Anda di halaman 1dari 16

Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD

Karunadipa Palu Terhadap Konsep Volume Bangun Ruang

Sukayasa
Email: sukayasa08@yahoo.co.id

Abstrak : Topik geomerti pada konsep volume bangun ruang dalam matematika SD khususnya di
SD Karunadipa Palu merupakan salah satu topik yang sulit untuk dipahami siswa. Hal ini
disebabkan oleh sajian bahan ajar dalam pembelajaran selama ini dilakukan guru terjadi
kesenjangan dengan tahap perkembangan intelektual siswa (tahap operasi konkrit). Pada sisi lain
pembelajaran yang dilakukan kurang memperhatikan aspek konstruktivis. Pembelajaran cenderung
berpusat pada guru. Oleh karena itu perlu adanya rancangan strategi pembelajaran yang
berorientasi konstruktivis serta memperhatikan perkembangan intelektual siswa Salah satu strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah strategi pembelajaran berdasarkan teori
Bruner. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa SD
Karunadipa Palu terhadap konsep volume bangun ruang (kubus, balok dan tabung). Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka rancangan penelitian ini menggunakan model Spiral Kemmis dan
Taggart dengan prosedur sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi/evaluasi dan (4) refleksi. Subyek penelitian terdiri dari 32 siswa yang memiliki
kemampuan akademik relatif rendah dan perolehan skor tes awal di bawah 60 pada kelas 5b. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman siswa SD Karunadipa Palu dapat ditingkatkan
dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dirancang berdasarkan pendekatan konstruktivis
(teori belajar Bruner). Temuan lain menunjukan bahwa kemampuan berkomunikasi baik lisan
maupun tulisan turut mempengaruhi pemahaman siswa dalam mempelajari suatu konsep geometri.

Kata Kunci: teori Bruner, konstruktivis, pemahaman ,konsep dan bangun ruang .

A. PENDAHULUAN metode dan mendesain pembelajarannya


a. Latar Belakang Masalah sehingga sesuai dengan perkembangan
Matematika merupakan suatu intelektual siswanya. Bila tidak demikian ,
pengetahuan yang sangat esensial baik untuk maka matematika tetap merupakan suatu mata
pengembangan daya nalar seseorang maupun pelajaran yang sulit dipahami siswa.
aplikasinya dalam praktek kehidupan sehari- Matematika SD merupakan salah satu
hari. Oleh karena itu matematika diajarkan matapelajaran yang menyajikan konsep-konsep
hampir pada setiap jenjang pendidikan. dasar matematika yang kelak sangat
Matematika saat ini juga dijadikan salah satu dibutuhkan untuk mempelajari konsep-konsep
tolak ukur kelulusan di jenjang persekolahan. matematika pada jenjang pendidikan
Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya berikutnya. Oleh karena itu bila seorang siswa
seorang siswa harus mengusai konsep dasar- lemah pemahamannya terhadap konsep
dasar matematika. matematika pada jenjang pendidikan
Struktur matematika sifatnya hirarkhis sebelumnya, maka kemungkinan ia akan
dan obyek kajiannya abstrak dan hanya ada mengalami kesulitan untuk memahami konsep-
dalam pikiran seseorang yang mempelajarinya. konsep matematika yang sedang dipelajarinya.
Oleh karena itu dalam menyajikan obyek- Untuk itu peletakan konsep-konsep dasar
obyek matematika kepada peserta didik, untuk matapelajaran ini mutlak dilakukan oleh
seorang guru matematika harus dapat memilih pengajar matematika SD.

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 8


SD Karunadipa Palu merupakan salah mengerjakan soal). Sehingga siswa kurang
satu SD swasta di kota Palu yang sangat respon memperoleh kesempatan memanipulasi atau
terhadap peningkatan kualitas pembelajaran melakukan eksplorasi dalam memahami
baik yang secara internal dilakukan di sekolah konsep-konsep geometri. Akibatnya
maupun kerjasama dengan pihak perguruan pengetahuan geometri yang mereka peroleh
tinggi.Dari berbagai kegiatan tersebut dan hanya bersifat hafalan, bukan hasil konstruksi
keluhan guru pengajar matematika ternyata akibat pembelajaran. Sehingga pengetahuan
topik geometri merupakan topik yang esensial yang diperoleh siswa hanya bersifat
sulit dipahami siswa. Berdasarkan pengalaman prosedural saja bukan konseptual.
guru selama mengajarkan matematika Berdasarkan Kurikulum SD Tahun
khususnya pada topik geometri bahwa para 2004 (KBK) untuk matapelajaran matematika
siswa cendrung mengalami kesulitan dalam bahwa konsep volume bangun ruang (kubus,
memahami konsep volume pada bangun- balok dan tabung) diajarkan di kelas V. Bila
bangun ruang. Mereka cendrung hanya diperhatikan perkembangan intelektual
menghafal rumus-rumus volume suatu bangun menurut Piaget bahwa siswa SD kelas V
ruang. Ketika rumus itu dimodifikasi dalam termasuk dalam tahap operasi konkrit. Oleh
bentuk lain, mereka tidak mampu karena itu bila sajian bahan ajar atau kegiatan
memahaminya. Demikian halnya dalam pembelajarannya tidak melibatkan benda-
mengaplikasikan konsep volume itu dalam benda konkrit (alat peraga), maka konsep
memecahkan suatu masalah. Sangat terbatas volume tersebut sulit dipahami siswa. Karena
kemampuan para siswa mampu memecahkan bagi siswa yang mengalami kesulitan tersebut,
masalah yang berkaitan dengan konsep volume konsep volume (rumus) yang mereka pelajari
bila permasalahan yang disajikan tidak sesuai itu kurang bermakna. Akibatnya pengetahuan
(mirip) dengan contoh soal. Berdasarkan hasil (skema) yang dimiliki siswa tersebut tidak
survey awal dan hasil PTK yang peneliti WHUVLPSDQ SDGD ³ORQJ WHUP PHPRU\´ sehingga
lakukan ternyata siswa juga mengalami mudah terlupakan; apalagi
permasalahan dalam menyatakan konsep- mengaplikasikannya untuk memecahkan suatu
konsep geometri bila diminta untuk masalah. Oleh karena itu sangat dipandang
menyajikan dalam bentuk verbal. Misalnya perlu bagi para guru yang mengajarkan konsep
siswa tidak mampu mengungkapkan secara geometri ini untuk mendesain strategi
verbal atau memaknai tentang rumus volume pembelajaran geometri dengan
suatu bangun ruang. Bila simbol-simbol yang mempertimbangankan perkembangan
digunakan dalam rumus itu diganti dalam intelektual siswa. Sehingga bahan ajar yang
bentuk lain ternyata sebagaian besar mereka akan disajikan dapat lebih mudah dipahami
mengalami miskonsepsi. Apabila miskonsepsi dan bermakna bagi siswa.
siswa ini tidak diantisipasi sedini mungkin, Salah satu pendekatan pembelajaran
maka akan berdampak negatip pada konsep volume bangun-bangun ruang yang
pembelajaran konsep-konsep geometri pada cocok diterapkan untuk siswa kelas V SD
jenjang pendidikan berikutnya. adalah pendekatan konstuktivis dari Bruner
Pendekatan dan strategi pembelajaran dengan melalui tiga tahap penyajian bahan ajar
yang selama ini guru lakukan pada umumnya (enaktif, ikonik dan simbolik). Pendekatan
cendrung didominasi oleh kegiatan guru (guru belajar ini mempertimbangkan perkembangan
menjelaskan konsep dirangkaikan pemberian intelektual siswa. Bila pendekatan ini
contoh dan dilanjutkan dengan latihan diterapkan dalam pembelajaran geometri, maka

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 9


para siswa akan memperoleh kesempatan konstruktivis dari teori belajar Bruner melalui
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sesuai tindakan pembelajaran.
tahapan dari sajian bahan ajar tersebut (enaktif, Hasil penelitian ini diharapkan dapat
ikonik dan simbolik). Kegiatan pembelajaran bermanfaat bagi:
tidak lagi didominasi oleh guru, tetapi lebih a) Siswa SD Karunadipa Palu dalam
menekankan berpusat pada siswa. Sehingga meningkatkan pemahaman mereka
pembelajaran lebih bermakna dan pengetahuan terhadap konsep volume bangun ruang.
yang diperoleh siswa bukan merupakan Karena dengan memiliki pemahaman
³EDUDQJ MDGL´ WHWDSL KDVLO NRQVWUXNVL DNLEDW yang kuat terhadap materi ini, mereka
pembelajaran. akan lebih mudah untuk memahami
konsep- konsep geometri lainnya pada
b. Rumusan Masalah jenjang pendidikan berikutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka b) Guru SD Karunadipa Palu dalam
rumusan masalah penelitian ini diformulasikan meningkatkan perbaikan proses belajar
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: mengajar matematika.
³Apakah pemahaman siswa SD Karunadipa c) Dosen sebagai peneliti dalam mengemban
Palu terhadap volume bangun ruang dapat dan meningkatkan kualitas pelaksanakan
ditingkatkan dengan menerapkan strategi Tri Darma Perguruan Tinggi. Dengan
pembelajaran berorientasi pendekatan adanya program-program kebijakan
konstruktivis dari teori belajar Brunner"´ seperti ini akan dapat meningkatkan peran
Pemahaman siswa akan diukur dosen dalam membantu memperbaiki
berdasarkan hasil tes, pengamatan dan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah.
wawancara pada akhir tindakan dari setiap
siklus. Keberhasilan tindakan selain akan B. KAJIAN PUSTAKA
ditentukan oleh tingkat penguasaan bahan ajar a. Peranan Konstruktivis Dalam
dan ketercapaian indikator dari setiap Pembelajaran Geometri
kompetensi dasar yang telah ditentukan (segi Berbagai upaya yang telah dilakukan
³KDVLO SHPEHODMDUDQ´ MXJa akan ditinjau dari pemerintah dalam meningkatkan mutu
VHJL ³SURVHV SHPEHODMDUDQ´ pendidikan. Hal ini ditandai dengan adanya
Volume bangun ruang yang menjadi kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada
fokus bahan ajar yang akan diteliti meliputi peningkatan kualitas guru , pengembangan
volume kubus, balok dan tabung. Berdasarkan kurikulum (restrukturisasi) serta peningkatan
Kurikulum 2004 bahwa bahan ajar geometri ini sarana dan prasarana pendidikan.
merupakan bahan ajar yang diajarkan pada Dengan adanya restrukturisasi
kelas V SD. Oleh karena itu subyek penelitian kurikulum, maka lahirlah Kurikulum 2004
ini akan dibatasi pada siswa kelas V SD yang sering disebut Kurikulum Berbasis
Karunadipa Palu untuk tahun ajaran Kompetensi (KBK). Aspek penekanan
2007/2008. pembelajaran pada kurikulum ini yakni
kontruktivis. Oleh karena itu aspek penilaian
c. Tujuan dan Manfaat Penelitian tidak hanya menekankan aspek kognitif saja,
Fokus penelitian ini bertujuan untuk tetapi juga memperhatikan aspek psikomotor
meningkatkan pemahaman siswa SD dan afektif. Menurut pandangan konstruktivis
Karunadipa Palu terhadap konsep volume bahwa belajar geometri (matematika) akan
bangun ruang dengan menerapkan pendekatan bermakna bila pengetahuan itu dibangun oleh

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 10


sipelajar. Jadi pengetahuan itu bukan suatu membangun pengetahuannya. Rancangan
barang jadi yang siap ditransfer oleh guru pembelajaran dengan pendekatan tersebut
kepada siswanya, tetapi sesuatu yang dibangun hendaknya dilengkapi Lembar Kerja Siswa
oleh siswa akibat proses belajar itu sendiri. (LKS) dan alat peraga yang akan menuntun
Oleh karena itu menurut Herman Hudoyo siswa dalam melakukan investigasi untuk
(1998) tekanan belajar tidak mengutamakan menemukan konsep yang akan dipelajarinya.
kepada perolehan pengetahuan yang banyak, Menurut prinsip konstruktivis bahwa
tetapi lebih ditekankan kepada pemberian seorang guru hendaknya berperan sebagai
interprestasi melalui skemata yang telah mediator dan fasilitator yang bertugas
dimiliki siswa. Hal senada diungkapkan dalam membantu proses pembelajaran agar
prinsip dasar pandangan konstruktivis menurut berlangsung dengan baik. Jadi orientasi
Clement & Battista (1992) adalah (1) pembelajaran berpusat kepada siswa. Guru
pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh hanya dapat memberikan bimbingan
siswa secara aktif, tidak sekedar diterima seperlunya serta menyediakan sarana
secara pasif dari lingkungannya. Dengan pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa
demikian aktivitas siswa terhadap obyek-obyek termasuk LKS dan alat peraga yang mungkin
geometri akan sangat membantu pemahaman diperlukan siswa. Jadi siswa tidak hanya
siswa terhadap konsep-konsep geometri yang sebagai penerima informasi yang pasif, tetapi
sedang dipelajari. sebagai pembentuk pengetahuan yang aktif
Herman Hudoyo (1998) berpendapat dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu
bahwa pembelajaran matematika dalam menurut Paul Suparno (1997) bahwa tugas
pandangan konstruktivis memiliki ciri-ciri guru sebagai mediator dan fasilitator sebagai
sebagai berikut: (1) siswa terlibat aktif dalam berikut: (1) menyediakan pengalaman belajar
belajarnya. Dalam hal ini siswa belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab
matematika secara bermakna dengan bekerja dalam membuat rancangan, proses dan
dan berpikir; (2) informasi baru harus penelitian; (2) menyediakan atau memberi
dikaitkan dengan informasi sebelumnya kegiatan-kegiatan yang merangsang
sehingga menyatu dengan skemata yang keingintahuan siswa dan membantu mereka
dimiliki siswa; dan (3) orientasi pembelajaran untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya
adalah investigasi dan penemuan yang pada dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka;
dasarnya adalah pemecahan masalah. (3) memonitor, mengevaluasi dan menunjukan
Dengan demikian, guru dalam apakah pemikiran siswa jalan atau tidak.
merencanakan pembelajarannya harus Sehubungan hal tersebut Driver dan Oldham
memperhatikan kesiapan siswa baik tentang dalam Paul Suparno (1997) mengemukakan
penguasaan materi prasyarat yang telah dimilki bahwa ada beberapa ciri dalam pembelajaran
siswa maupun kesiapan siswa untuk terlibat konstruktivis antara lain sebagai berikut:
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini perlu, (1)Orientasi. Siswa diberi kesempatan untuk
karena akan merupakan modal motivator bagi mengembangan motivasi dalam mempelajari
siswa dalam membangun pengetahuan yang suatu topik. Siswa juga diberi kesempatan
akan dipelajarinya. Pembelajaran geometri untuk mengadakan observasi terhadap topik
yang dirancang berorientasi pada investigasi yang hendak dipelajari. (2) Elicitasi. Siswa
dan penemuan terbimbing akan sangat dibantu untuk mengungkapkan idenya secara
bermakna. Proses pembelajaran tersebut akan jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat
memberi motivasi kepada siswa dalam poster dan lain-lain. Jadi siswa diberi

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 11


kesempatan untuk mendiskusikan apa yang dasar (SD) penggunaan alat peraga sangat
diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar membantu pemahaman siswa terhadap konsep-
atau poster. konsep geometri yang akan diajarkan. Karena
Dengan demikian, bila seorang guru pada umumnya kenyataan di lapangan tahap
matematika dapat merancang pembelajaran berpikir siswa di SD masih sebagaian besar
geometri yang berbasis konstruktivis serta pada operasi konkrit. Meskipun menurut
mampu dalam mengaplikasikannya di kelas, perkembangan intelektual Piaget, siswa SD
maka akan membawa dampak positip pada idealnya sudah pada operasi formal.
perkembangan pemahaman siswa terhadap Strategi pembelajaran geometri di SD
konsep-konsep geometri yang dipelajarinya. juga perlu mendapat perhatian. Karena tahap
Kondisi pembelajaran seperti itulah yang berpikir siswa pada umumnya masih pada
diinginkan oleh tuntutan pendidikan dewasa ini tahap operasi konkrit, maka strategi
khususnya tuntutan dalam kurikulum sekarang. pembelajaran hendaknya bersifat induktif-
Dengan demikian siswa akan terlatih berpikir informal. Misalnya guru dapat menerapkan
dan bekerja serta aktif membangun strategi pembelajaran dari model pencapaian
pengetahuannya sendiri. Akibatnya konsep, temuan terbimbing, model
pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih pembelajaran Van Hiele dan lain-lain. Bila
bermakna dan bertahan lama dalam ingatan seorang guru berhasil menerapkan strategi
siswa. Dengan demikian akhirnya akan dapat yang tepat dalam pembelajarannya sesuai
meningkatkan pemahaman siswa terhadap dengan tahap perkembangan intelektual siswa,
konsep geometri yang akan dipelajarinya. maka informasi yang diterima siswa melalui
proses pembelajaran tersebut akan bermakna.
b. Pembelajaran Geometri di SD yang Apalagi informasi ini sesuai dengan skemata
Berorientasi Teori Belajar Bruner yang telah dimiliki siswa. Karena itu menurut
Matematika merupakan salah satu teori skema (Slavin, 1997) bahwa informasi
matapelajaran yang diajarkan di SD. Konsep- yang sesuai dengan skema yang ada lebih
konsep matematika termasuk geometri pada mudah dipahami, dipelajari dan diserap
umumnya bersifat abstrak. Pada hakekatnya daripada informasi yang tidak sesuai dengan
konsep-konsep itu hanya ada dalam pikiran skema yang ada.
seseorang.. Untuk memahami konsep-konsep Bila kita perhatikan kompenen dalam
geometri yang abstrak itu pada umumnya guru kurikulum 2004 untuk mata pelajaran
merancang pembelajarannya sedemikian rupa matematika SD, maka kegiatan dalam
sehingga konsep-konsep itu dapat dipahami rancangan pembelajarannya tidak didominasi
secara baik oleh siswanya. Karena itu dalam oleh guru tetapi aktivitas pembelajarannya
pembelajaran geometri sebaiknya tidak hanya cendrung berpusat kepada siswa dan
menyajikan konsep-konsep itu secara verbal penilaiannya juga melibatkan penilaian proses.
saja, tetapi selain disajikan secara verbal juga Misalnya bagaimana siswa dapat menjelaskan
disajikan secara visual. Karena itu menurut dan menemukan konsep (rumus) volume
teori Kode Ganda (Dual Code Theory) bahwa bangun ruang. Ini berarti alat evaluasi
informasi yang disajikan baik secara visual pembelajarannya tidak hanya satu jenis saja,
maupun verbal diingat lebih baik daripada misalnya selain tes juga dapat dilakukan
informasi yang hanya disajikan dengan salah melalui pengamatan atau penilaian fortofolio
satu cara (Slavin, 1997). Selain itu juga dalam dan sebagainya. Karena selain aspek kognitif
pembelajaran geometri di jenjang pendidikan siswa yang dinilai juga aspek lain seperti

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 12


psikomornya juga terevaluasi. Demikian dipelajarinya. Strategi pembelajaran yang
halnya dengan aktivitas pembelajarannya tidak dapat dikembangkan dalam hal ini bahwa guru
hanya kegiatan menjelaskan konsep dilakukan hanya sebagai motivator dan fasilitator bagi
oleh guru tetapi lebih banyak melibatkan siswa siswa dalam proses pembelajaran. Jadi guru
untuk melakukan manipulasi atau pengamatan hanya bersifat membimbing siswa dalam
terhadap benda-benda geometri atau alat proses penemuan konsep yang dipelajari,
peraga lainnya. Sehingga kesan pembelajaran bukan bertindak ikut serta secara langsung
lebih menarik dan siswa lebih banyak menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa.
memperoleh kesempatan berpikir untuk belajar Oleh karena itu metode penemuan yang
mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang dilaksanakan di jenjang sekolah dasar (SD)
mereka pelajari. Kegiatan ini juga dapat merupakan metode penemuan terbimbing.
dilengkapi dengan lembar kegiatan siswa Karena siswa dalam proses belajarnya untuk
(LKS). Tentu rancangan LKS ini mengacu menemukan konsep harus dituntun dan
pada teori belajar, pendekatan atau model dibimbing oleh guru. Sebagaian besar siswa
pembelajaran yang akan digunakan selain SD kemampuan mereka dalam berpikir dan
mempertimbangan aspek konstruktivis atau berkomunikasi relatif terbatas. Meskipun
struktur isi dari bahan ajar tersebut. mereka telah memiliki ide tetapi kadang-
Dengan demikian, bila pembelajaran geometri kadang cara mereka untuk menyampaikan ide
di SD dapat dirancang sedemikianrupa dengan tersebut perlu memerlukan bimbingan. Karena
mempertimbangakan perkembangan itu menurut Bruner dalam Budianingsih (2005)
intelektual siswa serta dilengkapi dengan bahasa adalah kunci perkembangan kognitif,
sarana pembelajaran yang cukup, maka akan karena untuk memahami konsep dan
dapat meningkatkan pemahaman mereka menyampaikan (menjelaskan) konsep itu
terhadap konsep-konsep geometri yang sedang diperlukan bahasa.
dipelajarinya. Menurut Dahar (1991) bahwa
Jerome Bruner adalah salah seorang pengetahuan yang diperoleh dengan belajar
tokoh psikologi kognitif dari Universitas penemuan memiliki kebaikan antara lain: (1)
Harvard yang terkenal dengan metode pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat
pembelajaran penemuan. Menurut Bruner diingat atau mudah diingat, bila dibandingkan
bahwa metode penemuan adalah suatu dengan pengetahuan yang dipelajari dengan
prosedur pembelajaran yang menekankan pada cara-cara lain; (2) hasil belajar penemuan
proses belajar siswa untuk mencapai tujuan mempunyai efek transfer yang lebih baik
tertentu. Bruner menyatakan bahwa belajar daripada hasil belajar lainnya dan; (3) secara
matematika akan lebih berhasil bila proses menyeluruh belajar penemuan meningkatkan
pengajarannya diarahkan pada konsep-konsep penalaran siswa dan kemampuan untuk
dan struktur-struktur yang termuat pada bahan berpikir secara bebas. Selain itu juga belajar
ajar tersebut. Teori ini menyarankan keaktifan dengan metode penemuan dapat
siswa dalam proses belajar secara penuh. membangkitkan keingintahuan siswa terhadap
Metode penemuan merupakan salah satu konsep atau prinsip yang sedang dipelajarinya.
metode yang dapat mengaktifkan siswa dalam Menurut Bruner dalam Budianingsih
proses pembelajaran. Karena melalui metode (2005) perkembangan kognitif seseorang dapat
ini siswa akan dapat menyampaikan ide atau ditingkatkan dengan cara menyusun materi
gagasan-gagasan yang dimiliki untuk pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan
membangun suatu konsep yang akan tahap perkembangan peserta didik. Hal senada

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 13


juga diungkapkan oleh Hudoyo (1988) bahwa dideskripsikan dengan kata-kata atau kalimat
untuk menjamin keberhasilan belajar , guru atau dinyatakan dalam bentuk rumus. Dengan
hendaknya jangan menggunakan cara demikian berarti tingkat abstraksi penyajian
penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat konsep secara perlahan ditingkatkan. Atau
kognitif siswa. Karena itu Bruner berpendapat dengan kata lain pendekatan pembelajarannya
bahwa proses belajar dapat terjadi melalui tiga mengembangkan strategi kemampuan berpikir
tahap yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Pada intuitif. Hal ini sesuai dengan pendapat
tahap enaktif siswa terlibat langsung dalam Budianingsih (2005) bahwa cara yang baik
memanipulasi obyek melalui pengamatan atau untuk belajar adalah memahami konsep, arti,
percobaan untuk menemukan pola, konsep atau dan hubungan melalui proses intuitif untuk
prinsip tertentu. Sedangkan pada tahap ikonik akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
siswa melakukan aktivitas mental dengan (discovery learning).
menvisualisasikan konsep dari hasil Berikut ini akan disajikan salah satu
pengamatan atau percobaan yang mereka telah contoh aplikasi teori Bruner dalam
lakukan pada tahap enaktif. Selanjutnya pada pembelajaran untuk memahami konsep volume
tahap simbolik bahwa konsep yang mereka pada bangun balok.
telah visualisasikan itu dicoba untuk

Tabel 01: Contoh Aplikasi Teori Bruner (Konstruktivis)

Tahap Aktivitas Pembelajaran Keterangan


x Guru menunjukan contoh benda-benda yang Seting
berbentuk balok seperti kotak kapur, ruang kelas dan pembelajaran dapat
lain-lain. dilaksanakan secara
x Guru menyiapkan beberapa balok transparans dan klasikal atau
kubus-kubus satuan dari karton. Kemudian siswa kelompok.
diminta untuk memasukan kubus-kubus satuan itu
pada bingkai transparansi balok yang telah
dipersiapkan guru.
x Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Enaktif
sebagai berikut:
a. Berapa banyaknya kubus satuan yang dapat
dimasukan tepat pada balok transparan itu?.
b. Berapa banyaknya kubus satuan yang terdapat
pada panjang (rusuk) balok transparan itu?.
c. Berapa banyaknya kubus satuan yang terdapat
pada lebar (rusuk) balok transparan itu?.
d. Berapa banyaknya kubus satuan yang terdapat
pada tinggi (rusuk) balok transparan itu?.
x Guru meminta siswa untuk menggambar kubus Sebaiknya seting
transparan itu lengkap dengan banyaknya kubus pembelajaran
Ikonik satuan yang telah dilakukan pada tahap enaktif. dalam bentuk
x Selanjutnya guru juga meminta siswa menuliskan kelompok serta
jawaban (b, c dan d) pertanyaan pada tahap enaktif) dilengkapi dengan

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 14


pada gambar rusuk-rusuk balok tersebut. Lembar Kerja
x Selanjutnya guru menjelaskan bahwa banyaknya Siswa (LKS).
kubus satuan dalam balok tersebut ada hubungannya
antara banyaknya kubus satuan pada rusuk-rusuk
balok itu.
x Untuk memantapkan pemahaman siswa, selanjutnya
guru memberi beberapa buah gambar balok lengkap
dengan kubus satuan di dalamnya yang ditempel di
papan tulis (Gb1, Gb.2 dan Gb.3). Kemudian siswa
juga diminta untuk menggambarnya serta menuliskan
banyaknya kubus satuan pada rusuk-rusuk balok itu..
x Guru juga meminta siswa untuk menghitung dan
menuliskan banyaknya kubus satuan pada masing-
masing gambar di atas.
x Kemudian guru meminta siswa mendiskusikan
hubungan antara banyaknya kubus satuan dalam
gambar itu dengan banyaknya kubus satuan pada
rusuk-rusuk (panjang, lebar dan tinggi) masing-
masing gambar di atas.

x Guru meminta siswa menuliskan hasil diskusi mereka Seting


untuk mengisi titik-titik dibawah ini dengan sebuah pembelajaran
operasi matematik yang menyatakan hubungan antara dalam bentuk
banyaknya kubus satuan dalam gambar dengan kelompok
banyaknya kubus satuan pada masing-masing rusuk dilengkapi dengan
dalam gambar tersebut. LKS. Peran guru
hanya sebagai
Banyak kubus Panjang Lebar Tingggi pembimbing,
24 = 4 ..... 3 ...... 2 motivator dan
menyimpulkan
60 = 5 ...... 4 ..... 3 (menjelaskan
kembali) hasil
Simbolik
120 = 6 ...... 5 ....... 4 temuan siswa.

x Membimbing siswa untuk menemukan rumus volume


balok.
Bila pada suatu balok terdapat V kubus satuan , p
kubus satuan pada rusuk panjang, l kubus satuan pada
rusuk lebar serta t kubus satuan pada rusuk tinggi,
maka selanjutnya siswa diminta menuliskan hubungan
antara V, p, l dan t.
x Bila siswa telah mampu menemukan rumus volume
balok, selanjutnya guru menjelaskan makna simbol-
simbol pada rumus tersebut.

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 15


x Untuk mengecek pemahaman siswa tentang
penguasaan konsep volume balok, guru dapat
memberikan masalah atau soal atau mengembangkan
konsep ini untuk bangun ruang yang lain, misalnya
kubus.

Berdasarkan contoh pembelajaran formal. Sebagian besar pemahaman


seperti telah diuraikan di atas, nampak bahwa mereka berada pada tahap analitik.
daya abstraksi sajian bahan ajar secara Kecendrungan ini sesuai kenyataan tahap
perlahan ditingkatkan dan aktivitas perkembangan intelektual siswa SLTP
pembelajaran berpusat kepada siswa. Guru pada umumnya yakni tahap semi formal.
hanya bertindak sebagai motivator dan Mereka belum mampu secara penuh
fasilitator dalam proses pembelajaran. melakukan penalaran formal deduktif.
Pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan Oleh karena itu pembelajarannya (sintak
hasil konstruksi akibat proses pembelajaran, pembelajaran Model Van Hiele) cenderung
bukan PHUXSDNDQ ³EDUDQJ MDGL´ \DQJ berorientasi formal induktif dengan penuh
memperhatikan aspek konstruktivis..
ditransfer langsung oleh guru. Dengan b. Sukayasa, Umi Setiawati dan Jurdin dari
demikian pembelajaran akan lebih bermakna hasil PTK yang didanai Ditjen Dikti tahun
sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa 2005 menyimpulkan bahwa pemahaman
lebih bertahan lama dalam ingatan siswa dan siswa kelas 4 SD Karunadipa Palu
siswa akan lebih mampu mengaplikasikan terhadap konsep bangun-bangun segiempat
konsep atau prinsip yang mereka telah pelajari dapat ditingkatkan melalui penerapan
untuk memecahkan suatu masalah. pembelajaran model pencapaian konsep.
Temuan lain dari hasil penelitian ini juga
c. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan menunjukan bahwa: (a) sebagian besar
Ada beberapa hasil penelitian yang siswa masih mengalami kesulitan dalam
relevan dengan penelitian ini antara lain: menentukan hubungan antar ciri-ciri suatu
a. Sukayasa, Wiwik Ardianto dan Edi konsep bangun segiempat dengan
Arianto dari hasil penelitian tindakan kelas segiempat yang lain, (2) lemahnya
(PTK) dibiayai Ditjen Dikti tahun 2004 kemampuan siswa dalam mengkonstruksi
menyimpulkan bahwa pemahaman siswa suatu definisi bangun segiempat erat
SLTP Karunadipa Palu terhadap konsep- kaitannya dengan kemampuan
konsep bangun segitiga dapat ditingkatkan berkumunikasi bahasa tulis. Bila
melalui penerapan strategi pembelajaran diperhatikan sintak pembelajaran ini jelas
model Van Hiele. Pemahaman siswa menganut paham konstruktivis dan relevan
terbatas hanya sampai pada berpikir tahap dengan teori belajar Bruner.
abstraksi. Siswa belum mampu melakukan c. Sukayasa, Winarko dan Sarmila dari hasil
penalaran yang lebih tinggi hingga tahap PTK yang dibiayai Ditjen Dikti tahun 2006
menyimpulkan bahwa pemahaman siswa
kelas 3 SD Karunadipa Palu terhadap
konsep keliling dan luas daerah bangun
datar dapat ditingkatkan dengan

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 16


menerapkan strategi pembelajaran yang Madya Palu yang sebagaian besar siswanya
dirancang berdasarkan teori Bruner. etnis Tionghoa. SD ini cukup menaruh
Temuan lain dalam penelitian ini adalah perhatian besar terhadap inovasi-inovasi
siswa masih mengalami kesulitan dalam pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan
memaknai rumus keliling atau luas daerah pada umumnya.
bangun datar. Hal ini disebabkan Penelitian ini dilaksanakan selama 8
kemampuan siswa dalam berkomunikasi bulan dari persiapan hingga penyusunan
verbal relative rendah. laporan akhir yakni mulai bulan April sampai
d. Usiskin dan Senk (1990) menyatakan Nopember 2007. Kriteria siswa yang menjadi
bahwa tahap berpikir dalam belajar subyek penelitian ini adalah siswa yang
geometri menurut Van Hiele dapat memperoleh skor tes awal di bawah 60 dan
digunakan sebagai prediktor kemampuan sanggup mengikuti proses kegiatan
siswa dalam menulis bukti geometri. pembelajaran selama pemberian tindakan pada
e. Sunardi (2000), Kho (1996), Fuys dkk setiap siklus. Tes awal ini akan dirancang
(1988), Burger & Shaughnessy (1986) sedemikianrupa sehingga aspek pengatahuan
tentang tahap berpikir siswa SLTP dalam prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari
belajara geometri menyimpulkan bahwa konsep volume bangun- bangun ruang tercakup
tahap berpikir siswa SLTP dalam belajar di dalamnya. Berdasarkan hasil tes awal dan
geometri model Van Hiele tertinggi pendapat guru (anggota peneliti) yang
dicapai pada tahap abstraksi dan sebagian mengajarkan matapelajaran matematika di
besar mereka berada pada tahap berpikir kelas 5 SD Karunadipa Palu diperoleh subyek
visualisasi dan analitik. penelitian sebanyak 30 siswa (kelas 5B).
f. Menurut Wertheimer dalam penelitian Terpilihnya kelas 5b sebagai subyek penelitian
0 5LI¶DW WHQWDQJ SHQJDUXK SHPEHODMDUDQ karena kelas tersebut kemampuan akademik
pola-pola visual dalam rangka siswa dalam kategori sedang dan rendah.
meningkatkan kemampuan menyelesaikan Sedangkan kelas 5a tergolong kelompok siswa
masalah-masalah matematika menyatakan dengan rata-rata kemampuan akademik tinggi.
bahwa latihan belajar yang kuat dapat
dilakukan melalui peningkatan b. Rancangan Penelitian
kemampuan mengaitkan sajian analitik dan Rancangan penelitian ini mengikuti
visual. model Spiral Kemmis dan Mc Taggart dengan
prosedur sebagai berikut.
C. METODE PENELITIAN a) Tahap Perencanaan dengan kegiatan antara
a. Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian lain mempersiapkan segala yang
Penelitian ini termasuk penelitian dibutuhkan dalam pemberian tindakan
tindakan kelas dengan subyek penelitian adalah pembelajaran termasuk memberikan
siswa kelas V SD Karunadipa Palu tahun latihan pembelajaran kepada guru yang
ajaran 2007/2008 yang lemah pemahamannya akan melaksanakan pembelajaran serta
tentang konsep prasyarat untuk mempelajari mempersiapan dan menyusun instrumen
konsep volume bangun- bangun ruang (kubus, atau perangkat pembelajaran yang
balok dan tabung). SD ini terletak di jalan diperlukan.
Sungai Lariang Kelurahan Nunu Kecamatan b) Tahap Tindakan. Bila hasil dari semua
Palu Barat Sulawesi Tengah. SD ini kegiatan pada tahap persiapan cukup
merupakan salah satu SD Swasta di kota matang, maka tim peneliti sebagai aktor

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 17


dalam kegiatan pemberi tindakan siap tindakan setiap siklus ditentukan oleh dua
melaksanakan tugasnya. Dalam setiap hal masing-masing sebagai berikut:
siklus, tindakan pembelajarannya minimal (a) .HEHUKDVLODQ ³SURVHV SHPEHODMDUDQ´
terdiri atas tiga kali pertemuan. Hal ini ditentukan dari keberhasilan guru dalam
bertujuan untuk mengetahui efek atau melaksanakan proses belajar mengajar dan
dampak dari jenis tindakan yang diberikan. keberhasilan siswa dalam mengikuti
c) Tahap observasi / Evaluasi. Selama peneliti kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat
melaksanakan pembelajarannya, para dilihat dari hasil observasi aktivitas guru
observer (peneliti lain) juga melaksanakan dan aktivitas siswa (subyek).
tugasnya yakni mengamati dengan cermat (b) .HEHUKDVLODQ ³KDVLO SHPEHODMDUDQ´
kesesuaian proses pelaksanaan berdasarkan pada:
pembelajaran dengan perencanaan yang x ketuntasan penguasaan bahan ajar yang
telah dipersiapkan. Disamping itu pula ditentukan berdasarkan ketutasan
para observer juga akan mencatat semua individual dan ketuntasan klasikal subyek
kendala atau penyimpangan-penyimpangan penelitian. Seorang subyek dikatakan
yang mungkin terjadi selama proses tuntas secara individual terhadap bahan
pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini ajar yang telah dipelajari bila mencapai
juga, setelah berakhir proses pembelajaran total skor minimal 70 pada setiap tes
pada setiap siklus akan dilakukan tes tindakan pada siklus tertentu. Sedangkan
tertulis kepada subyek penelitian. Hal ini ketuntasan klasikal tercapai bila subyek
bertujuan untuk mengukur sejauhmana penelitian yang memperoleh total skor
tingkat keberhasilan tindakan minimal 70 tersebut sebanyak 65% dari
pembelajaran yang diberikan.Rancangan total subyek yang ada.
tes tertulis yang dibuat tentu berdasarkan x daya serap klasikal pada setiap siklus
kompetensi dasar dan indikator hasil minimal 65%.
belajar dari bahan ajar pada setiap siklus x ketercapaian indikator pemahaman
akan direncanakan. terhadap bahan ajar yang dipelajari. Pada
d) Tahap refleksi. Tim peneliti melakukan setiap siklus minimal dua indikator
analisis terhadap hasil observasi dan pemahaman mencapai 65%. Indikator
evaluasi dari tindakan pembelajaran yang pemahaman ini dapat dilihat pada setiap
dilakukan pada setiap siklus. Hal ini item soal pada tes tindakan dari setiap
bertujuan untuk mengukur tingkat siklus.Adapun indikator pemahaman
keberhasilan dari setiap tindakan terhadap konsep bangun-bangun ruang
pembelajaran yang diberikan. Selain itu tersebut adalah: (1) subyek mampu
juga untuk mengetahui kelemahan dan menggambar dan mengenal konsep
kekurangan dari setiap tindakan (unsur- unsur) bangun ruang dengan
pembelajaran yang telah dilakukan sebagai benar, (2) subyek dapat mengetahui dan
bahan masukan untuk perbaikan tindakan mampu menggunakan rumus volume
pada pembelajaran berikutnya.Berdasarkan bangun ruang dan, (3) subyek dapat
hasil analisis tersebut, tim peneliti secara melakukan perhitungan dengan benar
kolaboratif mengambil keputusan untuk dalam menyelesaikan soal.
merencanakan tindakan pembelajaran Bila pada suatu siklus indikator
selanjutnya bila tindakan pembelajaran ini keberhasilan itu belum dicapai, maka akan
belum berhasil. Indikator keberhasilan dilanjutkan tahap-tahap kegiatan seperti

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 18


diuraikan di atas dengan memperbaiki WLGDN KDQ\D GLOLKDW GDUL ³KDVLO DNKLU WHV ´
rancangan dan perangkat pembelajaran yang WHWDSL MXJD GLOLKDW GDUL VHJL ³SURVHV´
digunakan. Bila pada suatu siklus tertentu
indikator keberhasilannya tercapai maka D. HASIL PENELITIAN DAN
kegiatan-kegiatan pada siklus tersebut PEMBAHASAN
dinyatakan berakhir dan akan dilanjutkan pada a. Hasil Penelitian
siklus berikutnya dengan bahan ajar yang lain. Kegiatan pelaksanaan tindakan
Demikian seterusnya sehingga semua bahan pembelajaran ini dilaksanakan pada bulan Juli
ajar (materi) tersebut yang menjadi obyek dan Agustus 2007 dengan hasil sebagai
penelitian ini tuntas diajarkan. Dengan berikut:
demikian keberhasilan tindakan pembelajaran

Tabel : Prosentase Ketuntasan Penguasaan Bahan Ajar, Daya Serap Klasikal dan Ketercapaian
Indikator Pemahaman Pada Setiap Siklus

Ketuntasan Rata-Rata Prosentase Ketercapaian Indikator


Daya Serap
Penguasaan Pemahaman (%)
Siklus Klasikal
Bahan ajar
(%) (1) (2) (3)
(%)
I 75,00 68,25 88,55 73,13 76,03
II 78,13 69,16 80,73 61,88 72,92
III 78,13 68,94 87,54 75,00 72,50
IV 87,50 68,44 - 78,91 68,75
Total 318,76 274,79 256,82 288,92 290,20
Rata-Rata 79,69 68,70 85,61 72,23 72,55

Bila diperhatikan data tersebut dalam tabel di b. Pembahasan


atas ternyata setiap tindakan pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang telah
SDGD VHWLDS VLNOXV LQGLNDWRU NHEHUKDVLODQ ³hasil diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
pembelajaran´ GDSDW WHUSHQXKL Sedangkan beberapa hal yang merupakan temuan hasil
rata-rata dari: penelitian ini sebagai berikut:
(a) ketuntasan penguasaan bahan ajar dari a. Pemahaman siswa terhadap konsep volume
keempat siklus tersebut mencapai 79,69%, bangun- bangun ruang (kubus, balok dan
(b) daya serap klasikal mencapai 68,70%, tabung) dapat ditingkatkan dengan
(c) ketercapaian indikator pemahaman menerapkan strategi pembelajaran
masing-masing untuk: berdasarkan pendekatan konstruktivis
(1) menggambar dan mengenal konsep (teori Bruner).
(unsur- unsur) bangun ruang dengan b. Penerapan strategi pembelajaran
benar sebesar 85,61 %. berdasarkan pendekatan konstruktivis
(2) mengetahui dan mampu menggunakan (teori Bruner) cocok diterapkan bagi siswa
rumus volume bangun ruang sebesar SD pada topik volume bangun ruang.
72,23%. Karena strategi pembelajaran ini sesuai
(3) melakukan perhitungan dengan benar dengan taraf perkembangan intelektual
dalam menyelesaikan soal sebesar 72,55 %. siswa SD.

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 19


c. Faktor kemampuan berkomunukasi bahasa lewat diskusi maupun dalam menjawab
verbal dan tulis turut mempengaruhi pertanyaan-pertanyaan dari guru dan teman-
pemahaman siswa dalam mengkonstruksi temannya. Untuk itu guru perlu
suatu konsep geometri yang sedang mengembangkan strategi-strategi tertentu
dipelajarainya. untuk membangkitkan motivasi siswa baik
d. Kesulitan pada umumnya yang dialami dalam mengajukan pertanyaan maupun
siswa dengan menerapkan strategi menanggapi pertanyaan dalam kegiatan
pembelajaran berdasarkan teori Bruner diskusi. Bila hal ini dilakukan secara baik
pada topik bangun-bangun ruang tersebut maka siswa akan terbiasa belajar untuk berani
adalah tahap simbolik. mengungkapkan ide-ide dalam pikirannya
Dengan menerapkan strategi tentang konsep-konsep geometri yang
pembelajaran berdasarkan pendekatan dipelajarinya.
konstruktivis (teori Bruner), pemahaman siswa Menurut teori perkembangan intelektual
terhadap konsep volume bangun ruang lebih dari Piaget bahwa perkembangan intelektual
bermakna. Karena pengetahuan yang diperoleh siswa SD kelas 5 sebagaian besar berada pada
siswa bukanlah suatu pengetahuan yang tahap konkrit. Oleh karena itu sangat cocok
sifatnya hafalan, tetapi pengetahuan konseptual dalam mengajarkan konsep volume bangun
yang diperoleh siswa lewat pembelajaran yang ruang dengan menerapkan strategi
bersifat konstruktivis. Dengan melalui strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan
pembelajaran tersebut secara perlahan konstruktivis (teori Bruner). Selain
pengetahuan itu dikonstruksi dalam pikirannya menggunakan benda-benda konkrit dalam
baik secara personal maupun sosial lewat aktivitas pembelajaran, kompetensi
diskusi-diskusi dalam kelas. Konstruksi pemahaman siswa secara perlahan
pengetahuan ini mulai nampak dari hasil ditingkatkan. Hal ini akan terlihat dari aktivitas
pekerjaan siswa dalam mengerjakan LKS-LKS siswa mulai dari tahap enaktif, ikonik dan
yang digunakan selama aktivitas pembelajaran simbolik. Mengingat perkembangan intelektual
baik dari tahap enaktif, ikonik maupun pada siswa berada pada tahap konkrit, maka pada
tahap simbolik. Hal ini sangat relevan dengan tahap simbolik kadang-kadang siswa
teori konstruktivis Piaget dan Vygotsky. Oleh mengalami kesulitan dalam melakukan
karena itu keberhasilan pembelajaran tidak aktivitas pembelajarannya khususnya dalam
hanya tergantung dari faktor internal (bakat mengerjakan LKS-LKS yang digunakan guru.
dan intelektual) individu siswa itu sendiri, Sehingga guru harus menjelaskan isi LKS itu
tetapi faktor sosial turut sangat berpengaruh. sesederhana mungkin dan memberikan contoh
Untuk itu seorang guru yang profesional dalam atau ilustrasi yang lebih konkrit. Oleh karena
bidangnya sangat memperhatikan kedua faktor itu meskipun tahap pembelajarannya pada
tersebut dalam merancang persiapan mengajar. tahap simbolik, bila strategi pembelajarannya
Selain faktor internal yang disebutkan di dirancang sedemikian rupa dengan
atas, faktor kemampuan berkomunikasi baik memperhatikan perkembangan intelektual
lisan maupun tulis juga turut mempengaruhi siswa, maka miskonsepsi-miskonsepsi yang
tingkat pemahaman siswa terhadap suatu sering dialami siswa dapat dikurangi.
konsep yang ia pelajari. Siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi yang cukup baik akan
mampu mengungkapkan ide-ide tentang
konsep geometri yang ia telah pelajari baik

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 20


E. PENUTUP juga relevan dengan kurikulum yang
a. Simpulan diperlakukan di SD (KBK).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan b. Saran
beberapa hal sebagai berikut: Dengan memperhatikan beberapa
a) Pemahaman siswa terhadap konsep volume kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka ada
bangun- bangun ruang (kubus, balok dan beberapa hal yang perlu disarankan kepada
tabung) dapat ditingkatkan dengan berbagai pihak yang terkait guna peningkatan
menerapkan strategi pembelajaran kualitas pembelajaran matematika SD sebagai
berdasarkan pendekatan konstruktivis berikut:
(teori Bruner). Adapun strategi a) Khusus bagi bapak/ ibu guru dalam
pembelajaran itu meliputi fase enaktif, merancang strategi pembelajaran
ikonik dan simbolik. Pada fase enaktif matematika di SD hendaknya selain
aktivitas siswa melakukan manipulasi memperhatikan kurikulum, juga hal yang
benda-benda konkrit (alat peraga) untuk terpenting memperhatikan taraf
menginvestigasi atau mengeksplorasi perkembangan intelektual siswa. Karena
reskronstruksi prakonsep yang sedang strategi pembelajaran yang dirancang
dipelajarinya. Selanjutnya pada tahap demikian akan membantu meningkatkan
ikonik aktivitas siswa menvisualisasikan pemahaman siswa terhadap konsep yang
obyek geometri dan hasil investigasinya sedang dipelajarinya. Demikian halnya
tersebut dalam suatu sketsa atau gambar. sajian bahan ajar selain sesuai dengan
Kemudian pada tahap simbolik aktivitas strategi yang kita pilih, juga hendaknya
siswa difokuskan pada merekonstruksi relevan dengan taraf perkembangan
konsep yang telah divisualisasikan tersebut intelektual siswa.
lewat simbol atau lambang. Proses urutan b) Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan
pembelajaran demikian melatih siswa kurikulum yang berlaku (KBK dan KTSP)
meningkatkan daya abstraksi dalam khususnya di SD, hendaknya strategi
menguasai konsep geometri yang sedang pembelajaran yang dirancang berorientasi
dipelajarinya. pada paham konstruktivis. Karena spirit
b) Kemampuan berkomunikasi baik lisan kedua kurikulum tersebut berorientasi pada
maupun tulisan dalam menerapkan strategi paham konstruktivis.
pembelajaran berdasarkan teori Bruner c) Kepada pihak sekolah hendaknya perlu
turut mempengaruhi pemahaman siswa memotivasi dan terus memberikan
terhadap konsep geometri yang sedang dukungan penuh kepada Bapak/ Ibu guru
dipelajari. yang termotivasi melakukan PTK sehingga
c) Strategi pembelajaran yang dirancang kegiatan PTK di sekolah-sekolah pada
berdasarkan pendekatan konstruktivis akhirnya merupakan suatu sistem
(teori Bruner) untuk topik geometri multilevel marketing dalam rangka
khususnya tentang konsep volume bangun- memperbaiki dan meningkatkan kualitas
bangun ruang dapat dijadikan salah satu pembelajaran.
alternatif pembelajaran dalam
matapelajaran matematika. Karena selain
sesuai dengan tahap perkembangan siswa

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 21


DAFTAR PUSTAKA Mudhoffir. 1990. Teknologi Instruksional. PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi .1999. Dasar-dasar Moesono, Djoko dan Sujono.1997.
Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Matematika 4 Mari Berhitung untuk
Armstrong, T. 2003. Sekolah Para Juara: Sekolah Dasar kelas IV. Balai Pustaka
Menerapkan Multiple Intelligences di .Jakarta.
Dunia Pendidikan. Kaifa Banding. Nasution, S. 1992. Metode Penelitian
Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Naturalistik- Kualitatif. Tarsito.
Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Bandung.
Jakarta. Kemmis,S dan Mc Taggart,R. 1992. The
Burger, W.F. & Shaughnessy, J.M. 1990. Action Research Planner. Victoria.
$VVHVVLQJ &KLOGUHQ¶V ,QWHOHFWXDO *URZWK Deakin University.
in Geometry . Final Report . Oregon : Kho, Ronaldo. 1996. Tahap Berpikir Dalam
Oregon State University . Belajar geometri Siswa-siswa kelas II
Clements, D.H & Battista, M.T. 1992. SMP Abepura berpandu Model Van
Geometry and Spatial Reasoning. Hiele. Tesis. PPS IKIP Malang .
Handbook of research on mathematics Ratumanan, T.G. 2001. Pengenalan Teori
teaching and learning. NCTM. Vygotsky dan Implikasinya Dalam
Dahar, Ratna Willi. 1991. Teori- Teori Belajar. Pendidikan Matematika. Buletin
Erlangga.Jakarta Pendidikan Matematika. Tahun 3, no.1
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004: Standar PS Pend.Matematika FKIP Universitas
Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Patimura Ambon.
SD dan Madrasah Ibtidaiyah. Rosyada, D. 2004. Paradigma Pendidikan
Depdiknas Jakarta. Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
De Porter, B dan Hernacki, M. 2000. Quantum Masyarakat Dalam Penyelenggaraan
Learning: Membiasakan Belajar Pendidikan. Prenada Media. Jakarta.
Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa. Samples,B.2002. Revolusi Belajar Untuk
Bandung. Anak: Panduan Belajar Sambil Bermain
Dryden, G dan Vos, J. 2002. Revolusi Cara untuk Membuka Pikiran Anak-Anak
Belajar (The Learning Revolution): Anda. Kaifa. Bandung.
Belajar Akan Efektif Kalau Anda Dalam Slavin, E.R. 1997. Educational Psychology:
Keadaan Fun. Kaifa. Bandung. theory and Pratice. Boston: Allyn and
Fuys, D; Geddes, D:& Tischer, R. 1988. The Bacon
Van Hiele Model of Thingking in Soedjadi.1996. Diagnosis Kesulitan Siswa
Geometry Among Adolescents. JRME , Sekolah Dasar Dalam Belajar
Monograph no.3 Reston: NCTM. Matematika (Kajian kualitatif
Ibrahim, Muslimin. 2001. Model pembelajaran topik yang sering menjadi
Pengembangan Perangkat masalah). Laporan Penelitian. FPMIPA
Pembelajaran Menurut Jerold E. Kemp IKIP Surabaya .
& Thiagarajan. A reference used in the --------- . 2000. Kiat Pendidikan Matematika di
Overseas Fellowship Program Indonesia . Dikti . Jakarta.
Contextual Learning Materials --------- . 1993. Fungsi Penelitian Kelas Secara
Development Proyek Peningkatan Mutu Mandiri oleh Pengajar Matematika
SLTP, Jakarta. sehubungan dengan Orientasi

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 22


Matematika Sekolah Dalam Era Soekamto , T & Winataputra, U.S.1995. Teori
Perkembangan IPTEK ( Suatu upaya Belajar dan Model-Model
perbaikan implisit dan mencari model Pembelajaran. Depdikbud Dikti.
pengajaran ). Media Pendidikan dan Jakarta.
Ilmu Pengetahuan. Tahun 15, no. 64 Sunardi.2000a. Pembelajaran Geometri SLTP
IKIP Surabaya . dan Problematikanya. Makalah
Sukayasa. (2004). Model Pembelajaran Van disajikan pada seminar nasional
Hiele Dalam Rangka Meningkatkan pengajaran matematika sekolah
Pemahaman Siswa SLTP Karunadipa menengah di Universitas Negeri Malang
Palu Terhadap Konsep Bangun-Bangun . FPMIPA Universitas Negeri Malang.
Segiempat. Laporan Hasil Penelitian -------- . 2000b. Teori Van Hiele sebagai dasar
Tindakan Kelas. Lembaga Penelitian Pengembangan Bahan Pembelajaran
Universitas Tadulako. Palu. Geometri SLTP . Makalah kuliah
---------. (2005). Peningkatan Pemahaman Psikologi Kognitip. PPS Universitas
Siswa SD Karunadipa Palu Terhadap Negeri Surabaya.
Konsep Bangun-Bangun Segiempat -------- . 2000c. Hubungan Tingkat Berpikir
Melalui Pembelajaran Model Siswa Dalam Geometri dan Kemampuan
Pencapaian Konsep. Laporan Hasil Siswa dalam Geometri. Jurnal
Penelitian Tindakan Kelas. Lembaga Matematika .Universitas negeri Malang.
Penelitian Universitas Tadulako. Palu. --------. 2000d. Tingkat Perkembangan Konsep
--------. (2006). Penerapan Teori Bruner Untuk Geometri Siswa Kelas 3 SLTP Di
Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Jember. Proseding Konferensi Naional
Karunadipa Palu Terhadap Konsep X Matematika ITB, 17-20 Juli 2000.
Keliling dan Luas Daerah Bangun Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian
Datar. Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (Action Research).
Tindakan Kelas. Lembaga Penelitian Ditjen Dikti Proyek Pengembangan
Universitas Tadulako. Palu. Guru Sekolah Menengah. Jakarta.
Suparno ,P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Van De Walle, J.A. 1990. Elementary School
dalam Pendidikan. Kanisius. mathematics: Teaching
Yogyakarta. Developmentally.Longman Group Ltd.
Suwarsono ,ST .2000. Permasalahan- London.
Permasalahan Dalam Pembelajaran
Geometri dan Pemikiran Tentang
Upaya-upaya Pemecahannya .Makalah
seminar nasional geometri FPMIPA
Univeritas Negeri Surabaya .

Sukayasa, Penerapan Pendekatan Konstruktivis Untuk Meningkatkan Pemahaman ..................... 23

Anda mungkin juga menyukai