Anda di halaman 1dari 10

LK 3.

1 MENYUSUN BEST PRACTICES

NAMA : ACH. SOLEHUDIN ZUHRI


NO UKG : 201800281792
Kelas : 001 PGSD

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan,
Aksi, Refleksi Hasil dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Lokasi SD Negeri Cemengkalang kecamatan Sidoarjo kabupaten Sidoarjo


Lingkup Pendidikan Sekolah Dasar, kelas 4, Tahun Ajaran 2022/2023
Tujuan yang ingin dicapai Dengan menyimak video tentang luas bangun datar, siswa dapat
menghitung luas benda konkret berbentuk persegi dan persegi
panjang di kelas dengan rumus luas persegi dan persegi panjang
dalam satuan cm2
Penulis Ach. Solehudin Zuhri
Tanggal 20 Juni 2023
Situasi: Latar Belakang Masalah :
Kondisi yang menjadi latar Pembelajaran matematika di sekolah dasar sangat penting bagi anak
belakang masalah, mengapa karena ilmu yang didapatkan pada tingkat ini sangat berpengaruh
praktik ini penting untuk pada tingkaat berikutnya, Fauzi (2020). Oleh karena itu, sangat
dibagikan, apa yang menjadi penting bagi guru untuk menentukan metode pengajaran yang tepat
peran dan tanggung jawab anda untuk penerapan materi matematika sejak SD dengan benar (Safrina,
dalam praktik ini. Ikhsan, & Ahmad, 2014). Sukasno (2012) mengungkapkan bahwa
ketika siswa belajar matematika dengan benar, maka kemampuan
penalaran siswa juga akan meningkat.
Di kelas 4 di SD Negeri Cemengkalang Kec. Sidoarjo Kab. Sidoarjo
ditemukan motivasi belajar para siswa pada mata pelajaran
matematika rendah, hal ini disebabkan karena anggapan para siswa
jika mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit,
menakutkan, tidak menarik, dan juga membosankan (Fitriana, D. N.,
& Aprilia, A. 2021).
Berangkat dari masalah ini akan dicari :
1. Pentingnya penerapan model PBL dalam kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar para
siswa di mata pelajaran Matematika
2. dan pentingnya penerapan model PBL dalam kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan literasi
numerasi untuk memecahkan masalah pada mata pelajaran
Matematika.di kelas 4 pada materi luas bangun datar persegi
dan persegi panjang di SD Negeri Cemengkalang Kec.
Sidoarjo kab. Sidoarjo

Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan :


1) Sebagai motivasi guru untuk menerapkan model dan metode
pembelajaran yang inovatif dengan memanfaatkan media
pembelajaran berbasis TPACK
2) Sebagai referensi dan inspirasi bagi rekan guru yang lain

Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam


praktik ini :
1) Melakukan identifikasi masalah dan akar masalah
2) Mencari alternatif solusi dan mengekplorasi berbagai alternatif
solusi dengan menggunakan beberapa sumber literatur yang
relevan dan wawancara pada pakar
3) Menentukan solusi dan menganalisis solusi yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi
1) Menyusun perangkat pembelajaran untuk membentuk siswa
lebih cepat memahami konsep luas persegi dan persegi panjang
dengan menggunakan media konkret pada saat kegiatan
pembelajaran
2) Melaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas pada mata
pelajaran Matematika pada materi menghitung luas bangun
datar yang telah dirancang dan tertuang pada modul ajar yang
disusun mulai dari kegiatan pendahuluan hingga penutup,
3) Melaksanakan evaluasi pembelajaran sesuai instrumen yang
telah disusun
4) Melakukan analisis proses dan penilaian terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk menentukan
ketercapaian tujuan pembelajaran
5) Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan

Tantangan : Tantangan untuk mencapai tujuan dari praktik :


Apa saja yang menjadi tantangan 1. Tantangan yang ditemukan dalam penerapan model
untuk mencapai tujuan tersebut? pembelajaran PBL :
Siapa saja yang terlibat, a) Jika peserta didik mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,maka
peserta didik akan merasa enggan untuk mencoba;
b) Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan
pemahaman dalam kegiatan pembelajaran;
c) Pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)
membutuhkan waktu yang lama;
d) Tidak semua mata pelajaran matematika dapat
diterapkan model ini, Sanjaya (Tyas, 2017: 47)
e) PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk
persiapan.
f) tidak banyak pendidik yang mampu mengantarkan
peserta didik kepada pemecahan masalah, seringkali
memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang,
dan aktivitas peserta didik yang dilaksanakan di luar
kelas sulit dipantau oleh pendidik, Warsono dan
Hariyanto (Nur, S.dkk, 2016: 135),

2. Siswa masih menganggap mata pelajaran matematika sebagai


pelajaran yang sulit, sehingga para siswa kurang antusias
mengikuti pelajaran Matematika
3. Kemampuan literasi numerasi para siswa rendah

Siapa saja yang terlibat :


1. 30 Siswa
2. Guru kelas 4

Aksi : Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi


Langkah-langkah apa yang tantangan tersebut :
dilakukan untuk menghadapi
tantangan tersebut/strategi apa 1. Untuk mengatasi kendala pada penerapan model PBL, guru
yang digunakan/bagaimana menyusun Strategi belajar pemecahan masalah yang dapat
prosesnya, siapa saja yang mencerminkan pemikiran para siswa dalam menunjukkan
terlibat /Apa saja sumber daya kepercayaan diri, harapan dan metakognisi dan perhatian
atau materi yang diperlukan serius dalam belajar matematika. Strategi ini dimaksudkan
untuk melaksanakan strategi ini untuk meningkatkan jangkauan kemampuan siswa, terutama
kemandirian siswa dewasa dalam berpikir untuk
menyelesaikan masalah dalam matematika secara sistematis
(Simbolon, Mulyono, Surya, Syahputra, 2017).
Guru menyusun dan menerapkan strategi dalam menemukan
pemecahan masalah yang efektif sebagai berikut :
a) Temukan dan susun masalahnya.
b) Kembangkan strategi pemecahan masalah yang baik.
Beberapa strategi yang efektif adalah menentukan
subtujuan (subgoaling), dan algoritma.
c) Analisis terhadap hasil akhir (means and analysis).
d) Mengevaluasi hasil-hasil. Bransford dan Stein
(Noor dan Nurlaila, 2014:253).
Menurut George Polya, terdapat empat tahapan penting
yang harus ditempuh siswa dalam memecahkan masalah,
yakni memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian,
melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali
(dalam Fadilah & Surya, 2017).

2. Siswa masih menganggap mata pelajaran matematika


sebagai pelajaran yang sulit, menurut Abdurrahman
(2010: 252) bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan
di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang
dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang
berkesulitan belajar. Amallia & Unaenah (2018) bahwa
siswa yang merasa tidak tertarik dengan matematika
menganggap matematika terlalu sulit, yang sering
membingungkan mereka, menggunakan terlalu banyak
rumus, dan siswa tidak suka menghitung bagi siswa yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika.
Matematika masih dipandang sebagai salah atu mata
pelajaran yang sulit bagi siswa (Bernard, Sumarna, Rolina, &
Akbar, 2019) sehingga minat siswa dalam belajar matematika
rendah. Anggapan bahwa matematika adalah pelajaran sulit
membuat para siswa merasa takut, malas, dan anti terhadap
pelajaran matematika dan bahkan Siswa kurang antusias
mengikuti pelajaran Matematika, Upaya dari guru, yaitu
Guru menerapkan strategi pembelajaran berbasis
masalah (PBL) sebagai pendekatan untuk menumbuhkan
motivasi belajar para siswa pada mata pelajaran
Matematika, Dalam hal ini guru mempertimbangkan
kelebihan dari model PBL
a) Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa dalam bekerja, memotivasi internal untuk
belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
b) Dengan Problem Based Learning (PBL) akan terjadi
pembelajaran bermakna. Siswa belajar memecahkan
suatu masalah maka siswa akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
c) Membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan
bebas.
d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang meraka
lakukan, juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil belajar maupun
proses belajar, Sanjaya (Tyas , 2017: 46-47).

menurut Yazdani (dalam Nur, 2011) dengan


adanya upaya dalam mengaitkan permasalahan yang
ada di kehidupan siswa dengan pembelajaran
matematika, sehingga siswa akan merasakan
kebermanfaatan belajar matematika dan siswa akan
memperoleh pengetahuan baru yang lebih nyata.
Masalah yang diangkat dalam kegiatan belajar-
mengajar ini memiliki berbagai macam jawaban
terbuka (open-ended), hal ini bertujuan agar siswa
mampu berpikir secara terbuka terhadap segala
permasalahan yang ada, ikut terlibat aktif dalam
menyelidiki suatu masalah dalam pembelajaran, dan
mampu mengaitkan segala permasalahan matematika
dengan kehidupan sehari-hari.

PBL dapat menimbulkan rasa senang pada siswa


karena tumbuhnya rasa menyelidiki yang dilakukan
dengan pengamatan. Hal ini dapat meningkatkan
keterampilan ilmiah siswa, bahkan dapat mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja mandiri
(Hosnan,2014).

Menurut Oemar, (2015). Agar siswa memiliki


motivasi yang besar untuk belajar Matematika, ada
beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru
pelajaran Matematika untuk memotivasi siswanya.
Guru dapat meningkatkan motivasi dengan
membangkitkan ketertarikan siswa, mempertahankan
keingintahuan, menggunakan berbagai cara
presentasi, dan memberi kesempatan siswa
menentukan sasaran mereka sendiri. diharapkan para
siswa mampu menyelesaikan suatu masalah yang
terjadi di lingkungan sekitar siswa

Problem Based Learning merupakan model


pembelajaran yang berupa adanya masalah yang
dijadikan sebagai konteks dimana siswa akan dilatih
untuk meningkatkan literasi numerasi dan mencoba
memecahkan sebuah permasalahan serta memperoleh
ilmu pengetahuan. Kelebihan dari model ini yaitu
siswa lebih memahami konsep-konsep pembelajaran
karena siswa didik berusaha dengan sendiri
menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
Apabila siswa mampu memecahkan permasalahan
tersebut maka ilmu pengetahuan itu akan tertanam di
diri siswa tersebut. Dalam hal ini akan menimbulkan
sebuah pembelajaran yang bermakna. Dengan
menerapkan pembelajaran yang bermakna siswa akan
mampu menumbuhkan kreatifitasnya dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan (Khaeroh et
al.,2020)

3. Kemampuan literasi numerasi para siswa rendah,


Guru menerapkan model PBL untuk
meningkatkan kemampuan literasi numerasi
peserta didik kelas 4 di SD Negeri Cemengkalang
kec. Sidoarjo kab. Sidoarjo pada materi luas
bangun datar persegi dan persegi panjang.
Literasi numerasi diartikan sebagai kemampuan
mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan
operasi berhitung dalam kehidupan sehari-hari dan
kemampuan untuk menginterpretasikan informasi
yang bersifat kuantitatif yang ada di lingkungan
siswa. Literasi numerasi merupakan kemampuan yang
didapat siswa setelah mengalami perubahan
kesanggupan dalam memperoleh,
menginterpretasikan, mengaplikasikan, dan
mengkomunikasikan bilangan atau simbol terkait
matematika dasar dalam memecahkan masalah pada
kehidupan nyata dan menganalisis informasi dalam
berbagai bentuk (narasi, grafik, tabel, bagan, dll)
untuk mengambil suatu keputusan, Mahmud &
Pratiwi (2019).

Kemampuan literasi dan numerasi siswa akan timbul


apabila siswa dilatih dan dibiasakan untuk melakukan
eksplorasi, inkuiri, penemuan masalah dan
memecahkan masalah. Model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan
tersebut salah satunya adalah model Problem Based
Learning. Menurut Ratnawati et al (2020)

Problem Based Learning (Problem Based Instruction)


adalah pembelajaran yang menggunakan masalah
nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured)
dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan menyelesaikan
masalah dan melatih kemampuan literasi numerasi
siswa serta sekaligus membangun pengetahuan baru.
Tujuan pembelajaran ini dirancang untuk dapat
merangsang dan melibatkan siswa dalam pola
pemecahan masalah. Setiap siswa harus memiliki
pemahaman numerasi sebagai acuan mereka dalam
pemecahan masalah dan menyelesaikan soal
(Amellya & Aryanto, 2021).

Bagaimana prosesnya :

1. Orientasi siswa pada masalah, Guru menyampaikan


masalah kontekstual pada siswa, guru memberikan
pertanyaan kepada siswa berapa luas daun pintu, keramik
lantai dan papan tulis yang ada di kelas ini, para siswa
diberikan kesempatan untuk menyampaikan jawaban secara
verval ataupun tertulis
2. Membimbing siswa dalam penyelidikan kelompok. Siswa
melakukan pengamatan dari tayangan video pembelajaran
https://youtu.be/JeOUQBMCJ0s yang diambil dari youtube
tentang luas bangun datar persegi dan persegi panjang yang
ditampilkan oleh guru pada LCD proyektor
3. Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membagi
para siswa dalam beberapa kelompok, kemudian mengajak
para siswa melakukan pengukuran secara lansung pada benda
konkret yang ada di kelas, siswa dihimbau untuk membagi
tugas untuk melakukan pengukuran pada benda konkret (daun
pintu, daun jendela, keramik lantai, papan tulis dan papan
pajangan) yang ada di kelas. Guru memantau kegiatan
penyelidikan yang dilakukan oleh kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Siswa
menuliskan hasil temuan (pengukuran) pada LKPD kelompok
yang kemudian dalam kelompok tersebut para siswa
melakukan diskusi untuk menyelesaikan LKPD kemudian
hasilnya dipresentasikan di depan kelas
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok
yang lain memberikan pertanyaan atau tanggapan pada
kelompok yang presentasi.
6. Kegiatan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan sesuai
dengan masukan yang diperoleh dari kelompok lain.

Dalam hal melakukan pembelajaran berbasis TPACK dan


inovatif, guru melakukan beberapa hal yaitu :
1. memilih media pembelajaran inovatif yang
digunakan yakni dengan menggunakan media audio
visual berupa video pembelajaran bersumber dari
video YouTube yang disesuaikan dengan materi
pembelajaran dan juga beberapa gambar yang
relevan.yang berkaitan dengan materi pembelajaran
yang disajikan dengan power point juga dengan
gambar yang menarik perhatian dan rasa ingin tahu
siswa. Perhatian siswa lebih terpusat pada
pembelajaran.
2. Menyiapkan sumber daya yang diperlukan yakni
jaringan internet, laptop, LCD Proyektor dalam
pembelajaran berbasis TPACK
Penerapan metode diskusi kelompok pada para siswa, guru
melakukan beberapa hal :

1. merumuskan tujuan yang ingin dicapai pada LKPD,


2. menetapkan masalah yang akan dibahas pada LKPD yakni
menentukan luas benda konkret berbentuk persegi dan persegi
panjang di kelas.
3. mempersiapkan ruang kelas dengan segala fasilitasnya yang
diperlukan.

Dalam pelaksanaan diskusi, guru melakukan hal-hal sebagai


berikut :
1. memberikan pengarahan sebelum dilaksanakannya diskusi.
2. memerhatikan dan memastikan suasana atau iklim belajar
berjalan menyenangkan bagi para siswa,
3. memberikan arahan kepada setiap siswa dalam kelompok
untuk berkolaborasi dalam menyelesaikan LKPD
4. guru melakukan obeservasi pada keberlansungan kegiatan
diskusi para siswa
5. Pada sesi penutup diskusi,
6. guru dan para siswa membuat kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi.
7. Guru dan para siswa melakukan refleksi pada jalannya diskusi
untuk perbaikan selanjutnya.

dalam pemanfaatan benda konkret sebagai media


pembelajaran selain media audio visual, guru
menggunakan benda konkret bentuk persegi dan
persegi panjang yang ada atau bisa ditemukan di kelas,
misalnya daun pintu, daun jendela, keramik, papan
pajangan dan papan tulis

Siapa saja yang terlibat :


1. Guru
2. 30 orang siswa

Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk


melaksanakan strategi :
1. 1 buah laptop
2. 1 buah LCD proyektor
3. 1 buah Screen Proyektor
4. Handphone yang ada kameranya 4 buah
5. Tripod 3 buah
6. LKPD
7. Lembar evaluasi
8. Lembar observasi
9. Meteran
10. Benda konkret berbentuk persegi dan persegi panjang di
kelas(papan pajangan, papan tulis, pintu. keramik, jendela)
11. Jaringan internet
12. Materi pembelajaran luas persegi dan persegi panjang dalam
bentuk video dan buku bacaan
Refleksi Hasil dan dampak Bagaimana dampak dari langkah-langkah yang dilakukan?
Bagaimana dampak dari aksi dari 1. Penerapan model PBL membuat siswa lebih termotivasi pada
Langkah-langkah yang pelajaran Matematika, selama kegiatan pembelajaran para
dilakukan? Apakah hasilnya siswa tidak menunjukkan rasa takut ataupun malas mengikuti
efektif? Atau tidak efektif? proses belajar, hal ini terlihat dari siswa sangat antusias pada
Mengapa? Bagaimana respon saat kegiatan penyeledikan yakni pengukuran lansung pada
orang lain terkait dengan strategi benda – benda konkret (daun pintu, daun jendela, keramik
yang dilakukan, Apa yang lantai, papan pajangan dan papan tulis) yang ada di sekitar
menjadi faktor keberhasilan atau kelas.
ketidakberhasilan dari strategi 2. Siswa yang semula belum memiliki ketrampilan
yang dilakukan? Apa menggunakan meteran sebagai alat ukur, dengan
pembelajaran dari keseluruhan diterapkannya kegiatan pembelajaran model PBL yang
proses tersebut diwujudkan dalam bentuk pengukuran lansung pada benda
konkret di sekitar kelas, menjadikan para siswa memiliki
pengalaman dan ketrampilan menggunakan media tersebut,
media merupakan aneka macam jenis komponen pada
lingkungan siswa yang bisa merangsangnya untuk belajar,
Gagne (1970). Sejalan dengan hal tersebut media
pembelajaran adalah alat bantu yang dapat dijadikan sebagai
penyalur informasi belajar guna mencapai tujuan
pembelajaran, Djammah & Zain (2006:121)
3. Siswa yang semula tidak memiliki pengetahuan dalam
membaca panjang suatu benda dalam satuan baku, dari
kegiatan penyelidikan lansung, mereka akhirnya mempunyai
pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ketika kegiatan
penyelidikan Guru dan siswa melakukan komunikasi akan
beberapa jenis satuan panjang pada meteran, guru berperan
sebagai fasilitator dan mediator bagi pembelajaran siswa,
sementara siswa berperan aktif dalam proses belajar,
Maryono (2017).
4. Siswa bisa menyelesaikan LKPD kelompok dengan tepat
sesuai prosedur :
5. Siswa mampu menentukan luas pesegi dan persegi panjang
dengan tepat sesuai rumus luas persegi dan persegi panjang
pada benda konkret di sekitar kelas, hasil diketahui dari
artefak LKPD
6. Guru akan terbiasa dan mampu memanfaatkan IT. Dalam
kegiatan pembelajaran model PBL , guru akan terbiasa
menggunakan media sebagai upaya guna meransang minat,
perasaan, perhatian serta pikiran siswa untuk mengirimkan
pesan (informasi) (Sadiman, 2009). Dampak yang terlihat,
dengan diterapkannya model PBL dalam pembelajaran, guru
akan senantiasa melakukan penggabungan media dalam
bentuk teknologi informasi dan komunikasi, dalam hal ini
guru menggabungkan teks pada PPT dan buku bacaan
Matematika dengan video pembelajaran bangun datar persegi
dan persegi panjang yang diambil dari youtube untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna, sesuai prinsip penggunaan media pembelajaran
bahwasannya “kombinasi penggunaan teks, video, animasi,
gambar serta audio akan membuat pembelajaran menjadi
lebih baik dibanding hanya menggunakan teks saja, video
saja, animasi saja, gambar saja ataupun audio saja” (Mayer,
2009), karena adanya kemudahan serta kepraktisan dalam
menggunakan multimedia, siswa dapat terbantu dalam proses
belajar mengajar yang mempunyai tujuan yakni yang semula
pembelajaran adalah“learning with effort” berubah menjadi
“learning with fun” (Ariani & Haryanto, 2010).

Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa?


Efektif, karena penerapan model pembelajaran PBL yang telah
dipilih dan dirancang mampu menjadi solusi dari tantangan yang
ditemukan guru saat menyelenggarakan pembelajaran Matematika :
1. menghilangkan anggapan siswa jika Matematika
pelajaran sulit
2. para siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran,
tidak nampak sikap malas ataupun enggan dalam
mengikuti pelajaran Matematika
3. dengan kegiatan pengukuran lansung pada benda, para
siswa menyadari akan pentingnya pengetahuan
memahami konsep literasi numerasi untuk
membentuk penalaran rasional serta teknik penalaran
dalam aktivitas sehari-hari, selain itu siswa
mempunyai keterampilan dalam menggunakan
meteran dengan berbagai jenis untuk keperluan
mengukur yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari – hari.
4. Terbentuknya pengalaman belajar yang bermakna

Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang


dilakukan?
1. Dari pihak siswa menyatakan kalau kegiatan
pembelajaran cukup menyenangkan dan lebih mudah
memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2. Dari pihak guru atau teman sejawat yang membantu
proses perekaman menambahkan jika siswa memang
sudah mengalami peningkatan dan bisa mengikuti
pembelajaran dengan baik.
3. Dari pihak orang tua siswa yang telah menyaksikan
video yang telah diunggah di youtube merasa sangat
senang bisa melihat anaknya bisa belajar dengan aktif

Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan


dari strategi yang dilakukan?
1. Input, kemampuan siswa yang bervariasi, ada siswa
dengan pencapaian tinggi, siswa tipikal, siswa dengan
kesulitan belajar
2. Proses, kemampuan guru dalam menguasai model
pembelajaran dan media pembelajaran yang
dirancang dalam modul ajar, membuat proses
pembelajaran dan penyampaiaan materi lebih
menarik, efektif, kreatif, menyenangkan, dan
bermakna sehingga siswa lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran.

Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut?


Bagi Siswa :
1. Meningkatnya motivasi belajar siswa
2. Siswa menjadi lebih aktif pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung
3. Meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa

Bagi Guru :
1. Meningkatkan motivasi guru untuk mengajar
2. Menjadikan guru selalu berpikir kreatif untuk
menerapkan berbagai model pembelajran dan media
pembelajaran yang inovatif
3. Perlunya pengembangan diri untuk mengetahui
karakter siswa dan gaya belajar siswa agar dapat
menentukan strategi pembelajaran yang akan
diterapkan

Anda mungkin juga menyukai