Anda di halaman 1dari 73

MAKALAH TERMODINAMIKA KIMIA

NERACA MATERIAL DAN ENERGI

DISUSUN OLEH :

1. Inayahtullah Ramdhani
2. Selvia
3. Fadilah Pasha
4. Karisma Ramadhan
5. Mayra Novariana
6. Nanda Tri Yuliani
7. Nopri Wahyudi
8. Satrio Bayu Kriswanto

DOSEN PEMBIMBING : 1. Ir. Fadarina HC., M.T


2. Isma Uly Maranggi, S.Tr.T., M.Eng.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Termodinamika Kimia tepat pada waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada guru
pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai remedial termodinamika kimia .
tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih banyak penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah Termodinamika ini bisa memberikan informasi
dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Palembang, 01 Februari 2023

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

NERACA MATERIAL DAN ENERGI


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... ii
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
3.1 Contoh Motivasi : Roket.............................................................................................................. 2
3.2 Neraca Material .......................................................................................................................... 5
3.2.1 Formulasi Matematikal Neraca Material ............................................................................... 5
3.2.2 Contoh Neraca Material ........................................................................................................ 7
3.3 Ekspresi Matematis Hukum Pertama Termodinamika .............................................................. 15
3.4 Aplikasi Persamaan Neraca Energi Umum ................................................................................ 19
3.5 Menggabungkan Neraca Energi Dengan Model Termodinamika Sederhana ............................. 36
3.6 Neraca Energi Untuk Peralatan Proses Kimia Biasa ................................................................... 52
3.6.1 Katup .................................................................................................................................. 53
3.6.2 Nozel .................................................................................................................................. 54
3.6.3 Pompa, Kompresor, dan Turbin ........................................................................................... 55
3.6.4 Penukar Panas .................................................................................................................... 58
3.7 Ringkasa Bab Tiga ..................................................................................................................... 60
3.8 Latihan ...................................................................................................................................... 60
3.9 Masalah .................................................................................................................................... 61
3.10 Glosarium Simbol .................................................................................................................... 68
3.11 Referensi ................................................................................................................................. 69
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 70
1.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 70
1.2 Saran ......................................................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 71
LAMPIRAN ..........................................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai bentuk yang dapat diambil dari energi dan fakta bahwa energi dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Energi “dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk lain tidaklah cukup, dalam beragam aplikasi teknik, konveksi energi mewakili
tema pemersatu utama. Hampir semua produk dan sistem tempat Anda bekerja sebagai
insinyur praktik akan menggunakan energi dalam beberapa bentuk, dan menggunakan
energi secara efisien adalah prioritas utama bagi insinyur modern dari semua disiplin
ilmu, termasuk insinyur kimia. Dalam bab ini, kita mengkaji analisis kuantitatif konveksi
energi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana mengidentifikasi sistem dan proses dengan baik?
2) Bagaimana menuliskan neraca material dan neraca energi sistem tertentu?
3) Bagaimana mengidentifikasi sifat fisik untuk penyelesaian neraca energi?
4) Bagaimana menghitung sifat fisik yang relevan dengan termodinamika sederhana?

1.3 Tujuan
1) Mendefinisikan sistem dan proses yang dipilih dengan baik untuk solusi masalah.
2) Menuliskan neraca material dan neraca energi yang menggambarkan sistem proses
tertentu.
3) Mengenali implikasi dari deskriptor sistem dan proses seperti adiabatik, keadaan
tunak, tertutup, atau terbuka, dan bagaimana hal itu tercermin dalam persamaan
neraca material dan energi.
4) Mengidentifikasi sifat fisik yang diperlukan untuk penyelesaian persamaan neraca
energi.
5) Menghitung sifat fisik yang relevan menggunakan model termodinamika
sederhana.
6) Menyelesaikan masalah teknik yang realistis menggunakan neraca material dan
energi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 CONTOH MOTIVASI : ROKET


Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi kekal; itu dapat
diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi tidak dapat diciptakan atau
dihancurkan. Pada bab pertama kita telah mempelajari bentuk-bentuk yang dapat
diambil oleh energi. Di sini kita mengeksplorasi bagaimana menerapkan hukum
pertama termodinamika untuk berbagai masalah. Kami sebelumnya menggunakan
prinsip konservasi energi untuk memecahkan masalah. Contoh 1-6 meneliti sebuah
benda yang jatuh bebas. Hukum pertama termodinamika relatif mudah diterapkan
dalam kasus ini, karena energi dalam satu bentuk, energi potensial, sepenuhnya
diubah menjadi satu (dan hanya satu) bentuk lain, energi kinetik. Banyak sistem dan
proses rekayasa praktis lebih kompleks dari ini, dengan beberapa bentuk energi yang
relevan. Pertimbangkan, misalnya, sebuah roket.
Roket konvensional beroperasi melalui pembakaran bahan bakar cair atau
padat. Saat bahan bakar terbakar, gas dihasilkan. Gas-gas ini dikeluarkan dari bagian
belakang roket melalui nosel, dengan kecepatan sangat tinggi. Saat gas bergerak ke
bawah, roket didorong ke atas melalui kekekalan momentum. Dalam proses ini,
energi dalam, energi kinetik, dan energi potensial semuanya penting; dan ada dua
kecepatan yang berbeda (kecepatan roket dan gas buang) yang perlu dipertimbangkan
dalam mengukur energi kinetik. Penghitungan konversi energi jauh lebih rumit
daripada kasus sederhana benda jatuh, dan akan sangat mudah untuk membuat
kesalahan. Salah satu kesalahan tersebut diilustrasikan di bawah ini.
Pada masa-masa awal peroketan, banyak yang meragukan bahwa teknologi
tersebut dapat digunakan untuk menjangkau luar angkasa. Memang, inilah "bukti",
dikaitkan dengan A.W. Bickerton (Clarke, 1962), dimana hukum termodinamika
pertama digunakan untuk menunjukkan bahwa penerbangan luar angkasa tidak
mungkin:
1. Kecepatan yang dibutuhkan untuk lepas dari gravitasi bumi—kecepatan lepas—
adalah 7 mil per detik.
2. Energi kinetik satu gram pada kecepatan ini adalah 15.180 kalori.

2
3. Energi bahan peledak paling keras—nitrogliserin—kurang dari 1500 kalori per
gram. (Kalori adalah satuan yang biasa digunakan untuk energi pada tahun 1920-
an; satu kalori sama dengan 4.184 J.)

Argumennya adalah bahwa meskipun bahan bakar tidak membawa apa-apa, ia


memiliki kurang dari sepersepuluh energi yang dibutuhkan untuk melepaskan diri dari
gravitasi bumi, dan karena itu, penerbangan luar angkasa tidak mungkin dilakukan.

Pembuktian ini jelas merupakan upaya untuk menerapkan prinsip kekekalan


energi, tetapi dalam beberapa hal pasti salah, karena kita sekarang tahu bahwa
penerbangan luar angkasa memang mungkin. Sebelum Anda membaca lebih lanjut,
dapatkah Anda melihat kesalahan pada “bukti”? Matematika bukanlah masalah,
angkanya semuanya akurat.

Poin krusialnya adalah: bahan bakar roket tidak harus sampai ke luar
angkasa. Jika Anda pernah melihat peluncuran roket, Anda tahu bahwa banyak bahan
bakar yang dibakar dan dilepaskan sangat dekat dengan tanah. Muatannya (roket itu
sendiri, peralatan, astronot, dll.) Yang perlu masuk ke luar angkasa. Pada masa
Bickerton, minyak tanah banyak digunakan sebagai bahan bakar penerangan dan
pemanas. Sepuluh gram campuran minyak tanah atau oksigen melepaskan lebih dari
20.000 kalori saat dibakar. Jika 100% energi ini ditransfer ke muatan dalam bentuk
energi kinetik, maka sepuluh gram bahan bakar sudah lebih dari cukup untuk
mendorong satu gram muatan ke luar angkasa. Sementara roket modern menggunakan
bahan bakar yang lebih baik daripada minyak tanah, kami sekarang telah menyangkal
“bukti” di atas menggunakan informasi yang tersedia pada tahun 1920-an.

Bagaimana kita dapat menghindari membuat kesalahan seperti yang


diilustrasikan di atas? Salah satu prinsip yang bermanfaat adalah prinsip sistem,
diperkenalkan di Bagian 1.3. Seseorang tidak dapat menjawab pertanyaan atau
menarik kesimpulan tentang suatu sistem atau proses tanpa pemahaman yang jelas
tentang apa itu sistem atau proses. Dalam hal ini, "roket dan semua isinya" akan
menjadi definisi logis dari sistem tersebut. Selanjutnya, kita dapat menghitung semua
energi yang ada dalam sistem, yang diilustrasikan pada Gambar 3-1. Pada awal
proses, sistem dalam keadaan diam (energi kinetic = 0) di tanah (energi potensial = 0),

3
tetapi mengandung muatan dan bahan bakar roket (bahan bakar memiliki energi
internal yang besar). Pada titik selanjutnya, sistem tidak mengandung bahan bakar,
tetapi memiliki energi potensial dan kinetik yang signifikan yang dapat dihitung jika
tinggi dan kecepatan diketahui.

Gambar 3-1 dan pembahasan di atas dapat membantu kita merasionalisasi


mengapa "bukti" Bickerton salah, tetapi meninggalkan pertanyaan penting yang
belum terjawab. Berapa banyak energi yang sebenarnya dilepaskan ketika bahan
bakar terbakar? Bentuk apa yang diambil energi ini, khususnya? Bagaimana dengan
produk pembakaran, terutama karbon dioksida dan air?

Gambar 3-1 Dalam peluncuran roket, energi dalam bahan bakar dipindahkan
ke roket dalam bentuk energi kinetik (Mv2/2) dan energi potensial (Mgh).

Gas-gas ini tidak hilang begitu saja; mereka telah menyimpan energi (internal,
potensial dan kinetik) yang mereka bawa ketika mereka meninggalkan sistem.
Bagaimana fenomena ini mempengaruhi kecepatan dan ketinggian yang dicapai oleh
roket? Bagaimana dengan hambatan udara? Roket bergerak cukup cepat, dan semakin
cepat suatu benda bergerak, semakin banyak hambatan udara yang ditemuinya.
Karena udara mewakili gaya yang melawan gerakan roket, ini termasuk dalam
kategori kerja.

Tidak ada jawaban tunggal dan sederhana untuk pertanyaan yang diajukan di
paragraf terakhir. Dalam menganalisis suatu sistem yang melibatkan konversi energi,

4
seseorang harus mempertimbangkan semua bentuk di mana energi dapat disimpan
atau ditransfer, dan untuk masing-masing, menentukan apakah dapat diabaikan untuk
kasus yang ada atau menghitungnya secara kuantitatif. Bagian 3-3 menyajikan
ekspresi matematis dari hukum pertama termodinamika, yang disebut keseimbangan
energi umum, yang membuat analisis seperti itu lebih mudah.

Fokus bab ini adalah neraca energi, tetapi neraca energi sering diterapkan
dalam kombinasi dengan neraca material. Misalnya, dalam menganalisis roket,
seseorang tidak dapat mengukur energi yang tersimpan dalam gas buang tanpa
mengetahui berapa banyak gas yang sebenarnya dilepaskan. Keseimbangan material
memungkinkan seseorang untuk menghubungkan jumlah karbon dioksida dan air
yang dihasilkan dengan jumlah bahan bakar yang dibakar. Akibatnya, bab ini
mengkaji keseimbangan material dan energi, diterapkan pada sistem fisik baik secara
individu maupun dalam kombinasi satu sama lain. Kita mulai dengan neraca material.

3.2 NERACA MATERIAL


Bagian ini membahas bagaimana menerapkan dan menyelesaikan neraca
material. Bagian 1.2.2. Berisi tiga contoh yang dikerjakan, tetapi pertama-tama kita
mengembangkan persamaan keseimbangan material dalam bentuk yang dapat
diterapkan pada sistem apa pun.

3.2.1 Formulasi Matematika Neraca Material


Persamaan keseimbangan dapat dituliskan sebagai
Akumulasi = Masuk – Keluar + Generasi – Konsumsi
Kami memodelkan massa total sebagai kuantitas yang dilestarikan. Proses
nuklir ada dimana massa dan energi tidak kekal, tetapi ini tidak dibahas dalam buku
ini. Prinsip kekekalan massa tercermin secara matematis bahwa tidak ada istilah
"generasi" atau "konsumsi". Ketika keseimbangan materi kita mewakili total massa
sistem, disederhanakan menjadi
Akumulasi = Masuk – Keluar
Misalnya, pertimbangkan air di kolam renang sebagai suatu sistem. Kita dapat
membayangkan peristiwa yang mempengaruhi jumlah air di kolam: air dapat
menguap, hujan dapat turun, seseorang dapat mengisi kolam dengan selang taman,

5
dll. Jika air ditambahkan (masuk) lebih cepat daripada yang dikeluarkan (keluar) ,
jumlah air di kolam akan meningkat, dan ini tercermin secara matematis dengan nilai
positif untuk istilah 'akumulasi'. (Sebuah kolam renang diperiksa secara kuantitatif
pada Soal 3-8.)

Menggunakan nomenklatur buku ini, persamaan neraca untuk massa total


adalah
𝑑𝑀 𝑗=𝑗
= ∑𝑗=1 𝑚𝑗,𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ∑𝑘=𝑘
𝑘=1 𝑚𝑘,𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (3.1)
𝑑𝑡

dimana M adalah massa total sistem, m adalah laju aliran massa aliran yang masuk
atau yang keluar sistem, t adalah waktu. J adalah jumlah total aliran yang masuk, K
adalah jumlah total aliran yang keluar, dan j dan k adalah subskrip yang digunakan
untuk membedakan aliran yang masuk dan keluar satu sama lain.
𝑑𝑀
Sejak M mewakili massa total sistem, sisi kiri mewakili "akumulasi;" laju
𝑑𝑡
perubahan massa total. Sisi kanan mewakili aliran material yang masuk atau keluar
dari sistem. Simbol m mewakili massa laju aliran, dan berdimensi massa/waktu; unit
umum termasuk kg/s atau lbm/min. Penjumlahan (Ʃ) memperhitungkan fakta bahwa
mungkin ada beberapa sumber massa berbeda yang masuk atau keluar dari sistem.
Misalnya, Gambar 3-2 menunjukkan kolam renang

Gambar 3-2 Massa ditambahkan ke kolam renang dari dua sumber berbeda,
atau "aliran": hujan dan selang.

6
yang diisi dengan selang taman saat hujan juga turun. Akibatnya, jika kolam adalah
sistemnya, akan ada dua istilah "dalam" yang terpisah, yang bisa disebut m1,masuk dan
m2,masuk, atau mmasuk,selang dan mmasuk,hujan. Sumber berbeda dari massa yang masuk atau
keluar sistem biasanya disebut "aliran". Bagian selanjutnya mengilustrasikan
penggunaan persamaan ini melalui contoh.

3.2.2 CONTOH NERACA MATERIAL


Persamaan keseimbangan material diterapkan menggunakan tiga contoh.
 Contoh 3-1 memeriksa uap dalam alat piston-silinder; proses keadaan tidak
stabil yang dilakukan dalam sistem tertutup.
 Contoh 3-2 memeriksa wastafel kamar mandi dengan sisa air. Kami
menggunakan neraca material sistem terbuka untuk menentukan kapan bak
cuci akan meluap.
 Contoh 3-3 memeriksa pertumbuhan pohon oak, dan membutuhkan tiga
neraca material simultan untuk dipecahkan.

CONTOH 3-1 KOMPRESI UAP


Sebuah kapal awalnya berisi 5,0 m3 uap super panas di T = 300°C dan P = 1 bar.
Bejana disegel tetapi dilengkapi dengan susunan piston-silinder sehingga volumenya
dapat diubah (Gambar 3-3). Jika uap dikompresi secara isotermal menjadi P = 5 bar,
berapa total volume yang baru?

Gambar 3-3 Keadaan awal dan akhir uap dalam bejana yang dijelaskan
dalam Contoh 3-1.
7
SOLUSI:
Langkah 1 Tentukan Sistemnya
Kami mencoba memprediksi volume akhir steam, jadi definisikan sistem sebagai
steam.
Langkah 2 Kumpulkan Data
Kita melihat di Bab 2 bahwa, jika dua intensif sifat senyawa murni dalam satu fasa
diketahui, semua yang lain akan memiliki nilai unik. Di Sini T dan P dikenal untuk
keduanya keadaan awal dan akhir. Dengan demikian, volume spesifik dapat diperoleh
dari tabel steam lewat jenuh dalam Lampiran A-3:
𝑚3
𝑉 = 0.5226 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑃 = 5 𝑏𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑇 = 300℃
𝑘𝑔
𝑚3
𝑉 = 2.639 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑃 = 1 𝑏𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑇 = 300℃
𝑘𝑔
Langkah 3 Keseimbangan Bahan
Kita mengetahui volume spesifik pada akhir proses, tetapi kita juga perlu mengetahui
massa total untuk menemukan volume total. Jadi, melakukan keseimbangan material
adalah langkah logis:
𝑑𝑀 𝑗=𝐽
= ∑𝑗=1 𝑚𝑗,𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 – ∑𝑘=𝐾
𝑘=1 𝑚𝑘,𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (3.2)
𝑑𝑡

Di sini kapal itu digambarkan sebagai "disegel;" tidak ada massa yang masuk atau
keluar. Dengan demikian, neraca massa disederhanakan menjadi:
𝑑𝑀
=0 (3.3)
𝑑𝑡

Akibatnya, M konstan; massa awal dan akhir sistem adalah sama.


Langkah 4 Cari Nilai Awal Dari M
Pada keadaan awal, volume total dan volume spesifik diketahui, sehingga massa total
dapat ditentukan:

𝑉 5.0𝑚 3
𝑀=𝑉= 𝑚3
= 1.89𝑘𝑔 (3.4)
2.639
𝑘𝑔

Langkah 5 Hitung Volume Akhir


Kami membuktikan pada langkah 3 bahwa massa itu konstan; dengan demikian,
volume akhir yang tidak diketahui adalah
𝑚3
𝑉 = 𝑀𝑉 = (1.89 𝑘𝑔) (0.5226 𝑘𝑔 ) = 0.99 𝑚3 (3.5)

8
Dalam Contoh 3-1, melalui proses penulisan persamaan neraca massa secara formal
mungkin tampak tidak perlu. Wawasan bahwa “massa adalah konstan”, meskipun
diperlukan untuk menyelesaikan soal, dapat dicapai tanpa menulis persamaan
diferensial. Oleh karena itu, seseorang dapat melewatkan langkah 3 dan mungkin
masih sampai pada jawaban yang benar. Namun, saat kita bergerak maju dan
memeriksa contoh yang semakin kompleks, Anda pasti akan menemukan banyak
contoh dimana wawasan yang dibutuhkan tidak jelas secara intuitif dan ada poin halus
yang dapat dengan mudah diabaikan. Nilai persamaan keseimbangan umum, seperti
Persamaan 3.1 dan 3.4, selalu valid; menerapkannya membantu memastikan Anda
tidak mengabaikan apa pun dan memberi Anda titik awal ketika strategi solusinya
tidak jelas.

CONTOH 3-2 WASTAFEL KAMAR MANDI MELUAP


Wastafel awalnya setengah penuh air. Keran dihidupkan, dan 1 kg/menit air mulai
mengalir ke bak cuci. Pada saat yang sama keran dihidupkan, saluran pembuangan
dibuka, dan 10 cm3/detik air mengalir keluar dari bak cuci (Gambar 3-4). Berapa lama
setelah keran dihidupkan apakah wastafel akan meluap?

Gambar 3-4 Kondisi awal dan akhir dari bak cuci kamar mandi
yang dijelaskan pada Contoh 3-2.

SOLUSI:
Langkah 1 Tentukan Sistem Dan Prosesnya
Wastafel akan meluap ketika volume air melebihi 4L. Akibatnya, kami

9
mendefinisikan air di bak cuci sebagai sistem, awal proses saat keran dihidupkan, dan
akhir proses sebagai saat dimana volume air sama dengan 4L.
Langkah 2 Keseimbangan Materi
Mulailah dengan neraca massa umum pada Persamaan 3.1:
𝑗=𝑗 𝑘=𝑘
𝑑𝑀
= ∑ 𝑚𝑗,𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ∑ 𝑚𝑘,𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑑𝑡
𝑗=1 𝑘=1

Karena hanya ada satu aliran yang memasuki sistem, dan satu aliran keluar,
persamaan ini disederhanakan menjadi
𝑑𝑀
= 𝑚𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑚𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (3.6)
𝑑𝑡

Langkah 3 Sebuah Anggapan


Beberapa informasi yang diberikan berbasis massa, dan beberapa berbasis volume.
Kita tidak dapat menyelesaikan persamaan neraca massa sampai semuanya
dinyatakan dalam basis massa. Karena tidak ada informasi tentang suhu dan tekanan
yang diberikan, kita asumsikan massa jenis air adalah standar 1 g/cm3, atau 1 kg/L.
Langkah 4 Konversi Satuan
Volume awal V0 air adalah 2 L, jadi massa awalnya M0 adalah
1𝑘𝑔 1000𝑔
𝑀0 = 𝑉0 𝜌 = (2𝐿) ( )( ) = 2000𝑔 (3.7)
𝐿 𝑘𝑔

Secara analogi kita dapat menentukan kapan wastafel akan penuh M = 4000g.
Tingkat dimana air meninggalkan dan memasuki sistem adalah
10𝑐𝑚 3 1𝑔 𝑔
𝑚𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = ( ) (𝑐𝑚3 ) = 10 𝑠 (3.8)
𝑠
𝑘𝑔 1𝑚𝑖𝑛 𝑔
𝑚𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = (1 𝑚𝑖𝑛) ( ) = 16.67 𝑠 (3.9)
60𝑠

Langkah 5 Memecahkan Keseimbangan Materi


Sejak mmasuk dan mkeluar keduanya konstan, keseimbangan material mudah
diselesaikan dengan pemisahan variabel:
𝑑𝑀
= 𝑚𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑚𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (3.10)
𝑑𝑡
𝑀=𝑀 𝑡=𝑡
∫ 𝑑𝑀 = ∫ (𝑚𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑚𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )𝑑𝑡
𝑀=𝑀0 𝑡=0

𝑀 − 𝑀0 = (𝑚𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑚𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )𝑡
Subsitusi nilai yang diketahui:
𝑔
𝑀 − 200𝑔 = (16.67 − 10 𝑠 ) 𝑡 (3.11)

10
Dimana M = 4000g, t = 300s atau t = 5 menit.
Contoh berikutnya melibatkan penggunaan beberapa neraca material secara
bersamaan. Ini juga mengilustrasikan fitur umum dari masalah termodinamika yang
menjelaskan proses (pertumbuhan pohon) dimana keadaan akhir (tampilan pohon
sekarang) dan keadaan awal (ketika tidak ada pohon sama sekali) dipahami dengan
baik, tapi durasi dari proses tidak diketahui.

CONTOH 3-3 PERTUMBUHAN SEBUAH POHON


Sebuah pohon eak tingginya 30 kaki dan diameternya 2 kaki (Gambar 3-5). Berapa kg
gas CO2 itu dan H2O dikonsumsi untuk membentuk batang pohon? Berapa pon gas O2
yang dilepaskan? Asumsikan massa jenis kayu oak adalah 45 lb m/ft3 dan bahwa
batangnya adalah selulosa murni (C6H10O5 ) dan berbentuk silinder sempurna.

Gambar 3-5 Pohon yang dijelaskan dalam Contoh 3-3.

SOLUSI:
Langkah 1 Tentukan Sistem Dan Prosesnya
Tetapkan batang pohon sebagai sistem, dan tentukan proses untuk mencakup seluruh
pertumbuhan pohon.
Langkah 2 Tulis Keseimbangan Materi Secara Keseluruhan
Pohon mengambil air dan karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Jadi, neraca
11
massa keseluruhan adalah
𝑑𝑀
= 𝑚𝐶𝑂2 + 𝑚𝐻2 𝑂 − 𝑚𝑂2 (3.12)
𝑑𝑡

Awalnya tidak ada pohon, jadi M = 0, dan massa akhir dapat ditentukan dari
informasi yang diberikan, tetapi ini masih menyisakan tiga yang tidak diketahui di sisi
kanan dan hanya satu persamaan.
Langkah 3 Kenali Kesetimbangan Material Tambahan
Kita dapat menulis persamaan keseimbangan yang analog dengan Persamaan 3.12
tidak hanya untuk massa total, tetapi juga untuk kuantitas setiap elemen. Dari pada M
untuk massa kita akan menggunakan N untuk mol.
𝑑𝑁 𝑗=𝑗
= ∑𝑗=1 𝑚𝑗,𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ∑𝑘=𝑘
𝑘=1 𝑚𝑘,𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (3.13)
𝑑𝑡

Di sini kita akan menulis neraca materi untuk atom karbon dan hidrogen.
Langkah 4 Terapkan Asumsi Penyederhanaan
Kami berasumsi bahwa semua karbon, hidrogen, dan oksigen untuk batang pohon
berasal dari CO2 dan H2O; tidak ada senyawa lain. Ini mungkin tidak benar secara
harfiah, tetapi ini adalah perkiraan logis dan yang tersirat dari kata-kata pertanyaan.
Persamaan keseimbangan adalah
𝑑𝑁𝐻
= 2𝑛𝐻2 𝑂 (3.14)
𝑑𝑡
𝑑𝑁𝐶
= 2𝑛𝐶𝑂2 (3.15)
𝑑𝑡

Di mana NH dan NC menyatakan jumlah moL atom hidrogen dan karbon dalam
pohon, dan nH2O dan nco2 adalah laju aliran molar dimana air dan karbon dioksida
berada ditambahkan ke sistem.
Langkah 5 Periksa Derajat Kebebasan
Kita diminta untuk memecahkan tiga hal yang tidak diketahui: air masuk, karbon
dioksida masuk, dan oksigen keluar. Secara konseptual, kita membutuhkan tiga
persamaan independen untuk menyelesaikan tiga yang tidak diketahui. Kami sekarang
memiliki tiga persamaan, tetapi mereka mengandung variabel tambahan yang harus
dihitung: M, NH, NC, dan t.
Langkah 6 Hitung Besaran Yang Menjelaskan Keadaan Akhir Sistem
Volume silinder adalah 𝜋𝑟 2 ℎ, jadi massa akhir ( M ) dari pohon tersebut
𝑙𝑏
𝑀 = 𝜌𝑉 = 𝜌𝜋𝑟 2 ℎ = (45 𝑓𝑡𝑚3 ) (3.1416)(1𝑓𝑡)2 (30𝑓𝑡) = 4241 𝑙𝑏𝑚 (3.16)

12
Selulosa memiliki struktur empiris C6H10O5, yang berarti massa molekul dari 162,
sehingga,
𝑀 42411𝑙𝑏𝑚
𝑁𝑐𝑒𝑙𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑒 = 𝑀𝑊 = 𝑙𝑏 = 26.18𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 (3.17)
162
𝑙𝑏−𝑚𝑜𝑙

Jadi, pada AKHIR pertumbuhan pohon, mol karbon dan hidrogen adalah
𝑁𝐶 = 6𝑁𝑐𝑒𝑙𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑒 = 6(26.18 𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 ) = 157.1 𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 (3.18)
𝑁𝐻 = 10𝑁𝑐𝑒𝑙𝑙𝑢𝑙𝑜𝑠𝑒 = 10(26.18 𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 ) = 261.8 𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 (3.19)
Dengan demikian, kita mengetahui komposisi pohon yang tepat di akhir proses, dan di
awal M, NC, dan NH semuanya nol. Tapi bagaimana kita menangani ketergantungan
waktu dari keseimbangan material?
Langkah 6 Integrasi Persamaan Diferensial
Kami tidak memiliki informasi mengenai berapa lama pertumbuhan berlangsung atau
kecepatan dimana air dan karbon dioksida ditambahkan. Dalam kasus seperti itu,
waktu dapat dihilangkan dari persamaan keseimbangan material dengan
mengintegrasikan terhadap dt. Mengalikan kedua ruas Persamaan 3.12 dengan dt
didapatlah
𝑑𝑀 = (𝑚𝐶𝑂2 + 𝑚𝐻2 𝑂 − 𝑚𝑂2 )𝑑𝑡 (3.20)
Laju penambahan massa (m) belum tentu konstan terhadap waktu. Namun, jika m
terintegrasi terhadap waktu dari awal proses sampai akhir, hasilnya adalah massa total
yang ditambahkan (atau dihilangkan). Kuantitas m adalah
𝑡=𝑡
𝑚 = ∫𝑡=0 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑚𝑑𝑡 (3.21)
Jika kita menerapkan definisi ini pada penambahan CO2 dan H2O, dan O2
dihilangkan, Persamaan 3.20 terintegrasi ke
𝑀𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 + 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 = 𝑚𝐶𝑂2 + 𝑀𝐻2 𝑂 − 𝑀𝑂2 (3.22)
Analog dengan Persamaan 3.21, kami mendefinisikan n sebagai jumlah total mol
yang ditambahkan (atau dihapus) ke sistem selama seluruh proses:
𝑡=𝑡
𝑛 = ∫𝑡=0 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑛𝑑𝑡 (3.23)
Dan integrasikan Persamaan 3.14 dan 3.15 dengan memperhatikan dt, seperti yang
kita lakukan dengan Persamaan 3.22,
𝑁𝐻,𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑁𝐻,𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 = 2𝑛𝐻2 𝑂 (3.24)
𝑁𝐶,𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑁𝐶,𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 = 2𝑛𝐻2𝑂 (3.25)

13
Langkah 7 Memasukkan Nilai Yang Diketahui
Memasukkan nilai dari langkah 5 ke dalam persamaan terintegrasi dari langkah 6
diperoleh
261.8 𝑙𝑏−𝑚𝑜𝑙
𝑛𝐻2 𝑂 = = 130.9 𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 (2.26)
2

𝑁𝐶𝑂2 = 157.1 𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 (3.27)


Konversi ke massa
𝑚 𝑙𝑏
𝑛𝐻2 𝑂 = (130.9 𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 ) (18 𝑙𝑏−𝑚𝑜𝑙 ) = 2356𝑙𝑏𝑚 (3.28)
𝑚 𝑙𝑏
𝑛𝐶𝑂2 = (157.1 𝑙𝑏 − 𝑚𝑜𝑙 ) (44 𝑙𝑏−𝑚𝑜𝑙 ) = 6912𝑙𝑏𝑚 (3.29)

Mengganti nilai-nilai ini ke Persamaan 3.22


4241 𝑙𝑏𝑚 − 0 = 2356 𝑙𝑏𝑚 + 6912 𝑙𝑏𝑚 − 𝑚𝑂2 (3.30)
𝑚𝑂2 = 5027𝑙𝑏𝑚
Contoh 3-3 mengilustrasikan beberapa ide yang akan menjadi tema berulang dalam
studi termodinamika. Pertama, sementara bentuk paling umum dari neraca material
adalah Persamaan 3.1 yang bergantung pada waktu:
𝑗=𝑗 𝑘=𝑘
𝑑𝑀
= ∑ 𝑚𝑗,𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ∑ 𝑚𝑘,𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑑𝑡
𝑗=1 𝑘=1

Ada banyak contoh, seperti pertumbuhan pohon, dimana tidak ada informasi yang
tersedia tentang durasi atau laju prosesnya. Lebih-lebih lagi, tidak diperlukan
informasi seperti itu: Kami mengetahui keadaan awal (tidak ada pohon) dan keadaan
akhir (pohon saat ini), dan kami dapat menjawab pertanyaan yang diberikan tanpa
mengetahui berapa umur pohon itu atau seperti apa bentuk pohon itu pada waktu
antara tertentu .
Untuk contoh seperti itu, dimana tidak ada informasi tentang waktu yang
tersedia atau dibutuhkan, kita dapat menggunakan neraca massa yang tidak
bergantung waktu :
𝑗=𝐽
𝑀𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 = ∑𝑗=1 𝑚𝑗,𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 – ∑𝑘=𝐾
𝑘=1 𝑚𝑘,𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (3.31)
dimana m mewakili massa total yang ditambahkan dari, atau dihapus oleh, satu
aliran di seluruh proses, Minitial dan Mfinal mewakili massa sistem di awal dan
akhir proses.

14
Prinsip lain yang diilustrasikan dalam Contoh 3.1 sampai 3.3 adalah bahwa kita dapat
menulis neraca materi pada massa total, dan juga pada jumlah setiap unsur. Kita juga
dapat menuliskan neraca materi untuk senyawa (misalnya, “neraca air” daripada
“neraca hidrogen”), tetapi jumlah suatu senyawa tidak selalu merupakan kuantitas
yang kekal . Neraca bahan untuk air, atau senyawa lainnya, harus menyertakan istilah
penghitungan untuk generasi dan/atau konsumsi, setidaknya untuk kasus dimana
reaksi kimia terjadi. Bab 1 sampai 8 dari buku ini fokus pada aplikasi dimana sistem
hanya berisi senyawa murni, jadi dalam bab ini kita biasanya tidak membutuhkan
persamaan keseimbangan material di luar keseimbangan "massa total". Keseimbangan
mol pada spesies kimia tertentu sangat penting dalam Bab 14 dan 15, yang meliputi
reaksi kimia.

3.3 EKSPRESI MATEMATIS HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA


Seperti yang ditunjukkan dalam Bagian 1.4, hukum pertama termodinamika
menyatakan bahwa energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain, tetapi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan. Prinsip dasar ini dapat diterapkan untuk sejumlah
besar masalah teknik. "Berapa banyak usaha (atau panas) yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan ini?" adalah salah satu contoh pertanyaan teknik yang langsung
dan praktis yang dapat dijawab dengan menggunakan prinsip kekekalan energi.

Dalam Bab 1, hukum pertama digunakan dalam penyelesaian Contoh 1.6,


yang meneliti sebuah benda yang jatuh bebas. Dalam contoh tersebut, diasumsikan
bahwa saat benda jatuh, energi potensial diubah menjadi energi kinetik, dan tidak ada
bentuk energi lain yang signifikan. Objek yang jatuh bebas adalah sistem fisik yang
cukup sederhana. Dalam sistem yang lebih kompleks, seseorang dapat dengan mudah
mengabaikan satu atau lebih kontribusi energi dari sistem. Akibatnya, pada bagian ini,
kami mengembangkan sebuah pernyataan matematis formal yang komprehensif dari
hukum pertama termodinamika, yang akan kita sebut persamaan neraca energi
umum. Selanjutnya, kami merekomendasikan strategi metodis untuk menerapkan
keseimbangan energi:

1. Identifikasi sebuah sistem yang memiliki batas-batas yang dapat dikenali


dengan jelas.

15
2. Pelajari setiap bentuk energi yang direpresentasikan dalam neraca energi umum
(misalnya, kerja, panas, energi potensial, energi kinetik) dan pertimbangkan
dengan cermat apakah dapat diabaikan atau signifikan untuk sistem yang
dipilih. Sederhanakan persamaan dengan menetapkan suku yang dapat
diabaikan menjadi nol dengan pembenaran.
3. Untuk suku-suku persamaan yang signifikan, atau mungkin signifikan,
tentukan strategi untuk menghubungkannya dengan informasi yang diketahui.

Bagian 3.4 dan 3.5 berisi beberapa contoh soal yang dikerjakan menggunakan strategi
pemecahan masalah ini diterapkan. Pertama, kita mengembangkan persamaan
keseimbangan energi itu sendiri. Sebagaimana dinyatakan dalam Bagian 3.2, setiap
persamaan keseimbangan dapat dijelaskan dengan kata-kata sebagai:

Akumulasi = Masuk – Keluar + Generasi – Konsumsi

Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi adalah kuantitas yang


kekal; energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, dapat dipindahkan dari
satu lokasi ke lokasi lain, tetapi tidak dapat dibuat atau dihancurkan. Jadi, untuk
energi, istilah pembangkitan dan konsumsi tidak ada:

Akumulasi = Masuk – Keluar

Bab 1 menjelaskan tiga bentuk dimana energi dapat disimpan oleh materi: energi
internal, energi kinetik, dan energi potensial. Dengan demikian, istilah akumulasi
harus mencerminkan perubahan pada salah satu atau semua hal tersebut.

𝑑
𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝑑𝑡 (𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙 + 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 + 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙) (3.32)

𝑑 𝑣2
= {𝑀 (𝑈 + + 𝑔ℎ)}
𝑑𝑡 2

Istilah akumulasi mencerminkan perubahan total energi yang terkandung didalam


sistem. Jika materi ditambahkan ke, atau dihapus dari sistem, materi yang masuk atau
keluar juga memiliki energy yang tersimpan. Jadi, istilah "masuk" dan "keluar" harus

16
mencerminkan energi internal, kinetik, dan potensial dari materi yang masuk atau
keluar. Istilah-istilah ini juga harus mencerminkan kerja aliran yang dilakukan pada
sistem saat material masuk atau keluar dari sistem ini; fenomena ini telah dijelaskan
pada Bagian 1.4.3.

Selain itu, energi dapat dipindahkan ke atau dari sistem dalam bentuk kalor dan kerja
mekanik. Kita menggunakan symbol WEC untuk pekerjaan ekspansi atau kontraksi,
WS untuk pekerjaan poros, dan Q untuk panas, dan istilah-istilah ini bertanda positif
jika energi ditambahkan ke sistem dan bertanda negatif jika energi dikeluarkan dari
sistem. Neraca energi lengkapnya adalah sebagai berikut:

𝑑 𝑣2 𝑗=𝐽 𝑣𝑗2
{𝑀 (𝑈 + + 𝑔ℎ)} = ∑𝑗=1 {𝑚𝑗,𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 (𝑈𝑗 + 𝑃𝑗 𝑉𝑗 + + 𝑔ℎ𝑗 )} (3.33)
𝑑𝑡 2 2

𝑘=𝐾
𝑣𝑘2
− ∑ {𝑚𝑘,𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝑈𝑘 + 𝑃𝑘 𝑉𝑘 + + 𝑔ℎ𝑘 )} + 𝑊𝑆 + 𝑊𝐸𝐶 + 𝑄
2
𝑘=1

Perhatikan bahwa û + PV̂ muncul untuk semua aliran yang masuk atau keluar dari
sistem. Ingat bahwa entalpi property didefinisikan dalam Bagian 2.3.2 sebagai:

H = U + PV

Ini dapat dibagi denan mol (H/N = H ) atau massa (H/M = H) untuk memberi

H = U + PV atau Ĥ = Ŭ + PV

Memasukkan entalpi spesifik ke dalam sisi kanan persamaan menyebabkan neraca


energi disederhanakan menjadi bentuk berikut, yang biasa digunakan.

Neraca energi umum yang bergantung pada waktu dituliskan sebagai

𝑑 𝑣2 𝑗=𝐽 𝑣𝑗2
{𝑀 (𝑈 + + 𝑔ℎ)} = ∑𝑗=1 {𝑚𝑗,𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 (𝐻𝑗 + + 𝑔ℎ𝑗 )} (3.34)
𝑑𝑡 2 2

𝑘=𝐾
𝑘
− ∑ {𝑚𝑘,𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝐻𝑘 + + 𝑔ℎ𝑘 )} + 𝑊𝑆 + 𝑊𝐸𝐶 + 𝑄
2
𝑘=1

di mana:

17
 t adalah waktunya.
 M adalah massa total sistem.
 Û adalah energi internal spesifik sistem.
 v adalah kecepatan sistem.
 h adalah ketinggian sistem.
 g adalah percepatan gravitasi, sama dengan 9,81 m/s2 di Bumi.
 mj,Masuk dan mk.Keluar adalah laju aliran massa dari masing-masing aliran
yang masuk dan keluar sistem, dan penjumlahan dilakukan pada semua
aliran tersebut.
 Hj dan Hk adalah entalpi spesifik aliran yang masuk dan keluar sistem.
 vj dan vk adalah kecepatan aliran yang masuk dan keluar sistem.
 hj dan hk adalah ketinggian dimana aliran masuk dan keluar dari sistem.
 WEC adalah tingkat dimana usaha ditambahkan ke sistem melalui
ekspansi atau kontraksi sistem. ·
 WS adalah tingkat dimana kerja poros ditambahkan ke sistem. ·
 Q adalah laju dimana panas ditambahkan ke sistem.

Contoh 3-3 menunjukkan bahwa dalam beberapa aplikasi, tidak praktis dan tidak
perlu mengukur hubungan antara variabel proses dan waktu. Melalui contoh itu,
bentuk persamaan neraca massa yang terintegrasi dan “tidak tergantung pada waktu”
dikembangkan.

Bentuk analog neraca energi yang tidak tergantung waktu adalah

𝑣2 𝑗=𝐽 𝑣𝑗2
∆ {𝑀 (𝑈 + + 𝑔ℎ)} = ∑𝑗=1 {𝑚𝑗,𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 (𝐻𝑗 + + 𝑔ℎ𝑗 )} (3.35)
2 2

𝑘=𝐾
𝑘
− ∑ {𝑚𝑘,𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝐻𝑘 + + 𝑔ℎ𝑘 )} + 𝑊𝑆 + 𝑊𝐸𝐶 + 𝑄
2
𝑘=1

di mana:

 WEC adalah total kerja poros yang ditambahkan selama proses


berlangsung.
 WS adalah total kerja ekspansi / kontraksi yang ditambahkan selama
proses.
18
 Q adalah panas total yang ditambahkan selama proses.
 mj,Masuk dan mk.Keluar adalah jumlah massa yang ditambahkan dan
dikeluarkan dari proses, dan penjumlahan dilakukan atas semua
kuantitas tersebut.

Persamaan 3.34 dan 3.35 keduanya sangat umum, dan karena itu berlaku untuk sistem
apa pun. Mana yang lebih mudah digunakan untuk masalah tertentu tergantung pada
apakah waktu muncul secara eksplisit atau tidak, baik dalam informasi yang diketahui
(misalnya, "Panas ditambahkan dengan laju 10 kJ/menit") atau dalam pertanyaan yang
harus dijawab (misalnya, “Berapa lama waktu yang dibutuhkan air untuk mencapai
suhu didih?”)

Dua bagian berikutnya ditujukan untuk menerapkan neraca energi—kadang


dikombinasikan dengan neraca massa—ke berbagai contoh. Contoh-contoh ini juga
digunakan untuk mengilustrasikan beberapa operasi unit teknik utama yang menarik
di seluruh buku ini.

3.4 APLIKASI PERSAMAAN NERACA ENERGI UMUM


Contoh pertama menunjukkan sebuah nosel, sebuah alat yang digunakan untuk
mempercepat aliran fluida ke kecepatan tinggi. Sebuah nosel memiliki leher yang
meruncing, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-6, dan diameter yang mengecil
menciptakan penurunan tekanan yang besar dan mendorong kecepatan tinggi.
Biasanya, tidak ada energi yang ditransfer ke fluida dari sumber eksternal.
CONTOH 3-4 NOSEL
Jika uap mengalir melalui nosel adiabatik dalam keadaan tunak, memasuki nosel
dengan tekanan 5 bar dan suhu 4000C dan keluar pada 1 bar dan 3500C (Gambar 3-6),
berapakah kecepatan keluarnya?

Gambar 3-6 Nosel adiabatik pada kondisi tunak yang dijelaskan


pada Contoh 3-4.
SOLUSI:

19
Langkah 1 Tentukan Sistemnya
Mendefinisikan nosel sebagai sistem memungkinkan kita untuk memanfaatkan sifat
nosel yang dijelaskan (misalnya, adiabatik, beroperasi pada kondisi stabil).
Langkah 2 Menerapkan Dan Menyederhanakan Neraca Energi
Pada kondisi tunak, suku akumulasinya adalah 0, dan keseimbangan energi bebas-
waktu disederhanakan menjadi

Memeriksa sisi kanan persamaan, perhatikan:


 Hanya ada satu aliran yang masuk (mmasuk) dan hanya satu aliran yang keluar
(mkeluar).
 Karena ini adalah proses keadaan tunak dengan hanya satu aliran masuk dan
hanya satu aliran keluar, neraca material (Persamaan 3.31) disederhanakan
menjadi mmasuk = mkeluar.
 Q = 0 karena pernyataan masalah mengatakan nosel adiabatik.
 WEC = 0 karena batas sistem tidak bergerak.
 WS = 0 karena sistem tidak memiliki bagian yang bergerak atau mekanisme
apapun untuk kerja poros.
Dengan demikian, neraca energi selanjutnya disederhanakan menjadi:

Karena mmasuk = mkeluar, kita cukup membagi kedua sisi dengan massa ini:

Menurut Gambar 3-6 nosel diorientasikan secara horizontal, sehingga tidak ada
perbedaan ketinggian antara aliran yang masuk dan keluar. Jika h masuk = hkeluar, istilah
energy potensial saling meniadakan satu sama lain.

Langkah 3 Menyederhanakan Asumsi


Kecepatan keluar (vkeluar) adalah apa yang kita mencoba untuk menentukan. Tidak

20
ada informasi dalam pernyataan masalah yang akan memungkinkan kita untuk
menentukan kecepatan masuk (vmasuk), jadi kita asumsikan cukup kecil sehingga
energi kinetik yang masuk dapat diabaikan. Dengan demikian,

yang dapat diatur ulang sebagai

Ini adalah keseimbangan energi tipikal untuk nosel . Hasilnya agak intuitif karena
dalam hal itu tujuan nosel adalah untuk mempercepat fluida ke kecepatan yang lebih
tinggi, dan Persamaan 3.41 menunjukkan bahwa sebagian dari entalpi fluida yang
masuk diubah menjadi energi kinetik.
Langkah 4 Masukkan Nilai Numerik
Temperatur dan tekanan aliran masuk dan keluar diketahui sehingga entalpi dapat
ditemukan dari tabel uap super panas (Appendix A-3) sebagai

Memasukkan ini ke dalam Persamaan 3.41 dan melakukan konversi unit yang
diperlukan memberikan

Kecepatan suara yang bergerak melalui udara pada temperatur dan tekanan sekitar
adalah sekitar 343 m/s, sehingga kecepatan 439,5 m/s yang diperoleh pada Contoh
3-4 adalah kecepatan yang tinggi, tetapi secara fisik tidak realistis. Contoh
berikutnya mempertimbangkan kecepatan yang lebih umum ditemukan pada
peralatan proses kimia.

CONTOH 3-5 BOILER KONDISI TUNAK


Sebuah boiler beroperasi pada kondisi tunak (steady state). Air yang masuk adalah

21
cairan jenuh pada P = 5 bar dan memiliki laju aliran 10.000 kg/jam. Uap yang keluar
juga di P = 5 bar dan memiliki T 54000C. Pipa yang masuk ke boiler berdiameter 8
cm, dan pipa yang keluar dari boiler berdiameter 30 cm (Gambar 3-7). Berapa laju
penambahan panas di dalam boiler?

Gambar 3-7 Boiler yang beroperasi pada kondisi tunak, seperti yang
dijelaskan pada Gambar 3-5.
SOLUSI:
Langkah 1 Tentukan Sistemnya
Tentukan isi boiler sebagai sistem.
Langkah 2 Menerapkan dan menyederhanakan keseimbangan energi
Kami menggunakan bentuk neraca energi yang tergantung waktu, karena kami
mencoba untuk menentukan kecepatan di mana panas ditambahkan. Karena sistem
beroperasi pada kondisi tunak, akumulasi neraca energi adalah nol. Kita dapat
mengabaikan semua syarat kerja, karena batas-batas sistem tidak bergerak, dan
biasanya tidak ada kerja poros dalam boiler (atau penukar panas konvensional
lainnya). Akhirnya, hanya ada satu aliran yang memasuki sistem dan hanya satu
aliran yang keluar. Dengan demikian, neraca energi disederhanakan menjadi

Karena ini adalah proses keadaan tunak, laju aliran massa masuk (mmasuk) dan keluar
(mkeluar) prosesnya harus identik; jika tidak, massa akan terakumulasi dalam sistem.
Selanjutnya, kita cukup mengatur keduanya sama dengan m.
Diagram tersebut mengimplikasi bahwa boiler diorientasikan secara
horizontal. Seperti disebutkan dalam Contoh 3-4, jika aliran masuk dan keluar
berada pada ketinggian yang sama (hmasuk = hkeluar) dan laju aliran massanya identik,
maka energi potensial akan saling meniadakan. (Lihat Contoh 3-6 untuk sistem
yang memiliki energi potensial yang signifikan.) Neraca energi menjadi

22
Langkah 3 Dapatkan Data
Dari tabel uap, H = 640,1 kJ/kg untuk air cair jenuh pada 5 bar dan H = 3272,3 kJ/kg
untuk uap pada tekanan 5 bar dan 4000C.
Langkah 4 Hitung Kecepatan Yang Tidak Diketahui
Kecepatan aliran masuk dan keluar juga dapat ditemukan, karena ukuran pipa-pipa
diketahui. Pertama, laju aliran massa dapat dikaitkan dengan laju aliran volumetric
melalui volume spesifik, yang juga tersedia di tabel uap:

Luas penampang (A) dari pipa adalah

Dan kecepatan linier (v) sama dengan laju aliran volumetrik dibagi dengan luas
penampang:

Langkah 5 Memecahkan Neraca Energi


Ekspresi keseimbangan energi dapat diatur ulang sebagai

23
Memasukkan nilai yang diketahui

Dalam Contoh 3-5, dua fenomena berbeda diidentifikasi dan dihitung:


1. Kenaikan entalpi dari arus masuk ke arus keluar.
2. Peningkatan energi kinetik dari arus masuk ke arus keluar.
Secara fisik, panas (Q) ditambahkan ke sistem, dan ini menyumbang energi yang lebih
tinggi dari aliran keluar. Namun, energi kinetik tidak signifikan dibandingkan dengan
entalpi. Hasil ini biasa terjadi pada peralatan proses kimia. Selanjutnya, ketika kita
memeriksa peralatan proses kimia standar (misalnya, penukar panas, pompa, turbin,
kompresor) kita akan menganggap energi kinetik aliran sungai dapat diabaikan
kecuali kita memiliki alasan khusus untuk berpikir sebaliknya. Contoh 3-4
memberikan contoh skenario dimana energi kinetik tidak dapat diabaikan secara
realistis: dalam nosel, mengubah energi dalam menjadi energi kinetik adalah tujuan
keseluruhan dari proses.
Signifikansi energi potensial diperiksa dalam contoh berikutnya.

CONTOH 3-6 UAP YANG DIPANASKAN SECARA GEOTERMAL


Reservoir bawah tanah 3 km di bawah permukaan mengandung uap yang dipanaskan
secara geothermal pada T = 2500C dan P = 5 bar. Poros vertikal memungkinkan uap
ini mengalir ke atas, melalui poros, dan ke permukaan, dimana uap tersebut masuk ke

24
dalam turbin. Limbah yang meninggalkan turbin adalah uap jenuh pada P = 1 bar
(Gambar 3-8).

Gambar 3-8 Skema turbin/poros dijelaskan pada Contoh 3-6. Garis


putus- putus mewakili batas sistem seperti yang didefinisikan pada
langkah 2 dan 3.

Tentukan laju dimana kerja poros dihasilkan oleh turbin. Asumsikan:


 Proses beroperasi terus menerus pada kondisi tunak.
 Laju aliran uap adalah 100 kg/menit.
 Turbin itu sendiri bersifat adiabatik, tetapi uap kehilangan 5000 kJ/menit
panas ke lingkungan saat bergerak ke atas melalui poros.
 Kecepatan uap dapat diabaikan pada pintu keluar turbin dan pintu masuk
poros.
SOLUSI:
Langkah 1 Mendefinisikan Sebuah Sistem
Dalam banyak masalah, mendefinisikan sistem sepertinya bukan keputusan, tetapi
dalam masalah ini, ada beberapa kemungkinan sistem. Sepintas, tampaknya wajar
untuk mendefinisikan turbin sebagai sistem, karena pertanyaannya menanyakan
berapa banyak usaha yang dihasilkan turbin.

25
Namun, apa yang terjadi ketika kita melakukan ini? Ini adalah sistem tunak, sehingga
neraca energi (Persamaan 3.34) segera disederhanakan menjadi

Turbin bersifat adiabatik (Q = 0), dan batas-batas sistem tidak bergerak (WEC = 0).
Hanya ada satu aliran masuk dan satu keluar, dan pada kondisi tunak, aliran ini harus
memiliki laju aliran yang sama (mmasuk = mkeluar). Neraca energi selanjutnya
disederhanakan menjadi

Kecepatan keluar secara eksplisit dinyatakan dalam pernyataan masalah sebagai dapat
diabaikan, dan berdasarkan apa yang kita lihat pada Contoh 3-5, akan logis untuk
mengasumsikan hal yang sama berlaku pada pintu masuk turbin. Gambar 3-8
menunjukkan turbin diorientasikan secara horizontal, jadi kita menyimpulkan aliran
yang masuk dan keluar memiliki energi potensial yang sama (hmasuk = hkeluar). Akan
tetapi, entalpi aliran yang masuk ke turbin (Hmasuk) tidak diketahui, jadi meskipun kita
membuat berbagai asumsi penyederhanaan, kita tidak dapat menyelesaikan kerja
poros WS.
Untuk menentukan Hmasuk, kita dapat melakukan penyeimbangan energi kedua
di sekitar poros vertikal, dengan mengetahui bahwa uap yang keluar dari bagian atas
poros sama dengan uap yang masuk ke turbin. Namun, strategi solusi ini terlalu rumit.
Meskipun tidak ada informasi yang diberikan tentang uap yang masuk ke turbin, juga
tidak diperlukan. Dalam mendefinisikan sebuah sistem, tujuan kita adalah untuk
menghubungkan apa yang ingin kita ketahui (WS diturbin) denan apa yang kita
lakukan. Material yang memasuki bagian bawah poros dan material yang
meninggalkan turbin dijelaskan sepenuhnya. Akibatnya, strategi solusi yang paling
efisien adalah menggambar batas sistem di sekitar poros dan turbin, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3-8. Dengan cara ini, kita memiliki informasi lengkap
tentang semua material yang masuk dan keluar dari sistem.
Langkah 2 Menerapkan Dan Menyederhanakan Neraca Energi
Kita menggunakan bentuk neraca energi bergantung waktu karena informasi yang

26
diberikan dalam bentuk laju. Karena ini adalah proses kondisi-tunak, akumulasi
adalah nol:

Hanya ada satu aliran yang masuk dan keluar, dan keduanya memiliki kecepatan yang
dapat diabaikan dan laju aliran yang identiks (m) sebesar 100 kg/menit. Terakhir,
tidak ada pekerjaan ekspansi/kontraksi; batas-batas sistem tidak bergerak. Dengan
penyederhanaan ini, neraca energi menjadi

Langkah 3 Selesaikan Neraca Energy


Entalpi kedua aliran tersedia dalam tabel uap. Q diberikan dan WS adalah apa yang
ingin kita tentukan.. Satu-satunya yang tidak diketahui adalah nilai dari h. Kita
mendefinisikan permukaan bumi sebagai h = 0, sehingga uap yang keluar dari turbin
berada pada h = 0 dan uap yang masuk ke dalam poros berada di h = -3 km.
Memasukkan semua nilai yang diketahui menghasilkan

Contoh ini agak dibuat-buat karena membuat pemanenan energi panas bumi terlihat
jauh lebih sederhana daripada yang sebenarnya, tetapi ini mengilustrasikan strategi
untuk mendefinisikan sistem: pilih sistem yang memungkinkan Anda menggunakan
informasi yang diketahui dan menghubungkannya dengan informasi yang dibutuhkan.

27
Contoh 3-6 mengilustrasikan poin berharga tentang energi potensial. Prosesnya
memiliki satu aliran material yang masuk dan satu aliran keluar, dan ketinggian kedua
aliran ini berbeda 3 km. Dengan Δh = 3 km, energi potensial dari neraca energi
menyumbang ~30 kJ energi per kilogram uap. Namun, tidak umum untuk proses
produksi bahan kimia melibatkan ketinggian sebesar ini. Jika perbedaan ketinggian
antara aliran masuk dan keluar adalah 10 m (yaitu, sedikit lebih tinggi dari ketinggian
rumah bertingkat tiga pada umumnya) dan bukannya 3 km, energi potensialnya adalah
~0,1 kJ/kg, yang dapat biasanya dianggap diabaikan dibandingkan dengan H yang
berada diurutan ratusan atau ribuan kJ/kg.
Konsekuensinya, selanjutnya, kita akan memperlakukan energi potensial
aliran masuk dan keluar sebagai dapat diabaikan kecuali sistem kita melibatkan
perubahan atau perbedaan ketinggian yang jauh lebih besar dari 10 m.
Contoh 3-4 hingga 3-6 adalah proses sistem terbuka kondisi tunak. Contoh
berikutnya mengilustrasikan sistem tertutup yang tidak dalam keadaan tunak.

CONTOH 3-7 PENDINGINAN CAMPURAN DUA FASE


Sebuah tangki penyimpanan kaku memiliki volume total 5,00 m3 dan disegel selama
proses berlangsung. Awalnya, tangki penyimpanan berisi 0,50 m3 air cair jenuh di P =
5 bar, sedangkan sisa tangki diisi dengan uap jenuh pada tekanan yang sama. Tangki
mendingin secara bertahap sampai sistem uap-cair mencapai P = 4 bar (Gambar 3-9).
Berapa banyak kalor yang hilang ke lingkungan selama proses ini, dan berapakah
volume akhir cairan dan uap?

Gambar 3-9 Skema kondisi awal dan akhir tangki


dijelaskan pada Contoh 3-7.
28
SOLUSI:
Langkah 1 Mendefinisikan Sebuah Sistem
Tentukan isi tangki (cair dan uap) sebagai sistem. Tangki disegel, jadi ini adalah
sistem tertutup. Sementara massa total sistem harus tetap konstan, massa fase cair dan
uap dapat berubah.
Langkah 2 Menerapkan Dan Menyederhanakan Keseimbangan Energi
Kami menggunakan neraca energi bebas-waktu karena tidak ada informasi mengenai
durasi proses yang diketahui. Ini bukan proses kondisi-mapan; kita tahu tekanannya
berubah dan harus mengharapkan properti lain (seperti U) juga akan berubah. Namun,
ada beberapa penyederhanaan langsung ke keseimbangan energi:
 Tidak ada massa yang masuk atau keluar dari sistem (itu adalah sistem tertutup).
 Porsi energi potensial dan kinetik dari istilah "akumulasi" dapat diabaikan; tangki
tidak bergerak.
 Tangki itu kaku, sehingga tidak ada kerja pemuaian atau penyusutan.
 Tidak disebutkan tentang mixer atau mekanisme lain untuk kerja poros di dalam
tangki.
Dengan demikian, neraca energi disederhanakan menjadi

Atau, ekuivalen:

Panas adalah satu-satunya bentuk dimana energi ditambahkan atau dihilangkan dari
sistem. Kami mengharapkan Q menjadi negatif, karena dinyatakan bahwa tangki
“mendingin”; ini menyiratkan bahwa energi meninggalkan sistem.
Langkah 3 Hitung Massa Cairan Dan Uap Awal
Langkah 2 menunjukkan kami tidak dapat menemukan Q tanpa menentukan nilai
awal (U1) dan akhir (U2) nilai-nilai energi internal, yang membutuhkan penentuan
berapa banyak cairan dan uap yang ada di awal dan akhir proses.
Menurut tabel uap, volume spesifik cairan dan uap jenuh di P = 5 bar, V̂L=
0,001093 m3/kg dan V̂V = 0,3748 m3/ kg. Akibatnya, massa awal cairan dan uap dapat
ditemukan sebagai

29
Jadi, massa totalnya adalah 457,5 + 12.0 = 469,5 kg.
Langkah 4 Hitung Massa Cairan Dan Uap Akhir
Jumlah cairan dan uap pada akhir proses (𝑀2𝐿 dan 𝑀2𝑉 ) tidak diketahui, jadi kita
membutuhkan dua persamaan untuk menentukannya. Satu persamaan berasal dari
fakta bahwa ini adalah sistem tertutup; massa total konstan:

Persamaan lainnya berasal dari fakta bahwa kontainernya kaku, sehingga volume total
harus tetap 5,0 m3.

Volume cairan dan uap jenuh pada 4 bar tersedia lagi di tabel uap. Jadi,

Memecahkan kedua persamaan ini secara bersamaan memberikan 𝑴𝑳𝟐 = 459,8 kg dan
𝑴𝑽𝟐 = 9,7 kg. Volume akhir zat cair adalah 0,498 m3. Ingatlah bahwa volume asli
diberikan dengan dua angka penting, 0,50 m3, jadi untuk tingkat akurasi ini, volume
cairan dan uap tidak berubah. Hasil ini masuk akal, karena kira-kira 20% dari uap
awal telah terkondensasi, tetapi uap yang tersisa secara signifikan kurang padat dari
uap awal karena penurunan tekanan.
Langkah 5 Selesaikan Neraca Energi Untuk Q
Kembali ke neraca energi, kita tahu ΔU = Q dan bahwa total energi internal pada awal
atau akhir proses adalah jumlah energi dalam cairan dan uap. Jadi,

30
Semua massa telah ditentukan dan energi internal cairan dan uap jenuh pada P = 5
batr dan P = 4 bar dapat diperoleh dari tabel uap. Jadi,

Kita sekarang telah memeriksa contoh sistem terbuka dan tertutup, serta contoh proses
keadaan tunak dan keadaan tidak tunak. Bagian ini ditutup dengan contoh dimana
kerja poros yang diperlukan dalam pompa ditentukan. Contoh berikut ini
menggabungkan hasil keseimbangan energi sistem terbuka, keadaan tunak dengan
hasil sistem tertutup, neraca energi keadaan tidak tunak.

CONTOH 3-8 KERJA POROS PADA POMPA AIR


Sebuah pompa adiabatik beroperasi pada kondisi tunak. Air masuk sebagai cairan
jenuh pada P = 0,2 bar dan dikompresi menjadi P = 10 bar (Gambar 3-10). Berapa laju
kerja poros yang ditambahkan ke dalam pompa, per kilogram air yang masuk?

Gambar 3-10 Pompa adiabatik yang beroperasi pada


kondisi tunak, dijelaskan pada Contoh 3-8.
SOLUSI:
Langkah 1 Mendefinisikan Sebuah Sistem
Sistem didefinisikan sebagai pompa dengan batas-batas sistem yang ditunjukkan pada
Gambar 3-10.
Langkah 2 Menerapkan Dan Menyederhanakan Neraca Energi
Karena pompa beroperasi pada kondisi tunak, sisi kiri neraca energi adalah 0. Jadi,

31
Hanya ada satu arus masuk dan satu arus keluar, batas-batas sistem tidak bergerak
(WEC =0), dan pompa digambarkan sebagai adiabatik (Q = 0). Mengabaikan energi
potensial dan kinetik meninggalkan keseimbangan energi:

Laju aliran massa yang masuk dan keluar adalah sama, sehingga subskrip "masuk"
dan "keluar" dapat dihilangkan dari laju aliran massa. Akan lebih mudah untuk
mengatur ulang persamaan tersebut sehingga menjadi eksplisit dalam “kerja yang
dihasilkan per kilogram air”, karena itulah yang sedang kita coba tentukan. Jadi,

Namun, pada titik ini, tidak ada cara yang jelas untuk maju dengan Persamaan 3.68.
Kita tahu persis apa yang masuk ke pompa — cairan jenuh di P = 0,2 bar dan dapat
mencari H dalam tabel uap. Kita tahu cairan yang keluar berada di P = 10 bar, tetapi
seperti yang dinyatakan oleh aturan fase Gibbs, dibutuhkan dua properti intensif untuk
sepenuhnya menentukan keadaan fluida murni, dan kita tidak memiliki informasi
kedua. Kita bisa mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang apa yang terjadi
dalam proses ini melalui keseimbangan energi kedua.
Langkah 3 Tentukan Sistem Kedua
Satu-satunya sistem yang masuk akal yang dapat kita definisikan adalah pompa, yang
telah kita pelajari pada langkah 2, dan air itu sendiri. Kita dapat mendefinisikan "slug"
cairan kecil sebagai sistem, dengan proses yang dimulai tepat sebelum slug memasuki
pompa dan berakhir saat cairan meninggalkan pompa. Kami akan memodelkan "slug"
cairan ini sebagai sistem tertutup; jadi kami menganggap itu tidak bercampur dengan
air disekitarnya. Sistem ini diilustrasikan pada Gambar 3-11.

32
Gambar 3-11 Pendekatan alternatif untuk memodelkan pompa, di mana
sistemnya adalah slug of fluid.
Langkah 4 Menerapkan Dan Menyederhanakan Neraca Energi
Karena kita tidak tahu berapa lama waktu yang diperlukan cairan untuk melewati
pompa, kita menerapkan keseimbangan energi bebas-waktu, yang dalam bentuknya
yang paling umum adalah

Karena kita tahu bahwa setidaknya satu sifat sistem (tekanan) berubah, ini bukanlah
proses keadaan tunak; ΔU di sisi kiri tidak dapat diabaikan. Tapi kita akan
mengabaikan energi potensial dan kinetik untuk alasan yang dieksplorasi dalam
Contoh 3-5 dan 3-6.
Di sisi kanan, istilah yang terkait dengan aliran material dapat dihilangkan,
karena slug merupakan sistem tertutup. Pompa secara keseluruhan bersifat adiabatik,
jadi kami perkirakan juga tidak ada perpindahan panas ke dalam slug kecil cairan ini,
jadi, Q = 0. Selain itu, menurut definisi sistem ini, kerja poros adalah nol. Hal ini
karena:
 Ketika pompa, dan semua yang ada di dalam pompa, adalah sistem, mesin bekerja
di dalam batas sistem dan mentransfer energi dalam bentuk kerja poros.
 Ketika cairan kecil adalah sistem, tidak ada bagian yang bergerak di dalam sistem.
Poros berada di luar sistem, tetapi bekerja pada cairan, mengompresnya. Jadi,
dengan definisi sistem ini, kerja yang dilakukan adalah kerja ekspansi/kontraksi.
Neraca energi dengan demikian disederhanakan menjadi

Massa slug cairan adalah konstan, karena merupakan sistem tertutup. Energi dalam
spesifik tidak konstan. Walaupun kita tidak mengetahui dengan pasti bagaimana
pompa bekerja, kita mengetahui nilai awal dan akhir dari Û adalah cairan yang masuk
dan keluar dari pompa: proses dimulai ketika cairan memasuki pompa dan berakhir
ketika cairan meninggalkan pompa.

33
Langkah 5 Kaitkan WEC Dengan Sifat Intensif Cairan
Kami tidak dapat menyelesaikan masalah pada langkah 2 karena kami hanya
mengetahui satu properti intensif (P) dari cairan yang keluar dari pompa. Agar
bermanfaat, Persamaan 3.70 juga harus dikaitkan dengan sifat intensif cairan. Kita
belajar di Bagian 1.4.3 bahwa pekerjaan ekspansi sama dengan – PdV . Jadi,

Membagi kedua sisi dengan massa sistem M

Pada titik ini, kita tampaknya memiliki penghalang serupa untuk kemajuan lebih
lanjut seperti yang kita lakukan pada langkah 2. Keadaan awal air sudah ditentukan
sepenuhnya dan kita dapat mencari V̂masuk di tabel uap, tetapi kita tidak memiliki
informasi apa pun tentang cairan yang keluar dari pompa yang akan membantu kita
menyelesaikan integral. Namun, hubungan antara Persamaan 3.72 dan 3.68 menjadi
lebih jelas ketika kita menggunakan integrasi per bagian.
Langkah 6 Integrasi Per Bagian
Integrasi dengan bagian menghasilkan

Tapi kita bisa menggabungkan U dan PV, menerapkan definisi entalpi untuk

Langkah 7 Gabungkan Persamaan Neraca Energi


Persamaan 3.68 dan 3.75 diturunkan melalui dua kesetimbangan energi yang berbeda
34
pada dua sistem yang berbeda, tetapi keduanya menghubungkan perubahan entalpi
yang dialami cairan saat bergerak melalui pompa: HKeluar – HMasuk. Menggabungkan
ekspresi ini

Langkah 8 Selesaikan Untuk Kerja Pompa


Ada dua poin penting tentang Persamaan 3.76 yang membuatnya dapat dipecahkan.
Pertama, integralnya adalah sehubungan dengan dP daripada dV̂, dan P adalah salah
satu properti yang dikenal untuk air masuk dan keluar. Kedua, volume spesifik cairan
(dalam sebagian besar kondisi) cukup mendekati konstan. Menerapkan ini

Dalam contoh ini, hanya dibutuhkan sekitar 1 kJ usaha untuk menaikkan tekanan 1 kg
air dengan faktor 50.

Hasil utama dari Contoh 3-8 adalah Persamaan 3.76, yang menghubungkan kerja
poros dalam pompa dengan volume dan tekanan fluida yang mengalir melalui pompa.
Mengalikan kedua sisi Persamaan 3.76 dengan laju aliran massa

Penurunan persamaan ini tidak spesifik untuk pompa; pada prinsipnya dapat
diterapkan pada kompresor, turbin, atau proses lain yang melibatkan kerja poros.
Dalam prakteknya, sangat sulit untuk menerapkan Persamaan 3.78 pada proses
dimana fluida adalah uap (atau sistem cair-uap). Uap dalam turbin atau kompresor
mengalami perubahan besar dalam tekanan dan temperatur. Seseorang akan
membutuhkan model proses yang sangat rinci untuk menghubungkan laju aliran
volumetrik V untuk tenekan P, dan tanpa hubungan ini persamaan 3.78 tidak dapat
diintegrasikan. Turbin dan kompresor biasanya dimodelkan dengan strategi yang
diperkenalkan di Bab 4. Persamaan 3.78 cukup berguna untuk pompa, bagaimanapun,
35
karena dalam banyak aplikasi, volume cairan cukup dimodelkan sebagai konstan
terhadap T dan P , seperti yang dilakukan pada Persamaan 3.77 pada Contoh 3-8.

3.5 MENGGABUNGKAN NERACA ENERGI DENGAN MODEL


TERMODINAMIKA SEDERHANA
Meskipun sistem fisik dalam contoh yang ditemukan di Bagian 3.4 bervariasi,
satu-satunya senyawa kimia yang ada di dalamnya adalah H2O. Penerapan
keseimbangan energi karena itu sederhana dalam satu hal: Û, Ĥ, dan V̂ diketahui pada
semua kondisi yang menarik. Pada bagian ini, kita akan membahas penerapan neraca
energi dalam hubungannya dengan model termodinamika sederhana yang
dikembangkan pada Bagian 2-3, yang sangat penting dalam situasi dimana data
properti fisik kurang ekstensif atau tidak tersedia sama sekali.

CONTOH 3-9 BALON BERISI HELIUM


Bagian balon balon berisi 5.000 mol helium. Awalnya, helium berada pada T = 1580C
dan P = 0,95 atm, dan berjarak 500 m dari permukaan tanah (dimana tekanan atmosfer
juga 0,95 atm). Balon terbang ke selatan dengan ketinggian konstan dan kecepatan
lambat, dan secara bertahap menghangat hingga T = 2580C (meskipun tekanan tetap
konstan) (Gambar 3-12). Berapa banyak panas yang ditambahkan ke balon selama
proses?

Gambar 3-12 Skema penerbangan balon yang dijelaskan dalam Contoh 3-9.
SOLUSI:
Langkah 1 Tentukan Sistemnya
Informasi yang diberikan semuanya berupa sifat-sifat helium, jadi definisikan helium
sebagai sistem.
Langkah 2 Menerapkan Dan Menyederhanakan Neraca Energi
36
Kami menggunakan time-independent energy balance karena tidak ada informasi
berapa lama waktu penerbangan berlangsung.
Ini adalah sistem tertutp; tidak ada massa yang masuk atau keluar. Dengan demikian,
mmasuk = mkeluar = 0, dan energi kesetimbangan disederhanakan menjadi
v2
∆ {𝑀 (Û + + gh)} = 𝑊𝐸𝐶 + 𝑊𝑆 + 𝑄 (3.79)
2

Kita tahu bahwa Q adalah signifikan karena itulah yang kita coba temukan. Akan
tetapi, satu kesalahan yang mungkin terjadi, akan mencoret kedua istilah kerja
tersebut. Karena menghasilkan kerja bukanlah tujuan yang jelas dari proses tersebut,
akan mudah jatuh ke dalam perangkap dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kerja
yang terjadi. Tidak ada bagian yang bergerak di dalam balon, sehingga tidak ada kerja
poros yang dihasilkan. Namun, gas dipanaskan pada tekanan konstan, sehingga harus
memuai, dan kapan saja sistem memuai, kerja dilakukan pada lingkungan (seperti
yang dijelaskan pada Bagian 1.4.3).
Di sisi kiri, energi kinetik dapat diabaikan, karena kecepatan (V) digambarkan
sebagai "lambat." Ketinggian h konstan pada 500 m, sehingga energi potensial relatif
terhadap tanah tidak sama dengan 0, tetapi konstan. Dengan demikian, neraca energi
disederhanakan menjadi
𝑀2 Û2 − 𝑀1 Û1 = 𝑊𝐸𝐶 + 𝑄 (3.80)
Karena jumlah mol helium diberikan, akan lebih mudah untuk menyatakannya dalam
basis molar:
𝑁2 U2 − 𝑁1 U1 = 𝑊𝐸𝐶 + 𝑄 (3.81)
Jadi, jika kita dapat menghitung dua panas, kerja, dan energi dalam molar, kita dapat
menghitung yang ketiga dengan neraca energi. Perhatikan jumlah helium tidak
berubah, jadi N2 = N1 = N.
Langkah 3 Temukan Pekerjaan Ekspansi
Seperti yang telah dijelaskan pada Bagian 1.4.3, kerja pemuaian/penyusutan diberikan
oleh
𝑑𝑊𝐸𝐶 = −𝑃𝑑𝑉 (3.82)
dimana P adalah tekanan yang melawan denan gerakan. Dalam hal ini, tekanan
eksternal berasal dari atmosfer. Namun, karena ketinggian, “tekanan luar” adalah 0,95
atm, bukan 1 atm. Karena tekanan eksternal konstan, Persamaan 3.82 diintegrasikan
ke
37
𝑊𝐸𝐶 = −(0.95𝑎𝑡𝑚)(𝑉2 − 𝑉1 ) (3.83)
Karena tekanan gas di bawah atmosfer, kita akan mengansumsikan perilaku gas ideal.
V2 dan V1 dapat ditemukan dengan hukum gas ideal sebagai
𝑁𝑅𝑇2 𝑁𝑅𝑇1
𝑊𝐸𝐶 = −(0.95 𝑎𝑡𝑚) ( − ) (3.84)
𝑃2 𝑃1

Pada kasus ini P1 = P2 = 0,95 atm, sehingga persamaannya mrnjadi lebih sederhana.
(Fakta bahwa tekanan gas dan tekanan eksternal adalah sama dibahas lebih lanjut di
akhir contoh.)
𝑊𝐸𝐶 = −𝑁𝑅(𝑇2 − 𝑇1 ) (3.85)
𝐽 1 𝑘𝐽
𝑊𝐸𝐶 = −(5000 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑠) (8.314 𝑚𝑜𝑙.𝐾 ) (298.15 − 288.15 𝐾) (1000 𝐽) = −415.7 𝑘𝐽

Langkah 4 Hitung Perubahan Energi Dalam Molar


Pada Bagian 2.3.3, kami menunjukkan bahwa untuk gas ideal
𝑑𝑈 = 𝐶𝑉∗ 𝑑𝑇 (3.86)
Selanjutnya, helium adalah gas monoatomik. Seperti yang telah dibahas dalam
Contoh 2-4, kita dapat mengasumsikan 𝐶𝑉∗ = (1.5)R untuk setiap gas ideal
monoatomik. Sejak 𝐶𝑉∗ konstan, Persamaan 3.86 diintegrasikan dengan
3 𝐽 𝐽
𝑈2 − 𝑈1 = 𝐶𝑉∗ (𝑇2 − 𝑇1 ) = 2 (8.341 𝑚𝑜𝑙.𝐾 ) (298.15 − 288.15 𝐾 ) = 124.7 𝑚𝑜𝑙 (3.87)

Langkah 5 Menyelesaikan Neraca Energi Untuk Q


Memasukkan hasil langkah 3 dan 4 ke dalam neraca energi memberi
𝐽 1 𝑘𝐽
(5000𝑛𝑜𝑙𝑒𝑠) (124.7 ) (1000 𝐽) = −415.7 𝑘𝐽 + 𝑄 (3.88)
𝑚𝑜𝑙

𝑸 = 𝟏𝟎𝟑𝟗. 𝟐 𝒌𝑱
Sumber kebingungan yang mungkin terjadi
Menurut informasi yang diberikan, atmosfer dan helium memiliki konstanta P = 0,95
atm. Anda mungkin bertanya, jika tekanan di dalam dan di luar sama, bagaimana
mungkin pemuaian terjadi?
Kata kunci dalam pernyataan masalah adalah "secara bertahap". Panas
ditambahkan dengan sangat lambat, sehingga tekanan di dalam balon tidak pernah
naik secara signifikan lebih tinggi daripada tekanan luar. Karena perbedaan tekanan
yang mendorong pemuaian sangat kecil, maka pemuaian menjadi sangat lambat.
Akibatnya, meskipun kita tahu tekanan helium harus lebih tinggi secara fraksional
daripada tekanan eksternal (setidaknya sebagian waktu) agar pemuaian terjadi, dalam

38
membangun model matematis dari proses tersebut, kita dapat menganggap tekanan ini
identik. Ini sebenarnya adalah contoh dari proses reversibel, sebuah fenomena yang
dibahas secara rinci dalam Bab 4.

Contoh berikutnya lagi-lagi membahas gas yang terkurung dalam perangkat piston-
silinder. Penting untuk dicatat bahwa, sementara sistem fisik terlihat sangat berbeda
dari balon pada Contoh 3-9, ketika kita menjalani latihan mengidentifikasi bentuk-
bentuk energi yang relevan yang masuk, keluar, atau terakumulasi dalam sistem,
persamaan keseimbangan energi pada akhirnya terlihat sama.

CONTOH 3-10 GAS IDEAL DALAM PERANGKAT PENGINDERAAN


PISTON
Sebuah gas ideal memiliki 𝐶𝑃∗ = (7/2)R. Satu mol gas ini terkurung dalam perangkat
piston-silinder. Awalnya, gas di T = 300 K dan P = 1 bar (Gambar 3-13). Jika gas
dikompresi secara isotermal menjadi P = 5 bar, tentukan jumlah usaha dan panas yang
berhubungan dengan proses tersebut.

Gambar 3-13 Perangkat piston-silinder yang dijelaskan dalam Contoh 3-10.


SOLUSI:
Langkah 1 Tentukan Sistemnya
Definisikan sistem sebagai gas di dalam silinder.
Langkah 2 Menerapkan Dan Menyederhanakan Neraca Energi

39
Tidak ada informasi yang diberikan atau diperlukan tentang berapa lama proses
berlangsung, jadi kita menggunakan bentuk neraca energi yang tidak bergantung pada
waktu. Perhatikan penyederhanaan berikut ini.
 Ini bukan proses kondisi-tetap; istilah akumulasi secara keseluruhan tidak
dapat diabaikan. Namun, silinder, sebagai sebuah unit, tidak bergerak melalui
ruang, dan perubahan energi kinetik atau potensial sistem dapat
dipertimbangkan dianggap atau dapat diabaikan.
 Tidak ada material yang masuk atau keluar dari sistem, mmasuk = mkeluar = 0.
 Sementara piston mungkin memiliki bagian yang bergerak/berputar, ini berada
diluar sistem. Tidak ada bagian yang bergerak di dalam silinder sehingga Ws =
0.
 Sistem menjadi lebih kecil WEC tidak dapat diabaikan.
 Tidak ada alasan untuk berasumsi Q dapat diabaikan.
Akibatnya, neraca energi disederhanakan, seperti pada Contoh 3-9, menjadi
𝑁2 𝑈2 − 𝑁1 𝑈1 = 𝑊𝐸𝐶 + 𝑄 (3.89)
Energi internal di sini dinyatakan dalam basis molar (bukan massa).
Langkah 3 Menentukan Kerja Kompresi
Usaha dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 1.22:
𝑑𝑊𝐸𝐶 = −𝑃𝑑𝑉
dimana P adalah tekanan yang melawan gerakan—dalam hal ini, tekanan gas.
Menyelesaikan hukum gas ideal untuk P memberikan
𝑁𝑅𝑇
𝑃= (3.90)
𝑉

Memasukkan hukum gas ideal ke dalam Persamaan 1.23 memberikan


𝑁𝑅𝑇
𝑑𝑊𝐸𝐶 = − 𝑑𝑉 (3.91)
𝑉

Hal ini dinyatakan sebagai kompresi isotermal, dan sistem tertutup. Oleh karena
itu, T dan N keduanya konstan dalam proses ini, dan R selalu konstan. Akibatnya,
Persamaan 3.91 dapat diintegrasikan sebagai
𝑉=𝑉 1 𝑉
𝑊𝐸𝐶 = −𝑁𝑅𝑇 ∫𝑉=𝑉 2 𝑉 𝑑𝑉 = −𝑁𝑅𝑇(ln 𝑉2 − ln 𝑉1 ) = −𝑁𝑅𝑇 ln (𝑉2 ) (3.92)
1 1

N, R, dan T semuanya diketahui. Karena tekanan dan suhu awal dan akhir
diberikan, kita pasti bisa menentukannya V1 dan V2 ,tetapi sebenarnya tidak perlu

40
dilakukan. Kita dapat menggunakan hukum gas ideal untuk menyatakannya V 1
dan V2 dalam hal suhu dan tekanan yang diketahui:
𝑁𝑅𝑇2
𝑃2
𝑁𝑅𝑇1
𝑊𝐸𝐶 = −𝑁𝑅𝑇 ln ( ) (3.93)
𝑃1

Karena N, R, dan T semuanya tetap (T1 = T2 dan N1 = N2), Persamaan 3.93


disederhanakan menjadi:
𝑃 𝐽 1 𝑏𝑎𝑟
𝑊𝐸𝐶 = −𝑁𝑅𝑇 ln (𝑃1 ) = −(1 𝑚𝑜𝑙) (8.314 𝑚𝑜𝑙.𝐾 ) (300 𝐾 ) ln (5 𝑏𝑎𝑟 ) (3.94)
2

= 4014 J

Langkah 4 Tentukan Perubahan Energi Internal Molar


Tidak ada cara langsung untuk menghitung Q, tetapi karena kita mengetahui WEC,
jika kita dapat menghitung perubahan energi internal, kita dapat menghitung Q
dari neraca energi. Bagian 2.3.3 menunjukkan bahwa untuk gas ideal:
𝑑𝑈 = 𝐶𝑉∗ 𝑑𝑡
Ini adalah proses isotermal ( dT = 0). Jadi, meskipun ini bukan proses keadaan
tunak, perubahan energi dalam adalah 0. Akibatnya, neraca energi disederhanakan
menjadi
𝐶𝑉 𝑑𝑇 = 0 = 𝑊𝐸𝐶 + 𝑄 = 4014 𝐽 + 𝑄 (3.95)
-4014 J = Q

Perhatikan beberapa poin yang diilustrasikan oleh contoh sebelumnya:


 Suatu proses dalam keadaan tunak jika semua variabel keadaan tetap konstan
terhadap waktu. Dalam contoh tersebut, suhu dan energi internal molar sistem
sama-sama konstan, tetapi tekanannya berubah, sehingga sistem tidak dalam
keadaan tunak.
 Untuk gas ideal, energi internal hanya fungsi suhu. Masuk akal, pada
permulaan masalah, untuk mengetahui bahwa energi internal tidak berubah
karena temperatur tidak berubah, dan mencoret U istilah dalam keseimbangan
energi umum untuk alasan itu. Namun, solusi tersebut menunjukkan bahwa

41
meskipun seseorang telah melewatkan wawasan fisik ini diawal soal,
Persamaan 3.95 masih akan memberikan jawaban yang benar.
 𝐶𝑉∗ muncul di Persamaan 3.95, tetapi nilainya tidak penting karena dT = 0.
Perhatikan, bagaimanapun, bahwa 𝐶𝑃∗ diberikan, dan ditunjukkan pada Bagian
2.3.3 bahwa untuk gas ideal, 𝐶𝑉∗ + R = 𝐶𝑃∗ . Oleh karena itu, dalam hal ini,
miliki 𝐶𝑉∗ diperlukan, seseorang dapat menghitungnya:
7 5
𝐶𝑉∗ = 𝐶𝑃∗ − 𝑅 = 𝑅 − 𝑅 = 𝑅
2 2
Dua contoh sebelumnya berkaitan dengan gas ideal. Masalah selanjutnya
melibatkan cairan, yang akan dimodelkan menggunakan asumsi yang dibahas
di Bagian 2.3.5. Contoh 3-11 juga memerlukan penggunaan neraca energi
yang bergantung pada waktu.

CONTOH 3-11 SEBUAH TANGKI PENYIMPANAN


Sebuah tangki memiliki volume 500 liter dan pada awalnya penuh dengan
cairan yang bersuhu 300 K, memiliki massa jenis 0,8 kg/L, dan kapasitas kalor
konstan sebesar CV = 3 J/g.K. Tangki dapat dimodelkan dengan terisolasi sempurna,
dan isinya dapat diasumsikan tercampur dengan baik, meskipun kerja poros yang
ditambahkan oleh mixer dapat diabaikan. Katup masuk dan keluar keduanya dibuka
pada saat yang bersamaan. Laju aliran cairan yang masuk dan keluar sama-sama 25
L/menit. Cairan yang masuk berada di T = 400 K, dan suhu cairan yang keluar setiap
saat identik dengan suhu cairan di dalam tangki pada waktu tertentu (Gambar 3-14).
Setelah lima menit, berapa suhu cairan di dalam tangki?
SOLUSI:
Langkah 1 Mendefinisikan Sebuah Sistem
Tentukan isi tangki sebagai sistem.
Langkah 2 Terapkan Keseimbangan Material
Tidak ada informasi dalam pernyataan masalah yang memungkinkan kita mengukur
berapa banyak cairan yang memuai dengan kenaikan suhu, kita bahkan tidak tahu apa
cairan itu,

42
Gambar 3-14 Tangki dijelaskan dalam Contoh 3-11.
Secara khusus. Kita mengetahui bahwa massa jenis cairan (dan padatan) sering kali,
dan dengan perkiraan yang masuk akal, konstan terhadap suhu, jadi kita akan
mengasumsikan kerapatan 0,8 kg/L (diberikan pada T = 300 K) berlaku pada semua
temperatur. Akibatnya, massa cairan yang masuk dan keluar tangki adalah
𝐿 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑚𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑚𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = (25 𝑚𝑖𝑛) (0.8 ) = 20 (3.96)
𝐿 𝑚𝑖𝑛

Karena laju aliran massa yang masuk dan keluar identik, neraca massa
disederhanakan menjadi
𝑑𝑀
= 𝑚𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑚𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 0 (3.97)
𝑑𝑡

Jadi, massa sistem ( M ) konstan terhadap waktu dan dapat dihitung sebagai
𝑘𝑔
𝑀 = (500𝐿) (0.8 ) = 400𝑘𝑔 (3.98)
𝐿

Langkah 3 Menerapkan Dan Menyederhanakan Keseimbangan Energi


𝑗=𝐽
𝑑 𝑣2 𝑣𝑗2
{𝑀 (𝑈 + + 𝑔ℎ)} = ∑ {𝑚𝑖.𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 (𝐻𝑗 + + 𝑔ℎ𝑗 }
𝑑𝑡 2 2
𝑗=1

𝑣𝑘2
− ∑𝑘=𝐾
𝑘=1 {𝑚𝑘,𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝐻𝑘 + + 𝑔ℎ𝑘 )} + 𝑊𝑆 + 𝑊𝐸𝐶 + 𝑄
2

Memeriksa istilah-istilah dari kiri ke kanan:


 Û tidak konstan, karena kita mengharapkan suhu tangki meningkat. Namun,
sistemnya adalah tangki stasioner, sehingga tidak ada perubahan energi kinetik
atau potensial.
43
 Ada satu aliran yang masuk dan satu aliran yang keluar dari proses. Energi
kinetik dan potensial dari aliran ini dapat diabaikan (lihat Contoh 3-5 dan 3-6).
 Kerja poros secara eksplisit dinyatakan dapat diabaikan.
 Tidak ada kerja ekspansi atau kontraksi karena sistem adalah bejana volume
konstan.
 Panas dapat diabaikan karena bejana digambarkan terisolasi sempurna.
Menerapkan penyederhanaan ini memberikan keseimbangan energi:
𝑑
(𝑀𝑈) = 𝑀𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 + 𝑚𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (3.99)
𝑑𝑡

Karena M adalah konstan, maka dapat ditarik keluar dari diferensial. Juga, mMasuk =
mKeluar = m, jadi
𝑑𝑈
𝑀 𝑑𝑡 = 𝑚(𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ) (3.100)

Langkah 4 Menyederhanakan Asumsi Mengenai Entalpi


Telah diamati pada Bagian 2.3.5 bahwa untuk sebagian besar cairan dan padatan,
PV<<U, jadi U≈H dan CV ≈CP. Karena kita tidak memiliki cara yang lebih baik
untuk maju dengan menggunakan informasi yang diberikan, kita asumsikan U = H
(dan Û = H ) di sini.
𝑑Û
𝑀 𝑑𝑡 = 𝑚(Û𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − Û𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ) (3.101)

Langkah 5 Menghubungkan Energi Internal Spesifik Kengan Kapasitas Panas Yang


Diketahui
Ini adalah proses dengan volume konstan (lihat Bagian 2.3.2), dan untuk proses
dengan volume konstan:
𝑑Û = 𝐶𝑉 𝑑𝑇 (3.102)
Kita bisa menghubungkan istilah ÛMasuk - ÛKeluar untuk suhu dengan mengintegrasikan
Persamaan 3.102. Karena CV adalah konstan,
Û=Û𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑇=𝑇
∫Û=Û 𝑑Û = ∫𝑇=𝑇 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝐶𝑉 𝑑𝑇 (3.103)
𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘

Û𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − Û𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝐶𝑉 (𝑇𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑇𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 )


Mengganti ini dan Persamaan 3.102 menjadi Persamaan 3.101 memberikan
𝑑𝑇
𝑀𝐶𝑉 𝑑𝑡 = −𝑚𝐶𝑉 (𝑇𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑇𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 ) (3.104)

Langkah 6 Selesaikan Persamaan Diferensial

44
Karena tangki tercampur dengan baik, suhu cairan yang keluar ( Tkeluar) sama dengan
suhu sistem (T). Dengan melakukan subsitusi, dan juga membatalkan CV,
memberikan sebuah persamaan yang dapat kita integrasikan:
𝑑𝑇
𝑀 𝑑𝑡 = −𝑚(𝑇𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑇) (3.105)
𝑑𝑇 𝑚
= 𝑑𝑡 (3.106)
𝑇𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 −𝑇 𝑀
𝑇=𝑇 𝑡=𝑡
𝑑𝑇 𝑚
∫ =∫ 𝑑𝑡
𝑇=300𝐾 𝑇𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑇 𝑡=0 𝑀
𝑇𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝑇 𝑚
− ln ( )= 𝑡
𝑇𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − 300𝐾 𝑀
Subsitusi nilai yang diketahui:
20𝑘𝑔
400𝐾 − 𝑇 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
− ln ( )= 𝑡
400𝐾 − 300𝐾 400𝑘𝑔
−1 )𝑡]
𝑇 = 400𝐾 − (100𝐾 )𝑒 [−(0.05𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 (3.107)
T = 322.1K pada waktu 5 menit, dan grafik penuh T melawan t ditunjukkan pada
Gambar 3-15.

Gambar 3-15 Suhu versus waktu untuk air di dalam tangki pada Contoh 3-11.

Hingga saat ini, contoh-contoh dalam bagian ini semuanya melibatkan fase tunggal
(gas dalam Contoh 3-9 dan 3-10, cair dalam Contoh 3-11). Contoh berikutnya
mengilustrasikan proses keadaan tunak yang melibatkan perubahan fasa dan
perubahan temperatur.

CONTOH 3-12 BOILER KEADAAN TUNAK


1000 mol/menit etanol murni memasuki boiler kondisi tunak sebagai cairan di P = 1
atm dan T = 250C, dan meninggalkan boiler sebagai uap di P = 1 atm dan T = 1000C
45
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-16. Titik didih normal etanol adalah 78,40C.
Berapa laju panas yang ditambahkan ke boiler?

Gambar 3-16 Skema boiler etanol yang dimodelkan pada Contoh 3-12.

SOLUSI:
Langkah 1 Menerapkan Dan Menyederhanakan Neraca Energi
Sistemnya adalah boiler dan isinya. Karena ini adalah proses keadaan tunak, istilah
akumulasi dari neraca energi adalah nol:
2
𝑣𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
0 = 𝑚𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 (𝑚𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 + + 𝑔ℎ𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 )
2
2
𝑣𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
− 𝑚𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 + + 𝑔ℎ𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ) + 𝑄 + 𝑊𝑆 + 𝑊𝐸𝐶
2
Tidak ada mekanisme kerja dalam penukar kalor yang khas, dan mengabaikan
perubahan energi potensial dan perubahan energi kinetik menghasilkan:
0 = 𝑚𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 (𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 ) − 𝑚𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝐻𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ) + 𝑄

laju aliran massa yang masuk dan keluar sama besar sehingga:
0 = 𝑚(𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 ) + 𝑄
Informasi yang diberikan berdasarkan molar, jadi kita beralih ke ini ( mĤ = nH ) dan
selesaikan laju penambahan kalor:
𝑄 = 𝑛(𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 ) (3.108)
Langkah 2 Merumuskan Strategi Untuk Komputasi 𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘
Kesalahan yang umum adalah mengenali bahwa ini adalah proses tekanan konstan
dan hanya menerapkannya Cp:
𝑇𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟=100℃
𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∫ 𝐶𝑃 𝑑𝑇
𝑇𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘=25℃

dan mencari kapasitas kalor etanol di Lampiran D-1 atau D-2. Namun jika dilihat
lebih dekat Lampiran D-1 dan D-2 menunjukkan bahwa cairan etanol dan uap etanol
46
memiliki kapasitas kalor yang berbeda. Lebih mendasar lagi, dH = CPdT hanya
memperhitungkan perubahan suhu dan tidak memperhitungkan perubahan entalpi
molar yang menyertai perubahan fasa.
Sebaliknya, kita menemukan HKeluar – HMasuk dengan menerapkan fakta bahwa
entalpi molar adalah sifat keadaan: Perubahan entalpi molar tidak bergantung pada
lintasan. Kita membayangkan jalur tiga langkah, diilustrasikan pada Gambar 3-17;
langkah 1 adalah pemanasan cairan ke titik didih normalnya, langkah 2 adalah
perubahan fasa, dan langkah 3 adalah pemanasan uap jenuh hingga 1000C. Perubahan
entalpi molar untuk langkah-langkah individual ini menjumlahkan perubahan entalpi
molar untuk seluruh lintasan:
𝑯𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓 − 𝑯𝑴𝒂𝒔𝒖𝒌 = ∆𝑯𝟏 + ∆𝑯𝟐 + ∆𝑯𝟑 (3.109)

Gambar 3-17 Perhitungan perubahan entalpi molar untuk etanol dalam Contoh 3-12.

Langkah 3 Menghitung ΔH Untuk Setiap Langkah


Langkah 2 mendidih pada tekanan atmosfer, jadi ΔH2 hanya ΔHvap uapuntuk etanol di
atmosfer tekanan bola, yang tersedia di Lampiran C.
𝑘𝐽
∆𝑯𝟐 = 36,560
𝑚𝑜𝑙
Langkah 1 dan 3 keduanya perubahan suhu pada tekanan konstan, jadi dH = CpdT
berlaku untuk masing-masing, sebagaimana dibahas dalam Bagian 2.3.2.
𝑇=78.4℃
∆𝐻1 = ∫ 𝐶𝑃,𝑙𝑖𝑞 𝑑𝑇
𝑇=25℃
𝑇=100℃
∆𝐻3 = ∫𝑇=78.4℃ 𝐶𝑃∗ 𝑑𝑇
47
Perhatikan bahwa 𝐶𝑃∗ adalah kapasitas panas gas ideal etanol, yang tersedia di
Lampiran C-1. Karena proses ini dilakukan pada tekanan rendah (1 atm), masuk akal
untuk memodelkan uap etanol sebagai gas ideal, seperti dibahas pada Bagian 2.3.3.
Nilai dari CP untuk etanol cair tersedia di Lampiran C-2. Kedua kapasitas panas
adalah fungsi dari T. Integrasi penuh dari CPdT ditunjukkan dalam solusi yang lebih
rinci yang disediakan dalam lampiran elektronik.
∆𝐻1 = 6253 𝐽/𝑚𝑜𝑙 ∆𝐻3 = 1621 𝐽/𝑚𝑜𝑙
Langkah 4 Hitung Q
Kembali ke Persamaan 3.108 untuk menyelesaikan penambahan kalor:
𝑄 = 𝑛(𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 )
𝑚𝑜𝑙 𝐽 1 𝑘𝐽 𝒌𝑱
𝑄 = (1000 ) (6253 + 36,560 + 1621 )( ) = 𝟒𝟒, 𝟒𝟎𝟎
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑚𝑜𝑙 1000 𝐽 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

Contoh sebelumnya mengilustrasikan proses penerapan dan penyederhanaan


persamaan neraca energi umum ke berbagai sistem fisik. Kami menutup bagian ini
dengan mempertimbangkan peluncuran roket, yang meninjau kembali contoh
motivasi dengan cara yang lebih kuantitatif.

CONTOH 3-13 PELUNCURAN ROKET


Muatan roket (semuanya KECUALI bahan bakar) memiliki massa 10.000 kg dan CV
= 2,5 kJ/kg. K. Awalnya, roket diam di permukaan tanah, berada pada suhu sekitar ( T
= 250C) dan tekanan ( P = 1 bar), dan berisi muatan ditambah 100.000 kg bahan bakar
roket. Bahan bakar memiliki entalpi pembentukan tertentu H = 1000 kJ/kg,
menggunakan status referensi yang sama yang digunakan untuk data di Appendix C.
Bahan bakar terbakar sampai selesai, dan gas buang yang dikeluarkan terdiri
dari 30,000 kg uap air dan 70,000 kg karbon dioksida. Knalpot berangkat di T = 250C
dan P = 1 bar dan memiliki kecepatan 3 km/s. Saat bahan bakar terakhir dikonsumsi,
roket berada 5 km diatas Bumi, dan muatannya telah habis T = 2500C. Berapakah
kecepatannya pada titik ini? Knalpot dilepaskan terus menerus saat roket naik, tetapi
sebagian besar bahan bakar terbakar di dekat tanah. Asumsikan rata - rata ketinggian
di mana knalpot dilepaskan adalah 0,5 km. Asumsikan lebih lanjut bahwa roket itu
adiabatik dan tidak menghasilkan atau menggunakan kerja poros.

48
SOLUSI:
Langkah 1 Mendefinisikan Sebuah Sistem
Roket, dan semua yang ada di dalamnya, akan menjadi sistemnya.
Langkah 2 Menerapkan Dan Menyederhanakan Neraca Energi
Contoh ini menjelaskan keadaan awal dan akhir roket, tetapi tidak menunjukkan
waktu yang diperlukan untuk mendaki ke ketinggian ini, jadi kita menggunakan
bentuk neraca energi yang tidak tergantung waktu.

Tidak ada penyederhanaan langsung dari istilah akumulasi yang mungkin;


sistem mengalami perubahan yang signifikan dalam massa, energi internal, energi
kinetik, dan energi potensial. Di sisi kanan, tidak ada Q atau WS. Kami berasumsi
juga tidak ada WEC, karena ukuran roket tidak berubah. Tidak ada materi yang masuk
ke sistem, tetapi gas buang keluar. Neraca energi disederhanakan menjadi

Sedangkan CO2 dan H2O meninggalkan sistem sebagai satu aliran gas buang, kami
belum mengembangkan cara memodelkan campuran, jadi kami akan melakukannya
sebagai dua aliran keluar yang terpisah:

Menuliskan energi awal dan akhir dari sistem secara eksplisit memberikan

Tinggi awal dan kecepatan keduanya nol. Namun, pada awalnya massa sistem
termasuk muatan dan bahan bakar; di akhir proses hanya ada muatan:

49
Langkah 3 Masukkan Nilai Yang Diketahui Dan Identifikasi Apa Yang Tidak
Diketahui
Vfinal adalah hal yang tidak diketahui yang ingin kita hitung. Sebagian besar informasi
lain dalam Persamaan 3.113 diberikan. Satu-satunya hal yang tidak diketahui yang
perlu kita selesaikan adalah Ûpayload,final dan Ûpayload,initial, dan HCO2 dan HH2O.
Langkah 4 Mengumpulkan Data
Appendix C memuat entalpi data pembentukan untuk CO2 dan H2O. Ingatlah bahwa
entalpi hanya diketahui relatif terhadap keadaan referensi. "Entalpi pembentukan"
adalah entalpi molar relatif terhadap keadaan acuan yang dimiliki semua unsur H = 0
pada P = 1 bar dan T = 25°C. Bisakah kita menghubungkan ini dengan HCO2 dan HH2O
dalam Persamaan 3.113? Mari kita pertimbangkan ini lebih dekat. Aliran yang keluar
adalah campuran karbohidrat pada dioksida dan uap air. Kami belum belajar cara
menghitungnya H untuk campuran, jadi kita membayangkan bahwa ada dua aliran
keluar yang terpisah. Berapakah tekanan dari kedua aliran ini? Karena tekanan total
gas yang keluar adalah P = 1 atm, maka CO2 dan H2O masing-masing harus memiliki
tekanan parsial kurang dari 1 atm. Nilai dari H = -393,5 kJ/mol dalam Appendix C
berlaku untuk CO2 pada P = 1 bar dan T = 250C; apakah itu berlaku untuk CO2 pada
250C dan tekanan yang lebih rendah? Kita akan mengatakan “ya” karena sekali lagi,
gas nyata berlaku seperti gas ideal pada tekanan rendah, dan untuk gas ideal, entalpi
bukanlah fungsi tekanan. Konversi data entalpi formasi dari Appendix C ke basis
massa menggunakan berat molekul diberikan

Sementara itu, energi dalam bahan bakar roket, Ûfluel,initial, bahan bakar awal, tidak
diketahui, tetapi entalpi bahan bakar pembentukan bahan bakar pada suhu yang tepat
50
(25°C) dan tekanan ( P = 1 bar) adalah diberikan, Hflue,initial =1000 kJ/kg. Dengan
menggunakan aturan umum yang dinyatakan dalam Bagian 2.3.5 bahwa untuk cairan dan
padatan, U~H. Jadi
Ûfluel,initial ~ 1000 kJ/kg (3.15)
Langkah 5 Hitung Perubahan Energi Internal
Ruas kiri Persamaan 3.114 dapat disusun ulang sehingga Ûpayload istilah adalah
dikelompokkan bersama:
Dengan asumsi roket adalah sistem volume konstan, perubahan energi dalam dapat
dikaitkan dengan CV.

Langkah 6 Hitung Kecepatan


Memasukkan Persamaan 3.117 dan semua nilai yang diketahui yang diidentifikasi
pada langkah 3 dan 4 ke dalam Persamaan 3.116 memberikan persamaan di mana
kecepatan akhir tidak diketahui. Aljabar yang diperlukan ditunjukkan dalam solusi
yang lebih rinci yang diberikan dalam materi tambahan. Solusinya adalah:
Vfinal = 11,600 m/s

Dalam hal menganalisis roket nyata, Contoh 3-13 terlalu disederhanakan dalam
beberapa cara: ia memperlakukan "bahan bakar roket" sebagai senyawa tunggal,
mengasumsikan bahan bakar roket berada pada kondisi sekitar pada awalnya (bahan
bakar roket nyata mungkin akan diberi tekanan), dan menggunakan ketinggian "rata-
rata" di mana bahan bakar dilepaskan. Perawatan yang ketat akan mencakup
hambatan udara, memodelkan penerbangan roket secara terus menerus dengan
persamaan diferensial, dan menggabungkan keseimbangan energi dengan
keseimbangan momentum.
Meskipun sederhana, contoh ini mengilustrasikan sistem di mana ketiga bentuk
energi tersimpan—internal, kinetik, dan potensial—penting dan menunjukkan
konversi energi kimia menjadi energi kinetik dan potensial. Selain itu, ini

51
mengilustrasikan secara matematis bagaimana roket benar-benar dapat mencapai
kecepatan lepas tanpa melanggar hukum pertama termodinamika.

3.6 Energi untuk Peralatan Proses Kimia Umum

Fokus bab ini adalah mengembangkan pendekatan sistematis untuk menulis dan
menyelesaikan neraca energi yang dapat diterapkan pada sistem fisik apa pun.
Namun, beberapa kasus khusus yang menjadi minat khusus insinyur kimia
dieksplorasi di sini.

TABLE 3-1 Persamaan neraca energi keadaan tunak untuk proses kimia umum.

Sebagian besar proses kimia skala besar dirancang untuk beroperasi pada
kondisi tunak. Tabel 3-1 merangkum persamaan neraca energi keadaan tunak untuk
beberapa unit operasi yang biasa ditemukan dalam proses kimia. Dalam semua kasus,
peralatan tunggal adalah sistem.

Persamaan pada Tabel 3-1 berguna secara luas, tetapi harus berhati-hati untuk

52
menerapkannya hanya pada proses keadaan tunak di mana asumsi dan
penyederhanaan yang dicatat valid. Perhatikan tidak ada W EC di salah satu persamaan,
tetapi kata-kata "usaha perluasan dapat diabaikan" bahkan tidak muncul di kolom
"Asumsi/Penyederhanaan" pada tabel. Jika suatu proses beroperasi pada keadaan
tunak, volume sistem tidak dapat diubah, sehingga tidak ada kerja ekspansi/kontraksi
yang dapat terjadi. Jadi, begitu kita menetapkan bahwa suatu proses adalah kondisi
mapan, "pekerjaan ekspansi dapat diabaikan" bukanlah asumsi; itu memang benar.

Reaktor dan pemisah bisa dibilang merupakan unit operasi paling mendasar
dalam teknik kimia. Ini, bagaimanapun, tidak termasuk dalam Tabel 3-1 karena dua
alasan.

1. Reaktor dan pemisah keduanya secara inheren melibatkan campuran senyawa.


Jadi, meskipun Contoh 3-13 memang melibatkan reaksi kimia, kami menunda
pembahasan mendalam tentang reaksi dan pemisahan sampai paruh kedua buku
ini. Dalam Bab 9-13, ketika kita mengembangkan metode pemodelan sifat
termodinamika campuran, banyak contoh mempelajari termodinamika yang
mengatur proses pemisahan. Bab 14 mencakup reaksi kimia.
2. Ada banyak jenis reaktor dan pemisah; tidak realistis untuk mengusulkan satu
"persamaan keseimbangan energi tipikal" untuk operasi ini.

Bagian berikut membahas operasi unit yang dirangkum dalam Tabel 3-1.

3.6.1 Valves

Katup dapat digunakan untuk mengontrol laju aliran atau tekanan aliran. Beberapa
gambar jenis katup yang umum diberikan pada Gambar 3-18.

Efek fisik utama dari katup pada fluida yang mengalir melaluinya adalah
penurunan tekanan. Penurunan ini merupakan akibat dari penyempitan diameter.

53
GAMBAR 3-18 Foto katup

Meskipun dibutuhkan kerja untuk membuka dan menutup katup, pembukaan


atau penutupan adalah proses sementara. Selama operasi kondisi tunak, kami
mengharapkan kondisi katup (yaitu, seberapa jauh terbuka) menjadi statis. Akibatnya,
tidak ada mekanisme transfer kerja poros ke atau dari fluida. Katup umumnya
dianggap adiabatik: jika isi pipa berada pada suhu tinggi, seseorang mungkin perlu
memperhitungkan panas yang hilang di bagian pipa yang panjang, tetapi dapat dengan
aman mengabaikan panas yang hilang di ruang kecil yang ditempati oleh katup. Jadi,
jika energi potensial dan kinetik dianggap dapat diabaikan, neraca energi
disederhanakan menjadi:

Tetapi karena laju aliran massa yang masuk dan keluar sama pada keadaan tunak, laju
aliran massa dapat dibagi, memberikan keseimbangan energi yang ditunjukkan pada
Tabel 3-1:

3.6.2 Nosel

Nosel dirancang untuk mempercepat fluida ke kecepatan tinggi, mengubah sebagian


energi internal fluida menjadi energi kinetik. Roket beroperasi berdasarkan prinsip
kekekalan momentum; knalpot dikeluarkan melalui nosel, memberikannya kecepatan
ke bawah yang sangat tinggi, yang menghasilkan kecepatan ke atas untuk roket.
Contoh nosel sehari-hari yang lebih akrab adalah sambungan pada selang taman. Pada
prinsipnya, air yang keluar dari nosel harus sedikit lebih dingin daripada air di dalam

54
selang, tetapi kecepatan yang dicapai oleh nosel ini cukup sederhana sehingga
efeknya mungkin tidak terlihat oleh tangan kosong Anda.

Neraca energi khas untuk nozel diturunkan dalam konteks Contoh 3-4.

3.6.3 Pompa, Kompresor, dan Turbin

Sementara pompa, kompresor, dan turbin adalah unit operasi yang berbeda, mereka di
sini dibahas secara bersamaan karena dalam operasi kondisi tunak mereka biasanya
memiliki persamaan keseimbangan energi yang identik, dan ada juga beberapa
tumpang tindih dalam fenomena fisik yang bekerja dalam ketiga proses ini.

Turbin dibahas dalam Bagian 1.2.3 dan Contoh 3-6. Tujuan mereka
(sebenarnya) adalah untuk mengubah energi internal menjadi kerja poros. Turbin
dapat digambarkan sebagai dua langkah: (1) nosel digunakan untuk mempercepat
fluida dan (2) fluida bergerak di atas bilah kincir angin. Nosel mengubah energi dalam
menjadi energi kinetik, dan kincir angin mengubah energi kinetik menjadi gerak putar
atau kerja poros. Turbin mencakup kedua langkah. Fluida yang meninggalkan nosel
berkecepatan tinggi, tetapi fluida ini tidak pernah melewati batas sistem. Hal ini
memungkinkan kita untuk menganggap energi kinetik dapat diabaikan dalam
keseimbangan energi di sekitar turbin; fluida yang memasuki nosel dan fluida yang
meninggalkan kincir angin keduanya bergerak dengan kecepatan yang relatif rendah.

Turbin biasanya dimodelkan sebagai adiabatik, yang berarti bahwa satu-


satunya syarat penting dari keseimbangan energi adalah entalpi arus masuk dan keluar
dan kerja poros yang dihasilkan.

Laju aliran massa yang masuk dan keluar sama, sehingga subskrip "masuk" dan
"keluar" dapat dihilangkan. Lebih mudah untuk mengatur ulang persamaan tersebut
sehingga menjadi eksplisit dalam "kerja yang dihasilkan per massa fluida":

𝑊𝑆
= 𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 (3.121)
𝑚

Laju aliran massa yang masuk dan keluar sama, sehingga subskrip "masuk" dan

55
"keluar" dapat dihilangkan. Lebih mudah untuk mengatur ulang persamaan tersebut

sehingga menjadi eksplisit dalam "kerja yang dihasilkan per massa fluida":

GAMBAR 3-19 Foto kompresor

Karena pompa, kompresor, dan turbin semuanya dimodelkan dengan baik


sebagai adiabatik, persamaan neraca energi keadaan tunak tipikal untuk pompa dan
kompresor identik dengan turbin. Untuk pompa dan kompresor, kerja harus positif
(energi ditambahkan ke sistem dalam bentuk kerja, H out > Hin) sedangkan untuk
turbin, kerja negatif (energi Hout < Hin ditransfer ke lingkungan.) Untuk tujuan kita,
terapkan keseimbangan energi biasanya satu-satunya cara untuk menentukan kerja
poros untuk turbin atau kompresor. Akan tetapi, untuk sebuah pompa, kerja poros
seringkali dapat diperkirakan dengan menggunakan Persamaan 3.78:

dengan asumsi volume konstan untuk cairan.

57
3.6.4 Heat Exhangers

Heat Exchangers adalah unit operasi yang dimaksudkan untuk menambah atau
menghilangkan panas dari aliran; di antara banyak penerapannya adalah mengubah
suhu aliran ke nilai yang diinginkan atau mengubah fase aliran (seperti pada
kondensor dan ketel dalam siklus Rankine yang dijelaskan dalam Bagian 2-1).

Desain klasik untuk penukar panas adalah heat exchangers shell-and-tube


yang ditunjukkan pada Gambar 3-20. Sejumlah besar tabung kecil memberikan lebih
banyak luas permukaan daripada satu tabung besar, sehingga memungkinkan
perpindahan panas yang lebih efisien. Satu fluida (fluida "sisi tabung") bergerak
melalui tabung sempit, dan fasa lainnya ("cangkang" fluida) mengelilingi tabung.
Dengan demikian, panas dipertukarkan antara dua fluida tanpa fluida bersentuhan
langsung satu sama lain.

GAMBAR 3-20 Skema dan foto shell-and-tube heat exchanger

58
GAMBAR 3-21 Definisi sistem yang mungkin: (a) seluruh heat exchanger, (b) satu
sisi heat exchanger.

Jika sistem adalah seluruh heat exchanger shell-and-tube, perpindahan panas


terjadi di dalam batas-batas sistem, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3-21a.
Jadi, dengan asumsi tidak ada kalor yang hilang ke lingkungan, suku Q dan W dari
kesetimbangan energi adalah nol. Akan tetapi, dalam hal ini ada dua aliran yang
masuk dan dua aliran yang keluar. Menggunakan subskrip 1 dan 2 untuk
membedakan dua cairan dari satu sama lain memberikan

Sementara Persamaan 3.122 adalah keseimbangan energi yang benar untuk


penukar panas tipe shell-and-tube lengkap, seseorang juga dapat mendefinisikan satu
sisi atau sisi lain dari penukar panas sebagai sistem, seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 3-21b. Di sini, hanya ada satu aliran material yang masuk dan keluar sistem,
dan Q tidak sama dengan nol; perpindahan panas tidak melintasi batas-batas sistem
ketika sistem didefinisikan dengan cara ini. Neraca energi untuk "satu sisi" dari
penukar panas, disusun ulang untuk mencerminkan Persamaan 3.121, adalah sebagai
berikut:

Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin menggunakan Persamaan 3.123


daripada Persamaan 3.122. Dua contoh diberikan di sini.

 Beberapa penukar panas tidak memiliki dua cairan berbeda. Jika panas dipasok
oleh listrik, maka heat exchanger memiliki aliran material hanya pada satu "sisi";
Persamaan 3.122 tidak berlaku.
 Dalam pengaturan desain, terutama di awal proses desain, seseorang sering ingin
tahu berapa banyak panas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tertentu,
tetapi belum tahu apa sumber panasnya. Memang, keputusan tentang sumber
panas itu sendiri mungkin bergantung pada nilai Q!

59
3.7 Ringkasan Bab Tiga
 Massa dan energi keduanya dapat diperlakukan sebagai kuantitas yang
dilestarikan; mereka tidak bisadi ciptakan atau dihancurkan.
 Prinsip kekekalan massa dan kekekalan energi dapat diungkapkan matematis melalui
neraca material (Persamaan 3.1) dan neraca energi (Persamaan 3.34).
 Persamaan kesetimbangan energi adalah pernyataan matematis dari hukum pertama
termodinamika.
 Neraca materi dan energi yang digeneralisasi dapat diterapkan dengan jelas sistem
yang ditentukan.
 Versi yang lebih disederhanakan dari keseimbangan material atau neraca energi,
seperti yang ada di Tabel 3-1, hanya dapat diterapkan jika asumsi digunakan untuk
menurunkan persamaan keseimbangan yang dipahami dan berlaku untuk sistem.
 Sebuah proses yang memiliki keadaan awal yang diketahui dan keadaan akhir
yang diketahui, tetapi tidak diketahui durasi, dapat dianalisis dengan menggunakan
bahan bebas waktu dan keseimbangan energi (Persamaan 3.31 dan 3.35).
 Neraca material dan energi keduanya berbentuk akumulasi = masuk- keluar.
 Untuk proses tunak, akumulasi = 0.
 Energi kinetik dan potensial sering diabaikan dalam proses kimia biasa.

3.8 Latihan
3.1 10 m³ uap jenuh pada T =150˚C eksternal juga 1 bar. Tentukan
dicampur dengan 0,1 m a³ir cair kalor, usaha, dan perubahan energi
jenuh pada T =150˚C. Berapa dalam gas jika:
kilogram total H₂O melakukan A. Dipanaskan sampai 500 K pada
campuran berisi? volume konstan.
3.2 1 m³ bejana berisi campuran B. Dipanaskan pada tekanan
cairan jenuh air dan uap jenuh konstan hingga 500 K.
pada T = 200˚C. Jika kapal berisi C. Dikompresi secara isotermal
total 15 kg, tentukan massa air cair hingga 5 bar.
dan massa uap. 1 m³ bejana berisi 3.4 Satu mol gas dalam sistem tertutup
campuran cairan jenuh air dan uap mengalami proses siklik empat
jenuh pada T = 200˚C. Jika kapal langkah yang mengembalikannya
berisi total 15 kg, tentukan massa ke keadaan awal 1.Tabel berikut
air cair dan massa uap. memberikan beberapa data tentang
3.3 Dua mol gas ideal dengan CV=3R langkah-langkah proses. Isi bagian
terbatas dalam susunan silinder- yang kosong.
piston. Piston tidak memiliki
gesekan dan silinder tidak
memiliki mekanisme untuk kerja
poros. Awalnya, suhu 300 K dan
tekanan 1 bar. Tekanan atmosfer 60
LANGKAH ΔU (J) Q(J) W(J) 3.6 Air cair memasuki penukar panas
1→2 -200 -6000 kondisi-mapan dengan laju alir
2→3 -3800 200 kg/menit pada 15 MPa dan
3→4 -800 300 335˚C. Ini keluar dari boiler
4→1 4700 sebagai uap super panas pada 15
1→2→3→4→1 -1400 Mpa dan 600˚C. Tidak ada
mekanisme kerja poros penukar
3.5 1,5 kg air ditempatkan dalam panas.
wadah tertutup. Itu bejana A. Temukan perbedaan entalpi
memiliki piston tanpa gesekan spesifik antara arus masuk dan
yang mempertahankan tekanan keluar.
konstan. Air ini awalnya semua B. Temukan laju di mana panas
cair jenuh pada 80˚C, dan ditambahkan ke uap dalam
dididihkan menjadi uap jenuh. Itu penukar panas.
tekanan yang menentang ekspansi 3.7 Uap memasuki turbin kondisi
dapat dianggap sama dengan tunak adiabatik di T =300˚C dan P
tekanan di dalam silinder. = 5 bar. Efluen dari turbin
A. Pada tekanan berapa air memiliki P = 1 bar, dan
mendidih? merupakan campuran cair-uap
B. Berapa jilid awal dan akhir dari dengan q = 0,9.
silinder? A. Temukan perbedaan antara Hˆ
C. Berapa usaha yang dilakukan dari yang keluar aliran dan Hˆ
dalam proses ini? aliran masuk.
D. Berapakah perubahan energi B. Untuk menghasilkan kerja 100
dalamnya? air? MJ/menit, apa itu laju aliran
E. Berapa kalor yang ditambahkan yang diperlukan dari aliran
untuk proses ini? masuk?

3.9 MASALAH
3.8 Sebuah kolam renang memiliki mengisi kolam? Asumsikan
lebar 12 kaki, panjang 30 kaki, dan kerapatan air konstan pada 62,3
Kedalaman 10 kaki, dan kolam lbm/ft3
awalnya terisi 90%. air. Selang 3.9 Sebuah 4m3 tangki penyimpanan
ditempatkan di kolam, dan air diisi dengan steam dan
mengalir ke dalam kolam melalui dipertahankan pada konstanta T =
selang pada tingkat konstansatu 250oC. Tekanan awal adalah 20
lbm setiap 8 detik, hingga kolam bar. Sebuah katup dibuka dan
terisi penuh dipenuhi. Selama 1kg/menit uap meninggalkan
waktu ini, satu inci hujan turun, tangki
dan 30 galon tong hujan penuh air A. Berapa massa awal uap di
dikosongkan ke dalam kolam. dalam tangki?
Berapa lama, sejak selang diputar
pada, apakah diperlukan untuk 61
B. Berapa lama waktu yang banyak produk sampingan yang
dibutuhkan untuk tekanan turun terbentuk? Bisakah Anda
ke 5 bar? mengusulkan reaksi kimia
3.10 Banyak produk kimia disintesis seimbang yang mewakili proses?
melalui mekanisme biologis, di 3.11 Suatu cairan memasuki ruang flash
mana sel-sel hidup mengambilnya keadaan tunak dengan laju alir 100
"reaktan" sebagai makanan, dan mol/menit. Satu aliran cairan dan
memancarkan "produk." Proses satu aliran uap, masing-masing pada
fermentasi khas melibatkan T = 508C dan P = 1 bar, keluar. Uap
setidaknya dua tahap— pada tahap yang keluar merupakan gas ideal
pertama, sel berkembang biak dengan laju alir 1,8 m3/mnt. Berapa
hingga konsentrasi massa sel yang laju aliran molar dari aliran produk
diinginkan tercapai, dan yang cair dan uap?
kedua, sebagian besar produk 3.12 Air di sebuah sungai bersuhu T =
disintesis. Sel adalah organisme 25oC dan mengalir dengan
hidup yang kompleks, bukan a kecepatan 2 m/s saat mencapai
senyawa kimia tunggal. Namun, puncak air terjun. Itu jatuh 50 meter
dalam pemodelan proses fermentasi, ke dalam kolam. Kecepatan
kadang-kadang berguna untuk meninggalkan kolam dapat
menetapkan rumus kimia empiris diabaikan. Anak sungai, air terjun,
untuk sel. Di sini kita akan dan kolam dapat dimodelkan seperti
menganggap sel, atau "biomassa", pada kondisi tunak dan adiabatik.
dapat diwakili oleh rumus kimia A. Berapakah kecepatan air di titik
C4H7O2N "Fase pertumbuhan" dari itu menyentuh permukaan
proses fermentasi menghasilkan kolam?
kaldu yang memiliki volume 5000 B. Asumsikan kapasitas kalor air
L dan mengandung 100 g/L cair konstan pada 4,19
0
biomassa. kJ/kg⋅ C, dan abaikan sumber
A. Jika semua nitrogen dalam panas, berapa suhu airnya di
biomassa berasal dari amonia, dalam kolam?
berapa massa amonia yang 3.13 Satu kilogram air cair ditempatkan
dibutuhkan menghasilkan dalam alat silinder piston, awalnya
biomassa? pada P = 1 bar dan T = 58C. Pada
B. Jika semua karbon dalam kondisi tersebut, massa jenis air
biomassa berasal dari glukosa adalah 1000,4 g/L. Air dipanaskan
(C6H12O6), berapa massa pada tekanan konstan sampai T =
glukosa yang dibutuhkan untuk 950C, pada titik mana densitasnya
menghasilkan biomassa? adalah 962,3 g/L. Eksternal tekanan
C. Jika amonia dari bagian A dan juga P = 1 bar.
glukosa dari bagian B A. Temukan kerja dan panas untuk
ditambahkan ke reaktor proses ini. Menggunakan nilai
fermentasi batch, dan CP yang bergantung pada suhu
sepenuhnya dikonsumsi
membentuk biomassa, berapa 62
diberikan dalam Appendix D. campuran cair-uap jenuh pada P=1
Terapkan hubungan H = U + batang. Bagaimana kualitas aliran
PV jika konversi antara H dan yang keluar?
U diperlukan. 3.16 Di pabrik kimia besar, uap
B. Temukan panas untuk proses digunakan sebagai panas sumber
ini. Kali ini, asumsikan massa dalam beberapa proses yang
jenis konstan pada 1000 g/L, CP berbeda. Uap mengembun dalam
konstan pada 4,19 J/g ·K, CV ~ penukar panas, dan air cair didaur
CP, dan U ~ H untuk cairan. ulang ke boiler, yang mengubahnya
C. Bandingkan jawaban Anda kembali menjadi uap. Karena aliran
dengan bagian A dan B. air cair datang dari proses yang
Perkiraan penyederhanaan di berbeda, mereka berada pada
bagian B sering digunakan kondisi yang berbeda, tetapi ada
untuk cairan (dan padatan); satu aliran keluar yang seragam
seberapa baik mereka bekerja yaitu pada P = 8 batang.
di sini? Ketel beroperasi pada kondisi
3.14 Satu kilogram uap ditempatkan mapan dan memiliki aliran berikut
dalam silinder piston perangkat, masuk:
awalnya di P = 1 bar dan T =  100 kg/menit cairan jenuh
100oC. Itu uap dipanaskan pada pada T = 150oC.
tekanan konstan hingga T = 200oC.  200 kg/menit cairan jenuh
A. Temukan panas dan kerja untuk pada T = 180oC.
proses ini. Dapatkan semua  75 kg/menit cairan jenuh pada
data yang diperlukan dari tabel P = 6 bar.
uap. A. Berapa laju panas yang harus
B. Temukan panas dan kerja untuk ditambahkan ke ketel jika uap
proses ini. Menggunakan keluar berada di T = 300oC?
hukum gas ideal dan kapasitas B. Jika laju penambahan panas
panas gas ideal untuk uap, adalah 800.000 kJ/menit,
terletak di Lampiran D. berapa suhu uap yang keluar?
Seberapa jauh jawaban Anda 3.17 Sebuah danau pada awalnya berisi
dibandingkan dengan bagian 20.000 kg air dan memiliki suhu
A? seragam 20°C. Tekanan sekitar
C. Misalkan di bagian A Anda adalah P = 1 bar. Selama sehari,
telah mengabaikan fakta berikut ini peristiwa yang
tersebut bahwa uap mempengaruhi danau terjadi:
mengembang saat dipanaskan,  200 kg hujan jatuh ke danau.
dan diasumsikan pekerjaan itu Air hujan sudah suhu 25°C.
diabaikan. Seberapa jauh Anda  Beberapa air menguap dari
jawaban untuk Q telah? danau.
 Panas ditambahkan ke (sinar
3.15 Katup adiabatik beroperasi pada matahari) dan dihilangkan dari
kondisi tunak. Air cair jenuh pada P
= 5 bar masuk. Keluar aliran adalah 63
(konveksi ke udara dingin) A. Uap
danau. B. Nitrogen, dimodelkan sebagai
gas ideal
Jika Anda membutuhkan C. Gas ideal dengan CP = (7/2)R
kapasitas panas air LIQUID, dan molekul massa 28 g/mol
gunakan perkiraan CV~CP ~ 4,184 3.19 Masalah ini mengkaji pengaruh
J/g · 0C. pencampuran air pada dua
A. Tentukan perkiraan yang temperatur yang berbeda dan/atau
masuk akal dari kecepatan dua temperatur yang berbeda fase,
rintik hujan dan tentukan energi seperti menjatuhkan es batu ke
kinetik benda tersebut hujan dalam air hangat Asumsikan bahwa
ketika menghantam danau. ∆𝐻𝑓𝑢𝑠 = 333,55 J/g, CP untuk
Apakah energi kinetik dingin konstan pada 2,11 J/g·K, dan
signifikan dibandingkan dengan CP untuk air cair adalah konstan
entalpi? pada 4,19 J/g·K. Untuk setiap kasus
B. Permukaan danau berada pada berikut, menganggap pencampuran
T = 20°C dan P = 1 batang. adalah adiabatik dan dilakukan di
Entalpi uap air pada T = 20°C tekanan atmosfir. Untuk setiap
dan P = 1 bar tidak ada di tabel kasus, tentukan suhu dan fase air
uap. Anda bisa memodelkan air saat pencampuran selesai. Jika ada
yang menguap sebagai uap dua fase dalam kesetimbangan,
jenuh pada T = 20°C atau uap tentukan massa masing-masing fasa.
jenuh pada P = 1 bar. Estimasi A. 100g air cair pada 500C
mana yang lebih baik? dicampur dengan 50g air cair
C. Jika 200 kg air diuapkan, dan pada 0oC.
pada akhirnya hari, suhu danau B. 100g air cair pada 50oC
kembali seragam 20°C, hitung dicampur dengan 50g es pada
jumlah NET panas itu 0oC.
ditambahkan ke atau dihapus C. 50g air cair pada 00C dicampur
dari danau. dengan 50 g es pada 0oC.
D. Hitung panas NET jika suhu D. 50 g air cair pada 200C dicampur
akhir adalah seragam 21°C dan dengan 50 g es pada –20oC
jumlah air menguap adalah 200 3.20 Uap super panas memasuki nosel
kg. yang memiliki saluran masuk
E. Hitung panas NET jika suhu diameter yang berukuran 2,5 cm
akhir adalah seragam 21°C dan dan diameter outlet yang berukuran
jumlah air menguap adalah 50 1 cm. Kecepatan keluarnya telah
kg. diukur pada 30 m/s. Uap yang
3.18 10 mol/s gas memasuki keadaan masuk ke nozzle adalah pada 650 oC
tunak, nosel adiabatik di T = 300oC dan 1350 kPa dan uap yang keluar
dan P = 5 bar dan keluar di T = nozzle pada 400oC dan 100 kPa.
1000C dan P = 1 batang. Tentukan A. Tentukan kecepatan uap saat
kecepatan keluar gas jika: memasuki nosel.
64
B. Tentukan laju perolehan proses dan membenarkan setiap asumsi
ini atau kehilangan panas. yang Anda buat.
C. Contoh 3-4 dan Bagian 3.6.2 A. Suhu air yang tersisa di bejana
menunjukkan bahwa dalam jika 1 kg air diuapkan.
pemodelan nozzle, adalah B. Jumlah air yang harus menguap
umum untuk mengasumsikan untuk mendinginkan air yang
nozzle adalah adiabatik dan tersisa di dalam bejana ke 25oC.
bahwa kecepatan masuk nozzle C. Jumlah air yang harus menguap
dapat diabaikan. Apakah untuk mendinginkan air yang
jawaban Anda dalam hal ini tersisa di bejana ke 20oC
kasus tampaknya konsisten atau 3.23 Air pada P = 25 bar dan T = 200oC
tidak konsisten dengan mereka memasuki flash chamber steady
asumsi umum? state dengan laju aliran 5 kg/s.
Aliran cairan dan uap yang keluar
3.21 Kaku, 10 m3 kapal awalnya berisi dari flash chamber adalah keduanya
100kg air /uap pada P = 2 bar. 10 di P = 1 bar.
kilogram uap pada P = 5 bar dan T A. Jika flash chamber bersifat
= 300oC secara bertahap adiabatik, berapa fraksi dari air
ditambahkan ke bejana. Selama yang masuk meninggalkan flash
periode waktu yang sama, sebagai uap?
pertukaran panas terjadi dengan B. Berapa banyak panas yang harus
sekitarnya. Campuran air/uap ditambahkan atau dihilangkan
terakhir berada di P = 3 bar. dari flash chamber untuk
A. Berapa bagian isi awal bejana menguapkan setengahnya dari air
tersebut berada dalam fase uap? yang masuk?
B. Berapa bagian dari isi akhir 3.24 Masalah ini menyajikan
bejana tersebut berada dalam perbandingan kerja yang diperlukan
fase uap? dalam pompa adiabatik dan
C. Berapa banyak panas yang kompresor.
ditambahkan atau dihilangkan? A. Uap air jenuh memasuki
3.22 Sebuah bejana awalnya berisi 1000 kompresor keadaan tunak pada
kg cairan jenuh air pada T = 30oC, P = 1 bar. Perkirakan pekerjaan
yang perlu didinginkan. Kapal itu yang diperlukan untuk
adiabatik tetapi memiliki piston mengompres uap ini hingga P =
yang memungkinkan tekanan dan 10 bar dan T = 400oC.
volume yang akan diubah dan katup B. Air cair jenuh pada P = 1 bar
yang bisa dibuka untuk masuk ke pompa. Perkirakan
memungkinkan uap keluar melalui kerja yang diperlukan untuk
bagian atas. Jadi, sebagian kecil air memompa cairan ke atas ke P =
dibiarkan menguap dan melarikan 10 bar, dan perkirakan suhunya
diri, menghasilkan pendinginan cairan yang keluar.
yang tersisa air. Hitung masing-
masing yang berikut, dan nyatakan
65
3.25 Proses dua langkah, kondisi tunak  Berat molekul 50 lb/lb-mol
digunakan untuk mengompres 100  Titik leleh normal 50oF
kg/menit nitrogen dari P = 1 bar dan  Titik didih normal 150 oF
T = 250K ke P = 10 bar dan T =  Kapasitas panas konstan dalam
250K. Pertama, adiabatik fase padat CP = 0,7 BTU/lb·0R
kompresor digunakan untuk  Kapasitas panas konstan dalam
mengkonversi nitrogen dari P = 1 fase cair CP = 0,85 BTU/lb·0R
bar dan T = 250 K ke P = 10 bar  Kepadatan konstan dalam fase
dan T = 300K. Kemudian heat padat r = 40 lb/ft3
exchanger digunakan untuk  Kepadatan konstan dalam fase cair
mendinginkan nitrogen ke T = r = 30 lb/ft3
250K. Tentukan kerja yang  Kapasitas panas gas ideal 𝐶𝑃∗ = 1 -
ditambahkan kompresor, dan panas T/1200 + T2 x 1026 BTU/lb·0R, di
dihilangkan dalam panas penukar. mana T adalah temperatur di 0R.
A. Gunakan model gas ideal.  Entalpi fusi ∆𝐻𝑓𝑢𝑠 = 75 BTU/lb
B. Gunakan Gambar 2-3 sebanyak pada tekanan atmosfer
mungkin. Jika Anda  Entalpi penguapan ∆𝐻𝑣𝑎𝑝 = 125
membutuhkan persamaan BTU/lb pada tekanan atmosfer.
keadaan, gunakan van der 3.27 20lb-mol/menit senyawa memasuki
Waals persamaan, dengan a = kondisi tunak boiler sebagai cairan
1,37 x 106 bar · cm6/ mol2 dan jenuh pada P = 1 bar. Temukan
b = 38,6 cm3 /mol. tarifnya di mana panas ditambahkan
3.26 1 kg nitrogen terkandung dalam jika aliran keluar adalah:
perangkat piston-silinder. Nitrogen A. Uap jenuh pada P = 1 atm
dikompresi secara isotermal dari P B. Uap pada P = 1 atm dan T =
= 1 bar ke P = 10 bar di T = 300 K. 200oF
Temukan inisial volume, volume C. Uap pada P = 0,7 atm dan T =
akhir, dan usaha dan kalor yang 200oF
ditambahkan ke atau dihilangkan 3.28 Awalnya, satu lb-mol senyawa
dari nitrogennya. ditempatkan di perangkat piston-
A. Asumsikan nitrogen silinder pada T = 25oF dan P = 1
berperilaku sebagai gas ideal. atm. Senyawa dipanaskan pada
B. Gunakan Gambar 2-3 sebanyak tekanan konstan. Menemukan kalor
mungkin. Jika Anda (Q) ditambahkan jika keadaan akhir
membutuhkan persamaan adalah:
keadaan, gunakan persamaan A. 50% padat dan 50% cair pada T
van der Waals, dengan a = 1,37 = 50oF
x 106 bar· cm6/mol2 dan b = B. Cair pada 125oF
38,6 cm3/mol. C. 25% uap dan 75% cairan pada
T = 150oF
Soal 3-27 sampai 3-29 melibatkan
D. Uap pada 200oF
majemuk yang sama yang dibahas di
Bab 2, Soal 2-22 hingga 2-26:
66
3.29 Aliran cairan mengandung 1 lbm/s C. Sebuah rumah memiliki keran
senyawa di T = 100oF dan P = 1 lantai dua yang tingginya 3 m di
atm. Perlu direbus dan dipanaskan atas tanah. Tanah di daerah itu
sampai P = 1 atm dan 175oF, karena rata, dan di sana tidak ada yang
itu adalah suhu di mana ia harus menggerakkan air kecuali
memasuki reaktor kimia. Ini proses kekuatan dari gravitasi. Saat
pemanasan/pendidihan dilakukan faucet dihidupkan, apa itu
dalam penukar panas shelland-tube kecepatan maksimum yang dapat
dengan uap pada P = 1 bar dan T = dimiliki air?
300oC untuk digunakan sebagai D. Misalkan menara air memiliki
sumber panas. Menemukan laju dimensi yang sama tetapi terletak
aliran uap masuk yang diperlukan di atas bukit. Ulangi bagian C,
jika. dengan asumsi ketinggian kran
A. Uap keluar dari penukar panas air adalah 5 m di bawah
sebagai jenuh uap pada P = 1 ketinggian di puncak bukit.
bar.
B. Uap mengembun sepenuhnya, 3.31 Kolom distilasi tunak dirancang
dan keluar dari penukar panas untuk memisahkan benzena dari
pada cairan jenuh pada P = 1 toluena. Perpisahannya hampir
bar cukup lengkap itu, untuk keperluan
3.30 Sebuah menara air kecil memiliki perancangan reboiler dan
ruang silinder 3 m dengan diameter kondensor, kita dapat memodelkan
dan tinggi 4 m. Bagian bawah bahan di reboiler sebagai toluena
silinder berada 15 m di atas tanah. murni dan bahan di kondensor
Air dipompa dari sebuah reservoir sebagai benzena murni.
bawah tanah ke dalam ruangan,  10 mol/s toluena memasuki
melalui pipa yang masuk melalui reboiler sebagai cairan jenuh
bagian bawah chamber. Itu pada P = 1,1 bar. 80% masuk
permukaan reservoir berada 5 m di toluena direbus dan
bawah tanah. Asumsikan bahwa dikembalikan ke kolom sebagai
menara, reservoir, dan pipa adalah uap jenuh pada P = 1.1 bar;
adiabatik, dan semua air berada sisanya dihilangkan sebagai
pada temperatur yang seragam, dan produk bawah
kerapatan seragam 1000 g/cm3.  8 mol/s benzena memasuki
A. Saat menara air benar-benar kondensor sebagai uap jenuh
kosong, apa adalah kerja pompa pada P = 0,9 bar. Semua uap
minimum yang diperlukan untuk masuk terkondensasi menjadi
memindahkan 1 kg air ke dalam cairan jenuh pada P = 0,9 bar.
menara? 75% dari benzena cair
B. Saat menara air hampir penuh, dikembalikan ke kolom dan
apa itu kerja pompa minimum sisanya dikeluarkan sebagai
yang d/perlukan untuk produk atas.
memindahkan 1 kg air ke dalam
menara? 67
 Panas untuk reboiler disediakan setiap kasus, asumsikan steam
oleh steam jenuh, yang tersedia benar-benar terkondensasi dan
pada P = 1 bar, P = 3 bar, atau meninggalkan reboiler sebagai cair
P = 5 bar. jenuh, dengan tekanan yang sama
 Baik udara atau air dapat di mana itu masuk.
digunakan sebagai pendingin C. Mengomentari hasil bagian B.
kondensor. Either way, Apakah salah satu dari tiga tekanan
pendingin masuk di P = 1 bar uap jelas lebih baik atau lebih
dan T = 25oC, dan keluar di P = buruk pilihan daripada yang lain?
1 bar dan suhu 10oC lebih Mengetahui bahwa steam
rendah dari suhu benzena di bertekanan lebih tinggi lebih mahal
kondensor. daripada steam bertekanan lebih
rendah, apakah ada alasan untuk
Anda mungkin harus melihat menggunakan uap bertekanan lebih
melampaui buku ini untuk tinggi?
menemukan sifat fisik benzena, D. Tentukan laju aliran air, jika air
toluena, dan air yang dibutuhkan digunakan sebagai pendingin.
untuk mengatasi masalah tersebut. E. Tentukan laju aliran udara, jika
Tunjukkan sumber Anda. Jika Anda udara digunakan sebagai
tidak dapat menemukan data yang pendingin. Asumsikan udara pada
tepat Anda butuhkan, nyatakan dan P = 1 bar bertindak seperti ideal
benarkan setiap asumsi yang Anda ∗ ∗
gas, dan 𝐶𝑃,𝑎𝑖𝑟 = 0.79𝐶𝑃,𝑁 2
+
miliki buat dalam memecahkan ∗
0.21𝐶𝑃,𝑂2
masalah.
F. Udara untuk kondensor berada
A. Tentukan laju di mana panas pada ambien lokal kondisi dan
ditambahkan ke toluena di reboiler. dapat dianggap bebas. Air untuk
B. Tentukan laju aliran steam yang kondensor tidak gratis. Apakah
masuk reboiler, untuk masing- Anda melihat apapun alasan untuk
masing dari tiga kemungkinan menggunakan air bukan udara?
tekanan saluran masuk. Dalam

3.10 GLOSARIUM SIMBOL


A sebuah daerah 𝐶𝑉∗ kapasitas panas volume
C jumlah senyawa kimia konstan (basis molar) untuk
CP Kapasitas panas tekanan gas ideal
konstan (basis molar) ĈV kapasitas panas volume
𝐶𝑃∗ kapasitas panas tekanan konstan (basis massa)
konstan (basis molar) untuk ĈP panas tekanan konstan
gas ideal kapasitas (basis massa)
CV kapasitas panas volume F derajat kebebasan
konstan (basis molar) g konstanta gravitasi
H entalpi H
68
Hˆ entalpi spesifik t waktu
H entalpi molar H U energi dalam
h tinggi Ȗ energi dalam spesifik
K.E. energi kinetik U energi dalam molar
M massa sistem kecepatan
m massa ditambahkan atau v velocity
dihapus dari sistem V volume
m˙ laju aliran massa Vˆ volume spesifik
N jumlah mol dalam sistem V volume molar
n Jumlah mol yang WS kerja poros
ditambahkan atau dihapus WEC kerja perluasan/kontraksi
dari sistem W˙S tingkat kerja poros
n˙ laju aliran molar W˙EC tingkat ekspansi/ kontraksi
P tekanan kerja
P.E. energi potensial Δ𝐻𝑓0 entalpi pembentukan
Q˙ laju penambahan panas ρ kepadatan
Q panas π jumlah fase yang berbeda
R konstanta gas
r radius
T suhu

3.11 REFERENSI
A. C. Clarke, Profiles of the Future, Harper & Row, New York, 1962.

J. Kluger, “Rocket Scientist: Robert Goddard,” Time, 153, 12, March

69
BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Massa dan energi keduanya dapat diperlakukan sebagai kuantitas yang
dilestarikan, mereka tidak bisadi ciptakan atau dihancurkan. Prinsip kekekalan massa
dan kekekalan energi dapat diungkapkan matematis melalui neraca material dan
neraca energi. Persamaan kesetimbangan energi adalah pernyataan matematis dari
hukum pertama termodinamika. Neraca materi dan energi yang digeneralisasi dapat
diterapkan dengan jelas sistem yang ditentukan.
Versi yang lebih disederhanakan dari keseimbangan material atau neraca
energi, seperti yang ada di Tabel 3-1, hanya dapat diterapkan jika asumsi digunakan
untuk menurunkan persamaan keseimbangan yang dipahami dan berlaku untuk
sistem. Sebuah proses yang memiliki keadaan awal yang diketahui dan keadaan akhir
yang diketahui, tetapi tidak diketahui durasi, dapat dianalisis dengan menggunakan
material bebas waktu dan keseimbangan energi. Neraca material dan energi keduanya
berbentuk akumulasi = masuk- keluar. Untuk proses tunak, akumulasi = 0. Energi
kinetik dan potensial sering diabaikan dalam proses kimia biasa.

1.2 SARAN

Penulisan makalah ini diharapkan bagi para pembaca bisa lebih memahami neraca
material dan energi yang terdapat dalam termodinamika kimia.

70
DAFTAR PUSTAKA

Dahm, Kevin D. dan Donald P. Visco, Jr. 2015. Fundamentals of Chemical Engineering
Thermodynamics. Timotius Anderson: Amerika Serikat.

71

Anda mungkin juga menyukai