Anda di halaman 1dari 12

MEMILIKI PEMAHAMAN DAN

WAWASAN
keberagaman peserta didik
dengan berbagai latar belakang
Dosen Pengampu:
Dr. Nurhastuti, M.Pd.
Retno Triswandari, M.Pd
KELOMPOK 5
1. Annisa Dwi Utami 4. Disti Yuni Sari 6. Efrilia Nadifa
(21129168) (21129189) (22129144)

2. Devid Zametrio 7. Hidayatul Rahmi


5. Dwi Athana Suherman
(19129207) (22129404)
(22129139)

3. Dhea Ramadhani
8. Salsabila (22003142)
(21129365)
Moderator
A. EKONOMI
Keberagaman peserta didik dengan latar belakang ekonomi mengacu pada perbedaan dalam tingkat
kekayaan, pendapatan, dan kondisi sosio-ekonomi keluarga mereka. Ini mencakup siswa dari berbagai lapisan
masyarakat, termasuk yang berasal dari keluarga kaya, menengah, dan miskin.

Keberagaman peserta didik dari latar belakang ekonomi yang berbeda-beda adalah hal yang umum terjadi di
lingkungan pendidikan. Perbedaan status ekonomi keluarga dapat memberikan dampak signifikan terhadap
pengalaman belajar dan peluang pendidikan peserta didik. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
keberagaman peserta didik dengan latar belakang ekonomi yang berbeda:
1. Kemampuan membiayai kebutuhan pendidikan
2. Lingkungan belajar di rumah
3. Motivasi dan aspirasi pendidikan
4. Pekerjaan sambilan
B. SOSIAL
Keberagaman ini mempengaruhi pemahaman, pengalaman, dan perspektif siswa, serta dapat
memengaruhi interaksi sosial di dalam dan di luar lingkungan pendidikan. Penting bagi lembaga
pendidikan untuk menghargai dan memperhatikan keberagaman ini dalam desain kurikulum,
pembelajaran, dan interaksi siswa, sehingga setiap individu merasa dihargai dan didukung dalam
proses pembelajaran.

Keberagaman peserta didik dengan latar belakang sosial yang berbeda-beda merupakan hal
yang umum terjadi di lingkungan pendidikan. Ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Status ekonomi keluarga
2. Latar belakang budaya
3. Lingkungan tempat tinggal
4. Pendidikan orang tua
C. BUDAYA
Budaya adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah, budaya yang
diterapkan di dalam keluarga sangat berpengaruh kepada perkembangan peserta didik. Beberapa
cara untuk orang tua agar dapat memfasilitasi perkembangan anak seperti membimbing untuk
belajar membaca, menulis, dan berperilaku baik dalam berhadapan dengan orang lain.
Perbedaan budaya juga sangat menojol pada karakteristik seorang anak contohnya dua orang
anak yang yang berumur 3 tahun sama-sama tinggal di Indonesia tetapi memiliki budaya yang
berbeda, seorang anak yang tinggal dengan orang tua yang berbicara menggunakan bahasa Inggris
dan yang tidak menggukan bahasa Inggris perbedaannya sangat jelas, anak yang sudah terbiasa
tinggal dengan orang tua yang menggunakan bahasa Inggris sudah pasti mereka bisa berbahsa
inggis tetapi anak yang tinggal dengan orang tua yang berbahasa generasi ke generasi berikutnya,
dan dengan cara seperti itulah peradaban berlangsung (Sandrock, 2003).
D. DAERAH
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang serius bagi negara maju
maupun negara berkembang di dunia. Tumbuh kembang anak yang optimal berhubungan dengan
lingkungan tempat lahir dan tinggal anak (Hidayat, 2010).
Dampak perang di Afganistan menyebabkan anak secara fisik dapat terjadi kekurangan gizi, penyakit
(malaria, ISPA, cacar), cedera, cacat, dan secara psikologik anak mengalami trauma, hal ini akan
memengaruhi mortalitas dan morbiditas. Penelitian yang dilakukan oleh Jeharsae dkk (2013:8) pada
anak usia 1-5 tahun di daerah konflik Thailand menunjukkan gangguan pertumbuhan dan keterlambatan
perkembangan meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, bahasa dan bicara, serta sosialisasi dan
kemandirian.
E. FISIK
Dari segi fisik mudah untuk diamati perbedaan individu, seperti tinggi badan, raut wajah, proporsi tubuh, yang
dalam hal ini faktor keturunan. Namun juga tidak dapat dipungkiri intervensi lingkungan juga akan memunculkan
perbedaan individu dari segi pisik.
Berdasarkan penelitian Ysseldyke & Algozzine yang dikutip dalam Elliot, at.al (1996), dalam kelas regular (biasa)
ditemukan siswa dengan kategori tertentu, yaitu sebagai berikut:
1. Menderita gangguan penglihatan, lebih kurang berjumlah 1% dari jumlah siswa.
2. Menderita gangguan pendengaran, lebih kurang bejumlah 1% dari keseuruhan jumlah siswa.
3. Menderita tuli dan buta, juga berjumlah 1% dari keseluruhan siswa.
4. Menderita gangguan tulang, lebih kurang berjumlah 1-4%
5. Mengalami keterbelakangan mental, lebih kurang berjmlah antara 1-4 %.
6. Siswa cerdas dan berbakat, berjumlah lebih kurang 3%.
7. Siswa yang mengalami masalah dalam ajar, berjumlah 5%.
8. Siswa yang mengalami gangguan emosional, berjumlah lebih kurang 1 %.
9. Mengalami gangguan bahasa/bicara, berjumlah lebih kurang 2,5%.
10. Siswa yang mengalami gangguan ganda, berjumlah lebih kurang 1 %.
F. MENTAL
Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi sejahtera yang disadari individu yang di dalamnya terdapat
kemampuan untuk mengelola stress dalam hidup secara wajar, bekerja secara produktif, serta mampu berperan serta di
dalam komunitas pergaulannya (dalam Dewi, K. S., 2012). Kesehatan jiwa anak merupakan aspek penting untuk
menentukan kualitas bangsa. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung merupakan sumber daya manusia
yang dapat menjadi aset bangsa tidak ternilai (Indarjo, S., 2009).
Kesehatan jiwa atau mental health atau mental hygiene (dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 24,25,26
dan 27) merupakan kondisi mental (jiwa) yang sejahtera yang memberikan dampak kepada kehidupan yang harmonis
dan produktif. Ciri- ciri individu yang sehat jiwa secara umum, yaitu:
1. memiliki kesadaran yang penuh tentang kemampuan yang dimiliki mental atau jiwa,
2. kemampuan menghadapi dan mengelola stress/tekanan kehidupan secara wajar,
3. mampu beraktivitas atau bekerja dengan produktif untuk mencukupi kebutuhan hidupnya,
4. memiliki kemampuan berperan serta kepada lingkungan,
5. kemampuan menerima diri apa adanya,
6. memiliki kemampuan memelihara rasa nyaman kepada orang lain (dalam Indarjo, S.,2009).
G. EMOSI
Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau peristiwa. Emosi dapat ditunjukkan ketika kita sedang senang
terhadap suatu hal, marah terhadap seseorang, atau ketika kita merasakan emosi di hadapan suatu hal.Emosi
terbagi menjadi dua, yaitu. emosi negatif dan positif. emosi ini dapat terlihat dari pengalaman, pengamatan dan
tanggapan. Emosi manusia berkembang sejak lahir hingga dewasa. Ketika seorang anak beranjak dewasa, reaksi
emosionalnya menjadi lebih beragam.
Terdapat berbagai kegiatan dalam pembelajaran yang memerlukan pemahaman peserta didik, antara lain :
1. perencanaan pembelajaran
2. pemilihan alat dan sumber belajar
3. pemilihan bahan
4. interaksi belajar mengajar
5. pemberian layanan motivasi
6. konseling dan bimbingan,dll
H. PERILAKU
Dalam proses belajar siswa sebagai individu unik sehingga terdapat beberapa sifat, seperti cepat dalam
belajar, lambat dalam belajar, kreatif, gagal, berprestasi kurang, dan sebagainya. Semua itu terjadi karena latar
belakang keunikan individu masing-masing siswa. Namun meskipun demikian kegiatan belajar di sekolah
mempunyai tujuan tetap yaitu membantu siswa memperoleh perubahan tingkah laku.
Adapun bentuk perilaku siswa dalam keberagaman di sekolah yaitu:
1. Menghormati teman/warga sekolah yang berbeda suku/ras/lainnya
2. Berkata sopan, berbicara tdk kotor/tak menyinggung perasaan
3. Tidak memilah teman yang berrbeda
4. Saling membantu dan menolong jika ada yng mmbutuhkan pertolongan.
KESIMPULAN

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod
1
tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod
2
tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai