Anda di halaman 1dari 3

Laporan Studi Kasus

Nama : Muthmainnah, S.Pd


NIM : 239022495791
Program : Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD )
LPTK : UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

A. Deskripsi Studi Kasus


Topik studi kasus yang saya buat adalah meningkatkan motivasi belajar siswa
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Metode pembelajaran :
diskusi kelompok, tanya jawab dan presentasi; media pembelajaran: powerpoint Interaktif
dan video. Kasus tersebut saya pilih berawal dari hasil observasi rendahnya motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran di kelas.
Motivasi belajar yang tinggi sangat penting pada pembelajaran abad 21, karena
kualitas generasi yang dihasilkan saat ini harus memiliki motivasi belajar serta memiliki
keterampilan dalam menghadapi kemajuan dan perkembangan zaman. Motivasi belajar
sangat penting dan berfungsi sebagai pendorong usaha untuk mengetahui dan pencapaian
tujuan pembelajaran. Keterampilan 4C merupakan kompetensi yang perlu dimiliki siswa
pada abad 21. Keterampilan tersebut terdiri dari Critical Thinking, Collaboration,
Communication dan Creativity. Kolaborasi merupakan salah satu keterampilan yang perlu
dimiliki siswa untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih produktif dengan
memanfaatkan kerjasama dan tanggungjawab antar anggota kelompok, sehingga tujuan
yang dibuat bersama bisa tercapai secara maksimal.

B. Analisis Situasi
Situasi pembelajaran yang terjadi saat itu, saya menggunakan model pembelajaran
PBL untuk kegiatan inti dalam pembelajaran, selanjutnya saya membagi siswa ke dalam 4
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Saya menggunakan metode tanya jawab,
diskusi dan presentasi. Pada saat siswa melakukan kegiatan diskusi, siswa diberikan
LKPD sebagai panduan pembelajaran secara berkelompok. Media pembelajaran yang
digunakan saat itu adalah powerpoint interaktif dan video. Namun ternyata banyak
kelompok yang kinerjanya kurang maksimal dalam pembelajaran karena rendahnya
motivasi. Hal itu terjadi karena beberapa faktor seperti :
1. Adanya anggota kelompok yang tidak ikut berkontribusi dalam pengerjaan tugas
2. Saling mengandalkan teman
3. Tidak ada pembagian tugas secara jelas dalam kelompok.
Pada studi kasus yang telah saya lakukan, saya berperan sebagai guru praktik yang ada
di kelas. Adapun tugas yang dilakukan yaitu :
1. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran
2. Menjadi fasilitator bagi siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran
3. Memberi motivasi kepada siswa agar selalu berusaha lebih keras dalam belajar
Saya juga melibatkan dosen pembimbing dan guru pamong untuk membimbing dan
memberikan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran, serta teman sejawat sebagai observer
di kelas. Tantangan yang saya hadapi adalah saya sebagai guru harus dapat menentukan
rencana pembelajaran, model, media, metode dan evaluasi pembelajaran yang tepat untuk
digunakan di dalam kelas sehingga kasus yang terjadi bisa diatasi. Selanjutnya hambatan
yang saya alami ketika pembelajaran adalah mengaktifkan semua siswa dalam
pembelajaran, karena ada beberapa siswa yang tidak termotivasi untuk terlibat dalam
proses pembelajaran, sehingga saya selaku guru perlu waktu lebih, dalam pengkondisian
siswa pada saat pembelajaran.

C. Alternatif Solusi
Langkah nyata yang saya lakukan dalam menghadapi situasi tersebut diantaranya :
a. Melakukan konsultasi dan evaluasi dari proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan bersama dosen pembimbing dan guru pamong. Pada kegiatan ini
saya sebagai guru mendapatkan gambaran yang bisa saya coba dalam kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
b. Melakukan diskusi bersama teman sejawat serta memberikan masukan terkait
hasil observasi dan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan ini
saya mendapatkan masukan dan saran yang bisa saya gunakan dalam
pembelajaran selanjutnya.
c. Menentukan rencana dalam pembelajaran selanjutnya dari hasil kolaborasi antara
dosen pembimbing, guru pamong dan teman sejawat. Dari hasil kolaborasi yang
telah saya lakukan, akhirnya saya menentukan bahwa ada beberapa komponen
pembelajaran yang perlu diubah sebagai alternatif solusi yang bisa saya gunakan
seperti :
1. Menentukan jumlah anggota kelompok, sehingga dalam 1 kelompok harus
dapat saya pastikan bahwa semua anggota kelompok akan terlibat aktif.
2. Menggunakan media interaktif sehingga siswa dapat termotivasi untuk
mengetahui sesuatu yang masih baru bagi mereka.
3. Membuat LKPD yang terintegrasi dengan powerpoint yang inovatif agar
setiap siswa bisa berperan aktif dan saling berkontribusi dalam kelompoknya.
d. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran beserta perangkat pembelajaran
yang diperlukan. Pada kegiatan ini saya menerapkan semua alternatif solusi yang
telah direncanakan sebelumnya dalam pembelajaran.
e. Melakukan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan ini saya
melakukan evaluasi secara kolaborasi bersama dosen pembimbing, guru pamong
dan teman sejawat terkait tingkat efektifitas perlakuan yang telah diterapkan di
kelas sebagai solusi alternatif.
Adapun sumber daya atau materi yang digunakan untuk menjawab tantangan
dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, maka guru perlu menyiapkan beberapa hal
seperti :
a. Menyediakan komponen teknis dalam pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan
seperti : Laptop, Infokus, HP, kuota internet, dan alat tulis.
b. Membuat instrumen dan rubrik penilaian observasi.
c. Menentukan peran dan tugas observer pada saat proses pembelajaran berlangsung.
D. Evaluasi
Dari studi kasus yang muncul hingga alternatif solusi yang dibuat telah diperoleh hasil
dan dampak yang terjadi pada proses pembelajaran siswa. Dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning beserta media pendukung lain yang digunakan,
sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar ketika pembelajaran
dilakukan berkelompok. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan analisis hasil observasi
yang telah dilakukan dari perlakuan awal yang dilakukan. Nilai presentase keterampilan
siswa yang dihasilkan dalam proses pembelajaran yaitu sebesar 57 %. Setelah dilakukan
perlakuan yang berbeda terjadi peningkatan nilai sebesar 33 %, sehingga nilai presentase
menjadi 90 %.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Syafii (2022) yang menyatakan bahwa
kelas penelitian yang menggunakan model Discovery Learning dengan proses
pembelajaran metode diskusi membuat siswa memahami dan terampil dalam kolaborasi
antarsatu siswa dengan siswa lain dalam kelompok belajar. Sehingga dari peningkatan
presentase tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning
dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai