Anda di halaman 1dari 24

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PIPA STATISTIK PADA PEMBELAJARAN

STATISTIKA SISWA KELAS IV SDN PULAU ALALAK


KABUPATEN BARITO KUALA

PROPOSAL

OLEH
MARYAM
NPM 3061856151

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA BANJARMASIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MARET 2022
A. Judul Penelitian

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PIPA STATISTIK PADA PEMBELAJARAN


STATISTIKA SISWA KELAS IV SDN PULAU ALALAK KABUPATEN BARITO
KUALA

B. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa dari sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas. Matematika merupakan mata pelajaran yang terdiri dari
ilmu eksakta (eksakta) dan materi abstrak. Matematika digambarkan sebagai pembelajaran
dengan memanipulasi angka dan memecahkan masalah dalam penelitian dan kehidupan
sehari-hari. Matematika merupakan landasan ilmu yang menjadi landasan berbagai ilmu
dan dunia kerja. Pembelajaran matematika tidak hanya membuat siswa mampu melakukan
operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, tetapi juga
memungkinkan siswa menggunakan matematika dalam memecahkan masalah (Unaenah,
dkk. 2020: 118).

Pembelajaran matematika memiliki tingkat kesulitan dan abstraksi konsep yang lebih
tinggi dan memerlukan sarana serta metode komunikasi yang berbeda dari mata pelajaran
objek pembelajaran matematika abstrak, serta media dan alat peraga khusus yang
diperlukan untuk menyampaikannya (Murdiyanto dan Mahatma, 2014: 38). Salah satu
keterampilan yang perlu dimiliki calon guru adalah kemampuan mempersiapkan dan
menggunakan bahan ajar selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Alat peraga adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada
penerima. Alat peraga menyampaikan pesan pembelajaran sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa, sehingga memunculkan proses pembelajaran
dengan media pembelajaran. Bahan ajar adalah alat, metode dan teknik yang digunakan
untuk membuat komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa lebih efektif dalam proses
pembelajaran di sekolah (Monca, 2021: 1).

Guru merupakan salah satu aktor utama dalam melaksanakan proses belajar mengajar
di kelas harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan, kondusif dalam proses
belajar mengajar. Binangun dan Hakim (2016) berpendapatbahwa pembelajaran
matematika dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa, agar tercipta
pembelajaran yang efektif dan menarik bagi siswa. Salah satu alternatif pembelajaran
Matematika tersebut adalah adanya alat atau bahan yang memungkinkan siswa belajar
karena menarik bagi siswa, dapat berupa bahan ajar untuk belajar matematika. salah satu
bab buku matematika untuk siswa kelas IV SD adalah statistika. Bab ini membahas
tentang penyajian data dalam bentuk grafik batang dan tabel. Mengenai statistika dalam
matematika kelas IV SD yang menekankan pada ukuran nilai tertinggi dan terendah,
dengan frekuensi yang sama dalam periode data tertentu. Dengan alat peraga ini
diharapkan siswa akan lebih mudah memahaminya sehingga dapat mencapai nilai yang
tinggi.

Berdasarkan hasil observasi pada saat kegiatan PLP II dan juga pada tanggal 29
Maret 2022 dan wawancara pada tanggal 9 April 2022 yang dilakukan dengan wali kelas
melalui daring. terkait proses pembelajaran di SDN Pulau Alalak diperoleh informasi
sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran matematika masih berlangsung secara
klasikal, yaitu menggunakan metode ceramah sehingga guru lebih berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Sedangkan siswa hanya menerima informasi yang disampaikan guru,
sehingga siswa bersifat pasif yang menimbulkan rasa jenuh dan bosan dalam diri siswa
selama mengikuti proses pembelajaran. Kedua, guru menggunakan alat peraga dalam
proses pembelajaran, namun pada nyatanya siswa masih belum paham mengenai materi
pembelajaran khususnya pada pokok pembahasan Membaca dan Menafsirkan Data dalam
Bentuk Diagram Batang dengan cara-cara yang sudah diterapkan sebelumnya, ketiga,
masih ada siswa yang menganggap mata pelajaran matematika sulit, rumit, dan
membosankan.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka peneliti hadir untuk mengembangkan


sebuah produk berupa alat peraga pipa statistik. Pipa statistik merupakan alat peraga yang
menyajikan cara membaca dan menafsirkan data dalam bentuk diagram batang dengan
menggunakan bahan kardus bekas, steroafoam, dan sambungan pipa. selain itu pipa
statistik ini di desain semenarik mungkin dengan pemilihan warna yang terdapat pada
sambunga pipa sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar, tidak hanya itu dengan
pipa statistik ini siswa diberikan pengalaman konkrit dalam membaca dan menafsirkan
data dalam bentuk diagram batang. Berdasarkan paparan latar belakang diatas bahwasanya
peneliti ingin mengembangakan sebuah alat peraga dengan judul "Pengembangan Alat
Peraga Pipa Statistik pada Pembelajaran Statistika Kelas IV SDN Pulau Alalak
Kabupaten Barito Kuala".
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan alat peraga pipa statistik pada pembelajaran statistika


siswa kelas IV SDN Pulau Alalak Kabupaten Barito Kuala?

2. Bagaimana validitas dan kelayakan alat peraga pipa statistik pada pembelajaran
statistika siswa kelas IV SDN Pulau Alalak Kabupaten Barito Kuala?

3. Bagaimana kepraktisan alat peraga pipa statistik pada pembelajaran statistika siswa
kelas IV SDN Pulau Alalak Kabupaten Barito Kuala?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan pengembangan pada


penelitian ini:

1. Mendeskripsikan proses pengembangan alat peraga pipa statistik pada pembelajaran


statistika siswa kelas IV SDN Pulau Alalak Kabupaten Barito Kuala.

2. Mendeskripsikan validitas dan kelayakan alat peraga pipa statistik pada pembelajaran
statistika siswa kelas IV SDN Pulau Alalak Kabupaten Barito Kuala.

3. Mendeskripsikan kepraktisan alat peraga pipa statistik pada pembelajaran statistika


siswa kelas IV SDN Pulau Alalak Kabupaten Barito Kuala

E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Adapun Spesifikasi Produk Pipa Statistik yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Alat peraga ini digunakan sebagai alat bantu proses belajar mengajar sehingga siswa
memperoleh pengalaman kongkrit.

2. Alat peraga ini dikembangkan dengan menggunakan sterofoam, kardus bekas, botol
bekas, Kancing baju.

3. Alat peraga pipa statistik ini digunakan untuk proses pembelajaran statistika.

4. Siswa menggunakan Alat peraga ini untuk penyajian data dalam diagram batang.
5. Agar siswa guru dapat memahami dengan mudah maka dibuatlah kartu petunjuk
berbahan kertas HVS untuk mengetahui bagaimana penggunaan alat peraga pipa statistik.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peserta didik

Memberikan kemudahan dalam mempelajari materi statistika dan memberikan motovasi


belajar dengan menggunakan alat peraga yang mudah dipahami dan menyenangkan.

2. Bagi Guru

Memberikan kemudahan kepada guru dalam memberikan pemahaman dalam materi


statistika dan pemahaman baru kepada guru mengenai pemanfaatan alat peraga pipa
statistik menjadi alat peraga yang mudah, praktis, dan ekonomis.

3. Bagi Peneliti

Sebagai wadah pengembangan pribadi untuk meningkatkan keterampilan dan kepekaan


terhadap masalah belajar dan dapat mengembangkan pembelajaran yang lebih efektif dan
menyenangkan melalui pemanfaatan materi pembelajaran matematika di kelas.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari penyimpangan atau kesalahpahaman pada saat pengumpulan


informasi, peneliti menjelaskan beberapa istilah penting. Istilah tersebut.

1. Pengembangan

Pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan produk


yang sudah ada atau membuat produk baru sehingga dapat menarik minat siswa selama
proses pembelajaran.

2. Alat Peraga

Alat Peraga adalah Alat yang dapat membantu memperjelas penyampaian konsep sebagai
perantara atau media visual pelajaran, sehingga siswa dapat memahami konsep abstrak
dengan menggunakan benda.
3. Statistika

Statistik dapat didefinisikan sebagai kumpulan data dalam bentuk angka atau non-numerik
yang disusun dalam tabel (daftar) dan atau diagram yang menggambarkan (berhubungan
dengan) masalah tertentu.

4. Pipa Statistik

Pipa Statistik adalah suatu alat terbuat dari Sterofoam, Karton Bekas, Botol bekas,
Kancing baju untuk memberikan kesan konkrit serta menyenangkan kepada siswa dalam
proses pembelajaran dikelas.

H. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

a. Pengertian dan Karakteristik Matematika

Susanto (2013: 183) mengatakan bahwa matematika merupakan salah satu dari
disiplin ilmu yang ada pada semua jenjang pendidikan. mulai dari unsur sekolah dasar
hingga tingkat universitas dari rangkaian mata pelajaran yang sangat berperan penting
dalam karir pendidikan. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kata matematika berasal dari kata latin mathematika yang pada awalnya diambil dari
kata Yunani mathematike yang berarti untuk mempelajari. Kata tersebut berasal dari
kata Yunani Kuno Mathema, yang berarti studi, pengetahuan, lebih sempit
didefinisikan, kata teknis mengacu pada studi matematika. Kata matematika juga
berkaitan dengan kata lain yang sejenis yaitu matein atau mathnein yang artinya belajar
(berpikir). Kata matematika juga diyakini terkait erat dengan kata Sansekerta "medha"
atau "widya" yang berarti kecerdasan, penemuan atau kecerdasan. Jadi, berdasarkan
asal kata, kata matematika berarti pengetahuan yang diperoleh dengan berpikir
(inferensi) (Monica, 2021: 22).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang
mempelajari tentang ide atau konsep yang abstrak, dari konsep yang paling sederhana
sampai dengan konsep yang paling kompleks dengan menggunakan lambang-lambang
yang bersifat terorganisasi, hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis serta dalam cara
yang sistematis dengan menggunakan penalaran deduktif.
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Matematika adalah bidang studi yang ditemukan di seluruh tingkat pendidikan, dari
sekolah dasar hingga institusi pendidikan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman
kanak-kanak secara informal. Anak MI/SD adalah anak yang umumnya berusia antara
dan 7-12. Menurut Peaget, anak pada usia ini masih dalam tahap berpikir operasional
spesifik, yang berarti siswa MI/SD belum mampu berpikir formal dan abstrak. Karena
abstraksi yang relatif maka matematika pada umumnya tidak mudah dipahami oleh
siswa sekolah dasar (Sari, 2020: 39).

Dalam pembelajaran matematika abstrak, siswa membutuhkan alat bantu berupa alat
peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan guru sehingga siswa lebih
cepat memahami dan memahami. Proses pembelajaran pada tahap konkrit dapat melalui
tahapan konkrit, semi konkrit, semi abstrak dan selanjutnya abstrak. Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa mata pelajaran
matematika yang diajarkan di sekolah ditujukan kepada siswa yang memiliki
kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan


menerapkan konsep atau algoritma secara fleksibel, akurat, efisien, dan akurat dalam
pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran tentang pola dan karakteristik, melakukan operasi


matematika untuk menggeneralisasi, membangun bukti, atau menjelaskan ide dan
pernyataan matematika.

c. Pemecahan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model


matematika, melengkapi model, dan menginterpretasikan solusi yang diperoleh. Tahun

d. Komunikasikan ide menggunakan simbol, bagan, diagram, atau cara lain untuk
memperjelas situasi atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan memiliki rasa


ingin tahu, perhatian, suka belajar matematika serta memiliki sikap ulet dan percaya diri
dalam menyelesaikan matematik.

Adapun pembelajaran matematika di sekolah dasar memiliki ciri-ciri tersendiri,


diantaranya:
a. Belajar matematika dengan metode spiral.

b. Matematika tingkat lanjut.

c. Belajar matematika dengan induksi.

d. Belajar matematika menganut kebenaran yang konsisten.

e. Belajar matematika harus masuk akal.

Berdasarkan tujuan dan karakteristik pembelajaran matematika di atas dapat


disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran Matematika di tingkat sekolah dasar
anak harus mengembangkan keterampilan penalaran melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi dan eksperimen sebagai alat komunikasi melalui tabel, grafik, diagram,
simbol dan model (alat). Demonstrasi untuk menjelaskan ide-ide. Dalam pembelajaran
matematika perlu adanya keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya
dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Dalam matematika, setiap mata pelajaran
terkait satu sama lain, dan satu mata pelajaran adalah premis untuk yang lain. Secara
umum tujuan pembelajaran matematika di SD adalah agar siswa memiliki kemampuan
dan kompetensi menggunakan matematika. Selain itu juga pembelajaran matematika,
dapat menimbulkan tekanan untuk meningkatkan kemampuan penalaran
dalampenerapan matematika.

c. Pembelajaran Matematika Menurut Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD/MI)

Secara umum, usia peserta didik SD/MI adalah 6-12 tahun. Desmita (2009: 35)
mengemukakan bahwa jika mengacu pada pembagian tahap perkembangan anak,
berarti anak usia sekolah terdapat dalam dua tahap perkembangan, yaitu antara masa
Secara umum, usianya adalah 612 tahun. Desmita (2009: 35) mengemukakan bahwa
jika mengacu pada pembagian tahap perkembangan anak, berarti anak usia sekolah
terdapat dalam dua tahap perkembangan, yaitu antara masa kanak-kanak (69 tahun) dan
akhir masa anak-anak (10-12 tahun). Anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak yang lebih kecil. Dia suka bermain, suka bergerak, suka bekerja
dalam kelompok, dan suka merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

Havighurst dalam Desmita (2009: 35-36) mengemukakan tugas perkembangan anak


usia sekolah dasar meliputi :
a. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.

b. Membina hidup sehat.

c. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.

d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.

e. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam


masyarakat.

f. Memperoleh beberapa konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.

g. Mengembangkan hati nurani, etika dan nilai serta kemandirian.

Desmita (2009: 36) mengemukakan dalam upaya mencapai setiap tugas


perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa:

a. Ciptakan lingkungan peer-to-peer yang mengajarkan keterampilan fisik.

b. Melakukan pembelajaran memberi siswa kesempatan untuk belajar bagaimana


bergaul dan bekerja dengan rekan-rekan mereka, sehingga mengembangkan
kepribadian sosial.

c. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret


atau langsung dalam membangun konsep.
d. Melaksanakan pembelajaran yang dapat megembangkan nilai-nilai, sehingga mampu
menetukan pilihanyang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.

Piaget dalam Desmita (2009: 101) mengemukakan bahwa tahap perkembangan


kognitif manusia dibagi menjadi beberapa fase, yaitu; fase sensorik-motorik (lahir
sampai 2 tahun), fase pra operasi (2-7 tahun), fase aktif spesifik (7-11 tahun) dan fase
bedah formal (11 tahun ke atas ).

Piaget dalam Desmita (2009: 105) mengungkapkan bahwa pemikiran anak-anak usia
sekolah dasar masuk dalam tahap konkret-operasinal, yaitu masa dimana aktivitas
mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang
pernah dialaminya.
2. Alat Peraga

a. Pengertian Alat Peraga


Alat Peraga adalah alat yang digunakan oleh pendidik untuk membantu siswa belajar
dengan cepat. Alat peraga dapat sesederhana atau sesulit program komputer. Karena
siswa belajar dengan cara yang berbeda, menggunakan alat peraga adalah salah satu
cara untuk menyediakan materi yang mencakup semua kata dan keterampilan baru yang
dipelajari. Menurut Asyhar, alat peraga adalah alat bantu belajar yang memuat atau
menyajikan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Sedangkan Sanaky mendefinisikan asisten
pengajar sebagai alat yang digunakan oleh pendidik untuk mendemonstrasikan materi
pembelajaran. Alat peraga di sini dipahami sebagai berikut: Segala sesuatu yang abstrak
kemudian dikomunikasikan dengan bantuan alat peraga dapat dicapai dengan pikiran
sederhana yang dapat melihat, melihat dan merasakan. , kemudian menjadi hidup
dengan bantuan alat peraga yang dapat dicapai. dengan pikiran sederhana. Dengan
demikian, alat peraga lebih istimewa daripada media karena memiliki fungsi
merepresentasikan materi pembelajaran yang abstrak.
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala
bentuk dan sarana pemberian informasi yang dibuat atau digunakan sesuai dengan teori
belajar, yang dapat digunakan untuk tujuan lain tujuan pembelajaran untuk
menyampaikan pesan, merangsang pikiran, perasaan siswa , perhatian, dan perhatian.
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar, pembelajaran yang disengaja,
terfokus, dan terkontrol.

b. Fungsi Alat Peraga


Menurut Sudjana, fungsi dan nilai alat peraga adalah sebagai berikut: Alat peraga
memegang peranan penting dalam menciptakan proses pembelajaran. Alat peraga
memiliki enam fungsi utama dalam proses belajar mengajar.
1. Membangkitkan minat pada tujuan pendidikan.
2. Penggunaan materi pendidikan merupakan bagian integral dari situasi pendidikan
umum. Artinya, alat peraga merupakan bagian dari unsur-unsur yang perlu dibangun
oleh seorang guru.

3. Membantu mengatasi kendala bahasa.


4. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan hanya sebagai sarana hiburan, tetapi
digunakan untuk melengkapi proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswa.
5. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diprioritaskan untuk mempercepat proses
belajar mengajar dan membantu siswa memahami pemahaman guru. Fungsi ini
mengandung pengertian bahwa penggunaan alat peraga harus memperhatikan tujuan
dan bahan pembelajaran.

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa fungsi alat peraga tidak hanya untuk
menghibur tetapi juga untuk melengkapi proses pembelajaran sehingga berorientasi dan
spesifik.

c. Manfaat Alat Peraga

1. Mengajar akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar.

2. Bahan ajar akan memiliki makna yang lebih jelas, sehingga siswa dapat lebih
memahami, membantu siswa menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode pengajaran akan lebih beragam .

4. Siswa dapat lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran karena tidak hanya dapat
mendengarkan penjelasan guru tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan lain.

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman benda-benda konkret


yang diperoleh siswa akan sangat membantu dalam mendukung konsep-konsep abstrak.
Akibatnya, Benda-benda sebenarnya dapat membantu siswa memahami materi
statistika.

3. Pipa Statistik

Pipa statistik yang dimaksudkan disini yaitu alat peraga yang mengkonkritkan
diagram batang dengan bentuk pipa statistik. Dalam penelitian ini peneliti
mengembangkan pipa statistik dari bahan sederhana yang sudah ada dan mudah dicari.
Peneliti menggunakan pipa statistik ini untuk bahan percobaan dalam pembelajaran.
Adapun bahan yang digunakan dalam alat peraga pipa statistik ini yaitu Sterofoam, kardus
bekas, sambungan pipa T, botol bekas, kancing baju.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa alat peraga
Pipa statistik adalah suatu alat yang nyata (real) digunakan dalam proses pembelajaran
serta dapat menambah minat dan motovasi siswa untuk belajar lebih fokus lagi karena
bersifat secara langsung serta abstrak (nyata).

4. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian yang relevan terkait dengan penelitian yang peneliti kembangkan
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan Laily, Agustina (2021) yang berjudul " Pengembangan
Media Pembelajaran Corong Berhitung Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta
didik Kelas II SD/MI dan Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan, Agung (2020)
"Pengembangan Media Corong Berhitung Materi Perkalian pada Kelas II SD Negeri
Gedongkiwo". Berdasarkan Hasil Penelitian, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang
dilakukan oleh Laily, Agustina dan Hermawan, Agung menunjukkan Media Corong
Berhitung ini layak digunakan sebagai media Pembelajaran. Adapun persamaan dan
perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti Laily, Agustina dan Hermawan, Agung.
Persamaan penelitian yaitu terletak pada media yang digunakan yaitu media corong
berhitung dan jenis penelitian yang digunakan yaitu pengembangan. Adapun Perbedaan
penelitian dari peneliti Laily, agustina yaitu pada keluasan cakupan materi
pembelajaran dari materi penjumlahan, perkalian, dan pembagian. sedangkan dari
peneliti Hermawan, Agung yaitu hanya fokus pada materi perkalian saja.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Zulaekhoh, Cindy Tifany, Innayah Tri Destari,
Yuni Kurniasih (2021) dengan judul "Pengembangan Alat Peraga COTIK (Corong
Statistik) untuk Pembelajaran Materi Statistik di Kelas IV Tingkat Sekolah Dasar".
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar matematika materi
statistika dalam bentuk corong. penelitian ini menggunakan metode penelitian
pengembangan dengan model ADDIE seperti berikut: analisis kebutuhan, kompilasi
desain yaitu story board, pengembangan produk, modifikasi produk, implementasi
meliputi pengujian di SD, dan tahap akhir dari proses evaluasi meliputi penerapan
angket uji kelayakan. adapun persamaan dari penelitian Dewi Zulaekhoh, Cindy Tifany,
Innayah Tri Destari, Yuni Kurniasih yaitu desain yang sama-sama menggunakan
sterofoam. Namun, perbedaan penelitian sekarang yaitu untuk bentuknya seperti huruf
T bagian atas diagram batangnya. nama alat peragannya adalah pipa statistik, ada
beberapa bahan yang berbeda seperti penggunaan kancing baju dan juga disertai dengan
kartu petunjuk penggunaan dari alat peraga tersebut. penelitian sekarang termasuk
penelitian pengembangan menggunakan prosedur model dari Borg & gall.

I. Model Penelitian dan Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian
dan pengembangan (R&D) yang mengacu pada model penelitian dan pengembangan yang
dikemukakan oleh Borg and Gall (Sugiono 2015: 409) peneliti menginginkan model Borg
and Gall karena sangat cocok untuk pengembangan media atau alat peraga dalam
pembelajaran. Dari sepuluh tahap penelitian Borg and Gall, peneliti hanya melakukan
tujuh tahap penelitian, tahap delapan sampai sepuluh yaitu langkah uji lapangan luas,
revisi produk final, dan desiminasi tidak dilakukan oleh peneliti dikarenakan keterbatasan,
tenaga, biaya, dan kemampuan peneliti.

J. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan produk sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi, pada tahap ini pengumpulan informasi melalui
wawancara bersama ibu Arisah, S.Pd merupakan guru kelas IV. informasi yang diperoleh
dari analisis keperluan dilapangan dengan memeperhatikan beberapa hal, seperti kegunaan
produk yang akan diluncurkan dari sisi keilmuan, keindahan, jangka waktu dalam
pembuatan produk, dan mempertimbangkan perlengkapan produk. selain itu, studi
referensi akan menjadi dasar untuk memperkuat produk yang akan diluncurkan dan
penelitian yang terdahulu akan menjadi bahan pertimbangan untuk mengetahui kekurangan
serta kelebihan produk terdahulu.

2. Perencanaan, pada tahap ini penelitian merencanakan produk sesuai dengan keperluan
lingkungan yang bisa dikembangkan. tujuan dari penelitian harus sudah ditetapkan, untuk
siapa produk dikembangkan, dan juga bagian apa yang digunakan dalam pengembangan
sudah harus dirumuskan secara matang.

3. Pengembangan Produk Awal, tahap ini merupakan langkah menuju produk pipa statistik
akan dikembangkan. mempersiapkan bahan apa saja yang akan digunakan dalam
mengembangkan produk.

4. Uji Lapangan Awal, dalam tahap ini produk awal yang sudah dikembangkan di ujikan
kepada beberapa ahli yang sudah berpengalaman serta berkompeten di bidang isi, desain,
dan praktisi/guru menggunakan angket, hasil yang didapatkan menjadi patokan dasar
dalam memeperbaiki produk.

5. Revisi Produk, melalui angket dapat diperoleh hasil uji lapangan awal yang sudah di uji
cobakan pada ahli isi, ahli desain, dan praktisi/guru. kemudian diperbaiki agar
menghasilkan produk pengembangan yang akan digunakan pada tahap uji coba
selanjutnya.

6. Uji Coba Lapangan Utama, pada tahap ini produk pengembangan yang telah diperbaiki
akan di uji cobakan kepada siswa kelas IV SDN Pulau Alalak. uji coba dilakukan dengan
cara menyebar angket dan penilaian post-tes kepada siswa. supaya memudahkan siswa
dalam pengisian angket, maka angket khusus siswa dibuat berbeda dengan angket yang
digunakan oleh ahli isi, ahli desain, dan praktisi/guru.

7. Revisi produk, tahap ini informasi yang sudah didapatkan melalui hasil uji coba
lapangan pada tahap sebelumnya, produk akan disempurnakan sehingga dapat memperoleh
peroduk pengembangan akhir. Tahap ini merupakan tahap dimana akhir peneliti dalam
merevisi produk pengembangan yaitu alat peraga pipa statistik.

K. Uji Coba Produk

Produk akan di uji coba langsung kepada peserta didik yang merupakan siswa kelas
IV SD. Uji coba produk untuk mengetahui kelayakan alat peraga pipa statistik agar bisa
digunakan dalam pembelajaran. Uji coba produk akan dilakukan beberapa kali kepada
peserta didik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap alat peraga pipa
statistik tersebut. selain itu, Uji coba produk ini juga untuk melihat kemanfaatan bahan
belajar yang dikembangkan. Hal ini untuk mendapatkan hasil tes akhir dari ada atau tidak
adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan produk pipa statistik.

1. Desain Uji Coba

Pengujian tingkat validitas produk pengembangan akan dilakukan oleh 3 validator


yang meliputi validator ahli isi, validator ahli desain, dan praktisi/guru. Selain itu, untuk
menguji tingkat kelayakan produk pengembangan akan dilakukan oleh siswa kelas IV
SDN Pulau Alalak yang berjumlah 29 orang.
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menguji tingkat validitas dan kelayakan
produk pengembangan yaitu:

1. Validasi yang dilakukan oleh validator ahli isi/materi dengan kriteria dosen lulusan
pendidikan matematika.

2. Validasi yang dilakukan oleh validator ahli desain dengan kriteria mempunya
pengalaman mengenai desain.

3. Validasi yang dilakukan oleh praktisi/guru dengan kriteria guru kelas IV SDN Pulau
Alalak.

4. Angket kelayakan alat peraga pembelajaran yang diberikan pada siswa kelas IV SDN
Pulau Alalak.

2. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba ini dalam pengembangan dan penelitian adalah:


1. Ahli materi/isi
Ahli materi/isi adalah subjek yang berperan penting dalam bidang materi/isi. Dalam hal
penelitian ini, ada beberapa kriteria yaitu: memiliki latar belakang pendidikan minimal
S2/Magister, memiliki pengetahuan, pengalaman dan wawasan yang relevan dengan
muatan Matematika khususnya dipelajaran Matematika materi Statistika kelas IV SDN
Pulau Alalak. Dalam hal ini untuk validasi ahli materi ada 1 orang dosen yaitu bapak H.
Abdul Jabar, M.Pd.
2. Ahli desain/media
Ahli desain/media adalah subjek yang berperan penting dalam bidang desain atau media
dalam sebuah produk yang dikembangkan peneliti. Ada beberapa kriteria yaitu: memiliki
latar belakang pendidikan S2/Magister, memiliki pengetahuan, pengalaman dan wawasan
yang relevan terkait dengan bidang pengembangan media. Dalam hal ini untuk validasi
ahli media ada 1 orang dosen yaitu ibu Lili Agustina, M.Pd.
3. Guru kelas IV SDN Pulau Alalak
Guru kelas IV SDN Pulau Alalak adalah subjek yang berperan sebagai pengguna dalam
produk yang telah dikembangkan peneliti. Ada beberapa kriteria yaitu: memiliki latar
belakang pendidikan minimal S1, memiliki pengetahuan, pengalaman dan wawasan yang
relevan yang terkait dengan bidang pembelajaran dikelas. Dalam hal ini ada 1 guru kelas
IV yaitu Ibu Arisah, S.Pd.
4. Siswa kelas IV SDN Pulau Alalak.
Siswa kelas IV SDN Pulau Alalak adalah subjek yang berperan sebagai penggunaan dalam
produk yang dikembangkan oleh peneliti. Untuk subjek yang berperan dalam penggunaan
produk ada 29 orang siswa dalam satu kelas.

3. Tempat dan Waktu Uji Coba

Tempat : SDN Pulau Alalak


Waktu Uji Coba : Mei 2022

4. Jenis Data

Data yang yang diperoleh dalam penelitian pengembangan ini berupa berupa kualitatif dan
kuanitatif.
a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berupa masukan dan rekomendasi dari ahli materi, ahli
media, guru, dan siswa. Data kualitatif ini dikumpulkan selama proses validasi produk dan
digunakan sebagai panduan untuk meninjau produk yang dikembangkan.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data berupa skor evaluasi produk yang dikembangkan berupa skor
klaim dukungan, skor validasi materi, skor angket siswa. Data kuantitatif ini digunakan
untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan.

5. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah berbagai macam cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Berikut teknik dalam penelitian pengembangan ini
meliputi:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru kelas IV ibu Arisah, S.Pd. untuk memperoleh data
kualitatif, melalui beberapa hal yaitu keadaan siswa saat proses belajar mengajar didalam
kelas, tanggapan guru tentang alat peraga pembelajaran yang dikembangkan dan
diperuntukkan kelas. Penelitian melakukan wawancara secara berstruktur, tujuan
wawancara ialah memperoleh informasi keadaan dan masalah yang dihadapi oleh siswa
dalam belajar terutama pada pembelajaran matematika kelas IV SDN Pulau Alalak.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan cara turun langsung ke lapangan pada
saat melakukan kegitan PLP di sekolah tersebut untuk mengamati berbagai peristiwa yang
terjadi didalam kelas. Peneliti melakukan observasi pada kelas IV yang sekaligus menjadi
objek penelitian. Peneliti juga melihat bagaimana kondisi siswa saat mengikuti proses
belajar mengajar didalam kelas dan mencari permasalahan yang ada didalam kelas IV.

3. Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang ketepatan komponen alat peraga
pembelajaran yang dibuat oleh peneliti, ketepatan rancangan atau desain alat peraga
pembelajaran, serta ketepatan isi alat peraga pembelajaran apakah sesuai dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar kelas IV SDN Pulau Alalak. Adapun Angket yang
dibuat oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui tanggapan dari ahli materi, ahli media,
ahli pembelajaran mengenai kevalidan dan kelayakan alat peraga yang telah dibuat oleh
peneliti, sehingga diperoleh skor dari konten yang ada pada alat peraga tersebut untuk
bahan pengembangan produk selanjutnya.

a) Angket validasi materi

Validasi materi diberikan pada satu dosen atau guru ahli materi. Hasil dari lembar validasi
oleh dosen atau guru ahli materi digunakan untuk mengetahui kevalidan alat peraga yang
dikembangkan atau dirancang dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator yang
ditetapkan. Hal-hal yang divalidasi oleh ahli materi antara lain: kesesuaian indikator
dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), kesesuaian materi dengan tujuan
pembelajaran. Adapun kisi-kisi lembar validasi alat peraga disajikan pada tabel 1 sebagai
berikut.
Tabel 1. Instrumen validasi materi

Nilai Pengamatan
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4
1. Kesesuaian indikator dengan kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD)
2. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
3. Keakuratan materi
4. Kelengkapan materi sesuai dengan perkembangan siswa
5. Kegunaan alat peraga dalam mendorong siswa untuk dapat
memahami masalah
6. Kegunaan alat peraga dalam mendorong siswa untuk dapat
merencanakan pemecahan masalah
7. Kegunaan alat peraga dalam mendorong siswa untuk
melakukan analisis terhadap cara dan hasil pemecahan
masalah
8. Mendorong kemampuan siswa berfikir siswa
9. Mendorong terjadinya interaksi antar siswa
10. Mendorong rasa ingin tahu
Jumlah Skor =

b) Angket validasi media


Adapun hal-hal yang divalidasi oleh ahli media antara lain: kesesuaian dan kebenaran
materi/konsep, adanya kegiatan siswa untuk melakukan pemecahan masalah. kisi-kisi
lembar validasi alat peraga disajikan pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Instrumen validasi media


No Aspek yang Nilai Pengamatan
Indikator
dinilai 1 2 3 4
1. Aspek Fisik/ Desain pada alat peraga
Tampilan Pipa statistik sesuai dengan isi
materi di dalamnya
Kesesuaian ukuran bentuk
Kesederhanaan bentuk
Kesesuain warna yang
variatif
Alat peraga aman digunakan
2. Aspek Bahan Ketepatan pemilihan bahan
Alat peraga yang dipakai
dapat digunakan dalam
jangka waktu yang lama
Kekuatan (tidak mudah
rusak, tidak mudah patah,
berubah bentuk, hancur) jika
digunakan
3. Aspek Kesesuain alat peraga Pipa statistik
Pemanfaatan dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa
Tampilan serta cara
penggunaan sangat mudah
dipahami siswa
Kesesuaian alat peraga dan
isi materi dapat mendorong
pemahaman siswa
Kemudahan dalam
penggunaan alat peraga
Kepraktisan alat peraga
sehingga mudah dibawa
Skor Total

c) Angket respon siswa

Angket respon siswa disajikan pada tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Instrumen angket respon siswa

Tingkat persetujuan
No Pertanyaan
1 2 3 4
1. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
Pipa statistik lebih menyenangkan dibandingkan
hanya dengan metode ceramah saja
2. Saya lebih bisa mengikuti pelajaran dengan baik
tentang apa yang dijelaskan guru bila
menggunakan alat peraga Pipa statistik
dibandingkan dengan ceramah saja
3. Saya merasa cepat bosan apabila mengikuti
pembelajaran yang hanya mencatat dan
mendengarkan saja tanpa ada interaksi secara
langsung
4. Pembelajaran dengan metode konvensional
(ceramah) membuat saya cepat bosan dan
cenderung lebih suka berbicara dengan teman
dibanding memperhatikan materi yang
disampaikan
5. Saya lebih menyukai proses belajar mengajar
yang interaktif (diskusi, penggunaan alat peraga,
dll) karena lebih cepat memahami materi
pelajaran
6. Saya kurang bisa menangkap dengan jelas
materi yang disampaikan hanya dengan
menggunakan metode ceramah saja tanpa ada
contoh-contoh gambar atau alat peraga
7. Saya merasa senang ketika belajar matematika
dengan menggunakan alat peraga
8. Saya merasa kesulitan memahami materi
pelajaran matematika jika menggunakan alat
peraga
9. Bentuk alat peraga Pipa statistik mudah saya
pahami
10. Saya sangat bersemangat mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
Pipa statistik

Skala Penilaian disajikan pada tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4. Skala Penilaian


Kategori Skor
Sangat Kurang 1
Kurang 2
Baik 3
Sangat Baik 4
(Sugiyono 2019: 412)
6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dan kemudian digunakan untuk
merevisi alat peraga yang dikembangkan sehingga alat peraga pipa statistik sesuai dengan
kriteria tertentu yaitu valid dan layak digunakan untuk alat peraga pipa statistik.
1. Analisis Kevalidan
Rochmad (2012: 69) Validitas perangkat pembelajaran dapat mengacu pada dua hal,
yaitu apakah perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan secara teoritis dan terdapat
konsistensi internal pada setiap komponen. Validitas perangkat pembelajaran dikatakan
valid apabila perangkat pembelajaran tersebut dirasa cocok untuk digunakan. penggunaan
dengan revisi atau tanpa modifikasi oleh validator Perangkat pembelajaran dianggap valid
pada skor nilainya lebih besar dari 75, minimal 76.

jumlah skor
NV = × 100 %
skor maksimal

Keterangan: NV = Nilai Uji Validitas Produk


Sedangkan rumus untuk mencari rata-rata dari hasil validasi yang dinilai oleh validator
adalah sebagai berikut:
jumlah data
X= × 100 %
banyak skor
Keterangan: X = Nilai rata-rata

Untuk memperkuat data hasil penilaian kelayakan, dikembangkan tingkat kriteria


kompetensi, kriteria analisis poin rata-rata disajikan pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel. 5 kategori kevalidan Produk


Interval skor Kriteria kevalidan Keterangan
0 <NV≤ 55 Tidak Valid Tidak sesuai
55 <NV≤ 75 Cukup valid kurang sesuai
75 <NV≤ 85 Valid cukup sesuai
85 <NV≤ 100 Sangat Valid Sesuai
Purwanto (dalam Septiyanti, 2017)

2. Analisis Kepraktisan
Rochmad (2012: 70) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran dianggap realistis
jika praktisi atau ahli menyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dapat diterapkan di lapangan. Sesuatu hal dikatan praktis dalam perangkat pembelajaran
apabila skornya adalah lebih besar dari 60, minimal 61.
Data tentang respon siswa dapat diperoleh melalui angket siswa terhadap alat peraga Pipa
statistik yang dianalisis. Adapun resentase respon siswa dihitung dengan menggunakan
rumus:
jumlah skor
p= × 100 %
skor maksimal

Keterangan :P = respon peserta didik


Sedangkan rumus untuk mencari rata-rata dari hasil respon siswa adalah sebagai berikut:

jumlah skor
X=
Banyak data
Keterangan: X = Nilai rata-rata

Adapun Kriterial Angket Repon Peserta Didik disajikan pada tabel 6 dibawah ini sebagai
berikut.

Tabel. 6 Kriterial Angket Repon Peserta Didik


interval skor Kriteria kepraktisan
0 <P≤ 20 Tidak Praktis
20 <P≤ 40 Kurang Praktis
40 <P≤ 60 Cukup Praktis
40 <P≤ 60 Praktis
80 <P≤ 100 Sangat Praktis
Ridwan (dalam septiyant, 2017)

L. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Pulau Alalak.

No kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus

SK Bimbingan/Menghubungi
1.
Dosen Pembimbing 1 dan 2
Penyusunan Proposal dan
2.
Lembar konsultasi
Penyususnan produk dan
3.
Lembar Validasi
4. Penelitian
Penyusunan skripsi dan
5.
konsultasi
7. Seminar Hasil
8. Ujian Skripsi
M. Daftar Puataka

Pranata, Ella. 2016. Implementasi Modal Pembelajaran Group Investigation (IG) Berbantuan
Alat Peraga Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika.
Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia, 16(36): 2477.

Yaumi, Muhammad. 2018. Media dan Teknoligi Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia


Group.

Sumiharsono, M. Rudy dan Hisbiyatul Hasanah. 2018. Media Pembelajaran. Jurnal


Pendidikan dan Pembelajaran, 18(4-5) 2087.

Warani, Endang Widi. 2018. Teori dan Praktik Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, PTK, R&D,
Jakarta: Bumi Aksara.

Setyonsari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta:


Prenadamedia Grup.

Surtati, Tatik dan Edi Erwan. 2017. Kiat Sukses Meraih Hibah Penelitan Pengembanga.
Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Saputro, Budiyo. 2017. Manajemen Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Aswaja


Pressssindo.

Yasid, Magfira. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Dalam


Konsep Sistem Indra Pada Siswa Kelas IX SMA. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 16(2).

Setyonsari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta:


Prenadamedia Grup.

Agustini, Laily. 2021. Pengembangan Media Pembelajaran Corong Berhitung Terhadap Hasil
Belajar Matematika Peserta Didik Kelas II SD/MI. Skripsi tidak diterbitkan. Bandar
Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.

Zulaekhoh, D., Tifany, C., Destari, I. T. & Kurniasih, Y. (2021). Pengembangan Alat Peraga
COTIK (corong statistik) Untuk Pembelajaran Materi Statistik Di Kelas IV Tingkat
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika, 1(1): 11-21.

Sari, Uli Mayang. 2020. Pengembangan Alat Peraga Papan Statistik (PASTA) pada Materi
Median, Modus dan Mean Siswa Kelas VI Di Sekolah Dasar. Skripsi tidak diterbitkan.
Mataram: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Mataram.

Prastiwi, Vincentia Orisa Ratih. 2016. Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika
untuk Siswa Kelas III SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyalarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.

Astuti, Endah Yuli Widi. 2018. Pengaruh Media Pembelajaran Corong Hitung Terhadal Hasil
Belajar Siswa Dalam Materi Perkalian. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Pendidikan
Guru sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang.

Hutagaol, Anita Sri Rejeki, Heronimus Nyama, Warkitin. 2019. Pengembangan Alat Peraga
Papan Berpaku Matematika Kelas III SDN 29 Sungai Puang. Jurnal Pendidikan
Matematika. 1(2): 79-89.

Hermawan, Agung. 2020. Pengembangan Media Corong Berhitung Materi Perkalian Pada
Kelas II SD Negeri Gedongkiwo. Thesis S1 tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Ofsa, Oval Sunikatria. 2021. Pengembangan Alat Peraga Papan Berangka dan Kertas Lagu
(PARANG KU) Pada Materi Bilangan Bulat Untuk Siswa Kelas VI Sekolah Dasar.
Skripsi tidak diterbitkan. Mataram: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendudikan
Universitas Muhammadiyah Mataram.

Unaenah, Een, dkk. 2020. Pembelajaran Matematika Operasi Hituung Bilangan Bulat Dengan
Alat Peraga. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 20(118).

Murdiyanto, Tri, Mahatma, Yudi. 2014. Pengembangan Alat Peraga Matematika Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 11(38)

Anda mungkin juga menyukai