Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Volume larutan ideal adalah jumlah volum komponen-komponennya.
Banyak hal yang berhubungan dengan volume molal parsial hanya saja tidak
menyadarinya. Contoh yang paling sederhana yaitu sirup dan air dimana
keduanya berinteraksi. Campuran ini juga merupakan larutan biner yang
mempunyai komposisi tertentu. Campuran dapat dibedakan menjadi campuran
homogen dan campuran heterogen secara molekulernya. Campuran cair-cair atau
larutan-larutan tentunya juga memiliki sifat-sifat parsial seperti halnya yang
terjadi pada campuran gas. Sifat-sifat ini yang membantu dalam menjelaskan
bagaimana nantinya komposisi dari suatu campuran dan dapat digunakan untuk
menganalisis sifat-sifatnya. Sifat parsial lain yang paling mudah digambarkan
adalah volume molar gas. Mempelajari volume molar parsial, dapat membantu
kita menentukan seberapa banyak zat A atau zat B yang ada dalam suatu
campuran (Dogra, 1990).

1.2 TUJUAN
Percobaan ini mempunyai tujuan, yaitu :
1. Menentukan volume moral parsial komponen larutan
2. mengetahui densitas larutan NaCl pada masing-masing konsentrasi
3. Menentukan pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap nilai volume moral
parsial zat

1.3 TINJAUAN TEORITIS


A. Material Safety Data Sheet (MSDS)
1. Akuades
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen. Air memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula,
asam, beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Nama lain dari air

1
adalah dihidrogen monoksida atau hidrogen hidroksida. Air merupakan jenis
senyawa liquid yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada keadaan
standar. Massa molar dari air adalah 18,01528 g/mol. Titik didih air sebesar 100°
C (373,15° C) sedangkan ttik lelehnya 0° C ( 273,15° C). Massa jenis air sebesar
1000 kg/cm3 dan viskositasnya 0,001 Pa/s (20° C). Sifat dari bahan ini adalah
non-korosif untuk kulit, non-iritasi untuk kulit, tidak be untuk kurbahaya untuk
kulit, non-permeator oleh kulit, tidak berbahaya dalam kasus konsumsi. Bahan ini
juga tidak berbahaya dalam kasus inhalasi. Identifikasi yang lainnya yaitu non-
iritasi untuk paru-paru dan non-korosif terhadap mata (sciencelab, 2014).
i. NaCl
Natrium klorida mempunyai wujud cairan pada suhu ruang, mempunyai bau
yang khas. Garam ini mempunyai berat molekul sebesar 119.38 g/mol serta tidak
berwarna. Titik didih dan titik lelehnya berturut – turut yaitu 1413° C atau setara
dengan 2575,4° F dan 801° C yang setara dengan 1473,8 °F. zat ini juga
mempunyai suhu kritis sebesar 263.33° C (506° F). Gravitasi spesifik bahan ini
yaitu 1.484 serta tekanan uapnya sebesar 21.1 kPa pada suhu 20° C. garam ini
sangat larut dalam air dingin. Kasus terjadi kontak , segera basuh mata dengan
banyak air selama setidaknya 15 menit. Kasus kontak kulit harus segera siram
kulit dengan banyak air (sciencelab, 2014).
B. Pustaka
Molalitas atau molal dapat di definisikan sebagai jumlah mol solute per kg
solven. Berarti merupakan perbandingan antara jumlah mol solute dengan massa
solven dalam kilogram
𝐦𝐨𝐥 𝐳𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭
𝐦𝐨𝐥𝐚𝐥 =
𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭
Larutan 1,00 molal maka larutan tersebut mengandung 1,00 mol zat terlarut dalam
1,00 kg pelarut ( Brady, 1990).
Volum molar parsial adalah kontribusi pada volum dari satu komponen
dalam sampel terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu
campuran berubah – ubah tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap
jenis molekul berubah jika komposisinya berubah dari murni ke b murni.
Perubahan lingkungan molekuler dan perubahan gaya yang bekerja antara

2
molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran jika
komposisinya berubah ( Atkins,1993).
Termodinamika terdapat 2 macam larutan yaitu larutan ideal dan larutan tidak
ideal. Suatu larutan dikatakan ideal jika larutan tersebut mengikuti hukum Roult
pada seluruh kisaran komposisi sistem tersebut. Untuk larutan tidak ideal di bagi
menjadi 2 yaitu:
1. Besaran molal parsial misalnya volume molal parsial dan entalpi
2. Aktivitas dan koefisien aktivitas
Secara matematis sifat molal parsial di definisikan sebagai berikut
𝐉 − 𝐧𝟏 𝐉𝟏
 𝐉𝟏 =
𝐧𝟏
Dimana J1 adalah sifat molal parsial dari komponen ke –i. Secara fisik J – n1J1
berarti kenaikan dalam besaran termodinamik J yang di amati bila satu mol
senyawa I ditambahkan ke suatu sistem yang besar sehingga komposisinya tetap
konstan ( Dogra,1990).
Secara matematik, volume molal parsial didefinisikan sebagai
𝜕𝑉
( ) ̅𝑖
=𝑉
𝜕𝑛𝑖 𝑇,𝑝,𝑛
𝑗

̅𝑖 adalah volume molal parsial dari komponen ke-i. Secara fisik 𝑉


dimana 𝑉 ̅𝑖 berarti
kenaikan dalam besaran termodinamik V yang diamati bila satu mol senyawa i
ditambahkan ke suatu sistem yang besar, sehingga komposisinya tetap konstan
(Dogra.1990)..
Pada temperatur dan tekanan konstan, persamaan di atas dapat ditulis
sebagai
𝑑𝑉 = ∑𝑖 𝑉̅𝑖 𝑑𝑛𝑖 , dan dapat diintegrasikan menjadi
𝑉 = ∑𝑖 𝑉̅𝑖 𝑛𝑖

Arti fisik dari integrasi ini adalah bahwa ke suatu larutan yang
komposisinya tetap, suatu komponen n1, n2,..., ni ditambah lebih lanjut, sehingga
komposisi relatif dari tiap-tiap jenis tetap konstan. Karenanya besaran molal ini
tetap sama dan integrasi diambil pada banyaknya mol (Dogra, 1990).

3
Massa jenis suatu zat dapat ditentukan dengan berbagai alat, salah satunya
piknometer. Piknometer adalah suatu alat yang terbuat dari kaca, bentuknya
menyerupai botol parfum atau sejenisnya. Jadi, piknometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas fluida. Beberapa
macam ukuran piknometer, tetapi umumnya volume piknometer yang banyak
digunakan adalah 10 ml dan 25 ml, dimana nilai volume ini valid pada
temperatureyang tertera pada piknometer tersebut. Piknometer terdiri dari 3
bagian, yaitu:
 Tutup pikno : bagian tutup mempunyai lubang berbentuk saluran kecil.
 Termometer : mengamati bahwa zat yang diukur memiliki suhu yang tetap.
 Labu dari gelas: tempat meletakkan zat yang akan di ukur massa jenisnya.
Penerapan atau aplikasi penentuan volume molal parsial yakni berfungsi dalam
volume molar parsial protein, analisis dekomposisi volume, Perubahan volume
pada transisi struktural protein, dan perubahan volume pada ligan mengikat
protein (Imai, 2007).

4
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 Piknometer
 Erlenmeyer
 Labu ukur
 Gelas beaker
 Gelas ukur
.2 Bahan
 NaCl
 Akuades

2.2 CARA KERJA

200 ml larutan NaCl 3,0 M


 diencerkan
aquades lrutan dengan konsentrasi 1,5 M; 0,75 M; 0,375 M; 0,1875
M dari konsentrasi semula.
 ditimbanglah piknometer kosong (We), piknometer penuh dengan
aquades (W0),
 ditimbang piknometer yang berisi larutan NaCl (W) dan dicatat massa
masing-masing
 dicatat temperatur di dalam piknometer serta densitas larutan

Hasil
aquades

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 TABEL HASIL PENGAMATAN


No. Perlakuan Hasil pengamatan
1. Menimbang piknometer kosong 20,75 gr
2. Menimbang piknometer berisi aquades( penuh) 45,10 gr
3. Menimbang piknometer berisi NaCl
NaCl 1,5 M 47,37 gr
NaCl 0,75 M 46,48 gr
NaCl 0,375 M 46,15 gr
NaCl 0,1875 M 46,06 gr

3.2 REAKSI – REAKSI


NaCl (s) + H2O (l) NaCl (aq) + H2O (aq)

3.3 PEMBAHASAN
 Pembuatan larutan NaCl 3M 100ml
gr 1000
M = Mr x v
gr 1000
3 = 58,5 x 100

gr = 17,55 gr
 pengenceran larutan NaCl 3M
 Larutan NaCl 1,5 M
V1M1 = V2M2
V1 .3 = 50 . 1,5
V1 = 25 ml
 Larutan NaCl 0,75 M
V1M1 = V2M2
V1 . 1,5 = 50 . 0,75
V1 = 25 ml

6
 Larutan NaCl 0,375 M
V1M1 = V2M2
V1 . 0,75 = 50 . 0,375
V1 = 25 ml
 Larutan NaCl 0,1875 M
V1M1 = V2M2
V1 . 0,375 = 50 . 0,1875
V1 = 25 ml
3.4 PERHITUNGAN
 Penentuan densitas larutan
w −w
d = d°(w e −w)
0

d = densitas larutan (gr/ml)


d° = densitas larutan air (gr/ml) = 0,966 gr/ml
𝑤𝑒 = massa piknometer dengan larutan NaCl (gr)
𝑤 = massa piknometer kosong (gr)
𝑤0 = massa piknometer dengan aquades penuh (gr)

 Larutan NaCl 1,5 M


47,37gr−20,75 gr
d = 0,966 gr/ml ( 45,10gr−20,75gr )

d = 1,36 gr/ml
 Larutan NaCl 0,75 M
46,48gr−20,75gr
d = 0,966 gr/ml (45,10gr−20,75gr)

d = 1,02 gr/ml
 Larutan NaCl 0,375 M
46,15gr−20,75gr
d = 0,966 gr/ml (45,10gr−20,75gr)

d = 1,007 gr/ml
 Larutan NaCl 0,1875 M
46,06gr−20,75gr
d = 0,966 gr/ml (45,10gr−20,75gr)

d = 1,003 gr/ml

7
 Penentuan massa jenis larutan
m
𝜌= v

𝜌 = massa jenis larutan (gr/ml)


m = massa larutan (gr)
v = volume larutan (ml)
 Larutan Aquades
45,10gr−20,75gr
𝜌= 25ml

𝜌 = 0,97 gr/ml
 Larutan NaCl 1,5 M
47,37gr− 20,75gr
𝜌= 25

ρ = 1,06 gr/ml
 Larutan NaCl 0,75 M
46,48gr−20,75gr
𝜌= 25ml

𝜌 = 1,03 gr/ml
 Larutan NaCl 0,375 M
46,15gr−20,75gr
𝜌= 25ml

𝜌 = 1,016 gr/ml
 Larutan NaCl 0,1875 M
46,06gr−20,75gr
𝜌= 25ml

𝜌 = 1,012 gr/ml

 Penentuan Molalitas Larutan


1
m=ρ
⁄M − Mr⁄1000

Larutan NaCl 1,5 M


1
m = 1,06
⁄1,5 − 58,5⁄1000

m = 1,56 mol
Larutan NaCl 0,75 M
1
m = 1,03
⁄0,75 − 58,5⁄1000

8
m = 0,76 mol
Larutan NaCl 0,375 M
1
m = 1,016
⁄0,375 − 58,5⁄1000

m = 0, 378 mol
Larutan NaCl 0,1875 M
1
m = 1,012
⁄0,1875 − 58,5⁄1000

m = 0,188 mol

 Penentuan Volume Molar Semu Larutan ∅


1000
𝑀𝑟− 𝑤− 𝑤0
𝑚
∅ = 𝑀𝑟 − ( ) (𝑤 )
𝜌 0 − 𝑤𝑒

 Larutan NaCl 1,5 M


1000
58,5− 47,37−45,10
1,56
∅ = 58,5 − ( ) (45,10−20,75)
1,06

∅ = 104,16 ml/mol
 Larutan NaCl 0,75 M
1000
58,5− 46,48−45,10
0,76
∅ = 58,5 − ( ) (45,10−20,75)
1,03

∅ = 122,6 ml/mol
 Lartuan NaCl 0,375 M
1000
58,5− 46,15−45,10
0,378
∅ = 58,5 − ( ) (45,10−20,75)
1,016

∅ = 166,6 ml/mol
 Larutan NaCl 0,1875 M
1000
58,5− 46,06−45,10
0,188
∅ = 58,5 − ( ) (45,10−20,75)
1,012

∅ = 262,8 ml/mol

 Penentuan Volume Molar Parsial Larutan


𝑚 𝜌∅
V1 = ∅ + ( 2 √𝑚) (𝜌 )
√𝑚

9
3 𝜌∅
V2 = ∅ + (2 √𝑚) (𝜌 )
√𝑚

 Larutan NaCl 1,5 M


1,56 𝜌104,16
V1 = 104,16 + ( √1,56) ( )
2 𝜌√1,56

V1 = 185, 4 ml/mol
3 𝜌104,16
V2 = 104,16 + (2 √1,56) ( 𝜌 )
√1,56

V2 = 260,4 ml/mol
 Larutan NaCl 0,75 M
0,76 𝜌122,6
V1 = 122,6 + ( √0,76) (𝜌√0,76)
2

V1 = 169,18 ml/mol
3 𝜌122,6
V2 = 122,6 + (2 √0,76) (𝜌 )
√0,76

V2 = 306,48 ml/mol
 Larutan NaCl 0,375 M
0,378 𝜌166,5
V1 = 166,5 + ( √0,378) (𝜌√0,378)
2

V1 = 197,88 ml/mol
3 𝜌166,5
V2 = 166,5 + (2 √0,378) (𝜌 )
√0,378

V2 = 416,24 ml/mol
 Larutan NaCl 0,1875 M
0,188 𝜌262,8
V1 = 262,8 + ( √0,188) (𝜌√0,188)
2

V1 = 509,7 ml/mol
3 𝜌262,8
V2 = 262,8 + (2 √0,188) (𝜌 )
√0,188

V2 = 657,08 ml/mol

 Tabel Hasil Perhitungan


Hubungan konsentrasi dengan densitas larutan
No. Konsentrasi (M) Densitas (gr/ml)
1 NaCl 1,5 M 1,36 gr/ml
2 NaCl 0,75 M 1,02 gr/ml
3 NaCl 0,375 M 1,007 gr/ml

10
4 NaCl 0,1875 M 1,003 gr/ml
Hubungan konsentrasi dengan volume molar semu dan volume molar
parsial larutan
Konsentrasi Volume molar Volume molar Volume molar
(M) semu (∅) pasrsial V1 parsial V2
(ml/mol) (ml/mol) (ml/mol)
NaCl 1,5 M 104, 16 ml/mol 185,4 ml/mol 260,4 ml/mol
NaCl 0,75 M 122,6 ml/mol 169,1 ml/mol 306,48 ml/mol
NaCl 0,375 M 166,6 ml/mol 197,88 ml/mol 416,24 ml/mol
NaCl 0,1875 262,8 ml/mol 509,7 ml/mol 657, 08 ml/mol
M

 Grafik hasil pembahasan

grafik hubungan m dengan V1


600
volume molar parsial V1

y = 100.17x + 15.1
500 R² = 0.6278
400

300

200

100

0
0.188 0.378 0.76 1.56
molalitas larutan NaCl

11
Grafik hubungan m dengan V2
700

Volume molar pasrsial V2


600 y = 129.98x + 85.1
R² = 0.8969
500
400
300
200
100
0
0.188 0.378 0.76 1.56
Molalitas larutan NaCl

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Volume molar parsial larutan NaCl memiliki nilai yang berbeda beda.
yakni semakin kecil konsentrasi larutan NaCl maka volume molar parsial pelarut (
V1) Akan semakin kecil juga, sama halnya dengan volume parsial pelarut (V2)
akan semakin kecil dengan menurunnya konsentrasi larutan.
volume molar parsial dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
𝑚 𝑑𝜙 3√𝑚 𝑑𝜙
V1= ϕ+ (2 ) (𝑑 ) ; V2= ϕ+ ( ) (𝑑 𝑚)
√𝑚 √𝑚 2 √

2. densitas larutan NaCl akan dapat diketahui setelah selesai ditimbang dalam
piknometer. untuk mengetahui densitas larutan digunakan rumus :
w −w
d = d°(w e −w)
0

dari hasil praktikum bahwa semakin kecil konsentrasi larutan NaCl maka densitas
larutan pun akan semakin kecil dan juga sebaliknya.
3. volume molar parsial berbanding terbalik dengan konsentrasi, berat jenis
larutan, molalitasnya semakin besar konsentrasi larutan maka volume molar
parsial semakin kecil dan juga sebaliknya.

4.2 BERITA ACARA


Pertanyaan: Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan?
Jawaban : NaCl (s) + H2O (l) NaCl (aq) + H2O (aq)

13
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, PW. 1994. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.


Basuki, Atastrina Sri. 2003. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA.
Depok: Laboratorium Dasar Proses Kimia Departemen Teknik Gas dan
Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Brady, Tony.1993. Kimia Untuk Universitas.Jakarta: Universitas Indonesia.
Dogra,SK.1990.Kimia Fisik dan soal – soal.Jakarta:Universitas Indonesia.
Imai, T. 2007. Molecular Theory Of Partial Molar Volume and Its Applications
To Biomolecular Systems. Journal Of Condensed Matter Physics. Vol. 10,
No 3(51). Hal 343-361.
Sciencelab. 2014. MSDS akuades [serial online]. www.sciencelab.com [diakses
tanggal 30 September 2014]
Sciencelab. 2014. MSDS aspirin [serial online]. www.sciencelab.com [diakses
tanggal 30 September 2014]

14
15

Anda mungkin juga menyukai