Oleh
Kelompok 1
Ade lina Karwati ( 836421389 )
Dina Fitriyani ( 857306062 )
Epah Saropah (857305766 )
Ursula Eka Nurani ( 857311752 )
B. BIDANG KAJIAN
Bidang kajian dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah design dan strategi belajar
terutama pada metode pendekatan matematika realistik serta dalam penggunaan media/alat
peraga.
C. PENDAHULUAN
Sejak akhir tahun 1990-an, sekitar tahun 1998, dunia pendidikan matematika Indonesia mulai
mengenal suatu inovasi khusus dalam pembelajaran matematika yang dinamakan dengan
Realistic Mathematics Education (RME) yang berasal dari negeri Belanda (Sembiring, Hoogland,
& Dolk, 2010). Istilah RME diterjemahkan menjadi Pendidikan Matematika Realistik (PMR),
dan versi RME untuk konteks Indonesia dinamai Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI). Sejak saat itu, proyek implementasi dan diseminasi baik dalam bentuk pelatihan maupun
penelitian telah banyak dilakukan (Sembiring, 2010; Wijaya & Jupri, 2010). Meski RME sudah
dikenal di tanah air dalam hampir dua dekade, pemahaman yang komprehensif akan inovasi
pembelajaran matematika ini tampaknya masih kurang. Berdasarkan pengalaman membimbing
mahasiswa dalam penelitian, mengikuti seminar dan konferensi pendidikan matematika,
memberi ceramah dalam kegiatan pelatihan, dan diskusi dengan para akademisi perguruan tinggi,
dapat dicatat setidaknya dua kelemahan pemahaman terhadap RME. Pertama, umumnya kata
“realistic” dalam RME dimaknai sebagai sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia nyata saja.
Kedua, masih banyak mahasiswa, guru, dosen, dan pemerhati pendidikan yang menganggap
bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan RME hanya dapat diterapkan di tingkat
sekolah dasar (SD) dan paling jauh sampai permulaan sekolah menengah pertama (SMP). Mereka
umumnya beranggapan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan RME akan sangat
sulit diterapkan di SMP dan hampir tak mungkin diterapkan di tingkat sekolah menengah atas
(SMA) apalagi di perguruan tinggi. Kelemahan kedua ini tampaknya merupakan akibat dari
kelemahan pertama: Karena memandang istilah “realistic” sebagai sesuatu yang nyata ada dalam
kehidupan sehari-hari, maka matematika yang tampak terlihat ada kaitannya di dunia sehari-hari
adalah di tingkat SD dan permulaan SMP saja
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi
belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran harus menantang, mendorong
eksplorasi memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berfikir siswa
(Dimyati & Mudjiono, 2006).
Menurut Ismail dkk (Hamzah, 2014: 48) matematika merupakan ilmu yang membahas
angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan
besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem,
struktur dan alat. Hal ini berarti bahwa objek yang dibahas dalam matematika hanyalah pada
permasalah angka saja, baik dalam permasalahan angka-angka yang memiliki nilai maupun
sebagai sarana dalam memecahkan suatu masalah.
Penggunaan media pembelajaran yang dipilih guru merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas serta hasil belajar. Hal ini didukung Rusman (2012:162) menyatakan
bahwa, fungsi dari penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil dan proses
pembelajaran. Secara kualitas dan kuantitas, media pembelajaran sangat memberikan
kontribusi terhadap hasil maupun proses pembelajaran.
Tindakan guru pada saat mengajar, guru hanya menggunakan buku pegangan siswa,dan
mengandalkan metode ceramah dengan bantuan media youtobe , tanpa menggunakan materi
yang disampaikan dan menjadikan hasil belajar siswa menjadi rendah. Hasil belajar siswa yang
rendah, khususnya pada mata pelajaran matematika merupakan permasalahan yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan dalam kegiatan pembelajaran dapat ditinjau dari
beberapa aspek. Ditinjau dari aspek siswa, yang mempengaruhi hasil belajar muncul dari faktor
internal dan eksternal. Menurut (Dimyati & Mudjiono, 2006) “faktor internal siswa meliputi
sikap terhadap belajar, motivasi berprestasi, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar,
menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan
berprestasi, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa, sedangkan faktor eksternal dapat berupa guru,
sarana dan prasarana, kebijakan penilaian lingkungan sosial, dan kurikulum sekolah.
Karena rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD khususnya mata pelajaran matematika pada
materi kelipatan pemahaman siswa belum terlihat optimal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tes
siswa yang belum sesuai dengan KKM sebesar 75 % dari 26 siswa, maka dilaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Penerapan Metode Pendekatan Matematika
Realistik dan Media/Alat peraga yang tepat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada
Materi Kelipatan Siswa Kelas 4 di SDN Mekar Jaya I Depok II Tengah.
Dengan menggunakan metode PMR (Pendekatan Matematika Realistik) dan penggunaan
media/alat peraga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1. Perumusan
a. Analisis Masalah
1. Pengaruh PJJ mengakibatkan daya anak ingat menurun.
2. Metode yang digunakan masih prosedural dan ceramah belum menggunakan
pendekatan matematika realistik serta penggunaan media/alat peraga.
b. Rumusan Masalah
Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika pada materi kelipatan dengan
metode Pendekatan Matematika Realistik dan penggunaan media/alat peraga yang
dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SDN Mekar Jaya I?
2. Pemecahan Masalah
Guru melakukan perbaikan metode mengajar dengan menggunakan metode
Pendekatan Matematika Realistik dan mempersiapkan media/alat peraga, lebih intens
memberikan contoh serta latihan soal, untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada
siswa kelas IV SDN Mekar Jaya I.
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penggunaan metode
Pendekatan Matematika Realistik dan Penggunaan Media/Alat peraga dalam pembelajaran
matematika khususnya pada materi kelipatan.
2. Manfaat Terapan
a. Bagi Siswa
Dari penelitian ini siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna,
sehingga siswa menjadi lebih menguasai dan terampil dalam pembelajaran
matematika dengan metode pendekatan matematika realistik serta penggunaan
media/alat peraga sehingga hasil belajar lebih meningkat dalam materi kelipatan
pada mata pelajaran Matematika.
b. Bagi Guru
Informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta masukan
berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik,
khususnya dalam materi kelipatan pada mata pelajaran Matematika dan mata
pelajaran lain pada umumnya.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala
sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam kaitan dengan
upaya menyajikan strategi pembelajaran yang efektif dan efesien di sekolah.
G. KAJIAN PUSTAKA
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian media pembelajaran
Dalam kamus bahasa indonesia didefinisikan metode adalah cara yang digunakan
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses untuk menuju
yang lebih baik. Supriyono mendefinisikan metode pembelajaran adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan
menurut Husnaeni (2009), metode pembelajaran adalah model pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Prawiradilaga (2007) Menyatakan bahwa metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,
langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dapat dikatakan metode pembelajaran adalah proses pembelajaran yang difokuskan
kepada pencapaian tujuan.
Berdasarkan definisi metode pembelajaran secara umum tersebut, kami
menyimpulkan definisi metode pembelajaran matematika adalah langkah-langkah dan
cara yang digunakan guru dan disajikan khas oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan (Suryobroto 1986, diacu dalam Solihatin 2007) adalah :
a. Tujuan yang akan dicapai
b. Bahan yang akan diberikan
c. Waktu dan perlengkapan yang tersedia
d. Kemampuan dan banyaknya murid
e. Kemampuan guru mengajar
Sesuai dengan pendapat di atas, metode pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan
dengan tujuan yang akan dicapai, bahan yang digunakan, waktu dan perlengkapan yang
tersedia, kemampuan dan banyaknya murid, dan kemampuan guru mengajar, sehingga
bisa disesuaikan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan
keseluruhannya dan tidak menyulitkan siswa dan gurunya, sehingga bisa tercapai tujuan
yang diinginkan.
b. Media Konkret
Dalam penelitian ini kami menggunakan Media Konkret dimana media konkret
adalah segala sesuatu yang nyata yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
guru kepada siswa, sehingga siswa dapat merangsang pikiran, perhatian dan minat siswa
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Maka dengan penggunaan media Konkret, siswa akan memahami materi yang
disampaikan guru dan siswa tertarik mengikuti pembelajaran karena siswa tidak bosan
hanya membaca materi tetapi langsung dihadapkan dengan benda nyata yang berkaitan
dengan materi tersebut.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang baik dari segi
penegatahuan ataupun sikap setelah melakukan proses pembelajaran baik pemebelajran
formal maupun Nonformal. Menurut Rusmono (2017) menyatakan bahwa Hasil belajar
adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
pisikomotorik. Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan
program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan
lingkungan belajar. “hasil belajar merupakan perilaku yang dapat diamati dan
menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan siswa yang merupakan
perubahan perilaku sebagai hasil belajar itu dapat diklasifikasikan dalam dimensi-dimensi
tertentu” (Ahiri 2017, h. 18). Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan ketercapaian tujuan belajar yang diperoleh melalui pengalaman
pembelajaran yang bisa dilihat dari hasil penilaian tertulis maupun penilaian tidak tertulis
yang telah dilakukan
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci
pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis
besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak dicapai, dinilai, atau bahkan
diukur.
Secara umum, penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas beberapa siklus atau
pengulangan dari siklus. Setiap setiap siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) perencanaan;
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan/observasi; dan (4) refleksi.
Keempat tahapan tersebut merupakan unsur yang membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran
kegiatan beruntun. Sehingga bentuk penelitian tindakan kelas tidak pernah merupakan kegiatan
tunggal, tetapi berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke bentuk asal, yaitu siklus.
Alur model penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut. :
Masing-masing tahapan siklus penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa (what), mengapa (why), dimana (where),
kapan (when), dan bagaimana (how) penelitian dilakukan. Penelitian tindakan kelas sebaiknya
dilakukan secara kolaboratif, sehingga menghindarkan unsur subjektivitas.
Di dalam penelitian tindakan kelas, ada kegiatan pengamatan terhadap diri sendiri, yaitu pada
saat peneliti menerapkan pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai upaya
menyelesaikan masalah pada saat praktik penelitian. Dibutuhkan rekan sejawat untuk menilai
kegiatan tersebut.
Di dalam tahap perencanaan, peneliti juga perlu menjelaskan persiapan-persiapan pelaksanaan
penelitian, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengamatan (observasi).
2. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan kegiatan implementasi atau penerapan perencanaan
tindakan. Di dalam kegiatan implementasi ini, maka guru (peneliti) harus mentaati perencanaan
yang telah disusun.
Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah pembelajaran harus berjalan seperti biasanya,
tidak boleh kaku dan terkesan dibuat-buat. Kolaborator disarankan untuk melakukan
pengamatan secara objektif sesuai kondisi pembelajaran yang dilakukan peneliti.
Kegiatan ini penting karena tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan diamati, yaitu kegiatan belajar peserta
didk dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses belajar peserta didik dapat
dilakukan sendiri oleh guru pelaksana (peneliti) sambil melaksanakan pembelajaran,
Sedangkan pengamatan terhadap proses pembelajaran, guru pelaksana (peneliti) dapat
meminta bantuan kepada teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator untuk melakukan
pengamatan. Kolaborator melakukan pengamatan pembelajaran berdasarkan instrumen yang
telah disusun oleh peneliti.
Hasil pengamatan dari kolaborator nantinya akan bermanfaat atau akan digunakan peneliti
sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai melakukan pengamatan
terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan ini dapat berupa diskusi hasil
pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dengan guru pelaksana (peneliti).
Tahap ini merupakan inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu ketika kolaborator
mengungkapkan hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum berjalan
dengan baik pada saat peneliti mengelola proses pembelajaran.
Hasil refleksi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang siklus
berikutnya. Sehingga pada intinya, refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan,
penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklua berikutnya.
75 – 89 Aktif
59 – 74 Cukup aktif
50 – 59 Kurang aktif
N = Jumlah indiviu
M = Angka rata-rata
Smi = Skor maksimal ideal
Sutrisno Hadi,(dalamArbawa, 2000:12)
80 – 89 Tinggi Aktif
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan ✔
proposal
✔
2. Siklus
1:Perencanaan
✔
3. Persiapan
✔
4. Pelaksanaan
✔
5 Refleksi
✔
6. Bimbingan
✔
7. Siklus 2
✔
8. Persiapan
✔
9. Pelaksanaan
✔
10. Refleksi
✔
11. Penulisan laporan
J. BIAYA PENELITIAN
Jumlah = Rp 1. 250.000
K. PERSONAL PENELITIAN
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Agus
Supriyono, Jenis-jenis Model Pembelajaran, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009), h 1
9 http://www.scribd.com/doc/82916000/7/Hakikat-Metode-Pembelajaran diakses pada
12 Mei 2012 10 www.slideshare.net/shintiaminandar/hakikat-pendekatan-model-
metode-dan-teknik-pembelajaran diakses pada 12 Mei 2012, h 14 11 12
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menjelasakan pengertian kelipatan bilangan.
2. Siswa dapat menunjukkan kelipatan bilangan dengan garis bilangan
* Karakter siswa yang diharapkan :
Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, Integritas
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Menalar
Mengkomunikasikan
F. MATERI PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Permainan/ simulasi, diskusi, tanya jawab
penugasan,dan ceramah
G. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Pelajaran :3 Nama :
………………………………...
Tema : Kelipatan Kelas/Semester : IV / 1 (Empat / Satu)
Hari/Tanggal :
………………………………...
B. Soal II
…………,………………2021
Mengetahui Kepala Sekolah Guru kelas 4
(………………………………………………………) ( …………………………………….)
NIP :