Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DASAR – DASAR PENDIDIKAN MIPA


Metode dan pendekatan pembelajaran IPA

Dosen Pengampu : 1. Sri Haryati, S.Pd, M.Si


2. Fitri Aldresti, M.Pd
Di susun oleh :
1. Alya Hafizah
2. Siti Nursakinah
3. Bunga Afrilia
4. Dita Athalia Putri

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran IPA
Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai paradigma kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
umum, di dalamnya terdapat menampung, menginspirasi,menguatkan dan melatari metode
pembelajaran dengancakupan teoritis tertentu. Sedangkan Menurut Depdikbud (1990: 180)
pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati
sesuatu”
Pendekatan pembelajaran juga merupakan cara agar dapat memudahkan pelaksanaan
proses pembelajaran. Sedangkan pendekatan pembelajaran IPA sendiri merupakan
landasan filosofi yang melatar belakangi proses pembelajaran IPA, yang dimaksud IPA disini
adalah natural science bukan social science.
Secara harfiah Natural Science adalah ilmu yang mempelajari tentang yang berhubungan
dengan alam. Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran peserta didik hendaknya
mampu mempelajari diri sendiri dan fenomena alam. Pencapaian tujuan belajar IPA
tersebut didalam proses pembelajaran yang diawalai dengan penentuan pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan.
Raka joni (1993), berpendapat bahwa pendekatan merupakan cara umum untuk melihat
permasalahan atau objek kajian. Pendekatan merupakan bagianpokok dari rencana
pembelajaran. Peran pendekatan pembelajaran ialah menyesuaikan antara tujuan
pembelajaran, siswa, latar belakang, sosial dan budaya, sumber dan daya dukung yang
tercakup dalam unsur input, outpun, produk dan outcomes. Pendidikan dengan bahan
kajian yang akan disajikan. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik,
menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu. Tujuan pendekatan sendiri adalah
menggiring cara pandang atau persepsi dan proses pengkajian terhadap
materi pembelajaran dengan suatu terminology sehingga akan diperoleh suatu pemahaman
dan pembentukan perilaku yang diharapkan
Penentuan pendekatan pembelajaran IPA berdasarkan pada hal berikut:
1. Tujuan yang akan dicapai
Hendaknya tujuan pendekatan pembelajaran harus menjadi hal pokok yang diperhatikan.
Karena tujuan ini yang akan menjadi tolak ukur terhadap berhasilnya proses pembelajaran.
Sementara tujuan pembelajaran IPA dirumuskan berdasrkan bentuk Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK). Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang berdasarkan
padakompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
2. Karakteristik materi IPA
Materi IPA memiliki dimensi pengetahuan faktual, prosedural,konseptual, dan metakognitif.
3. Karakteristik Peserta didik
Setiap peserta didik memiliki keberagaman karakter dalam belajar, ada yang modalitasnya
auditori, visual, dan juga kinestetik. Dari berbagai karakter peserta didik tersebut harus
menjadi acuan dalam memilih pendekatan pembelajaran.
4. Pengalaman belajar.
Pengalaman belajar juga berpengaruh terhadap penentuan pendekatan. Pengalaman
belajar dapat mempengaruhi psikologi masing-masing peserta didik. Dengan demikian untuk
bisa menciptakan pendekatan yang lebih maksimal pengalaman belajar peserta didik juga
perlu diperhatikan. Pengalaman belajar tersebut dapat berupa aktivitas yang dilakukanya.
Sedangkan pendekatan yang sesuai dengan pengalaman belajar peserta didik adalah dengan
pendekatan inkuiri.
5. Kecakapan hidup (life skill)
Pendekatan pembelajaran yang akan di aplikasikan oleh seorang guru atau pengajar harus
memperhatikan dan mengopptimalkan kecakapan hidup (life still) peserta didik. Proses
pembelajaran di dalamnya terintegrasi dan terkoneksi kecakapan hidup harapanya akan
mampu membekali peserta didik untuk mampu survive dalam kehidupan dan juga bisa
menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Yang dimana peserta didik mampu
memecahkan problematika yang sedang dihadapi oleh dirinya maupun masyarakat
B. Macam macam pendekatan pembelajaran IPA
Beberapa pendekatan yang dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran IPA
diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan Inkuiri
Pembelajaran IPA berbasis inkuiri dideskripsikan dengan mengajak siswa dalam kegiatan
yang akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA sebagaimana
para saintis mempelajari dunia alamiah.
Trowbridge, et al. (1973) mengajukan tiga tahap pembelajaran berbasis inkuiri. Tahap
pertama adalah belajar diskoveri, yaitu guru menyusun masalah dan proses tetapi memberi
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi hasil alternatif. Tahap kedua inkuiri terbimbing
(guided inquiry), yaitu guru mengajukan masalah dan siswa menentukan penyelesaian dan
prosesnya. Tahap ketiga, adalah inkuiri terbuka (open inquiry), yaitu guru hanya
memberikan konteks masalah sedangkan siswa mengindentifikasi dan memecahkannya.
Menurut NRC (1996) pembelajaran berbasis inkuiri meliputi kegiatan observasi,
mengajukan pertanyaan, memeriksa buku-buku dan sumber-sumber lain untuk melihat
informasi yang ada, merencanakan penyelidikan, merangkum apa yang sudah diketahui
dalam bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan
interpretasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, prediksi, serta mengkomunikasikan
hasil. Dari pandangan pedagogi, pengajaran IPA berorientasi inkuiri lebih mencerminkan
model belajar konstruktivis. Belajar adalah hasil perubahan mental yang terus mene-rus
sebagaimana kita membuat makna dari pengalaman kita.
Menurut NSTA & AETS (1998) jantungnya inkuiri adalah kemampuan mengajukan
pertanyaan dan mengidentifikasi penyelesaian masalah. Karena itu dalam pembelajaran
seharusnya guru lebih banyak mengajukan pertanya-an open ended dan lebih banyak
merangsang diskusi antar siswa. Keterampilan bertanya dan mendengarkan secara efektif
penting untuk keberhasilan mengajar.
Selain itu inkuiri memerlukan keterampilan dalam menganalisis data dan menilai hasil
untuk mendapatkan kesimpulan yang valid dan masuk akal. Siswa IPA seharusnya diberi
kesempatan untuk menganalisis data selama pembekalannya. Mereka seharusnya
memperoleh tingkat kecakapan yang memadai dalam mengumpulkan dan menganalisis
data dalam berbagai format (terbuka dan tertutup) dan dapat menggunakan kriteria ilmiah
untuk membedakan ke-simpulan yang valid dan tidak valid.
Dalam konteks inkuiri, assesmen yang dilakukan adalah berbasis kelas dengan harapan
dapat mengambil pandangan yang luas dari pengalaman belajar siswa. Assesmen dalam
pembelajaran berbasis inkuiri berbeda dari as-sesmen tradisional (NRC, 2000). Untuk
memahami kemampuan siswa dalam berinkuiri dan memahami prosesnya dapat dilakukan
baik berdasarkan pada analisis kinerja di dalam kelas maupun pada hasil kerja mereka.
Kemampuan siswa yang seharusnya dinilai adalah kemampuan dalam mengajukan perta-
nyaan yang dapat diteliti, merencanakan investigasi, melaksanakan rencana penelitiannya,
mengembangkan penjelasan yang mungkin, menggunakan data sebagai bukti untuk
menjelaskan atau untuk menolak penjelasan, dan laporan penelitiannya (NRC, 2000).
Pada saat siswa melakukan kegiatan inkuiri guru melakukan observasi untuk setiap
kinerja siswa, seperti presentasi siswa di kelas, interaksi dengan teman, penggunaan
komputer, penggunaan alat-alat laboratorium. Guru juga mempunyai hasil kerja siswa
secara individual meliputi draft pertanyaan penelitian, kritik dari siswa-siswa lain, dan jurnal
siswa. Observasi kinerja siswa dan hasilnya adalah sumber data yang kaya untuk guru
membuat inferensi tentang setiap pemahaman siswa tentang inkuiri ilmiahnya (NRC, 1996).
2. Pendekatan deduktif
Menurut Setyosari (2010) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan proses
berpikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.” Hal serupa dijelaskan oleh Sagala
(2010) yang menyatakan bahwa: "Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang
bermula dari keadaaan umum kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang
bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus
atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus”.
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk realitas
atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Di sini guru
menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan
yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Langkah–langkah yang digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran
adalah:
a. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
b. Menyajikan aturan, yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
c. Disajikan contoh-contoh khusus agar peserta didik dapat menyusun hubungan
antara keadaan khusus itu dengan aturan prinsip umum.
d. Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan
khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

3. Pendekatan induktif
Pedekatan induktif merupakan kebalikan dari pendekatan deduktif. Pendekatan induktif
berawal dari cara kerja yang dilakukan oleh filosof inggris Prancis Bacon (1561) yang
menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit
sebanyak mungkin. Pendekatan induktif merupakan suatu pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dari hal-hal khusus menuju ke yang umum.
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif ini menurut
Purwanto (2002) bergantung representatif atau tidaknya sampel yang diambil mewakili
fenomena keseluruhan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
a. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pemdekatan induktif.
b. Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang
memungkinkan peserta didik memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang
terkandung dalam contoh-contoh itu.
c. Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraan itu.
d. Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-
langkah yang terdahulu.

4. Pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS)


Pendekatan KPS merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses
IPA, berupa keterampilan-keterampilan yang dimiliki para ilmuwan IPA untuk menghasilkan
produk IPA yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan. Keterampilan-
keterampilan yang dimaksud dijelaskan berikut ini (Rustaman, 2003).
a. Mengamati
Untuk dapat mencapai keterampilan mengamati siswa harus mengguna-kan sebanyak
mungkin inderanya, yaitu indera penglihat, pembau, pen-dengar, pengecap dan peraba.
Dengan demikian ia dapat mengumpulkan dan menggunakan fakta-fakta yang relevan dan
memadai.
b. Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
Untuk dapat menafsirkan pengamatan, siswa harus dapat mencatat setiap pengamatan, lalu
menghubung-hubungkan pengamatannya sehingga ditemukan pola atau keteraturan dari
suatu seri pengamatan.
c. Mengelompokkan (klasifikasi)
Dalam proses pengelompokan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan,
mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar
penggolongan.
d. Meramalkan (prediksi)
Keterampilan prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang
belum terjadi atau belum diamati berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah
ada
e. Berkomunikasi
Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi, siswa harus dapat berdiskusi dalam kelompok
tertentu serta menyusun dan menyampaikan laporan tentang kegiatan yang dilakukannya
secara sistematis dan jelas. Siswa juga harus dapat menggambarkan data yang diperolehnya
dalam bentuk grafik, tabel atau diagram.
f. Berhipotesis
Berhipotesis dapat berupa pernyataan hubungan antar variabel atau mengajukan perkiraan
penyebab terjadinya sesuatu. Dengan berhipotesis terungkap cara melakukan pemecahan
masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya.
g. Merencanakan percobaan atau penelitian
Agar siswa dapat merencanakan percobaan, ia harus dapat menentukan alat dan bahan
yang akan digunakan. Selanjutnya siswa harus dapat me-nentukan variabel yang dibuat
tetap dan variabel yang berubah, menentukan apa yang dapat diamati, diukur atau ditulis,
serta menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selain itu siswa juga harus dapat
menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.
h. Menerapkan konsep atau prinsip
Dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, siswa seharusnya dapat menerapkan
konsep tersebut pada peristiwa atau pengalaman baru yang terkait dengan cara
menjelaskan apa yang terjadi.
i. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dalam mengembangkan keterampilan ini dapat meminta
penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana atau menanyakan latar belakang hipotesis.
Pertanyaan tentang latar belakang hipotesis menunjukkan bahwa siswa memiliki gagasan
atau perkiraan untuk menguji atau memeriksanya. Dengan mengajukan pertanyaan
diharapkan siswa tidak hanya sekedar bertanya tetapi melibatkan proses berpikir.

5. Pendekatan Pemecahan Masalah


Herawati Susilo (1998) mengutip pendapat Meyer(1987) bahwa pendekatan pemecahan
masalah (farce field approach) merupakan suatu pendekatan yang penting. Setiap masalah
memiliki suatu daya positif atau daya pendorong yang cenderung menuju kearah perubahan
yang positif untuk memperbaiki suatu kondisi atau keadaan. Namun dilain pihak terdapat
pula daya pikir negatif atau penghambat yang berupa untuk mempetahankan permaslahan
tersebut.
Oleh sebab itu dalam pemecahan masalah perlu dilakukan indentifkasi daya pendorong
positif yang dapat digunakan dan indentifikasi daya penghambat untuk diminimal
pengaruhnya. Menurut buku Unesco (1986), dalam penggunaan pendekatan pemecahan
masalah dapat diterapkan berbagai metode yang bertolak dari suatu permasalahan.
Guru dapat merumuskan dan mendemonstrasikan penyelesaian suatu masalah, kemudian
meminta
siswa menerapkan prinsip pemecahan masalah tersebut untuk memecahkan permasalahan
yang serupa.
Alternatif lainnya adalah guru hanya dapat membimbing siswa merumuskan dan
memecahkan- permasalahan yang diajuhkan kepadanya. Seorang guru dapat pula
mengkombinasikan kedua cara yang telah disebutkan. Permasalahan dapat berupa
permasalah konvergen, yaitu permasalahan dengan memiliki satu cara pemecahan, atau
permasalah divergen, yaitu permasalahan dengan memiliki beberapa kemungkinan cara
pemecahan.
Keterampilan memecahkan masalah merupakan keterampilan dasar yang dikembangkan
melalui serangkaian latihan. Latihan memecahkan permasalahan tersebut juga melatih
siswa untuk bertanggung jawab, memiliki kemampuan tinggi, tangap terhadap berbagai
kondisi dan situasi yang dihadapinya, dan memiliki kreatifitas. Salah satu cara untuk melatih
siswa adalah mengupayakan agar siswa beraksi secara aktif, mengumpulkan data,
menanggapi pertanyaan, dan mengorgaisasikan informasi yang diperolehnya.

Metode-metode untuk pembelajaran

A. Metode Ceramah
Metode ceramah menggunakan metode di mana guru lebih banyak memberikan informasi
pada siswa sehingga siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran yang
menggunakan metode ceramah ini diupayakan tidak hanya menyajikan informasi dari guru,
karena pada setiap pembelajaran harus diusahakan siswa yang aktif. Penggunaan metode
ceramah pembelajaran harus digunakan teknik bertanya, sehingga tetap terjadi interaksi
antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa. Tanya jawab juga diperlukan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan oleh guru melalui
metode ceramah. Penggunaan jenis pertanyaan harus bervariasi seperti pertanyaan
konvergen, divergen pertanyaan untuk menguji keterampilan proses dan keterampilan
berpikir sesuai sesuai dengan konsep IPA yang disajikan. Teknik mengajukan pertanyaan
juga harus memperhatikan situasi kelas kapan melakukan promting atau kapan melakukan
redirecting. Agar menyajikan ceramah di kelas dapat diserap oleh siswa semaksimal mungkin
maka seorang guru harus mempersiapkan langkah-langkahnya secara sistematis.

B. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk pembelajaran siswa dengan
cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu.
Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada siswa. Berdasarkan tujuannya,
demonstrasi dapat dibagi menjadi dua, diantaranya :
1) demonstrasi proses yaitu metode yang mengajak siswa memahami langkah demi
langkah suatu proses
2) demonstrasi hasil yaitu metode untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari
sebuah proses
Setelah mengikuti demonstrasi siswa akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah
melihat melakukan dan merasakan sendiri
Metode demonstrasi di dalam pembelajaran ipa adalah metode di mana guru menyajikan
suatu percobaan ipa di depan kelas atau di tempat yang dapat dilihat oleh seluruh siswa. Ada
beberapa alasan mengapa di pilih metode ini pada pembelajaran IPA, yaitu jika:
 peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium tidak memadai untuk eksperimen
 menggunakan bahan praktikum yang berbahaya
 menggunakan alat-alat yang tidak boleh dioperasikan oleh siswa
 konsep yang didapat dari percobaan harus dijelaskan tahap demi tahap

untuk menerapkan metode demonstrasi pembelajaran IPA ada beberapa persyaratan yang
harus dilakukan, diantaranya :
 peralatan dan bahan yang sudah tersedia di depan kelas atau di laboratorium
 peralatan dan bahan yang digunakan ukurannya atau volumenya memadai untuk
dilihat oleh seluruh siswa
 memperhatikan keselamatan kerja
 guru menyanyikan demonstrasi dengan baik bertanya yang tepat

C. Metode Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu
eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan
dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan
dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini,maka setiap eksperimen harus dirancang dulu
kemudian diuji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk
penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis yang
berhubungan dengan konsep-konsep didalam Standar Kompetensi mata pelajaran, kecuali
untuk melatih khusus siswa-siswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok Ilmiah
Remaja.
D. Metode Diskusi
Diskusi merupakan situasi dimana diantara siswa dengan guru terjadi tukar menukar
informasi, ide atau pendapat untuk memecahkan suatu masalah (Cruickshank, 2006). Tujuan
diskusi adalah untuk mereviu apa yang telah siswa pelajari, mendorong siswa untuk
merefleksikan ide mereka atau pendapat mereka, menggali isu-isu, memecahkan masalah dan
meningkatkan keterampilan komunikasi secara langsung atau bertemu muka. Metode diskusi
ada yang berupa diskusi umum atau diskusi kelas dan diskusi kelompok.
a) Metode Diskusi Kelas Metodediskusi umum (Diskusi Kelas) bertujuan untuk tukar
menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga
dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan/kesimpulan). Untuk mencapai
kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan
peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil
diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat,
diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain
.
b) Metode Diskusi Kelompok Sama seperti diskusi umum, diskusi kelompok adalah
pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam
kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan
juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam
diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan
kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai
suatu persoalan. Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno.

E. Metode Bermain Peran (Role-Play)


Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang
ada dalam dunia nyata kedalam suatu pertunjukan peran di dalamkelas/pertemuan, yang
kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian
terhadap,misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut,
dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran
tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam 'pertunjukan',
dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Untuk tingkat SD,
metode bermain peran pada pembelajaran IPA dapat dilakukan, misalnya pada topik "Rantai
Makanan", "Rotasi dan Revolusi Bumi". Kelemahan metode bermain peran diantaranya
kadang-kadang siswa terjebak pada bermainnya, bukan ke konsep yang sedang dipelajari dan
memerlukan waktu yang lama.

F. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan
keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini
memindahkan suatu situasi yang nyata kedalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya
kesulitan untuk melakukan praktik didalam situasi yang sesungguhnya. Ada beberapa contoh
metode simulasi yang dapat diterapkan pada materi IPA SD, contohnya pada saat
menjelaskan konsep gerhana. Simulasi gerhana bulan misalnya dengan menyorot bola
sebagai bumi dan bulan dimana lampu senter sebagai matahari. Contoh lainnya adalah
terjadinya tsunami dengan cara bak plastik diisi pasir dan air, dari bawah digerakkan untuk
mensimulasikan seolah-olah terjadi gempa dan menimbulkan tsunami pada pantai.

G. Metode Permainan (games)


Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker)
atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah pemecah es'. Jadi, arti permainan
juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, pemanasan dalam proses
belajar adalah pemecah situasi kebekuan pikiran atau fisik peserta penuh semangat, dan
antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan
suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi
riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif
dalam suasana gembira meskipun membahas hal- halyang sulit atau berat. Sebaiknya
permainan digunakan sebagai bagian dari proses. Metode permainan dalam pembelajaran
dapat dilakukan untuk mengembangkan konsep atau untuk mengevaluasi. Permainan pada
pembelajaran sebaiknya dirancang dahulu baik skenario maupun alat-alat permainannya.
Berdasarkan uraian masing-masing metode diatas, berikut ini contoh pemetaan penerapan
metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi IPA juga berdasarkan Standar
Kompetesi dan Kompetensi Dasar topik tersebut.

Anda mungkin juga menyukai