan di atas, model pembelajaran dan
penilaian portofolio sebenarnya merupakan kesatuan proses dengan
karakteristik sebagai berikut:
1. Mengukur prestasi siswa secara individual dan menyadari perbedaan antar
siswa.
2. Merupakan suatu pendekatan kerjasama yang melibatkan guru dan siswa.
3. Mempunyai tujuan untuk melakukan refleksi dan menilai kemampuan diri.
4. Memperbaiki dan mengupayakan prestasi kerja siswa yang terbaik.
5. Adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran.

➢ Tujuan
Melalui model pembelajaran berbasis portofolio diharapkan siswa akan
terangsang untuk lebih mendalami isi dari mata pelajaran yang telah
dijabarkan dalam tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan akan
dapat dicapai setelah mereka mengikuti pembelajaran. Selain itu, diharapkan
agar siswa memiliki kemampuanuntuk dapat merefleksikan dan bertanggung
jawab terhadap kemajuan belajarnya.

➢ Kelebihan
Kelebihan model pembelajaran portofolio antara lain:
1. Dapat menutupi kekurangan proses pembelajaran IPS selama ini, yakni
dalam mengembangkan keterampilan atau kecakapan sebagai warga
negara. Seperti keterampilan memecahkan masalah, mengemukakan
pendapat, berdebat, menggunakan berbagai sumber informasi,
mengumpulkan data, membuat laporan, dan sebagainya.

2
2. Mendorong adanya kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antar siswa
dan antara siswa dan guru.emungkinkan guru mengakses kemampuan
siswa membuat/ menyusun laporan, menulis dan menghasilkan berbagai
tugas akademik.
3. Meningkatkan dan mengembangkan wawasan siswa mengenai isu atau
masalah-masalah kemasyarakatan atau lingkungannya, dapat memotivasi
adanya rasa peduli atau peka terhadap lingkungan masyarakat dari yang
paling dekat hingga ke masalah nasional dan bahkan masalah
internasional.
4. Mendidik siswa memiliki kemampuan merefleksi pengalaman belajarnya,
sehingga siswa termotivasi untuk belajar lebih baik dari yang sudah
mereka lakukan.
5. Pengalaman belajar yang tersimpan dalam memorinya akan lebih tahan
lama karena telah melakukan serangkaian proses belajar dari mengetahui,
memahami diri sendiri, melakukan aktifitas dan belajar bekerjasama
dengan rekan-rekannya dalam kebersamaan hidup di masyarakat.

➢ Kelemahan
Adapun kelemahan model pembelajaran portofolio antara lain:
1. Menggunakan waktu yang relatif lama.
2. Memerlukan ketekunan, kesabaran dan keterampilan guru.
3. Memerlukan biaya.
4. Memerlukan adanya jaringan komunikasi yang erat antara siswa, guru,
sekolah, keluarga, masyarakat, dan lembaga/instansi pemerintah maupun
swasta.
Kelemahan model portofolio dalam pembelajaran dapat diatasi melalui
strategi sebagai berikut:
1. Waktu yang lama daat disiasati dengan cara mengkondisikan pembelajaran
dengan alokasi waktu yang ada ada RPP yang direncanakan.
2. Memaksimalkan potensi siswa yang dapat didayagunakan seperti
keterampilan siswa dalam membuat portofolio tayangan dan dokumentasi.
3. Mengoptimalkan barang-barang disekitar lingkungan belajar untuk
pembuatan portofolio.

3
4. Guru memfasilitasi komunikasi verbal dalam proses pencarian informasi
siswa.

➢ Sintaks
Sintaks model pembelajaran portofolio ada enam, yakni
mengidentifikasi tujuan dan fokus penelitian, merencankan aspek konten
yang dinilai, menentukan bentuk, susunan portofolio, menentukan
penggunaan portofolio, menentukan cara untuk menilai portofolio, dan
menentukan bentuk portofolio dan penilaian. Adapun sintaks model
pembelajaran portofolio sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi tujuan dan fokus portofolio.
Pada langkah ini, guru bersama siswa merumuskan masalah yang
berkenaan dengan materi yang dibahas sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pada tahap ini pula guru menginstruksikan siswa untuk membentuk
kelompok portofolio. Guru menentukan fokus-fokus portofolio dan
memberikan petunjuk-petunjuk membuat portofolio yang baik dan benar.
2) Merencanakan aspek konten yang dinilai.
Pada langkah ini guru menentukan prosedur-prosedur penilaian
dengan mengacu pada spesifikasi konten-konten pada portofolio siswa.
3) Menentukan bentuk, susunan portofolio.
Guru menganalisis desain portofolio yang akan dibuat siswa dengan
menentukan standar-standar dan kriteria portofolio tersebut.
4) Menentukan penggunaan portofolio.
Pada langkah ini guru menyiapkan instruksi-instruksi pada
portofolio. Guru merencanakan penggunaan instruksional dan umpan
balik kepada siswa.
5) Menentukan cara untuk menilai portofolio.
Guru merencanakan verifikasi dari prosedur-prosedur dengan
membuat rubrik atau lembar untuk mengecek portofolio yang dibuat oleh
siswa.
6) Menentukan bentuk portofolio dan penilaian.

4
Pada langkah ini guru menginstruksikan siswa untuk
mengimplementasikan portofolio sesuai dengan instruksi yang telah
disepakati sebelumnya.

2) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


➢ Definisi
Menurut Fathurrahman (2015) Model Pembelajaran Langsung adalah
suatu model yang dapat membentuk peserta didik untuk mempelajari serta
menguasai keterampilan dasar dan mendapatkan sebuah informasi selangkah
demi selangkah.
Senada dengan Fathurrahman, menurut Mashudi (2013) model
pembelajaran direct instruction merupakan model pembelajaran yang
dirancang secara khusus guna menunjang pembelajaran siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap
selangkah demi selangkah.
Teori belajar yang mendasari Model Pembelajaran Langsung diantara
nya adalah teori belajar dari Jean Piaget dan Albert Bandura.
Berdasarkan pendapat para ahli di atasa dapat disimpulkan model
pembelajaran ini membutuhkan tugas belajar yang bertahap serta guru yang
memiliki keahlian, keaktifan, dan keterampilan serta kreativitas dalam materi.
Pembelajaran langsung tidak hanya menggunakan teknik ceramah saja, tetapi
juga bisa menggunakan dalam bentuk demonstrasi, praktik, maupun kerja
kelompok..
Sebetulnya, model pembelajaran ini bisa digunakan di bidang studi apa
pun, namun yang paling sesuai adalah untuk mengajarkan mata pelajaran
yang berarah pada penampilan atau kinerja praktis (praktik) seperti menulis,
membaca dan lain-lain. Intinya, apabila informasi yang akan disampaikan
terstruktur dengan baik, maka pembelajaran juga dapat diajarkan secara
terstruktur yang artinya dapat dilakukan melalui pembelajaran langsung.

5
➢ Karakteristik
Menurut Trianto dalam Fathurrahman (2015) karakteristik dari model
pembelajaran langsung dapat dipaparkan sebagai berikut.
1. Adanya pengaruh model pada peserta didik yang termasuk dalam penilaian
belajar serta memiliki tujuan pembelajaran.
2. Terdapat tujuan pembelajaran serta pengaruh model pada siswa dan
penilaian belajar.
3. Sintaksnya berdasarkan poin-poin atau pola keseluruhan serta alur
kegiatan pembelajaran.
4. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajarnya disesuaikan untuk
menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran.

➢ Tujuan
Tujuan penggunaan model pembelajaran langsung Model pembelajaran
langsung ini menuntut agar guru dapat mendemonstrasikan
(mendemonstrasikan) setiap materi pelajaran sehingga siswa dapat
memahami materi secara terstruktur.

➢ Kelebihan Pembelajaran Langsung


Sudrajat dalam Fathurrahman (2015) menyatakan bahwa model
pembelajaran langsung memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut.
1. Dapat diterapkan dalam kelas besar maupun yang kecil secara efektif.
2. Melalui ceramah juga dapat untuk menyampaikan pengetahuan atau
informasi yang tidak tersedia langsung bagi pesera didik.
3. Model pembelajaran langsung yaitu terutama demonstrasi dapat juga
memberi peserta didik sebuah tantangan untuk bisa membedakan teori
yang seharusnya terjadi serta observasi (kenyataan yang dilihat).
4. Memungkingkan peserta didik untuk berkosentrasi pada hasil dari guru
bukan teknik dalam menghasilkanya. Hal ini penting terhadap peserta
didik tidak memiliki keterampilan melakukan tugas tersebut.
5. Cara yang cukup efektif untuk mengajarkan informasi serta pengetahuan
yang faktual secara terstruktur.

6
➢ Kekurangan Pembelajaran Langsung
Beberapa kekurangan pembelajaran langsung tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Pada pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi dalam perbedaan
seperti hal kemampuan, kemudian pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran, serta pemahaman, maupun gaya belajar, atau ketertarikan
terhadap peserta didik.
2. Model pembelajaran langsung ini sangatlah tergantung pada gaya
komunikasi guru.
3. Model pembelajaran langsung ini memberikan pada peserta didik cara
pandang terhadap guru mengenai bagaimanakah materi disusun, dan yang
tidak selalu juga dapat untuk dipahami ataupun dikuasai pada peserta
didik.
4. Demonstrasi sangatlah bergantung kepada keterampilan pengamatan
peserta didik. Sayangnya, banyak peserta didik bukan pengamat yang baik
ataupun profesional sehingga kemungkinan dapat saja terlewat hal-hal
yang dimaksud oleh guru.
Kekurangan tersebut dapat disiasati oleh guru dengan cara guru
harus siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur dalam
ceramah dan demonstrasi sehingga kekurangan tersebut dapat diatasi oleh
guru dalam pembelajaran.

➢ Sintaks
Pada ada model pembelajaran langsung (direct instruction) terdapat
lima tahapan yang sangat penting untuk dilakukan agar pembelajaran
berjalan dengan sebagaimana yang diinginkan oleh model ini. Menurut
Fathurrahman (2015) tahapan atau sintak model pembelajaran langsung
adalah sebagai berikut.
1) Menyampaikan tujuan serta mempersiapkan siswa.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar
belakang pada pelajaran, pentingnya dalam pelajaran, dan
mempersiapkan peserta didik untuk belajar.
2) Mendemonstrasikan pengetahuan serta keterampilan.

7
Guru mendemonstrasikan dengan cara yang benar, ataupun
menyajikan informasi dengan tahap demi tahap.
3) Membimbing pelatihan.
Guru merencanakan serta memberikan bimbingan pada pelatihan awal.
4) Mengecek pemahaman serta memberi umpan balik.
Mengecek apakah peserta didik sudah berhasil dalam melakukan
tugas dengan baik dan memberi umpan balik.
5) Memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan serta penerapan.
Guru memberi kesempatan untuk melaksanakan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan situasi yang lebih
kompleks di kehidupan sehari-hari.

3) Model Pembelajaran KUASAI


➢ Definisi
Model pembelajaran “kuasai” dikemukakan oleh Colin Rose yang
menyatakan melalui pembelajaran dengan model “kuasai” siswa diharapkan
dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan metode sesuai dengan daya
nalar mereka yang tidak hanya terpancang apa yang disampaikan peneliti.
“kuasai” sendiri merupakan akronim dari enam tahapan pembelajaran yang
efektif yang terdiri dari (1) kerangka pikiran untuk sukses, (2) uraikan
faktanya, (3) apa maknanya (4) sentakkan ingatan (5) ajukan yang anda
ketahui, (6) introspeksi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut yang telah dikemukakan
sebelumnya maka model pembelajaran “kuasai” dapat diartikan sebagai suatu
pola proses pembelajaran yang terdiri dari enam tahapan efektif yang dapat
membantu siswa lebih mudah dalam memperoleh informasi dan mengingat
informasi tersebut.
Teori belajar yang melandasi Model Pembelajaran KUASAI ialah teori
belajar behavioristik.

➢ Karakteristik
Pembelajaran dengan menggunakan model KUASAI ini, guru dituntut
untuk memotivasi, menumbuhkan rasapercaya diri pada siswa dengan

8
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga siswa
mendapatkan informasi sebelum pelajaran berlangsung dan siswa
memilikigambaran tentang apa yang akan diajarkan di dalam kelas.

➢ Tujuan
Melalui pembelajaran dengan model KUASAI siswa diharapkan dapat
menyelesaikan suatu permasalahan dengan metode sesuai dengan daya nalar
mereka yang tidak hanya terpancang apa yang disampaikan guru.

➢ Kelebihan
Kelebihan metode pembelajaran “kuasai” adalah sebagai berikut:
1. Membantu siswa memotivasi diri untuk sukses dan percaya pada
kemampuan sendiri.
2. Membantu siswa dalam menangkap ide-ide pokok menyimpulkan,
mendefinisikan, merumuskan dan berfikir faktual dari sebuah materi
pelajaran sesuai dengan caranya sendiri.
3. Meningkatkan daya ingat siswa dengan terbiasa memahami kata kunci dan
merefleksikannya.
4. Proses belajar mengajar menjadi aktif dan menyenangkan.

➢ Kelemahan
1. Membutuhkan peneliti yang berdedikasi tinggi terhadap pembelajaran,
karena sebelum mengajar harus mempersiapkan resume kata- kata kunci.
2. Pembelajaran “kuasai” membutuhkan waktu yang lama dalam
menyampaikan materi karena siswa diberi kebebasan merumuskan kateri
menurut caranya sendiri dengan kata-kata kunci dan ingatan.
3. Proses belajar mengajar mengalami kesulitan apabila siswa belum bisa
memahami materi yang telah diajarkan.
Cara mengatasi kelemahan tersebut adalah:
1) Guru harus mampu menjadi motivator untuk mengembangkan potensi
siswanya.
2) Peneliti harus memahami materi sebelum mengajar dan menyiapkan
resume kata-kata kunci.

9
3) Sebelum memulai pembelajaran diharapkan siswa sudah belajar
terlebih dahulu.
4) Menambah jam pelajaran agar siswa lebih memahami materi.

➢ Sintaksis
Colin Rose telah menyimpulkan bahwa pembelajaran efektif
melibatkan enam tahap. Enam tahapan ini dapat disimpulkan oleh akronim
KUASAI.
1. Kerangka pikiran untuk sukses.
Siswa harus berada dalam kerangka pikiran yang kaya. Kerangka
pikiran itu harus santai dan termotivasi. Jika stress, atau tidak percaya pada
kemampuan sendiri atau tidak melihat tujuan dari hal yang sedang
dipelajari maka tidak akan bisa belajar dengan baik.
2. Uraikan faktanya.
Siswa harus melibatkan fakta untuk disesuaikan dengan gaya belajar
yang disukai. Kebutuhan seseorang untuk melihat, mendengar, atau
terlibat langsung secara fisik dalam hal yang sedang dipelajari. Saat
mempelajari hal baru, perlu memerlukan sesuatu untuk membuat
informasi tersebut lebih dekat dalam ingatan.
3. Apa maknanya.
Mengubah fakta ke dalam makna pribadi, dimana kedelapan
kecerdasan kita berperan aktif. Siswa perlu menjelajahi hal yang sedang
dipelajari. Mengetahui sesuatu dan benar-benar memahami itu berbeda.
Cara mencapai itu bergantung pada cara unik seseorang dalam
menggunakan kecerdasan.
4. Sentakkan ingatan.
Pastikan bahwa pelajaran terpatri dalam memori jangka panjang,
sehingga dapat membuka dan mengambilnya saat diperlukan. Adapun
beberapa strategi yang dapat dipakai sangat efektif menurut para ahli
memori, antara lain : pemakaian asosiasi, kategorisasi, mendongeng,
akronim, kartu pengingat, peta konsep, musik, dan peninjauan. Siswa perlu
menghafalkan unsur-unsur kunci dalam ingatan, agar sisa pelajaran dapat
membanjiri masuk kembali.

10
5. Ajukan sesuatu yang anda ketahui.
Siswa tidak dapat benar-benar yakin telah memahami yang telah
dipelajari sampai ia mengujinya. Siswa perlu menunjukkan bahwa dirinya
tahu. Yang dimaksud menunjukkan disini adalah berusaha membagikan
ilmu kepada orang lain. Saat membagikan ilmu kepada orangl ain justru
akan memperoleh ilmu yang lebih.
6. Introspeksi.
Siswa perlu merefleksikan pengalaman belajarnya. Bukan hanya
pada apa yang telah dipelajari, melainkan bagaimana siswa mempelajari.
Ini adalah langkah terakhir, dengan manfaat menganalisa diri dapat
dimulai cara belajar yang lainnya. Siswa perlu merenungkan sebaik apa
pembelajaran yang telah ia kerjakan. Tujuannya adalah meningkatkan
sesuatu yang tidak hanya diketahui, tetapi cara ia belajar.

4. Model Pembelajaran Role Playing


➢ Definisi
Djamarah (2010), mengatakan bahwa model role playing (bermain
peran) dapat dikatakan sama dengan sosiodrama, di mana dasarnya adalah
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
Mulyono (2012), menyebutkan bahwa metode bermain peran adalah
metode pembelajaran yang ditujukan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,
aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
Santoso (2011), mendefinisikan role playing sebagai metode belajar
yang di dalamnya siswa diminta untuk mendramatisasikan dan
mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam
hubungan sosial antar manusia.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran role playing merupakan sebuah metode yang berusaha
menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
pertunjukan peran di dalam kelas. Kegiatan tersebut juga diharapkan mampu
menjadi bahan refleksi bagi siswa agar dapat memberikan penilaian terhadap

11
pembelajaran yang telah dilaksanakan serta mampu memberikan saran bagi
pengembangan peran-peran tersebut.
Teori belajar yang mendasari Model Pembelajaran Role Playing ialah
Teori Belajar Kontruktivisme.

➢ Karakteristik
Adapun karakteristik yang dimiliki metode pembelajaran bermain
peran (role playing) adalah :
1. Umumnya tidak dilakukan oleh satu orang.
2. Adanya kelompok siswa yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Setiap siswa memainkan peran sesuai dengan skenario.

➢ Tujuan
Metode pembelajaran role playing ini juga mampu meningkatkan
pengalaman belajar siswa seperti kemampuan kerjasama, komunikasi,
memecahkan masalah, hingga menginterpretasikan suatu kejadian. Melalui
metode ini, siswa diharapkan mampu mendapatkan hubungan-hubungan
antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya.

➢ Kelebihan Role Playing


1. Metode pembelajaran ini mampu menarik perhatian siswa sehingga
menciptakan suasana kelas yang lebih dinamis.
2. Siswa yang belajar dengan metode ini akan terus mengingatnya dalam
waktu yang lama. Hal ini karena metode ini memberikan pengalaman yang
menyenangkan juga memberi pengetahuan yang melekat dalam memori
otak.
3. Siswa dapat belajar secara langsung karena harus memerankan suatu
karakter yang berkaitan dengan materi pelajaran.
4. Membangkitkan semangat belajar dan optimisme dalam diri siswa serta
menciptakan rasa kebersamaan.
5. Melatih kreatifitas dan inisiatif siswa.

12
➢ Kelemahan Role Playing
1. Tidak semua siswa dapat terlibat dan memiliki pengalaman bermain peran
sehingga dikhawatirkan akan terjadi kesenjangan.
2. Memerlukan waktu dan persiapan yang panjang untuk memahami materi
pelajaran yang dipilih sehingga menjadi pertunjukan yang baik dan
edukatif.
3. Membutuhkan tempat dan luas dan media pembelajaran yang memadai,
sedangkan ruang kelas umumnya memiliki ukuran yang kecil sehingga
dikhawatirkan menjadi tidak maksimal.
4. Berpotensi mengganggu kegiatan belajar kelas lain.

➢ Sintaks
Menurut Uno (2012), terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaan
model pembelajaran bermain peran, di antaranya:
1) Persiapan
Langkah pertama yang dilakukan sebelum memulai metode
pembelajaran adalah persiapan. Persiapan ini bisa berupa
memperkenalkan siswa dengan sebuah kasus terkait materi yang
dipelajari. Di tahap ini, guru juga bisa memberikan motivasi kepada siswa
agar lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan metode ini.
Hal ini penting dilakukan karena pembelajaran melibatkan siswa secara
aktif sehingga siswa yang penuh semangat dan motivasi akan sangat
mendukung keberhasilan pembelajaran dengan metode role playing ini.
2) Memilih Peran
Pada tahap ini, guru mulai mendeskripsikan karakter yang ada dan
memilih siapa saja yang akan memainkan peran-peran yang tersedia.
Pemilih peran ini bisa dilakukan dengan cara musyawarah. Ada baiknya
lagi jika guru memberikan kesempatan pada siswa yang berminat untuk
mengajukan dirinya sendiri. Hal ini diharapkan mampu membuat siswa
lebih percaya diri.
3) Menata Ruang Kelas
Setelah memilih perah, saatnya mendekorasi ruangan. Pada tahap
ini, guru dan siswa bisa bersama-sama menata ruang kelas sebagai tempat

13
pertunjukan. Di tahap ini pula, kita bisa membangun kerjasama antara guru
dengan siswa maupun siswa dan teman sebayanya.
4) Menyiapkan Pengamat
Pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang
akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati
peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya. Peran pengamat ini
juga mampu meningkatkan kemampuan analisis siswa.
5) Memainkan peran
Tahap selanjutnya adalah memainkan peran. Setelah siswa
memahami karakter dan membaca garis besar cerita yang akan
ditampilkan, maka selanjutnya adalah memainkan peran tersebut. Di tahap
ini, guru bertugas mengawasi dan mengarahkan siswa. Guru juga dapat
menghentikan drama apabila sudah dianggap cukup mampu
menyampaikan isi materi yang seharusnya diberikan kepada siswa.
6) Diskusi dan evaluasi
Setelah memainkan peran, maka langkah berikut adalah
menganalisis hasilnya. Sebelumnya, siswa yang terlibat menjalankan
peran diminta untuk mengemukakan perasaan mereka tentang peran yang
dimainkan. Selanjutnya, guru membuka diskusi dengan melontarkan
sebuah pertanyaan kepada siswa.
7) Berbagi Pengalaman dan Menyimpulkan
Pada tahap ini siswa menyampaikan pengalamannya selama
mengikuti metode pembelajaran role playing ini. Setelahnya siswa diminta
untuk membuat kesimpulan terkait materi yang mereka pelajari dengan
cara bermain peran.

5. Model Pembelajaran Snowball Throwing


➢ Definisi
Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu model dari
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Snowball Throwing merupakan
model pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok,yang
dimana masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan.

14
Menurut Berlin dan Imas (2015) “model pembelajaran snowball
throwing “bola salju bergulir‟ merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola
kemudian dilemparkan secara bergiliran dari satu siswa ke siswa yang lain”.
Sedangkan menurut Shoimin (2014) “model pembelajaran Snowball
Throwing merupakan pengembangan dari model pembelajarandiskusi dan
merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid
dalam beberapa kelompok dan merupakan model pembelajaran kooperatif”.
Teori yang melandasi model pembelajaran Snowball Throwing yaitu
Teori Konstruktivisme.

➢ Karakteristik
Model Snowball Throwing memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya:
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
2. Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk melatih pemahaman siswa
seputar materi.

➢ Tujuan
Metode snowball throwing merupakan metode pembelajaran yang
dapat menggali potensi kepemimpinan perserta didik dalam kelompok dan
ketrampilan membuat dan menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui
suatu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.

➢ Kelebihan Snowball Throwing


1. Suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa seperti
bermaian dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa
lain.

15
3. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak
tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
4. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
5. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung
dalam praktik.
6. Pembelajaran menjadi lebih efektif.
7. Ketiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.

➢ Kelemahan Snowball Throwing


1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi
sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari
soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah
dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu
menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga
diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi
pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa
saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Akan tetapi,
tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian
kuis individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang panjang.
5. Murid yang nakal cenderung membuat onar.
6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh siswa.

➢ Sintaks
Dalam Penerapan tipe Snowball Throwing ada beberapa langkah yang
harus dilaksanakan. Huda (2015, menyatakan bahwa langkah-langkah
penerapan Snowball Throwing sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

16
3) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masingmasing
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman
sekelompoknya.
4) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan
oleh ketua kelompok.
5) Siswa membuat kertas tersebut seperti bola dan dilempar dari siswa ke
siswa yang lain selama waktu yang ditentukan,
6) Setelah siswa mendapat suatu bola, ia diberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara bergantian.
7) Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran.

17

Anda mungkin juga menyukai