Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

TAHUN 2016

JUDUL PTK:
ALAT PERAGA MENARA HANOI SEBAGAI UPAYA PEMECAHAN MASALAH
DALAM MATERI POKOK POLA BILANGAN MATEMATIKA KELAS IX MTS
DARUSSAADAH

Oleh:
(Wita Muliana S.Pd.I)

MTs Darussaadah
Jalan Pangkalan Berandan Dusun IV Desa Sei-Siur Kecamatan Pangkalan Susu
Kabupaten Langkat
Tahun2016

HALAMAN PENGESAHAN
1

USULAN POGRAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS


1. Judul PTK

Alat Peraga Menara Hanoi Sebagai Upaya


Pemecahan Masalah Dalam Materi Pokok
Pola Bilangan Matematika Kelas Ix Mts
Darussaadah

2.

Profil
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat dan Golongan/ruang
d. Nomor KTP
e. Nama Sekolah
f. Alamat Sekolah

Wita Muliana S.Pd.I


Perempuan
1174015506900001
MTs Darussaadah

g. Nomor Hp
h. e-mail address

Jl. Pkl. Berandan Desa Sei-Siur Kec


Pangkalan susu Kab. Langkat
085261399450
Wita.Muliana@Yahoo.Co.Id

3. Pendanaan
a. Sumber dari Puslitjakdikbud
b. Sumber lain .........................

Rp.12.000.000
Rp. -

Pangkalan Susu, 14 Desember 2015


Mengetahui,
Kepala Sekolah

Guru

H.Akhmad Shabri Lc

Wita Muliana S.Pd.I


BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah


Berbicara mengenai pendidikan matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang
sangat mendukung kemajuan suatu bangsa, maka harus diperjuangkan melalui suatu
kegiatan pendidikan. Matematika disebut ilmu, karena dalam matematika kita sering
mencari keseragaman dan menemukan adanya hubungan antara ide yang satu dengan ide
yang lainnya. Dalam pembelajaran matematika diharapkan siswa memiliki kepribadian
yang kreatif, kritis, berpikir ilmiah, jujur, disiplin, tekun, dan bertanggung jawab terhadap
kemajuan pendidikan suatu bangsa. Karena jika siswa telah memiliki kepribadian tersebut
maka siswa akan mudah dalam mengembangkan nalar, berfikir logis, sistematik, kritis dan
cermat serta bersikap obyektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Dalam proses pembelajaran meningkatkan kemampuan siswa harus menjadi hal
yang sangat diperhatikan oleh guru, salah satu kemampuan siswa yang harus
dikembangkan adalah kemampuan memecahkan masalah. Karena masih banyak siswa
yang kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan fokus dari pembelajaran matematika dan
berperan penting dalam pembelajaran matematika. Karena kemampuan pemecahan
masalah dapat digunakan sebagai sarana siswa mengembangkan ide-ide matematik, lebih
berfikir analitis dalam mengambil keputusan dan siswa juga akan lebih termotivasi untuk
bekerja keras dalam menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan. Kemampuan
pemecahan masalah juga merupakan salah satu bagian dari aspek penilaian dan kemahiran
matematika, yang diharapkan setelah pembelajaran siswa dituntut dapat menunjukkan
kemampuan

strateginya

untuk

membuat

atau

merumuskan,

menafsirkan,

serta

menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah1. Kemampuan pemecahan


masalah juga diperlukan siswa untuk menyelesaikan masalah matematika, masalah dalam
disiplin ilmu lain, dan masalah yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan
meningkatkan kemampuan para guru, khususnya dalam menyampaikan materi matematika
dengan cara mengajar yang baik. Cara mengajar yang dimaksudkan disini adalah metode
maupun stategi mengajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan kesiapan mental siswa,
sehingga dapat meningkatkan minat belajar anak didik. Salah satu strategi pembelajaran
1 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta, 2006,
h.21

yang dapat digunakan oleh guru adalah menggunakan model benda nyata yang berfungsi
untuk mengurangi keabstrakan materi matematika, salah satunya adalah menggunakan
media alat peraga matematika. Melalui teknik pengembangan penggunaan perangkat media
pembelajaran tersebut diharapkan materi pelajaran matematika yang diterima peserta didik
menjadi semakin menarik, lebih kongkrit, sehingga dapat mengatasi keterbatasan ruang
dan waktu, lingkup pengamatan dan pemahaman peserta didik menjadi semakin terfokus.
Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran berupa alat
peraga terhadap upaya pemecahan masalah yang berimplikasi pada hasil belajar peserta
didik, serta untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam mengembangkan ide-ide
pengajaran dengan menggunakan alat peraga.
Alat peraga sebagai saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk
membawa atau menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Alat
peraga dapat menjadi jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Alat peraga sangat
diperlukan dalam pembelajaran, karena alat peraga merupakan sebuah media konkrit yang
sangat membantu dan mempermudah siswa meskipun tingkat intelegensi dan bakat siswa
tinggi. Oleh sebab itu, akan membuat siswa lebih cepat sampai pada ide yang sedang
dijelaskan, dibandingkan dengan tanpa menggunakan media alat peraga. Namun demikian,
dalam membuat alat peraga hendaklah disesuaikan dengan materi yang diajarkan agar
siswa lebih mudah memahami materi tersebut, serta disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Alat peraga menggunakan menara Hanoi adalah salah satu manipulasi yang
memudahkan siswa dalam menentukan suatu pola bilangan2. Dengan belajar pola bilangan,
banyak pola-pola lain yang dapat kita temukan dan dapat kita formulasikan ke dalam
matematika. Dengan mempelajari pola bilangan, siswa nantinya akan lebih mudah
menjumlahkan sebanyak bilangan dengan cara cepat dan tepat, sekaligus dapat menerima
materi pembelajaran selanjutnya dengan baik. Mengerti tentang pola bilangan adalah dasar
untuk mempelajari matematika yang akan membantu siswa memahami matematika dengan
lebih mudah. Karena dengan memahami pola bilangan, siswa akan bisa melihat dan
mengerti cara berfikir dan bekerja sama. Ketika mempelajari matematika, siswa tidak
dapat melepaskan diri dari pola bilangan karena hampir semua unsur dalam matematika

2 http://p4tkmatematika.org/2011/03/alat-peraga-menara-hanoi-untukpembelajaran-pola-bilangan, diakses tgl 23 Maret 2012

berhubungan dengan pola bilangan. Salah satu materi matematika yang berhubungan
dengan pola bilangan yaitu seperti pada materi peluang kejadian, dan induksi matematika.
Dengan alat peraga ini siswa di bimbing untuk dapat menemukan sendiri rumus
pola bilangan. Sehingga siswa tidak langsung menerima rumus yang diberikan oleh guru,
melainkan dengan penggunaan alat peraga ini siswa berusaha menemukan rumus pola
bilangan tersebut. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru bidang studi
Matematika dan beberapa siswa kelas IX di MTs Darussaadah , ternyata masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami konsep pola bilangan. Oleh karena itu,
penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang bagaimana cara menyajikan bahan yang tepat
dan menarik, khususnya pada materi pola bilangan yang bertujuan agar siswa dapat
memahami dan terampil menggunakan pola bilangan, sekaligus sebagai upaya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang berimplikasi pada hasil belajar
siswa dalam materi pola bilangan.
Berdasarkan latar belakang di atas timbul keingintahuan tentang penerapan
berbagai alat peraga dalam pembelajaran khususnya alat peraga menara Hanoi yang
digunakan dalam pembelajaran Matematika. Sehingga menjadi sebuah judul yaitu : Alat
Peraga Menara Hanoi Sebagai Upaya Pemecahan Masalah Dalam Materi Pokok Pola
Bilangan Kelas IX MTs Darussaadah .

B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1

Apakah alat peraga menara Hanoi dapat digunakan sebagai upaya pemecahan
masalah dalam materi pokok pola bilangan bagi siswa kelas IX MTs

Darussaadah ?
Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa dalam pengelolaan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga menara Hanoi pada materi pokok pola bilangan kelas IX
MTs Darussaadah ?

C Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini :
1 Untuk mengetahui apakah alat peraga menara Hanoi dapat digunakan sebagai upaya
pemecahan masalah pada meteri pokok pola bilangan bagi siswa kelas IX MTs
Darussaadah .

Untuk mengetahui bagaimanakah Aktivitas guru dan siswa dalam pengelolaan


pembelajaran dengan menggunakan alat peraga menara Hanoi pada materi pokok
pola bilangan kelas IX MTs Darussaadah ?

D Manfaat Penelitian
1. Guru
a) Dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan dapat
mengetahui stategi pembelajaran yang tepat demi peningkatan pembelajaran
dikelas. Sehingga masalah yang dihadapi peneliti yang berhubungan dengan
materi pembelajaran siswa dapat terselesaikan.
b) Mengembangkan pembelajaran matematika yang kreatif dan inovatif dengan
menggunakan alat peraga menara Hanoi.
c) Peneliti dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut dan lebih bermanfaat
sehingga mengenal keragaman pembelajaran yang lebih bervariasi untuk
mengatasi kebosanan siswa terhadap cara pembelajaran yang monoton.
2. Siswa
a) Siswa berusaha menemukan sendiri rumus pola bilangan dengan menggunakan
alat peraga menara Hanoi sekaligus dapat

menyelesaikan soal-soal yang

berkaitan dengan materi pola bilangan.


b) Dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menggunakan media alat peraga
matematika.
c) Diharapkan siswa juga dapat mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah, komunikasi, kerjasama, serta berfikir kritis.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan sumbangan pemikiran untuk
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi pembelajaran dan
dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran terutama pembelajaran
pola bilangan matematika, pada siswa kelas IX MTs Darussaadah .
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian dan Konsep Dasar Media Alat Peraga Matematika
Media sebagai suatu alat yang dapat digunakan sebagai penyampaian pesan dalam
pembelajaran. Pesan yang dimaksud yaitu materi pelajaran, dimana keberadaan media ini

berfungsi untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran kepada siswa, sehingga


tujuan pembelajaran dapat tercapai.3
Selain itu guru juga harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pembelajaran4, yang meliputi :
a. Sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar
b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
c. Seluk beluk proses belajar mengajar
d. Hubungan antara metode mengajar dan media pembelajaran
e. Nilai atau manfaat media pembelajaran dalam pengajaran
f. Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran
g. Berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran
h. Media pendidikan dalam setiap mata pembelajaran
i. Usaha inovasi dalam pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan
pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya. Ada beberapa manfaat
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar antara lain :
1)
2)
3)
4)

Pembelajaran menjadi lebih menarik


Bahan pembelajaran akan lebih bermakna
Metode mengajar akan lebih bervariasi
Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar

B. Pengertian Alat Peraga


Alat peraga merupakan suatu media pengajaran yang membawakan ciri-ciri dari
konsep yang dipelajari. Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkrit yang
dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu
menanamkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika5. Dengan alat peraga

3 Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta, Ciputat Pers: 2002, h. 11


4 Oemar Hamalik . Media Pendidikan (Cetakan ke-7), Bndung: Penerbit PT.
Citra aditya bakti, 1994, h. 25
5 Djoko Iswadji, Pengembangan Media/Alat Peraga Pembelajaran Matematika
di SLTP. 2003, h.1 dalam http://p4tkmatematika.org., diakses 15 desember
2011.

hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkrit
sehingga materi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami oleh siswa6.
1. Fungsi dan Manfaat Alat peraga
Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran merupakan salah satu cara
menarik perhatian, minat dan motivasi belajar siswa. Ada empat fungsi alat peraga dalam
pembelajaran7, yaitu :
a.Fungsi Atensi
b. Fungsi Afektif
c.Fungsi kognitif
d. Fungsi kompensatoris
Manfaat menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, antara lain:
1) Mempermudah abstraksi
2) Memperbaiki atau meningkatkan penguasaan konsep secara fakta
3) Memberikan motivasi pada siswa melalui seni matematika
4) Memberikan variasi dalam pembelajaran
5) Meningkatkan efisiensi waktu
6) Menunjang kegiatan matematika di luar kelas
7) Konsep-konsep abstak yang tersajikan dalam bentuk konkret
8) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.8
C. Pemecahan Masalah
1. Konsep Pemecahan masalah
Pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas intelektual yang sangat tinggi.
Sebab dalam pemecahan masalah siswa harus dapat menyelesaikan dan menggunakan
aturan-aturan yang telah dipelajari untuk membuat rumusan masalah. Aktivitas mental
6 Ibid, hal. 3
7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 23
8 https://sites.google.com/site/petunjuk-penggunaan-alat-peraga. diakses tgl
15 desember 2011.

yang dapat dijangkau dalam pemecahan masalah antara lain adalah mengingat,
mengenal, menjelaskan, membedakan, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi9.
Pemecahan masalah juga diartikan sebagai suatu kegiatan manusia yang
mengaplikasikan konsep-konsep dan aturan-aturan yang diperoleh sebelumnya. Lebih
lanjut diungkapkan bahwa bila seorang siswa memecahkan masalah, secara tidak
langsung terlibat dalam perilaku berpikir10.
Dalam masalah matematika terbagi atas dua macam, yaitu masalah rutin dan
masalah tidak rutin. Masalah rutin adalah suatu masalah yang semata-mata hanya
merupakan latihan yang dapat dipecahkan dengan menggunakan beberapa perintah atau
algoritma, misalnya operasi perhitungan bilangan bulat. Langkah-langkah penyelesaian
yang harus dilakukan sudah jelas dan secara umum siswa tahu bagaimana
menghitungnya. Sedangkan masalah tidak rutin lebih bersifat menantang dan diperlukan
kemampuan kreativitas dari pemecah masalah. Masalah yang tidak rutin muncul ketika
pemecah masalah mempunyai suatu masalah tetapi tidak segera mengetahui bagaimana
memecahkannya. Biasanya berbentuk soal cerita yang memerlukan daya berfikir siswa
untuk menemukan pola penyelesaiannya. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
berbentuk cerita ini yaitu karena terlebih dahulu mereka harus memahami masalahnya,
kemudian menentukan cara penyelesaiannya. Aspek-aspek yang dinilai dalam
pembelajaran salah satunya adalah pemecahan masalah. Pembelajaran melalui
pemecahan

masalah

memungkinkan

siswa

membangun

atau

mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri didasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga proses


belajar yang dilakukan akan berjalan aktif dan dinamis.
Pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai proses dimana siswa
menemukan kombinasi aturan atau prinsip matematika yang telah dipelajari sebelumnya
yang digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam sebuah permasalahan siswa harus
bisa mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan unsur apa yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga mudah untuk diselesaikan.

9Polya, G. competency based Education, New jersey, Englewood Cliffs, 2007,


h. 28, dalam http://veynisaicha.blogspot.com/2011/07/pengertian-pemecahanmasalah, diakses 7 maret 2012.
10Dahar. Teori-teori belajar. Jakara : Erlangga, 1989, h. 40

10

Ada beberapa hal yang menjadi alasan pentingnya mengajarkan pemecahan


masalah kepada siswa, yaitu antara lain :
a. Siswa akan menjadi lebih terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian
menganalisanya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Keputusan intelektual akan timbul dari dalam merupakan hadiah intristik bagi peserta
didik.
c. Potensi intelektual peserta didik meningkat, dan
d. Peserta didik belajar melakukan penemuan dengan melalui proses memecahkan
masalah.
2. Proses Pemecahan Masalah
Untuk dapat memecahkan masalah diperlukan tahap-tahap pemecahan masalah
dan strategi pemecahan masalah. Untuk itu proses pemecahan masalah dibagi empat
tahap yaitu11 :
a. Memahami masalah
Memahami masalah yaitu memahami dan mengidentifikasi fakta atau informasi
yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan.
b. Menyusun rencana
Pada tahap ini kita harus dapat menentukan apakah kita pernah menghadapi
masalah tersebut ataupun masalah lain yang serupa.
c. Menyelesaikan masalah
Pada tahap ini, melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan
strategi untuk mendapatkan solusi dari masalah.
d. Menafsirkan solusi
Memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban,
dan apakah memberikan pemecahan terhadap masalah.
3. Strategi Pemecahan Masalah
Ada beberapa strategi pemecahan masalah yang sudah sering digunakan dan
dikemukakan oleh para ahli pendidikan matematika, yaitu 12 :
a. Mencoba-coba
b. Membuat Diagram
c. Mencobakan atau menyelesaikan pada soal yang lebih sederhana
d. Membuat Tabel
e. Menemukan pola
f. Memecah tujuan
g. Memperhitungkan setiap kemungkinan
11 Depdiknas, 2004, h. 11, http://abdurrazzaaq.com/tag/pengertianpemecahan-masalah. diakses 7 maret 2012
12 Pasmep, 1989, solve it, problem solvingin mathematics III, perth : curtin
university of Technology, h. 203

11

h. Berfikir Logis
i. Bergerak dari Belakang
j. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
4. Indikator Pemecahan Masalah
Siswa yang terbiasa memecahkan masalah akan meningkatkan potensi
intelektualnya, dan rasa percaya dirinya. Sehingga siswa tidak akan takut dan ragu ketika
dihadapkan pada masalah lainnya. Ada beberapa indikator dalam pemecahan masalah
matematika antara lain :
a. Mengidentifikasi unsurunsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur
yang diperlukan.
b. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika.
c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah
baru) dalam atau luar matematika.
d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil permasalahan menggunakan matematika
secara bermakna13.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Pola Barisan Bilangan
Pola adalah sebuah susunan yang mempunyai bentuk yang teratur dari bentuk
yang satu ke bentuk berikutnya. Sedangkan bilangan adalah sesuatu yang digunakan
untuk menunjukkan kuantitas (banyak, sedikit) dan ukuran (berat, ringan, panjang,
pendek, luas) suatu objek. Bilangan ditunjukkan dengan suatu tanda atau lambang yang
disebut angka. Dalam beberapa kasus sering kita temui sebuah bilangan yang tersusun
dari bilangan lain yang mempunyai pola tertentu, maka yang demikian itu disebut pola
bilangan14.
Ada beberapa hal yang menjelaskan pentingnya belajar pola bilangan, antara lain
yaitu :
a) Menumbuhkan kemampuan matematika, diantaranya konsep, ketrampilan prosedur
dan strategi.
13 U. Sumarmo, Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematika Dengan
Kemampuan Penalaran Logik a Siswa Dan Beberapa Unsur Proses Belajar
Mengajar, Bandung : 1987, h.32
14 Mochmmad Nurdin, dkk. Matematika untuk SLTP kelas 3. Jakarta : Remaja
Rosdakarya. 1999, h . 120.

12

b) Meningkatkan rasa ingin tahu siswa untuk menemukan hal-hal yang baru dari konsep
yang diberikan.
c) Membantu siswa membedakan lambang pada pelajaran matematika.
E. Alat Peraga Menara Hanoi dan Kegunaannya
Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran merupakan salah satu cara menarik
perhatian dan minat belajar siswa. Sebab, menggunakan alat peraga menara Hanoi ini
memiliki beberapa manfaat15, antara lain :
1. Melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving)
2. Menemukan barisan bilangan dengan cara bermain
3. Menemukan rumus pola bilangan
Menara Hanoi merupakan salah satu alat peraga yang dapat digunakan dalam
pembelajaran matematika dan merupakan salah satu diantara berbagai teka-teki dalam
matematika. Teka-teki menara Hanoi ini ditemukan Edouard Lucas, ahli matematika
Perancis di tahun 1883. Teka-teki ini berdasarkan pada sebuah cerita legenda tentang candi
Indian atau menara Benares di India yang memiliki tiga tiang dan salah satu tiangnya
terdapat 64 tumpukan cakram emas. Para pendeta mendapat tugas untuk memindahkan
cakram emas itu ke tiang yang lain sesuai dengan suatu aturan. Belum diketahui dengan
jelas apakah ini benar-benar legenda, atau inspirasi dari Lucas sendiri16.
Konon, Dewa Brahma menciptakan tiga tiang pada candi tersebut. Pada salah satu
tiang terdapat tumpukan cakram emas sebanyak 64 keping, dengan urutan keping yang
terbesar terletak di bawah, makin ke atas makin kecil. Kemudian Dewa Brahma
memerintahkan para pendeta untuk memindahkan keping-keping emas itu dengan aturan
yaitu setiap perpindahan hanya boleh memindah 1 cakram dan cakram yang besar tidak
boleh diletakkan di atas cakram yang lebih kecil. Dalam legenda itu dikatakan bahwa
dunia akan berakhir jika para pendeta tersebut selesai memindahkan ke 64 cakram. Dan
untuk mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan para pendeta menyelesaikan 64 cakram
itu, siswa dapat menyelidiki dengan menggunakan alat peraga menara hanoi, tetapi
sebelumnya guru harus menjelaskan terlebih dahulu aturan permainannya.
15 https://sites.google.com/petunjuk-penggunaan-alat-peraga, diakses tgl 15
oktober 2011
16 http://id.wikipedia.org/wiki/Menara Hanoi, diakses tanggal 12 november
2011

13

Dalam menggunakan menara Hanoi ini guru harus menjelaskan terlebih dahulu
langkah-langkah permainannya, agar permainan ini dapat berjalan efektif dan efisien serta
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik sekaligus isi materi yang ingin
disampaikan dapat dipahami oleh siswa.
1. Cara Membuat Alat Peraga Menara Hanoi
a) Lempengan berbentuk lingkaran dapat terbuat dari triplek, kayu, karton / gabus
dengan diberi lubang pada pusatnya.
b) Ukuran lempeng lempeng tersebut bervariasi dari ukuran yang terkecil hingga
yang terbesar
c) Sebuah lebaran triplek papan yang memuat tiga tiang sebagai tempat
memasukkan lempengan lempengan.
d) Buatlah tanda bahwa tiang ke-1 sebagai tiang awal, tiang ke-2 sebagai tiang
singgahan, dan tiang ke-3 sebagai tiang tujuan.

Gambar 2.4 : Salah satu contoh alat peraga Menara Hanoi

2. Aturan permainan
Cara permainan alat peraga menara Hanoi adalah memindahkan susunan cakram
dari tiang 1 (asal), ke tiang 2 (singgahan), atau ketiang 3 (tujuan).
Aturan permainan alat peraga menara Hanoi antara lain, yaitu :
a. Setiap kali memindah hanya diperbolehkan mengangkat satu cakram.
b. Cakram yang lebih besar tidak boleh diletakkan di atas yang lebih kecil.

14

c. Lempengan cakram boleh dikembalikan lagi ke tiang 1 (asal).


d. Hitunglah banyak langkah minimal yang diperlukan.
3. Petunjuk menggunakan alat peraga menara Hanoi
a. Percobaan dapat dimulai dari 1 buah cakram, 2 buah cakram, 3 buah cakram, dan
seterusnya sampai dengan 7 cakram.
b. Setiap pemindahan satu cakram dari satu tiang ke tiang yang lain diperhitungkan
sebagai satu langkah perpindahan.
c. Total pemindahan adalah banyaknya pemindahan minimal.
2. Pembahasan Penggunaan Alat Peraga Menara Hanoi
Rumus banyak langkah pemindahan minimal yang dapat ditemukan dari kegiatan
menggunakan alat peraga menara Hanoi itu, diantaranya adalah :
a. Untuk pola bilangan ganjil
Tabel 2.1 Hasil pola bilangan ganjil
Banyak

Deret n

Banyak Langkah

Jumlah

Dugaan

Cakram
1

bilangan ganjil
1
1+3
1+3+5
1+3+5+7
1 + 3 + 5 + 7 + + (2n 1)

Perpindahan
1
3
7
15
.

Deret
1
4
9
16
.

pola
1x1
2x2
3x3
4x4
nxn

2
3
4
N

b. Untuk pola bilangan genap


Tabel 2.2 Hasil pola bilangan genap
Banyak
Cakram
1
2
3
4
N

Banyak
Deret n bilangan genap

Langkah

2
2+4
2+4+6
2+4+6+8
2 + 4 + 6 + 8 + + 2n

Perpindahan
1
3
7
15
.

c. Untuk pola bilangan Segitiga Pascal


Tabel 2.3 Hasil pola bilangan ganjil

Jumlah

Dugaan

Deret

pola

2
6
12
20
.

2x1
3x2
4x3
5x4
n( n + 1)

15

Banyak

Banyak Langkah Perpindahan


Dugaan pola
Cakram
1
1 = 2-1
21-1
2
3 = 4-1
22-1
3
7 = 8-1
23-1
4
15 = 16-1
24-1

.
.
N
.
2n-1
Dari kegiatan tersebut terbuktilah, bahwa menara Hanoi dapat digunakan dalam
pembelajaran pola bilangan. Dan dengan menggunakan alat peraga menara Hanoi kita
dapat menemukan rumus pola bilangan dalam matematika. Sekaligus, kita dapat
menemukan jawaban dari legenda menara Hanoi.
Alat peraga menara hanoi dalam pembelajaran matematika di MTs dapat
dimanfaatkan sebagai upaya pemecahan masalah pada materi pokok pola bilangan.
Selain itu alat peraga ini untuk menstimulasi siswa menganalisis masalah dan mengatur
strategi untuk menyelesaikan masalah, khususnya masalah tidak rutin (cerita). Cerita
legenda menara Hanoi dapat dijadikan sebagai motivasi untuk siswa. Siswa diminta
untuk merumuskan banyak langkah perpindahan minimal untuk n cakram lalu
menghitung perkiraan waktu yang diperlukan pendeta untuk memindahkan ke-64 cakram
emas tersebut pada tiang tujuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
menetapkan pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alasan peneliti
memilih jenis penelitian PTK yaitu sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan mutu pembelajaran siswa, meningkatkan kualitas dalam penggunaaan
media, dan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas prosedur dan evaluasi yang di
pergunakan untuk mengukur proses hasil belajar. Peneliti merupakan instrumen utama
dalam penelitian. Peneliti bertindak sebagai perancang, pelaksana, pengumpul data dan
penganalisa data, penarik kesimpulan dan pembuat laporan penelitian. Peneliti dibantu oleh
dua orang rekan sejawat sebagai observer. Peneliti dan dua rekan sejawat terlibat langsung
dalam proses penelitian sejak perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

16

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darussaadah Kecamatan Pangklan Susun
Kabupaten Langkat kelas IX-2. Peneliti mengambil lokasi atau tempat ini dengan
pertimbangan,

yaitu

masih

banyak

siswa

yang

mengalami

kesulitan

dalam

menyelesaikan soal berbentuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi pola
bilangan.
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan dari tahun 2016 di semester II.
Dikarenakan pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan alat peraga menara hanoi
pada materi pola bilangan dan deret aritmetika.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua jenis :
1.

Data kuantitatif, diperoleh dari dokumentasi hasil belajar siswa yang dan nilai tes

2.

setiap akhir siklus.


Data kualitatif, diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil
wawancara dengan guru dan siswa.
Sedangkan siswa yang dipilih dalam subyek wawancara yaitu 3 siswa dengan

ketentuan 1 siswa yang berkemampuan tinggi, 1 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa
berkemampuan rendah. Pemilihan subyek wawancara berdasarkan rekomendasi dari guru
matematika yang lebih banyak mengetahui keadaan siswa dan kemampuan matematika
siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Darussaadah
Kabupaten Langkat.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data di lapangan, maka peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dalam penelitian sebagai berikut :
a.Observasi
b. Wawancara
c.Tes
d. Alat-alat wawancara
Adapun instrumen tes yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu berupa soal
sebanyak 8 soal bentuk uraian, dengan sistem penskoran. Soal yang diberikan adalah soal
cerita yang berbentuk pemecahan masalah. Soal ini diberikan untuk melihat kemampuan
siswa dalam menyelesaikan dan melakukan pemecahan masalah. Sebelum soal tes

17

digunakan sebagai instrumen pengumpulan data maka dilakukan uji coba terlebih dahulu,
untuk mengetahui soal tersebut valid atau tidak.
E. Teknik Analisis Data
Hasil pembelajaran meliputi hasil penelitian dari tes yang diperoleh pada penelitian
tindakan kelas pada tiap siklus yang telah dilakukan. Data berupa hasil tes diklasifikasikan
sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif, yakni dengan
membandingkan nilai tes antar siklus. Yang dianalisis adalah hasil nilai tes siswa setelah
menggunakan alat peraga menara Hanoi. Jika hasil belajar siswa meningkat setelah
dilakukannya pembelajaran menggunakan alat peraga menara Hanoi, maka alat peraga
menara Hanoi dijadikan sebagai salah satu alternatif upaya pemecahan masalah dalam
pembelajaran materi pola bilangan.
F. Langkah-Langkah Penelitian
Sesuai dengan gagasan peneliti maka rencana peneliti berupa prosedur kerja dalam
penelitian tindakan kelas yang akan ditempuh dalam 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai yang terdiri atas :
1. Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Membuat lembar pengamatan untuk melihat proses belajar mengajar
c. Merancang pembelajaran menggunakan alat peraga menara Hanoi
d. Menyiapkan instumen-instrumen lainnya, seperti dokumentasi, pedoman
wawancara dan lembar observasi. Antara lain :
2. Pelaksanaan tindakan
a. Melaksanakan Penelitian
1) Melakukan uji validitas instrument dengan melakukan uji coba
2) Menghitung reliabilitas instrument
b. Memberikan pretes
Pretes dilaksanakan sebelum pembelajaran dilakukan. Pretes yang diujikan
pada kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah materi tes yang telah disusun
sesuai dengan penyusunan persiapan materi pola bilangan.
c. Melaksanakan pembelajaran
Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan alat peraga menara Hanoi
pada materi pola bilangan. Pembelajaran pada pertemuan awal dilakukan dengan
menggunakan metode kelompok, untuk melihat tingkat kerjasama antar siswa
sekaligus untuk melatih keberanian siswa menyampaikan pendapatnya pada saat

18

berdiskusi. Namun pembelajaran selanjutnya tidak dilakukan belajar kelompok,


sebab peneliti ingin melihat hasil belajar siswa lebih secara individu.
d. Melaksanakan Postest
Setelah selesai mengadakan pembelajaran, maka diadakan postest. Hasil test
postes ini, merupakan data yang akan diolah untuk mengetahui hasil belajar yang
telah ditempuh siswa.
e. Menganalisis data yang terkumpul
Data penelitian yang telah terkumpul kemudian dianalisis, untuk mengetahui
apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
3. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi
oleh peneliti. Kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan
yang dilakukan. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan
bilamana perlu secara kualitas maupun kuantitas berdasarkan hasil evaluasi. Hasil-hasil
pengamatan dengan lembar observasi dan hasil-hasil jawaban siswa terhadap soal-soal
tentang menentukan rumus pola dari jenis-jenis pola bilangan tersebut menjadi sumber
utama dalam penulisan proposal penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai