Nim : 2281130788
Kelas : A16
Ujian : UTS Pancasila
https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/389/hari-lahir-pancasila-begini-kronologi-dan-sejarahnya-secara-
lengkap.html, diakses pada 20 November 2022
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia artinya adalah bahwa ideologi dan nilai-
nilai yang ada pada Pancasila dijadikan sebagai panduan, pedoman serta landasan
dalam mengatur dan menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Sebagai dasar negara maka pemerintah wajib berlandaskan pada pancasila saat
mengatur penyelenggaran negara. Adapun warga negara wajib menjadikan
pancasila sebagai landasan moral dalam berperilaku sehari-hari.
Pembahasan
PANCASILA sendiri pada hakekatnya adalah dasar negara sekaligus ideologi bangsa
Indonesia. Dengan demikian maka seluruh kegiatan yang ada di negeri ini wajib dijiwai oleh
Pancasila. Pada masing-masing sila pancasila terkandung nilai-nilai luhur yang digali
langsung oleh pendiri bangsa dari dalam diri Indonesia sendiri.
Nilai-nilai yang ada dalam pancasila secara umum ada lima yakni nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan serta nilai keadilan.
UUD 1945 yang sekarang dipakai dalam penyelenggaraan negara Indonesia telah
mengalami empat kali amendemen (perubahan). Ketetapan MPR Ketetapan MPR
merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR. Itu terdapat dua
macam putusan, yakni ketetapan dan keputusan. Ketetapan adalah putusan MPR yang
mengikat ke dalam dan ke luar majelis. Sementara keputusan adalah putusan MPR yang
mengikat ke dalam majelis saja. Peraturan tersebut dibentuk untuk melaksanakan UUD
1945. Undang-Undang (UU) UU adalah bentuk peraturan perundangan yang diadakan untuk
melaksanakan UUD dan ketetapan MPR. Lembaga yang berwenang membentuk UU adalah
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah (Presiden). Peraturan pemerintah
pengganti undang-undang (Perppu) Perppu merupakan peraturan yang dibuat oleh
pemerintah dalam keadaan bahasa. Itu tanpa melalui persetujuan DPR, tapi DPR tetap
mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/07/080000469/tata-urutan-peraturan-
perundangan-di-indonesia?page=all.
Penulis : Ari Welianto
Contoh penjabaran Pancasila ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI
tahun 1945:
Pasal 1 ayat (3): Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaksud
adalah negara yang menegakkansupremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.
Pasal 3 Ayat (1) : Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
UndangUndang Dasar; Ayat (2): Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden
dan/atau Wakil Presiden; Ayat (3) : Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UndangUndang Dasar.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal,
dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara.
Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma
ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Jika mencermati Pembukaan UUD
1945, Pada alenia I,II,III,IV mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus
menjiwai keseluruhan sistem berpikir. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material.
Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dengan batang tubuh
Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 bersifat kausal dan organis.
Seperti Hubungan Kausal ini mengandung pengertian di dalam pembukaan UUD 1945,
sedangkan di dalam Hubungan Organis terdapat pengertian di dalam Pembukaan UUD1945
dan di dalam Batang Tubuh UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Sesuai dengan Penjelasan UUD NRI tahun 1945, Pembukaan UUD mengandung empat
pokok pikiran, yaitu :
1.Pokok pikiran pertama berintikan ‘Persatuan’
2.Pokok pikiran kedua berintikan ‘Keadilan sosial’
3.Pokok pikiran ketiga berintikan ‘Kedaulatan rakyat’
4.Pokok pikiran keempat berintikan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’
Penjelasan tentang sistem pemerintahan Indonesia telah diatur dalam pasal-pasal UUD
1945 yang merupakan konstitusi negara. Dalam Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, disebutkan
bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan dengan bentuk republik. Sementara itu,
dalam Pasal 4 Ayat 1 UUD 1945, dijelaskan bahwa Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial karena kekuasaan tertinggi berada di tangan presiden.
Berikut ini bunyi Pasal 4 Ayat 1 UUD 1945: Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang Dasar. Apa itu sistem presidensial?
Presidensial adalah adalah sistem pemerintahan yang menempatkan presiden sebagai
kepala pemerintahan. Di dalam pemerintahan, presiden berkedudukan sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen
atau legislatif. Adapun, para menteri bertanggung jawab kepada presiden.
Berikut ini bunyi Pasal 4 Ayat 1 UUD 1945: Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang Dasar. Apa itu sistem presidensial?
Presidensial adalah adalah sistem pemerintahan yang menempatkan presiden sebagai
kepala pemerintahan. Di dalam pemerintahan, presiden berkedudukan sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen
atau legislatif. Adapun, para menteri bertanggung jawab kepada presiden.
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari 2 kata, idea dan
logos. Idea berarti ide, gagasan, buah pikir, atau konsep. Sedangkan logos
berarti hasil pemikiran. Jadi berdasarkan bahasa, ideologi adalah ilmu yang
mencakup ilmu kajian asal mula, juga hakikat buah pikir atau gagasan.
Pengertian Sosialisme
Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-
akibatnya.Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sebagai
sosialis utopia.Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan
(humanitarian).Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya dilakukan
dengan cara-cara damai dan demokratis.Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal
perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap.
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan
ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara.Istilah ini mulai digunakan
sejak awal abad ke-19.Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk
menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada
para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux
dan J. Regnaud dalam l’Encyclopédie Nouvelle.
Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-
beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari
pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20
berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan
sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya
segelintir elite.
Ideologi Fasisme
Namun demikian, bukan berarti fasisme tidak memiliki ajaran.Setidaknya para pelopor
fasisme meninggalkan jejak ajaran mereka perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft,
sedangkan Mussolini menulis Doktrine of Fascism. Ajaran fasis model Italia-lah yang
kemudian menjadi pegangan kaum fasis didunia, karena wawasannya yang bersifat
moderat. Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:
Pertama, ketidakpercayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat
fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi
didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu” terhadap
masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi fasisme manusia tidaklah sama, justru
pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, pria
melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai,
bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui yang
lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang
berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang
mengedepankan kekuatan.
Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan. Dalam pandangan
fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”.Jika ada yang
bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus
dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-
kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui
kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa “kebenaran terletak
pada perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif
kebenarannya.
Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit.Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus
dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika ada
pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit.
Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam meminggirkan
sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”. Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana
mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan
kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang
sangat ketat.Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi
kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan.
Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara kaum elit
lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan kepada
rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu
mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur
keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang
lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat
imperialisme.
Terakhir atau ketujuh, fasisme memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban
internasional. Konsensus internasional adalah menciptakan pola hubungan antar negara
yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan jelas menolak adanya persamaan
tersebut. Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi
peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak menentang hukum dan ketertiban
internasional.
Ideologi Agama
Ideologi Agama adalah ideologi yang bersumber pada falsafah agama yang termuat dalam
kitab suci suatu agama. Ciri-ciri ideologi ini, antara lain :
● Urusan Negara dan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan hukum agama,
● Hanya ada satu agama resmi dalam suatu Negara,
● Negara berlandaskan agama.
Ciri- ciri Negara yang menerapkan ideologi agama:
● Negara dan hokum berdasarkan kitab suci,
● Peran pimpinan agama kuat,
● Persaingan peran negarawan dengan agamawan,
● Tokoh agamawan berkedudukan pada stratifikasi teratas,
● Kepentingan agama diutamakan,
● Pembangunan negara sama dengan pembangunan agama
Pada saat ini masih ada beberapa kelompok masyarakat, bangsa atau Negara yang
menempatkan agama sebagai ideology. Misalnya, Negara Vatikan di Roma, dan beberapa
Negara islam. Penempatan agama sebagai ideologi bukan suatu yang keliru, bahkan dapat
dikatakan sebagai praktik yang berdasarkan pada nilai kebenaran yang sangat
tinggi.Namun, yang paling penting adalah memikirkan agar penerapannya dapat diterima
oleh semua anggota masyarakat bangsanya.Lebih-lebih apabila dikaitkan dengan
kenyataan bahwa hampir tidak ada masyarakat yang homogen (satu keyakinan). Pada abad
ke 17, peranan agama sebagai ideology mulai menurun seiring dengan berkembangnya
aliran-aliran baru di Eropa, seperti: (1) Aufklarung, (2) Renaissance, (3) Rasionalisme, (4)
Empirisme, dan (5) Realisme.