Praktik pengalaman lapangan pada perkuliahan PPG Prajabatan dilakukan selama dua semester. Semester pertama dilakukan secara kelompok, sedangkan pada semester kedua dilakukan secara mandiri. Ada beberapa kasus yang saya temui saat pelaksanaan praktik pengalamana lapangan salah satunya yaitu rendahnya minat belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas V. Hal tersebut terlihat ketika mereka tidak mau diajar pembelajaran matematika. Tidak sedikit siswa yang mengatakan bagi mereka pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang membosankan, dan butuh berpikir keras. Untuk menindaklanjuti penemuan tersebut saya mewawancarai guru kelas. Guru kelas juga menyampaikan bahwa ketika pembelajaran matematika anak-anak kurang menunjukkan keaktifan mereka, hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pun rata-rata masih dibawah KKM. Topik ini sangat penting untuk dikaji karena kurangnya minat akan berdampak pada kesulitan belajar siswa dan berpengaruh pada hasil belajarnya. Jika hal tersebut dibiarkan saja maka akan berkelanjutan hingga jenjang berikutnya. Mengingat hasil tes PISA menunjukkan kemampuan numerasi siswa Indonesia yang cukup rendah. Maka, dibutuhkan upaya guru untuk merancang pembelajaran matematika yang lebih kreatif sesuai karakteristik siswa.
B. Analisis situasi (200 - 250 kata)
Pada saat asistensi mengajar, saya mengobservasi lebih lanjut terkait penemuan awal dalam kasus ini. Ketika pembelajaran matematika berlangsung, beberapa siswa ada yang mengantuk, tidak memperhatikan, dan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran seperti tidak menjawab ketika diberikan pertanyaan, cenderung pasif dan tidak mau bertanya. Kemudian setelah kegiatan pembelajaran saya berkomunikasi dengan siswa untuk mencari tahu pembelajaran yang mereka inginkan dan pembelajaran yang menyenangkan menurut mereka itu seperti apa. Dari hasil komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa lebih menyukai pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, pembelajaran dengan permainan, dan pembelajaran yang tidak monoton. Pada kasus tersebut, peran saya adalah sebagai calon guru yang harus mampu menghadapi situasi atau permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran. Pada kasus ini yang terlibat selain saya yaitu guru pamong dan kepala sekolah. Dimana saya mengkomunikasikannya terlebih dahulu dengan guru pamong dan juga kepala sekolah terkait apa yang akan saya lakukan. Kemudian siswa sebagai subjek yang akan diteliti atau diamati berdasarkan kasus yang ditemukan dan menjadi narasumber. Teman sebaya yang dalam hal ini ialah juga rekan mahasiswa PPG sebagai tempat bertukar ide dalam mencari solusi permasalahan yang terjadi, sehingga memiliki pandangan dan gagasan yang lebih luas. Tantangan yang saya hadapi dalam kasus tersebut adalah mengubah mindset siswa yang selama ini menganggap pembelajaran matematika membosankan, sulit, monoton dan kurang disukai menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka. Sehingga saya sebagai calon seorang guru perlu mencari ide-ide kreatif dalam menerapkan pembelajaran matematika. Hambatannya ialah disekolah tersebut memiliki keterbatasan internet karena tempatnya termasuk dalam daerah terpencil.
C. Alternatif solusi (250 - 300 kata)
Alternatif solusi yang dapat dilakukan dalam kasus tersebut adalah dengan penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat. Saya memadukan model pembelajaran dan juga media pembelajaran yang sesuai dengan meteri matematika dan juga sesuai dengan karakteristik siswa. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya dengan siswa bahwa mereka menyukai pembelajaran secara berkelompok dan berbasis permainan. Maka saya mencoba menerapkan beberapa model pembelajaran seperti Problem Based Learning (PBL), Kooperatif, Teams Games Tournamen (TGT). Pada materi pengumpulan dan penyajian data saya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dimana siswa membentuk sebuah kelompok secara heterogen dengan karakteristik kecerdasan dan juga jenis kelamin yang berbeda. Penerapan Problem Based Learning (PBL) diterapkan dengan siswa melakukan beberapa permainan seperti water flip bottle, bowling, dan lempar bola basket secara bergantian dengan kelompok. Pada permainan tersebut siswa juga melakukan pengumpulan data yang dicatat pada lkpd yang dibawa. Setelah semua permainan selesai siswa bisa kembali ke kelas untuk melakukan penyajian data dalam bentuk diagram garis, dan diagram batang. Selain itu saya juga menerapkan pembelajaran tournament, siswa melakukan kegiatan tournament secara kelompok dengan menjawab soal yang ditampilkan pada layar lcd dengan menuliskan jawaban pada papan mini. Kelompok yang bisa menjawab dengan cepat dan jawaban benar maka akan mendapatkan point. Pada kasus ini saya juga mencoba menerapkan model Teams Games Tournamen (TGT) dengan media kartu soal. Setiap kelompok diberikan 1 tumpuk kartu soal yang diacak dan setiap anggota mengambil soal untuk dikerjakan, namun dalam pengerjaan tersebut siswa yang paham harus membantu menjelaskan pada anggotanya karena jika ada yang salah maka point akan berpengaruh pada perolehan nilai kelompok tersebut. Pada dasarnya masih banyak lagi model maupun media yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika supaya pembelajaran bisa lebih menyenangkan. Ide-ide kreatif bisa muncul dari mana saja. Salah satunya dari guru konten kreator yang membagikan praktik baiknya di media sosial. Hal tersebut bisa kita adopsi dan disesuaikan dengan keadaan sekolah masing-masing. Dengan saling sharing maka kita bisa saling berbagi solusi dari berbagai permasalahan dalam pembelajaran. D. Evaluasi (100 - 150 kata) Berdasarkan alternatif solusi yang diterapkan, terdapat perubahan pada siswa. Saat pembelajaran dengan alternatif solusi tersebut berlangsung siswa terlihat senang dan antusias bahkan beberapa siswa tidak mau istirahat sebelum pekerjaanya selesai. Selain itu, pembentukan kelompok yang heterogen dan adanya aturan permainan membuat anggota kelompok saling berdiskusi dan berbagi ilmu pada teman yang kurang menguasai materi atau biasa disebut dengan peer teaching saling memberi pengetahuan pada teman sejawat. Hal ini menjadi lebih efektif dan menimbulkan rasa kebersamaan/kedekatan antar teman. Pada pembelajaran tersebut siswa mulai terlihat berani untuk bertanya dan tidak pasif karena pembelajaran dilakukan secara student center learning. Setelah pembelajaran selesai siswa menuliskan kesan dan pesannya terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, dan menunjukkan bahwa siswa menyukai pembelajaran tersebut karena dikemas dengan cara permainan namun mereka sebenarnya sedang belajar dan mengerjakan tugas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rancangan kegiatan pembelajaran seperti apa yang digunakan oleh guru, akan berdampak pada minat belajar siswa.