TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat
melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar
tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang
Pembelajaran tidak lepas dari dua istilah yaitu belajar dan mengajar
diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu,
menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil
menjadi terampil.1
Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang untuk
18
51
Dalam ayat di atas terlihat jelas bahwa jika ditarik pada konsep belajar
2
Muhammad Fathurrahman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 Strategi
Alternatif Pembelajaran di Era Global, (Yogyakarta : Kalimedia, 2015), hal. 7.
3
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010),
hal. 85.
4
Muhammad Fathurrahman, Ibid. hal. 10-11
50
kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan
peserta didik.6
5
Suyono dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran: Teori Dan Konsep Dasar (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 18
6
Muhammad Fathurrahman, Op.cit., hal. 107
7
Soedjadi 6.
8
Ibid, hal. 145-146.
51
matematika.9
Untuk pendekatan pembelajaran empiristik hanya memiliki salah
9
Sutarto hadi, PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Teori, Pengembangan, Dan
Implementasinya, (Jakarta : Rajawali Press, 2017), hal.27.
10
Ibid., hal. 27
50
anak tidak dapat mengembangkan lebuh lanjut cara alamiah dan formal
mereka sendiri.11
Dalam matematisasi horizontal siswa dengan pengetahuan yang
11
Ibid., hal. 27
51
dikaitkan dengan realita dan matematika adalah aktivitas manusia. Hal ini
berarti bahwa matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan
ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa atau guru.
Matematika Realistik
1) Penggunaan konteks
peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa
siswa.
3) Pemanfaatan hasil kerja siswa
Mengacu pada pendapat Frudenthal bahwa matematika tidak
diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi
sebagai suatu konse yang dibangun oleh siswa maka dalam pendidikan
diperoleh suatu strategi yang bervariasi. Hal ini akan bermanfaat dalam
konsep matematika.15
4) Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu
14
Ibid., hal. 22
15
Ibid., hal 22
16
Ibid., hal. 23
51
dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan lingkungannya. Maka
terdiri atas:18
1) Memahami Masalah Kontekstual
Pada langkah ini guru menyajikan masalah kontekstual kepada
interaksi antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
masalah.
3) Menyelesaikan Masalah Kontekstual.
Pada tahap ini siswa didorong menyelesaikan masalah
memerlukan bantuan. Pada tahap ini, ada dua prinsip yang dapat
prinsip yang telah dibangun bersama. Pada tahap ini karakteristik yang
fasilitator bagi siswa dalam proses rekontruksi ide dan konsep matematika.
yang harus diisi dengan air. sebaliknya siswa dipandang sebagai human
bahwa LKS merupakan materi ajar yang sudah dikas sedemikian rupa,
hampir sama dijelaskan oleh Prastowo yakni bahan ajar cetak berupa
21
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta : Diva
Press, 2011), Hal. 204
22
Kokom Komalasari
23
Andi Prastowo, Op.Cit., hal. 204
50
Kerja Siswa melainkan lembar kegiatan siswa, yaitu “panduan siswa yang
adalah
24
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana, 2010),
hal. 222
25
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 149
26
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 176
51
visual untuk menarik perhatian peserta didik paling tidak LKS sebagai
media kartu.27
pembelajaran.
berguna untuk memahami isi materi secara urut dan mencapai tujuan
dirasakan oleh siswa. Ini karena siswa merasa terbantu dengan adanya
perangkat pembelajaran LKS. Selain itu, LKS juga juga dijadikan sebagai
sedemikian rupa sehingga dapat dikerjakan siswa dengan baik dan dapat
yakni :33
a) Ukuran
b) Kepadatan Halaman
c) Penomoran
d) Kejelasan
dikembangkan.
LKS agar dapat terlihat urutan dalam menentukan langkah yang harus
LKS
b) Pengumpulan materi
pembelajaran.
4. Kejelasan penyampaian.
lebih baik. .
Selaras dengan hal itu, komponen atau unsur-unsur yang terdapat pada
a) Judul
b) Petunjuk belajar
c) Kompetensi yang akan dicapai
d) Materi pokok
e) Informasi pendukung
f) Tugas dan langkah kerja
g) Penilaian
unsur-unsur pada LKS merupakan aspek penting yang harus ada dalam
menyusun LKS. Ini berguna agar LKS yang disusun tidak menyalahi
(LKS)
34
Andi Prastowo, Lop.Cit., hal. 208
35
Depdiknas, Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan
Prasarana, ( Jakarta: BP. Mitra Usaha Indonesia, 2008), hal.23-24
50
1) Analisis kurikulum
bagian ini, sebaiknya memilih alat penilaian yang sesuai dengan model
Analisis Kurikulum
37
Andi Prastowo, Lop.Cit., hal. 212
Menentukan Judul-Judul LKS
50
Merumuskan KD
Menyusun Materi
Menulis LKS
a. Validitas
sahih. Validasi adalah proses untuk menilai apakah produk baru secara
rasional lebih baik dan efektif dengan cara meminta penilaian ahli yang
pada dua hal, yaitu apakah bahan ajar tersebut dikembangkan sesuai
dengan struktur isi pengetahuan yang ingin dicapai (valid sesuai isi),
sesuai konstruk).
b. Praktikalitas
mengemukakan bahwa praktis jika pengguna tidak kesulitan baik dari segi
39
Zulkardi, “Developing A Learning Environment On Realistic Mathematics Education
For Indonesian Student Teachers”. (Unpublished Thesis). University Of Twente, Enschede 2002)
Hal. 18
40
Syafdi Maizora, 2011. “Pengembangan Web Pembelajaran Kalkulus Diferensial Pada
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bengkulu “. Tesis tidak diterbitkan .
Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. 2011, hal. 30
50
pada dua hal, yaitu apakah praktisi atau ahli dapat menyatakan bahwa
bahan ajar yang dikembangkan dapat diterapkan dan apakah bahan ajar
pembelajaran tanpa terlalu banyak masalah dan tidak kesulitan baik dari
c. Efektifitas
41
Zulkardi, Op.Cit.,hal. 18-19
51
Respon siswa efektif, 4) Hasil belajar siswa efektif. Jika keempat indikator
dua hal, yaitu praktisi atau ahli menyatakan bahan ajar tersebut efektif
nyata bahan ajar tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan harapan.
penelitian ini.
1) Aspek Kevalidan
kegrafikaan.
a) Kelayakan Isi
42
Atik Rodiawati, Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Matematika berbasis
Learning Cycle 5E pada Pokok Bahasan Garis dan Sudut di Kelas VII SMP. Skripsi tidak
diterbitkan, (Bengkulu: UNIB, 2013), hal.30
50
b) Kelayakan Kebahasaan
simbol.
c) Kelayakan Penyajian
pendukung penyajian.
d) Kelayakan Kegrafikaan
2) Aspek Kepraktisan
dalam penelitian ini LKS dikatakan praktis jika guru dan siswa
3) Aspek Keefektifan
didik dapat mencapai hasil tes belajar dengan nilai lebih dari atau sama
dengan KKM.
43
Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Kompas Gramedia 2008), hal. 48
44
Wahyu Setiawan, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Smp
Dengan Menggunakan Model Penemuan Terbimbing”, Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi,
2 : 1, (Mei, 2015)., hal.93
45
Mia hal.15
50
dibutuhkan. Ini juga berarti mampu menarik kesimpulan dari data yang
kesimpulan yang biasanya menemukan hasil akhir yang baru. Dua tingkat
berpikir terakhir inilah (berpikir kritis dan berpikir kreatif) yang disebut
46
Wahyu Setiawan, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Smp
Dengan Menggunakan Model Penemuan Terbimbing”, Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi,
2 : 1, (Mei, 2015)., hal.93
51
Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari
2) Mencari alasan.
menyebutkannya
8) Mencari alternatif.
melakukan sesuatu.
47
Hassoubah, Z. I. DEVELOVING CREATIVE & CRITICAL THINKING SKILLS Cara
Berpikir Kreatif dan Kritis, (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), hal. 84
50
adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang
diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu
keputusan.48
48
Wahyu setiawan, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Smp
Dengan Menggunakan Model Penemuan Terbimbing”, Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi,
2 : 1, (Mei 2015)., hal. 94
49
Hassoubah, Z. I. Op.Cit., hal. 86
51
sebuah definisi berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif
dipercayai atau dilakukan. Tujuan dari berpikir kritis adalah agar dapat
alasan yang kuat. Alasan tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman atau
pengamatan.
adalah:52
50
Ibid., hal. 87
51
Dina Mayadiana Suwarma, Suatu Alternatif Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kritis Matematis, (Jakarta : Cakrawala Mahakarya, 2009), hal. 11
52
Dina Mayadiana Suwarma, ibid., hal. 13
50
53
ibid., hal. 13-16
51
memeberikan alasan,
e. Penggunaan prose-
dur,
f. Mengetahui resiko
yang mungkin terjadi,
g. Kebiasaan berhati-
hati.
2. Mengobservasi dan a. Ikut terlibat dalam
mempertimbangkan hasil membuat kesimpulan,
observasi b. Melaporkan hasil
pengamatan sendiri,
c. Mencatat hal-hal
yang dianggap penting.
3. Inference 1. Membuat deduksi dan a. Membuat kelompok
(menyimpulkan) mempertimbangkan hasil yang logis,
deduksi b. Menciptakan kondisi
yang logis,
c. Interprestasi per-
tanyaan.
2. Membuat induksi dan a. Membuat genera-
mempertimbangkan lisasi,
Induksi b. Membuat kesimpulan
dan hipotesis.
3. Membuat dan mem- a. Latar belakang fakta,
pertimbangkan nilai ke- b. Konsekuensi,
putusan c. Penerapan prinsip –
prinsip,
d. Memikirkan alter-
natif jawaban,
e. Menyeimbangkan
dan memutuskan jawa-
ban.
51
(PMR) Bagi Siswa SMP Kelas VIII Sesuai Kurikulum 2013”. Penelitian
klasifikasi baiak oleh ahli media, (2) LKS dinyatakan praktis, mendapatkan
rata-rata skor 4,54 dengan klsifikasi sangat baik melalui angket respon guru
dan rata-rata skor 4,01 dengan klasifikasi baik melalui angket respon siswa,
persentase berada pada selang 81% -100% yang termasuk kriteria sangat valid.
kriteria sangat praktis. Dan hasil test kemampuan berfikir kritis matematis
persentase pada selang 81% -100% yang termasuk kriteria sangat valid. Maka
Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2017 di SDN 012 KP. Panjang
kelas III Sekolah Dasar semester ganjil memberikan dampak yang positif serta
C. Kerangka Pemikiran
berdasarkan teori.
faktor penyebab dan alternatif solusi yang tepat. Hasil analisis pendahuluan
Matematika Realistik (PMR). Hasil rancangan bahan ajar LKS dievaluasi dan
untuk mendapatkan bahan ajar LKS yang valid, praktis, dan efektif. Kerangka
57
Ibid.
51
Masalah
Faktor Penyebab
Alternatif Solusi