Anda di halaman 1dari 8

Soal dan Jawaban

1. Seorang guru hendaknya memahami bahwa pembelajaran terpadu mucul atas 3 landasan filosofis
diantaranya progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. John Dewey, Jean Piaget, Lev
Vgotsky dan William James merupakan tokoh-tokoh yang berada dibelakangnya. Paparkan
benang merah dari ketiga landasan tersebut sehingga mendorong lahirnya pembelajaran terpadu.
Serta uraikan keterkaitan landasan tersebut terhadap kegiatan pembelajaran.
Jawaban :
Landasan filosofis dalam pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat
yaitu: (a) progresivisme, (b) konstruktivisme, dan (c) humanisme.
a. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan
pengalaman siswa. Gagasan konstruktivisme dikemukakan oleh Giambatista Vico dan
kemudian diperkenalkan oleh Mark Baldwin serta dikembangkan lebih lanjut oleh Jean
Peaget. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Bagi konstruktivisme,
pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetap harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Tiap orang harus mengkonstruksi
pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan suatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Dalam proses itu, keaktifan yang ingin tahu amat berperan dalam
perkembangan pengetahuannya. Pembelajaran yang bersifat konstruktivistik memperlakukan
anak dalam diferensiasi masing-masing. Anak diperlakukan sesuai dengan kemampuan bakat
dan minat sehingga kegiatan belajar dipandang dan dirasakan sebagai sebuah kegiatan yang
menyenangkan. anak akan berkembang sesuai dengan gerak dinamikanya masing-masing.
Anak memiliki otonomi yang di dalamnya tidak ada relasi. Masing-masing anak memiliki
kekuatan sendiri dan ia berkembang atas dasar kekuatan itu. Aliran Konstruktivisme
memandang bahwa pengalaman langsung (direct experience) merupakan kunci dalam
pembelajaran. konsepsi ini meniscayakan adanya hubungan langsung antara isi atau materi
pembelajaran dengan pengalaman peserta didik. Dalam konteks aliran ini, pembelajaran
diarahkan pada pembahasan tema-tema kontekstual. Sehingga pembelajaran menekankan
pada kehidupan nyata, bahkan menjadikan peserta didik mampu mengalami dan menemukan
sendiri realitas dalam pembelajaran yang penuh makna (meaningful). Bagi konstruktivisme,
pengetahuan itu bersifat subyektif, temporer, berubah dan tidak menentu. Melalui
pengalaman kongkrit anak berkolaborasi untuk melakukan refleksi dan interpretasi. Untuk
itu, motivasi perlu diberikan agar anak dapat memberikan makna dalam pengetahuan yang
diperolehnya. Masing-masing anak dapat memberikan perspektif yang berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandangnya sendiri. Heterogenitas sangat ditonjolkan dalam epistemologi
konstruktivisme. Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil
konstruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang diterima lewat panca
indra. Fungsi pikiran adalah memberikan interpretasi terhadap obyek dan peristiwa.
Kebebasan sangat menentukan keberhasilan belajar anak. Aliran progresivisme beranggapan
bahwa proses pembelajaran pada umumnya perlu sekali ditekankan pada : (1) pembentukan
kreativitas, (2) pemberian sejumlah kegiatan, (3) suasana yang alamiah (natural), dan (4)
memperhatikan pengalaman siswa. Dengan kata lain proses pembelajaran itu bersifat
mekanistis. Aliran ini juga memandang bahwa dalam proses belajar, siswa sering
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus mendapatkan pemecahan atau
bersifat problem solving. Hal inilah yang menjadi landasan penting dalam
pembelajaran terpadu yang memuat pendidkan dengan ciri bermakna dan melibatkan
kontribusi anak dalam pembelajaran.
b. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci
dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan
manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja
dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing
siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang

TRENDI MAHENDRA
NIM. 856583822
terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan
dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar
pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Tokoh utama aliran ini adalah John
Dewey. Bagi konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang
guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Siswa
harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi,
melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktifan siswa
yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya amat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya. Dalam konsepsi progresivisme, setiap pembelajaran selalu menghadapkan
peserta didik pada problematika yang membutuhkan penyelesaian (problem solving). Upaya
untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dilakukan
melalui permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dilakukan melalui proses pemilihan
dan penyusunan ulang, baik pengetahuan maupun pengalaman belajar yang dimiliki peserta
didik. Dengan demikian, dari waktu ke waktu peserta didik akan mengalami perkembangan
dalam memahami dan menyelesaikan berbagai persoalan, bukan hanya menyangkut materi
pembelajaran, tetapi juga menyangkut problem individualnya sebagai pribadi, anggota
keluarga dan bagian dari masyarakat. Dalam hal penerapan pembelajaran terpadu bertujuan
untuk menanamkan pengetahuan yang bertahan lama dan berkelanjutan sehingga dampaknya
begitu berkontruksi pada kehidupan peserta didik sehara-hari.
c. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi
yang dimilikinya. Pandangan ahli humanistik memiliki kepercayaan yang mendalam bahwa
siswa memiliki potensi untuk berkembang secara positif dan konstruktif apabila tercipta
suasana yang menghormati dan mempercayai. Pembelajaran terpadu juga dilandasi oleh
beberapa pandangan psikologis. Hal ini disebabkan bahwa proses pembelajaran itu sendiri
berkaitan dengan perilaku manusia, dalam hal ini yaitu siswa. Dalam proses pembelajaran
terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungan belajarnya, baik lingkungan yang bersifat
fisik, maupun lingkungan sosial. Melalui pembelajaran diharapkan adanya perubahan
perilaku siswa menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral, maupun sosial.
Namun demikian, perlu juga diingatkan bahwa tidak semua perubahan perilaku siswa tersebut
mutlak sebagai akibat intervensi dari proses pembelajaran, ada juga yang dipengaruhi oleh
kematangan siswa itu sendiri atau pengaruh dari lingkungan di luar kelas. Pembelajaran
terpadu sebagai proses untuk pencapaian kompetensi siswa sudah pasti berkenaan dengan
proses perubahan perilaku siswa tersebut di atas. Melalui pembelajaran terpadu diharapkan
dapat terbentuk tingkah laku baru berupa kompetensi-kompetensi aktual dan potensial dari
para siswa serta kompetensi-kompetensi baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
Proses belajar humanistik berusaha mengajarkan anak (siswa) tentang proses atau
keterampilan yang mereka butuhkan, atau yang akan mengarahkan kehidupan mereka yang
berkaitan erat dengan identitas dan kelebihannya. Struktur sekolah yang humanistik menata
lingkungan sekolah dalam suatu cara yang memungkinkan siswa mengikuti bidang
humanistik dan bidang lainnya yang mereka pilih, dan mendorong mereka untuk belajar dan
mempraktikkan proses humanistik sebagai bagian dari pendidikan mereka. Aliran humanisme
lebih memandang peserta didik sebagai pribadi yang memiliki keunikan (kekhasan), potensi
dan motivasi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sehingga hal ini kemudian berdampak
pada proses pembelajaran, diantaranya:
a) Pelayanan pembelajaran tidak hanya dilakukan secara klasikal, melainkan juga secara
individual;
b) Pengakuan terhadap keberagaman potensi yang dimiliki oleh peserta didik, misalnya
pengakuan antara peserta didik yang cepat dalam belajar dan yang sedang maupun lambat
dalam proses pembelajarannya;
c) Penyikapan yang bijaksana terhadap keunikan yang terdapat dalam diri peserta didik, baik
yang terkait dengan faktor personal (individual) maupun yang menyangkut pada faktor
lingkungan maupun kondisi sosio kemasyarakatan.

TRENDI MAHENDRA
NIM. 856583822
Dengan demikian, pendidikan yang humanistik lebih cenderung melibatkan aspek yang
dimiliki siswa baik pikiran, perasaan maupun aspek-aspek lainnya. Dalam pembelajaran
terpadu siswa dituntut untuk dapat menilai sendiri kemajuan yang telah mereka capai.
Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator. Guru lebih cenderung sportif dari pada kritis, lebih
memahami dari pada menilai, dan lebih realistis dari pada bermain peran.

2. Keterampilan menjelaskan dan bertanya merupakan salah satu hal krusial dalam pembelajaran
terpadu. Alasannya adalah dalam pembelajaran terpadu siswa merupakan pusat dalam proses
pembelajaran dan posisi guru sebagai fasilitator bukanlah satu-satunya sumber informasi. Di
sekolah x terdapat 2 guru dengan karakteristik yang berbeda. Guru A merupakan pendidikmu
layang memahami teori pengajaran dengan baik namun secara implementasi mengajar di kelas
masih minim pengalaman. Sedangkan guru B adalah pendidik senior yang kaya pengalaman
namun masih terpaku dengan pembelajaran satu arah. Bagaimanakah kedua guru ini saling
berkerja sama sehingga mampu menguasai dengan baik keterampilan menjelaskan dan bertanya
dalam pembelajaran terpadu. Berikan beberapa contoh dari implementasi kedua keterampilan
tersebut.
Jawaban :
Pembuatan strategi yang baik sangat diperlukan dalam iklim pembelajaran kohesif dimana
murid dan guru saling berinteraksi dan berdiskusi dikelas (sistem pembelajaran yang sedang
berkembang di Indonesia). Dalam membuat strategi tersebut, beliau menegaskan bahwa
diperlukannya suatu Teacher Collaboration (kolaborasi antar guru) yang baik yang bermanfaat
untuk menemukan gagasan baru untuk meningkatkan kemampuan diri. Teacher
Collaboration adalah kerjasama yang dilakukan oleh para guru untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, dalam hal ini khususnya dalam hal pengajaran. Dr. Sharon Schwille menjelaskan bahwa
langkah penting yang dapat dilakukan untuk membentuk kerjasama antar guru yang baik adalah
dengan melakukan Planning (perencanaan), Teaching (Mengajar), Cothinking (berpikir
bersama), dan Assessment (Penilaian).
Menurut Dr. Jack Schwille untuk melaksanakan Teaching Collaboration tidaklah mudah.
Beliau memberi contoh dari empat poin diatas, biasanya guru di Amerika Serikat sangat
kesusahan dalam melakukan Planning, Teaching, dan Assessment. Hal ini dikarenakan rata-rata
guru di Amerika Serikat memiliki beban kerja yang banyak sehingga mereka tidak bisa
menyisihkan waktu untuk saling berdiskusi antar guru. Selain itu juga, banyak guru yang tidak
suka untuk diobservasi oleh guru lain pada saat mereka mengajar dikelas. Ini menyebabkan
murid-murid tidak dapat menerima matari pembelajaran dengan baik dan juga hubungan antar
guru yang renggang. Namun, hal tersebut dapat diatasi hal dengan memanfaatkan video
conference. “ Mendengar kata Video Conference, Dr. Sharon Schwille mengiyakan bahwa
penggunaan teknologi ini dapat menjadi salah satu cara untuk mengatur waktu dalam
meningkatkan Teaching Collaboration. Pada akhir seminar, beliau berharap selain para guru
menerima ilmu-ilmu baru dalam hal mengajar, guru dapat mempraktikan langsung metode ini
dikelas. Sehingga para murid tidak merasa terbebani dalam belajar dan juga menerima materi-
materi belajar dengan baik. Namun menurut Dr. Jack Schwille para guru haruslah merubah
paradigma “tidak punya cukup waktu” tersebut. Menurut beliau, semua orang punya waktu yang
sama yaitu 24 jam sehari sehingga para guru seharusnya dapat mengatur waktu mereka dengan
baik untuk melaksanakan Teaching Collaboration. Mengenai observasi guru, beliau menekankan
pentingnya aspek ini karena guru dapat menerima kritik dan saran yang baik. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran semua guru. Dia juga menyarankan untuk
menggunakan alat perekam jika memang guru keberatan diobservasi langsung oleh guru lain.
Pada sesi ini, Dr. Jack Schwille juga memberikan kesempatan kepada para audiens untuk
memberikan masukan. Mayoritas opini dari audiens adalah guru dapat membuat jadwal
pertemuan khusus paling tidak seminggu sekali untuk mengadakan diskusi antar guru. Jika
memang jadwal terlalu padat, bisa juga diskusi tersebut diadakan pada waktu jam istirahat.
Contoh kerja sama guru dalam berbagai bidang bidang studi adalah Melakukan berbagai kegiatan
perlombaan, dalam bidang ini harus ada partisipasi antara guru dan murid agar seluruh kegiatan
lomba dapat berjalan dengan baik. Cara meningkatkan keterampilan bertanya anak dengan kerja
sama antara guru diatas dalam meningkatkan keterampilan bertanya ialah Eksplorasi Informasi,
TRENDI MAHENDRA
NIM. 856583822
Diskusi dan Mencatat Hasil Diskusi. Ketiga hal ini dapat dilakukan oleh guru tersebut dengan
mudah dan tidak menyita banyak waktu serta harus dilakukan dengan Teaching Collaboration
sehingga memberikan efek positif terhadap keduanya. Adapun kerja sama dalam hal
meningkatkan keterampilan menjelaskan guru adalah sebagai berikut :
1) Memberi Motivasi. Motivasi berarti dorongan atau penguatan, berarti kemampuan untuk
memberikan dorongan semangat agar menimbulkan minat, kemauan serta perhatian guru
yang memiliki kelemahan dalam strategi pembelajaran memiliki semangat untuk mencoba
strategi pembelajaran terbaru. Untuk memberikan motivasi guru yang berpengalaman harus
menunjukkan mengapa bahan pelajaran ini harus dipelajari, apa gunanya dan utuk apa
kenapa harus diketahui.
2) Mengajukan Pendapat Pribadi. Sebaiknya didahului dengan kata-kata “menurut pendapat
saya sendiri” dan disertai alasan-alasan fakta atau data yang mendukung pendapatnya itu.
Karena pendapat yang bersifat subyektif, maka siswa harus diberikan kebebasan untuk
mengajukan pendapatnya sendiri.
3) Pemberian Contoh. Memberikan contoh yang nyata agar siswa mendapatkan pemahaman
yang baik dan meyakinkan peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari

3. Mewabahnya Covid-19 di Indonesia mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk


mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru, salah satunya menghentikan sementara pembelajaran
tatap muka di sekolah dan mengalihkannya dengan Learning from home (Pembelajaran di
rumah)atau dengan teknik lain. Rancanglah Satuan Pembelajaran Terpadu dengan memilih salah
satu subtema selain yang daftar yang sudah diberikan dalam tugas tutorial/praktik 1, jabarkan
melalui kegiatan pembelajaran serta evaluasi (penilaian) yang mampu dilaksanakan secara
mandiri oleh siswa (kolaborasi dengan orang tua). Pertimbangkan Satuan Pembelajaran Terpadu
tersebut dengan mengadakan variasi dalam penggunaan media sebagai bagian integral dalam
pembelajaran.
Jawaban :
Pendampingan dari guru/orang tua atau orang dewasa dalam proses home learning pada siswa
SD dan SMP masih sangat dibutuhkan. Karena mereka juga belum mampu untuk mengelola
waktu dengan baik, sehingga mereka masih perlu untuk diingatkan dan dibantu dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Apa yang terjadi jika guru masih berorentasi
mengejar materi? Nah, sebagai bahan evaluasi home learning yang telah berjalan, jika home
learning berlanjut sama masa tahun ajaran baru, maka ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan guru dalam memberikan tugas, antara lain :
 Apakah dengan tugas yang diberikan tanggung jawab dan kemandirian siswa tumbuh?
 Apakah kreativitas siswa muncul lebih baik dengan tugas yang diberikan?
 Apakah ada orang dewasa yang memberikan pendampingan?
 Apakah tanpa penjelasan/ penjelasan minimal siswa mengerti materi baru ?
 Apakah tugas yang diberikan akan memunculkan kejujuran siswa atau sebaliknya?
 Apakah tugas yang diberikan menarik untuk siswa?
 Apakah tugas yang diberikan harus keluar rumah? Tidak bertolak belakang dengan aturan
PSBB?
Setiap institusi pun dituntut untuk memberikan inovasi terbaru untuk membentuk proses
pembelajaran yang sangat efektif ini. Sayangnya, tak semua institusi pendidikan rupanya paham
betul mengenai inovasi terbaru yang harus dipakai untuk melakukan pembelajaran selama
pandemi. Kebanyakan dari mereka masih belum bisa menyesuaikannya karena terkendala sarana
dan prasarana. Dalam merancang RPP pembelajaran Terpadu tersebut saya merekomendasikan
beberapa metode yang cocok untuk
1) Project Based Learning
Metode project based learning ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran
Mendikbud no.4 tahun 2020. Project based learning ini memiliki tujuan utama untuk
memberikan pelatihan kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan
empati dengan sesama. Menurut Mendikbud, metode project based learning ini sangat efektif
diterapkan untuk para pelajar dengan membentuk kelompok belajar kecil dalam mengerjakan

TRENDI MAHENDRA
NIM. 856583822
projek, eksperimen, dan inovasi. Metode pembelajaran ini sangatlah cocok bagi pelajar yang
berada pada zona kuning atau hijau. Dengan menjalankan metode pembelajaran yang satu ini,
tentunya juga harus memerhatikan protokol kesehatan yang berlaku.
2) Daring Method
Untuk menyiasati ketidak kondusifan di situasi seperti ini, metode daring bisa dijadikan
salah satu hal yang cukup efektif untuk mengatasinya. Dilansir dari Kumparan, Kemendikbud
mengungkapkan bahwa metode daring bisa mengantasi permasalahan yang terjadi selama
pandemi ini berlangsung. Metode ini rupanya bisa membuat para siswa untuk memanfaatkan
fasilitas yang ada di rumah dengan baik. Seperti halnya membuat konten dengan
memanfaatkan barang-barang di sekitar rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar
melalui sistem online. Nah, metode daring ini sangatlah cocok diterapkan bagi pelajar yang
berada pada kawasan zona merah. Dengan menggunakan metode full daring seperti ini, sistem
pembelajaran yang disampaikan akan tetap berlangsung dan seluruh pelajar tetap berada di
rumah masing-masing dalam keadaan aman.
3) Luring Method
Luring yang dimaksud pada model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan. Dalam
artian, pembelajaran yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan zonasi
dan protokol kesehatan yang berlaku. Metode ini sangat pas buat pelajar yang ada di wilayah
zona kuning atau hijau terutama dengan protocol ketat new normal. Dalam metode yang satu
ini, siswa akan diajar secara bergiliran (shift model) agar menghindari kerumunan. Dikutip
dari Kumparan, model pembelajaran Luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi
penyederhanaan kurikulum selama masa darurat pendemi ini. Metode ini dirancang untuk
menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak berbelit saat disampaikan kepada siswa. Selain
itu, pembelajaran yang satu ini juga dinilai cukup baik bagi mereka yang kurang memiliki
sarana dan prasarana mendukung untuk sistem daring.
4) Home Visit Method
Seperti halnya metode yang lain, home visit merupakan salah satu opsi pada metode
pembelajaran saat pandemi ini. Metode ini mirip seperti kegiatan belajar mengajar yang
disampaikan saat home schooling. Jadi, pengajar mengadakan home visit di rumah pelajar
dalam waktu tertentu. Dilansir dari Kumparan, metode ini disarankan oleh Kepala Bidang
Kemitraan Fullday Daarul Qur’an, Dr. Mahfud Fauzi, M.Pd yang mana sangat pas untuk
pelajar yang kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan seperangkat teknologi yang
mewadahi. Dengan demikian, materi yang akan diberikan kepada siswa bisa tersampaikan
dengan baik. Karena materi pelajaran dan keberadaan tugas yang diberikan bisa terlaksana
dengan baik.
5) Integrated Curriculum
Metode pembelajaran ini disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI Prof. Zainuddin
Maliki. Dikutip dari JPNN.com, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini
menyampaikan bahwa pembelajaran akan lebih efektif bila merujuk pada project base. Yang
mana, setiap kelas akan diberikan projek yang relevan dengan mata pelajaran terkait. Metode
pembelajaran yang satu ini tidak hanya melibatkan satu mata pelajaran saja, namun juga
mengaitkan metode pembelajaran lainnya. Dengan menerapkan metode ini, selain pelajar yang
melakukan kerjasama dalam mengerjakan projek, dosen lain juga diberi kesempatan untuk
mengadakan team teaching dengan dosen pada mata kuliah lainnya. Integrated
curriculum bisa diaplikasikan untuk seluruh pelajar yang berada di semua wilayah, karena
metode ini akan diterapkan dengan sistem daring. Jadi pelaksanaan integrated curriculum ini
dinilai sangat aman bagi pelajar.
6) Blended Learning
Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan sekaligus.
Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka melalui video
converence. Jadi, meskipun pelajar dan pengajar melakukan pembelajaran dari jarak jauh,
keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain. Dikutip dari sibatik.kemendikbud.go.id,
Yane Henadrita mengungkapkan bahwa metode blended learning adalah salah satu metode
yang dinilai efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif para pelajar. Sebenarnya,

TRENDI MAHENDRA
NIM. 856583822
metode ini sudah mulai dirancang dan diterapkan awal abad ke-21. Namun, seiring dengan
merebaknya wabah Covid-19, metode yang satu ini dikaji lebih dalam lagi karena dinilai bisa
menjadi salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk para pelajar di Indonesia.

TRENDI MAHENDRA
NIM. 856583822
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(TEMA : MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA, SUB TEMA : CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP)

Satuan Pendidikan : SD N 09/XI Kelurahan Pasar Sungai Penuh


Mata Pelajaran :-
Kelas/Semester : VI/ I
Alokasi Waktu : 2 x 20 Menit
Jumlah Pertemuan : 1 x pertemuan
Pertemuan ke :1

A. Kompetensi Inti
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman dan guru.
3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang
estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar
4.2. Melaksanakan tata tertib dirumah dan sekolah
4.7. Menyanyikan lagu anak-anak dan memahami lagu yang berisi ciri-ciri makhluk hidup

C. Indikator
1. Menunjukkan sikap tertib selama Pelajaran
2. Menyanyikan lagu dengan irama yang tepat
3. Menjelaskan isi lagu yang dinyanyikan
4. Memahami cirri makhluk hidup

D. Tujuan Pembelajaran
1) Setelah mendengarkan lagu yang di share melalui WA grup peserta dapat mengindetifikasi bentuk
pola irama sederhana dengan benar
2) Setelah mengamati video lagu yang di share melalui WA grup peserta dapat memperagakan bentuk
pola irama sederhana dengan percaya diri
3) Setelah mengamati gambar yang di share melalui WA grup peserta dapat menjelaskan minimal 4 ciri-
ciri makhluk hidup

E. Materi
Mengenali ciri-ciri makhluk hidup dengan menyanyikan lagu “cicak di dinding”

F. Strategi Pembelajaran
o Pendekatan : Scientific
o Model Pembelajaran : Cooperative Learning
o Metode Pembelajaran : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi dan Ceramah
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
PENDAHULUAN
1. Guru Mengucapkan salam dan 1. Menjawab salam dari guru dan 1 menit
mengajak Siswa Berdoa sebelum Berdoa Bersama
Memulai Pelajaran melalui aplikasi
zoom
2. Guru Mengecek Kehadiran Siswa dan 2. Siswa Memberikan Keterangan 3 menit
mengkondisikan sarana belajar melalui
zoom dan smartphone apakah sudah
berfungsi 3. Apersepsi
3. Apersepsi a. Mendengarkan penjelasan 3 menit
a. Guru menyampaikan topik materi guru
yang akan dipelajari dalam
pembelajaran 4. Mendengarkan penjelasan dari

TRENDI MAHENDRA
NIM. 856583822
4. Guru Menyampaikan dan Menjelaskan guru 3 menit
tujuan pembelajaran hari ini
JUMLAH 10 menit

KEGIATAN INTI

1. Guru memulai pembelajaran dengan 1. Menyimak arahan guru dan 5 menit


Mengajak siswa mendengarkan lagu memutarkan lagu “Cicak di
“Cicak di Dinding” yang sudah di Dinding”
kirim melalui WA Grup
2. Setelah semua siswa bisa 2. Siswa secara individu/ kelompok
menyanyikan lagu tersebut, guru menyanyikan lagu tersebut 10 menit
meminta siswa secara individu /
berkelompok untuk menyanyikan lagu
tersebut.
3. Guru meminta Siswa mengungkapkan 3. Siswa mulai mengungkapkan
perasaannya setelah bernyanyi dengan perasaan senangnya 5 menit
bimbingan guru di pagi hari itu.
4. Guru meminta siswa secara 4. Siswa mengikuti arahan guru
berkelompok mengidentifikasi ciri-ciri
5 menit
Makhluk Hidup melalui teks lagu
cicak di Dinding.
5. Guru memberikan tanda(Pola) pada
teks lagu tersebut dan melakukan 5. Siswa mulai memahami dan 5 menit
Tanya jawab berkaitan dengan ciri-ciri Bertanya jika ada yang belum
makhluk hidup disertai praktik dimengerti
6. Guru mengajak siswa untuk 6. Siswa berlatih mengidentifikasi
7 menit
mengamati baris lagu dengan pola dan menghitung banyaknya baris
yang sama dan berbeda pada teks lagu lagu dengan pola yang sama dan
tersebut berbeda
7. Guru meminta siswa menghitung
berapa banyak baris lagu dengan pola 7. Siswa mengikuti Intruksi Guru
8 menit
yang sama (simbol bunyi panjang)
8. Guru sengaja membuat simbol bunyi
panjang pada 4 teks lagu tersebut dan 8. Siswa memahami maksud
meminta siswa memahaminya secara kegiatan belajar yang guru 10 menit
berkelompok sampaikan
9. Setelah selesai kegiatan, guru
meminta salah satu siswa sebagai 9. Salah satu siswa sebagai 5 meni
perwakilan kelompok untuk memutar perwakilan kelompok
kembali lagu cicak di dinding dan menunjukkan dan menyebutkan
menunjukkan ciri-ciri makhluk hidup ciri-ciri makhluk hidup
dengan benar.
JUMLAH 60 menit

PENUTUP

1. Guru bersama siswa melakukan 1. Siswa menyimpulkan materi 5 menit


refleksi terhadap kegiatan yang telah pembelajaran
dilakukan di pagi hari 2. Siswa menyimak dan menuliskan
2. Guru meminta siswa menuliskan hal- hal-hal yang telah mereka
hal yang telah mereka pelajari, pelajari, kesulitan yang mereka
kesulitan yang mereka alami, serta hal alami, serta hal lain apa yang 3 menit
lain apa yang ingin mereka pelajari ingin mereka pelajari lebih
lebih lanjut. lanjut.
3. Guru menutup pembelajaran dengan 3. Siswa mengucapkan hamdallah
2 menit
mengucapkan hamdallah dan salam dan menjawab salam
JUMLAH 10 menit

TRENDI MAHENDRA
NIM. 856583822

Anda mungkin juga menyukai