Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN IPA SD

“Hirarki Pembelajaran IPA Meliputi Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Model


Sebagai Bingkai Dari Pembelajaran”

Disusun Oleh :

Sukma Kurnia Syukra ()

Warisa Hadi Amelsi ()

Widya Cantika Siregar (22129099)

Wulan Rahmadania ()

Yones Atrasia ()

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Hj. Yanti Fitria, S.Pd, M.Pd

Afriza Media, S.Pd, M.Pd

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA

Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang suatu pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran IPA merupakan landasan filosofi yang melatarbelakangi proses
pembelajaran IPA. Landasan filosofi ini berdasarkan epistemologi, ontologi, dan aksiologi
pembelajaran IPA. IPA yang dibahas disini adalah natural science, bukan social science.

Pendekatan dalam pembelajaran IPA akan mempunyai ciri khas yang membedakan
dengan pendekatan dalam pembelajaran materi yang lain Karakteristik materi IPA yang khas
juga memerlukan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang lebih spesifik. Karakter materi
IPA yang berupa pengetahuan faktual akan berbeda dengan pengetahuan konseptual,
prosedural, dan metakognitif.

Natural Science secara harfiah merupakan ilmu yang mempelajari alam dan peristiwa-
peristiwa yang berhubungan dengan alam. Tujuan yang akan dicapai setelah seorang peserta
didik belajar IPA adalah mampu mempelajari diri sendiri dan fenomena alam. Pencapaian
tujuan belajar IPA tersebut dalam proses pembelajaran yang dimulai dari penentuan
pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan.

1. Faktor-faktor yang memengaruhi penentuan pendekatan pembelajaran IPA adalah:


a. Tujuan yang Akan Dicapai

Tujuan pembelajaran IPA dirumuskan dalam bentuk Indikator Pencapaian


Kompetensi (IPK). Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) berdasarkan pada
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Indikator yang dicapai adalah peserta didik mampu merancang dan melaporkan
praktikum maka pendekatan yang dipilih harus berpusat pada peserta didik.

b. Karakteristik Materi IPA


Materi IPA memiliki dimensi pengetahuan faktual, prosedural, konseptual,
dan metakognitif. Pengetahuan faktual dalam IPA, misalnya konsep gaya, usaha dan
energi, konsep asam basa, konsep sistem ekskresi. Konsep-konsep tersebut memiliki
karakteristik tertentu sehingga dalam membelajarkan peserta didik agar memahami
konsep tersebut memerlukan pendekatan tertentu.

c. Karakteristik Peserta Didik


Setiap peserta didik mempunyai karakter belajar tersendiri, ada yang auditori,
visual, dan kinestetik. Berbagai karakter peserta didik harus dapat menjadi acuan
dalam memilih pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran harus mampu
membelajarkan peserta didik sebagai seorang individu meskipun proses
pembelajarannya dilaksanakan secara kelompok.

d. Pengalaman Belajar
Penentuan pendekatan sebaiknya memerhatikan pengalaman belajar yang akan
dilaksanakan oleh peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Pengalaman belajar peserta didik dapat berupa aktivitas yang dilakukannya.
Pendekatan yang sesuai dengan pengalaman peserta didik adalah pendekatan inkuiri
Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan peserta
didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar (Uno, 2006).

e. Kecakapan Hidup (Life Skill)


Pendekatan pembelajaran yang akan dipilih oleh seorang guru harus dapat
mengoptimalkan kecakapan hidup peserta didik. Kecakapan hidup peserta didik dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu general life skill dan spesific life skill. General life
skill ini dibagi menjadi dua, yaitu personal skill (kecakapan personal) dan social life
skill (kecakapan sosial). Kecakapan personal dibagi lagi menjadi self awareness skill
(kecakapan memahami diri sendiri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific
life skill dibagi menjadi dua, yaitu academic skill (kecakapan akademik) dan
vocatzbnal skill (kecakapan vokasional kejuruan) (Uno, 2006). Proses pembelajaran
yang di dalamnya terintegrasi dan terkoneksi kecakapan hidup harapannya akan
mampu membekali seorang peserta didik untuk survive dalam kehidupannya karena
akan mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka jumpai.

f. Karakter yang diharapkan muncul


Atribut karakter yang diharapkan muncul dalam diri seorang peserta didik
adalah nilai. Nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia perlu sejak dini ditanamkan
dalam diri peserta didik. Hal ini ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta
didik yang beperilaku baik, mencerminkan karakter dan budaya bangsa. UU Sisdiknas
telah mendeskripsikan bahwa fungsi utama pendidikan adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Puskuf. 2010).

Penentuan pendekatan dalam suatu proses pembelajaran yang memerhatikan


karakter yang diharapkan muncul pada diri peserta didik akan mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan
pendalaman tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, artinya memilih pendekatan
disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan
pembelajaran (Sagala, 2005).

2. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran IPA


a. Pendekatan Pembelajaran berdasarkan Teacher Centered Approach dan
Student Centered Approach
1) Pendekatan pembelajaran teacher centered approach (pendekatan ekspositori)
Pendekatan ini bertolak pada pandangan bahwa tingkah laku kelas dan
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Dalam
menyampaikan pengetahuan peserta didik dipandang sebagai objek yang
menerima apa yang diberikan guru. Komunikasi yang dilakukan berjalan satu arah
karena peserta didik sebatas mendengarkan, mencatat, dan sekali-kali bertanya
pada guru. Kegiatan pembelajaran yang bersifat menerima ini bersifat ekspositon.

Dalam pendekatan ini, guru berperan lebih aktif dibandingkan peserta


didiknya karena guru mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas.
Pendekatan ini biasa disebut juga mengajar secara konvensional, seperti metode
ceramah dan demonstrasi. Akan tetapi, jika dikelola dengan baik, pendekatan
iniakan memberikan suatu proses belajar bermakna pada peserta didik. Dalam
proses pembelajarannya guru mempersiapkan bahan dengan rapi, sistematik, dan
lengkap sehingga peserta didik cukup menyimak dan mencemanya secara teratur.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach) merupakan suatu pendekatan yang dalam kegiatan
pembelajaran guru yang mempunyai peran utama sehingga terkadang
mengabaikan peserta didik. Pendekatan pembelajaran ini dilakukan dengan
metode ceramah. Pendekatan ini baiknya digunakan untuk pemahaman konsep
esensial dan disampaikan dengan strategi/metode yang tepat sehingga guru tidak
bersifat otoriter dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut David Ausubel (1975)
dalam Sagala (2005), untuk mengembangkan potensi kognitif peserta didik
melalui proses belajar mengajar verbal dikenal dengan "expository learning" yang
berorientasi pada prinsip belajar tuntas (master learning). Oleh karena itu,
pembelajaran yang berorientasi pada guru dapat dimulai dengan penggunaan
"mastery" bagian kecil konsep dan dilakukan dengan strategi yang tepat sehingga
dapat menyampaikan seluruh materi secara tuntas.

2) Pendekatan pembelajaran student centered approach theuristz


Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik
(student centered approach) merupakan pendekatan pembelajaran aktif dimana
guru berperan sebagai fasilitator, motivator, katalisator, dan pengontrol konsep.
Pada pendekatan ini, peserta didik diposisikan sebagai pusat perhatian utama.

Pendekatan berorientasi pada peserta didik ini menggunakan metode heuristik


yang dipromosikan oleh Prof. Amstrong pada abad ke- 19. Menurut metode ini,
peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan. Pendekatan
heuristik adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan sejumlah data dan
peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut.
impleonentasinya dalam pembelajaran menggunakan metode penemuan atau
inkuiri. (Sagala. 2005)

Prinsip pendekatan heuristik oleh Rusyan 1993 adalah :

a) Aktivitas peserta didik merupakan fokus utama dalam belajar.


b) Berpikir logis dalam menemukan sesuatu.
c) Proses menemukan konsep-konsep.
d) Pengalaman yang penuh tujuan.
e) Perkembangan mental seseorang.
Alasan menggunakan pembelajaran aktif atau berpusat pada peserta didik
antara lain:

a) Menurut Confusius, seorang peserta didik yang mengalami langsung


(praktik/berbuat) maka akan mudah memahami apa yang menjadi tujuan
pembelajaran.
b) Menurut Mel Silberman, seorang peserta didik mudah mengusai materi ketika
peserta didik mampu mengajarkan sesuatu kepada orang lain.
c) Learning styles (visual, auditori, dan kinestetik) peserta didik yang berbeda-
beda.

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik


sangat dianjurkan untuk dilaksanakan baik untuk tingkat pendidikan dasar,
menengah, maupun pendidikan tinggi. Pendekatan ini melibatkan peran aktif
peserta didik dalam memahami suatu materi dan dapat tersimpan kuat dalam otak,
karena mereka mengalami sendiri melalui praktik dan dituntut mampu
mengajarkan sesuatu kepada orang lain.

b. Pendekatan Konsep dan Pendekatan Proses


1) Pendekatan konsep

Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara


langsung menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh (Sagala, 2005). Konsep
merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan
dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan meliputi prinsip,
hukum, dan teori. Fungsi konsep adalah menjelaskan dan meramalkan. Konsep
diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berpikir
abstrak.

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep- konsep


merupakan batu-batu pembangun (building blocks) berpikir (Dahar, 1989).
Pendekatan konsep merupakan bentuk instruksional kognitif yang memberikan
kesempatan pada peserta didik berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep
dan menemukan prinsip sendiri (Arifin, 2000). Beberapa ciri konsep adalah
sebagai berikut (Anitah W, 2007).

a) Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau sekelompok


orang, konsep tersebut ialah semacam simbol.
b) Konsep timbul sebagai hasil pengalaman manusia dengan menggunakan lebih
dari satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep tersebut ialah generalisasi.
c) Konsep ialah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak
pengalaman.
d) Konsep merupakan perkaitan fakta-fakta atau pemberian pola pada fakta-fakta.
e) Suatu konsep dalam mengalami modifikasi disebabkan timbulnya faktafakta
baru.

Jadi, konsep dapat merupakan konsep konkret dan konsep abstrak. Beberapa
konsep ada kalanya dapat digabungkan dan saling memengaruhi satu dengan yang
lain. Gabungan konsep-konsep ini merupakan generalisasi dan disebut prinsip ilmiah.
Sebagai contoh, konsep asam bereaksi dengan basa membentuk garam. Konsep juga
mengalami modinasi disebabkan timbulnya fakta-fakta baru, misalnya konsep atom
berkembang mulai dari konsep atom Dalton disempurnakan J. J. Thomson,
Rutherford, kemudian Neils Bohr hingga teori atom modern. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan guru dalam merencanakan pembelajaran dengan pendekatan
konsep (Dahar, 2003).

a) Konsep-konsep yang diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap.


b) Prasyarat arau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlakukan dapat
digunakan dalam proses pembelajaran.
c) Urutan kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang
memadai sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang telah
ada.

IPA tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen- eksperimen. Sebagai ilmu


yang tumbuh secara eksperimental, IPA mengandung baik ilmu pengetahuan
deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Seperti halnya pengetahuan deklaratif,
IPA disusun oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi. Untuk mengikuti
perkembangan IPA yang sangat pesat, belajar konsep IPA merupakan kegiatan yang
paling sesuai bagi pembentukan pengetahuan pada diri peserta didik (Dahar, 1989).
2) Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk ikut menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai keterampilan proses. Pembelajaran dengan
menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh konsepkonsep belajar
menurut teori "naturalisme romantis" dan teori "kognitif gestalt". Naturalisme-
romantis menekankan pada aktivitas peserta didik, sedangkan kognitif gestalt
menekankan pemahaman dan kesatupaduan Yang menyeluruh (Sagala, 2005).
Pendekatan proses dalam pembelajaran IPA dikenal sebagai keterampilan proses
IPA. Untuk menggunakan pendekatan keterampilan proses, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Dalam menyusun silabus, keterampilan proses perlu dikembangkan bersama-sama
dengan fakta-fakta, konsep-konsep. dan prinsip-prinsip IPA.
b) Kedelapan keterampilan peserta didik tersebut sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dari sekolah dasar hingga menengah. Dalam
pembelajaran IPA, keterampilan proses tersebut tidak harus sesuai urutan.
c) Setiap metode dan pendekatan pada pembelajaran IPA dapat digunakan untuk
pengembangan keterampilan proses,
d) Kemungkinan pengembangan keterampilan proses pada metode eeramah lebih
sedikit dibanding eksperimen.

c. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif


1) Pendekatan deduktif

Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke
khusus sebagai pendekatan pembelajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum diikuti contoh- contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu
ke dalam keadaan khusus (Sagala, 2005).

Langkah-langkah yang dapat Anda tempuh dalam pendekatan deduktif dalam


pembelajaran adalah sebagai berikut.

a) Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disaj ikan dengan pendekatan deduktif.
b) Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan
buktinya.
c) Menyajikan contoh-contoh kasus agar peserta didik dapat menyusun hubungan
antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media
yang cocok.
d) Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.

2) Pendekatan induktif

Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus
menuju umum. Filosofi Inggris Prancis Bacon (1561) menghendaki agar penarikan
kesimpulan didasarkan atas fakta- fakta yang konkret sebanyak mungkin (Sagala.
2005). Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran induktif menyajikan sejumlah
keadaan khusus kemudian disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, dan aturan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif (Sagala. 2005)
antara lain:

a) Memilih konsep, prinsip, dan aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif.
b) Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip, dan aturan yang memungkinkan
peserta didik memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam
contole-contoh itu.
c) Menyajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraan itu.
d) Menyusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah terdahulu.

d. Pendekatan Discovery-Inquiry

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu ilmu yang mempelajari


fenomena/gejala alam. Semua yang dipelajari dalam IPA terjadi di lingkungan kita.
Proses pembelajaran IPA sendiri sangat dekat dengan alam. Pendekatan yang dipakai
dalam proses pembelajaran IPA salah satunya adalah pendekatan discovery-inquiry.
Pendekatan ini lebih menekankan pada pola pembelajaran individual atau personal.
Objek proses pembelajaran IPA yang terdiri dari produk IPA, nilai atau sikap ilmiah
IPA, kerja atau proses ilmiah IPA, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan
kreativitas dalam mempelajari IPA. Objek proses pembelajaran IPA tersebut dapat
dicapai dalam suatu proses pembelajaran dengan pendekatan discovery-inquiry.
Pendekatan ini mampu meningkatkan proses mental peserta didik. Proses mental yang
dimaksud adalah kemampuan dalam melakukan pengamatan, mengklasifikasi,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, bertukar pendapat atau diskusi,
memecahkan permasalahan (problem solving), dan membuat kesimpulan.

e. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and leaming/CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diaJarkannya dengan
situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong mereka untuk membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Nurhadi (2003), pembelajaran kontekstual
adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi dan
situasi dunia nyata peserta didik.
Pengetahuan dan keterampilan peserta didik diperoleh dengan cara mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika belajar. Menurut Johnson (2002),
CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta didik
melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian
mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru
memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi peserta didik dengan cara mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana peserta didik hidup
dan berada, serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman,
penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang ada dalam materi
dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari
(Dirjen Dikdasmen, 2001).

f. Pendekatan Konstruktivisme
Salah satu prinsip penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus
membangun pengetahuan dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan dengan peserta didik, dengan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide, dan dengan mengajak peserta didik
agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar.
Teori konstruktivisme adalah teori-teori yang menyatakan bahwa peserta didik itu
sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan
itu jika tidak sesuai lagi. Pendekatan ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif
dalam pembelajaran, sedangkan guru berperan menjadi fasilitator yang membantu
peserta didik menemukan fakta-fakta, konsep, dan prinsip. Empat prinsip kunci yang
diturunkan dari teorinya telah memegang suatu peran penting sebagai berikut:
1) Penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran: dalam proses pembelajaran
diperlukan interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu,
yang berarti menekankan pada proses kooperatif.
2) Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development): peserta didik
dalam belajar konsep paling baik jika konsep itu berada pada zona perkembangan
terdekat mereka.
3) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeshipp): proses dimana seorang peserta
didik tahap demi tahap mencapai kepakaran dalam interaksinya dengan seorang
pakar, apakah orang dewasa atau teman sebaya yang lebih tinggi pengetahuannya
4) Scaffolding atau mediated learning: dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan
pemecahan masalah, peserta didik diberikan tugas yang kompleks, kemudian guru
memberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas tersebut.

B. STRATEGI PEMBELAJARAN IPA

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yg dilakukan guru dengan


tujuan proses pembelajaran yg berlangsung dikelas dapat mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran dilihat dari cara penyampaian materi IPA, yaitu
strategi pembelajaran induktif dan deduktif.
1. Strategi Pembelajaran Induktif
Strategi pembelajaran induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian
kepada peserta didik suatu jumlah contoh spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan
menjadi suatu aturan, prinsip, atau fakta yg pasti sebagai suatu produk IPA. Terdapat
empat langkah yg diperlukan dalam mengajar secara induktif.
a. Memilih atau menentukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum,
prinsip, dan sebagainya) sebagai pokok bahan yg diajarkan.
b. Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip, dan aturan umum itu
sehingga memungkinkan peserta didik menyusun hipotesis bersifat umum.
c. Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan
membenarkan atau menyangkal hipotesis yg dibuat peserta didik.
d. Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan yg telah terbukti berdasarkan
langka-langkah tersebut baik dilakukan peserta didik atau guru.

2. Strategi Pembelajaran Deduktif

Deduktif adalah proses dari penalaran yg berangkat dari umum ke khusus, atau
dari premis umum ke suatu kesimpulan logis. Strategi ini disampaikan dengan cara
mengajar dari aturan umum ke contoh-contoh khusus, atau penerapan generalisasi ke
kasus khusus. Strategi pembelajaran ini dilaksanakan dengan pemberian produk IPA
yg berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori terlebih dahulu. Strategi ini
umumnya merupakan pembuktian teori melalui eksperimen.

Pemilihan strategi penyampaian materi IPA tersebut berdasarkan objek proses


pembelajaran IPA yg terdiri dari:

a. Produk IPA yg berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.


b. Nilai dan/atau sikap ilmiah IPA.
c. Kerja dan/atau proses ilmiah IPA.
d. Aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari
e. Kreativitas dalam pembelajaran IPA.
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, dkk. Ragam Model Pembelajaran Di Sekolah Dasar: UPI Sumedang Press.

Nasution, Noehi, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD.Jakarta: Universitas Terbuka.

Wisudawati, Asih Widi. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai