Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“Elektrolit Dan Asam Basa”

Disusun oleh; kelompok 2

Nur Dwi Agustin 22180008

Diski 22180005

Shabilla Putri Wahyuni 22180011

Kelas : semester 2

Dosen pembimbing: NS. Indra Frana Jaya KK,M.Biomed

JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN


FALKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADER BANGSA
2023
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas hasil pembelajaran mata kuliah patofisiologi,
selain itu penulis ingin mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliahan
melalui penyusunan makalah ini. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam mengenai
apa saja yang terdapat dalam elektrolit dan asam basa.

Makalah ini mengkaji beberapa struktur atau semacam – macam cairan elektrolit dan yang
terkandung dari asam basa, dalam hal ini penulis menggunakan metode kajian pustaka karena
berdasarkan sumber pustaka tersebut dapat diperoleh inti sari bahasan yang akan dibahas
dalam makalah ini.

Rasa syukur dan terimakasih yang sebedar – besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan yang
maha esa atas rahmat dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik. Selain itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak –
pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan makalah ini, yaitu bapak NS. Indra
Frana Jaya, M.Biomed selaku dosen pembimbing mata kuliah patofisiologi dan rekan – rekan
kelompok yang berperan dalam proses penyusunan makalah ini, harapan penulis dari
penyusunan makalah ini yaitu semoga bahasa dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu yang terkait, serta wawasan bagi para pembacanya.

Demikian penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, sehingga penulis mengharpkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 26 Maret 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

a. latar belakang......................................................................................................................4

b. Rumusan masalah...............................................................................................................4

C. Tujuan................................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

ISI...............................................................................................................................................6

1. Definisi Elektrolit dan Kebutuhan Elektrolit......................................................................6

2. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit..................................................................8

3. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit...............................................................................12

4.Larutan Isotonik, Hipotonik, dan Hipertonik....................................................................14

5. Mekanisme Tubuh Mengatur Keseimbangan Cairan Elektolit........................................15

6. Pengertian asam basa........................................................................................................20

A. Asam............................................................................................................................20

1. Sifat Asam.....................................................................................................................21

2. Kekuatan Asam.............................................................................................................22

3. Peranan Asam dalam Kehidupan..................................................................................22

B. Basa..............................................................................................................................23

1. Sifat Basa......................................................................................................................23

2. Kekuatan Basa..............................................................................................................25

3. Peranan Basa dalam Kehidupan...................................................................................25

BAB III.....................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................28

A. kesimpulan.......................................................................................................................28

B. saran.................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
a. latar belakang

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau


homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-
partikel bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung
komponen-komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan
bermuatan negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit
memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Disini kami akan membahas lebih spesifik lagi mengenai keseimbangan cairan dan
elektrolit berserta gangguannya itu sendiri. Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan
menguraikan mengenai pengertian dari cairan dan elektrolit, komposisi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia, cairan dan elektolit dalam tubuh manusia, fungsi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia, pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia, keseimbangan cairan
dan elektrolit, faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan keseimbangan cairan dan elektolit.

b. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari elektrolit


2. Apa saja cairan elektrolit
3. Apa saja gangguan cairan dan elektrolit
4. Faktor – faktor yang memperngaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Definisi dari larutan elektrolit dan non elektrolit
6. Apa pengertian dari larutan isonik, hipotonik dan hipertonik
7. Pengertian dari asam dan basa
8. Apa saja sifat – sifat asam basa

C. Tujuan

1. Agar mahasiswa tahu apa pengertian dari elektrolit


2. Agar mahasiswa tahu apa saja cairan elektrolit
3. Agar mahasiswa tahu apa saja gangguan cairan dan elektrolit
4. Agar mahasiswa tahu faktor yang mempengaruhi keseimangan cairan dan elektrolit
5. Agar mahasiswa tahu definisi dari larutan elektrolit dan non elektrolit
6. Agar mahasiswa tahu apa pengertian dari larutan isonik, hipotonik dan hipertonik
7. Agar mahasiswa tahu pengertian asam dan basa
8. Agar mahasiswa tahu apa saja sifat – sifat asam basa
BAB II
ISI

1. Definisi Elektrolit dan Kebutuhan Elektrolit


Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan
tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang
semuanya disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl
akan dipecah menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
mengahantarkan arus litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang
terdapat pada cairan. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent
(mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
A. Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan
mempengaruhi keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa,
memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam
keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui
proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan
kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium
serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan
meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan
merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148
mEq/Lt
2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada
cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui
makanan seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor
membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan
reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh
kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi
tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme
sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari
makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus,
peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5) Keseimbangan Fosfor (PO4–)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot
rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama
fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan
tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus
dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui
ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar
kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya.
Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.
6) Keseimbangan Klorida (Cl–)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam
buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan
direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar
klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7) Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama
yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi
dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan
PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.
B. Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi
isotonik disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:
1. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl–, dan Ca2+
2. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, Ca2+, dan HCO3–
3. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, dan HCO3–

2. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit

A. Gangguan/ Maslah Kebutuhan Cairan


Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume
cairan atau sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]).
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan
dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada
keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisial
menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu
kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga,
yaitu :
a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada
jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan. Di


antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada
dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan,
tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan
eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan
menurut derajat keparahan menjadi :
a) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau
sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu
dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat
berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
b) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat
tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu
gejalanya adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar
natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami
hipotensi.
2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]).
Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga
dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi
ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah
dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan
osmotic. Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting
adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk
cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan
cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang
menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat
dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan
kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan
pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular
meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan interstisial. Edema
anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara lain
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.
B. Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit
1. Hiponatremia
Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt,
mual, muntah dan diare.
2. Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi
yang ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu
badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat
disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan
garamnya sedikit.
3. Hipokalemia
Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.
Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang
mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi,
turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan
lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium
plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L.
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium
yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem
pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan
irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
5. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam
plasma kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat
disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium
karena sekresi intestinal.
6. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang
dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin
D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal,
mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,
disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8. Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang
ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5
mEq/L.

C. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin
dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. Penyakit
ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

3. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

A. Gambaran Singkat

Larutan non elektrolit merupakan za terarut yang tidak terurai dan tidak bermuatan listrik.
Larutan non elektrolit yang terdapat dalam tubuh manusia diantaranya protein, glukosa, dan
karbondioksida.

Larutan elektrolit merupakan larutan yang terurai dan bermuatan listrik. Jika bermuatan
positif, maka disebut kation. Jika bermuata negative, maka disebut anion. Larutan elektrolit
dalam tubuh manusia terdapat dalam bentuk unsur bebas. Cairan elektrolit di dalam tubuh
berfungsi untuk menjaga tekanan osmotic tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam
kompartemen badan air, menjaga pH tubuh, terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi di
dalam tubuh, terlibat dalam proses metabolisme.

Berikut adalah elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah besar:

1. Natrium (Na+)
Natrium merupakan kation utama dalam CES (Cairan Ekstra Seluler). Natrium sangat
penting dalam pengendalian volume tubuh total. Asupan utama natrium adalah makanan.
Keadaan dimana asupan natrium melebihi jumlah pengeluarannya akan menghasilkan
keadaan keseimbangan natrium positif. Kelebihan retensi air dan natrium dapat
mengakibatkan terjadinya berat badan dan edema. Hal ini juga dapat menimbulkan penyakit
seperti gagal jantung kongesif dan penyakit ginjal. Sebaliknya, jika pengeluaran natrium
melebihi jumlah asupannya, maka akan menghasilkan keadaan keseimbangan natrium
negatif. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya penurunan volume CES dan plasma dengan
disertai tekanan darah rendah dan sirkulasi yang tidak memadai.
Pengaturan natrium dalam tubuh terjadi terutama melalui ekskresi natrium oleh ginjal,
bukannya melalui asupan natrium. Ekskresi natrium oleh ginjal dipengaruhi oleh laju filtrasi
glomerulus (GFR) yang mengatur jumlah natrium yang difiltrasi dan Aldosteron yang
mengstimulasi readsorbsi ion natrium dari tubulus pengumpul, distal ginjal, kelenjar keringat,
kelenjar saliva, dan saluran gastrointestinal. Kendali pada sekresi aldosteron memiliki
beberapa komponen, yaitu sistem rennin-angiotensinogen-aldosteron dan kalium.

2. Kalium (K+)
Kalium merupakan kation utama dalam CIS (Cairan Intra Seluler). Kalium sangat penting
dalam pengendalian volume sel, aktivitas listrik saraf dan otot, dan metabolism selular.
Kalium di dalam CES akan mempengaruhi keseimbangan asam-basa cairan tersebut.
Pengaturan kalium dikendalikan oleh aldostern, hormon insulin dan epinefrin. Muntah,
diare, kelebihan asupan natrium, penyakit ginjal, dan penggunaan obat diuretic untuk
hipertensi dan edema dapat menghasikan keadaan kekurangan kalium atau hipokalemia.
Hipokalemia dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit yaitu aritmia jantung. Sebaliknya
ekskresi ginjal yang inadekuat dapat mengakibatkan terjadinya kelebihan kalium atau
hiperkalemia. Hierkalemia dapat menyebabkan terjadinya fibrilasi jantung dan
membahayakan kehidupan.

3. Kalsium (Ca2+) dan Fosfat (HPO4-)


Kalsium merupakan elektrolit ekstraseluler. Sebagian besar berada di dalam rangka,
tempatnya berikatan dengan fosfat membentuk Kristal hidroksiapatit matriks. Fosfat
merupakan anion utama dalam CIS.
Perubahan konsentrasi ion kalsium memiliki efek yang signifikan. Sebaliknnya, perubahan
konsentrasi ion fosfat memiliki efek yang tidak terlalu signifikan, bahkan hampir tidak
menghasilkan efek apa-apa. Pengaturan kosentrasi kalsium dalm CES dan Plasma darah
dipengaruhi oleh hormone paratiroid, kalsitonin, vitamin D, dan modulator lain.
4. Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3 -) dan anion lainnya
Klorida dan Bikarbonat merupakan anion utama dalam CES. Pengaturannya bersamaan
dengan pengaturan natrium dan keseimbangan asam-basa tubuh. Anio lainnya seperti sulfat,
nitrat,dan laktat memiliki maksimum transport (TM). Jika maksimum transpornya terlewati,
maka ion berlebih akan diekskresi.
5.Magnesium (Mg2+)

4.Larutan Isotonik, Hipotonik, dan Hipertonik

Perpindahan cairan yang melintasi membran sel terjadi sedemikan cepat sehingga setiap
perbedaan osmolaritas antara kedua kompartemen ini akan dikoreksi dalam waktu detik atau
menit untuk mencapai keseimbangan osmotik. Perubahan konsentrasi yang relatif kecil pada
zat terlarut dalam cairan ekstraseluler, maka dapat timbul tekanan osmotik yang besar. Ini
dibutuhkan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi membran sel
bila cairan ekstraseluler dan intraseluler tidak dalam keadaan keseimbangan osmotif.
Hipotonik, isotonik, dan hipertronik adalah istilah yang digunakan untuk membandingkan
tekanan osmotic dari cairan terhadap plasma darah yang dipisahkan oleh membran sel.

1.Larutan hipotonik

Larutan hipotonik memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan
larutan yang lain. Suatu larutan memiliki kadar garam yang lebih rendah dan yang lainnya
lebih banyak. Jika ada larutan hipotonis yang dicampur dengan larutan yang lainnya maka
akan terjadi perpindahan kompartemen larutan dari yang hipotonis ke larutan yang lainnya
sampai mencapai keseimbangan konsentrasi. Contoh larutan hipotonis adalah setengah
normal saline (1/2 NS).. Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosisnya lebih rendah
dari serum darah, sehingga menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang
semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan
dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel – sel darah merah. Peristiwa
demikian disebut hemolisa.

2.Larutan Isotonik

Larutan isotonik adalah suatu larutan yang konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi
dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka
larutan dikatakan isotonik (ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl ). Larutan isotonik
mempunyai komposisi yang sama dengan cairan tubuh, dan mempunyai tekanan osmotik
yang sama. Isotonis adalah suatu yang larutan yang kita buat konsentrasinya sama besar
dengan cairan dalam tubuh dalam sel darah merah. Harus disamakan agar tidak terjadi
pertukaran. Isoosmotik larutan yg memiliki tek.osmosa yang sama dengan tek. Alat yang
digunakan unutuk mengetahui osmosa sel darah digunakan alat yang disebut osmometer.

3.Larutan Hipertonis
Turunan larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang
lainnya. Suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan
larutan yang lainnya. Jika larutan hipertonis ini dicampurkan dengan larutan lainnya (atau
dipisahkan dengan membran semipermeabel) maka akan terjadi perpindahan cairan menuju
larutan hipertonis sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan. Sebagai contoh, larutan
dekstrosa 5% dalam normal saline memiliki sifat hipertonis karena konsentrasi larutan
tersebut lebih tinggi dibandingkan konsentrasi larutan dalam darah pasien. Titik beku besar,
yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebabkan air keluar dari
sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan
sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut plasmolisa. Bahan pembantu mengatur
tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3.

5. Mekanisme Tubuh Mengatur Keseimbangan Cairan Elektolit

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman.Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan
gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.Dalam rangka mempertahankan
fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan
ekspirasi penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.

a. Intake Cairan

Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira1500 ml per
hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per harisehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan
berat badan, perhatikan tabel di bawah

Tabel kebutuhan asupan cairan tubuh manusia

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi
angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi
haus walaupun kadang terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum
sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

b.Output Cairan

Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

Ø Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500
ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.

Ø IWL (Insesible Water Loss) :


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL
per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.

Ø Keringat :

Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal
dari anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang
yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis padakulit.

Ø Feces :

Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diaturmelalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

6. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu


volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.

Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan
menurunkan volume plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume
plasma.Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka
panjang.

Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.Untuk


mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada keseimbangan
antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini terjadi karena adanya
pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.Water
turnover dibagi dalam:

1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan

2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen seperti proses
filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.

Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan


garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah
garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi, seseorang
mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan
garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan
keseimbangan garam.

Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:

Ø mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).

Ø mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi
Na+ di tubulus distal dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain
sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon
atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini disekresi leh sel atrium
jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma.Penurunan reabsorbsi natrium
dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah
kembali normal.

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.


Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan.semakin tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah
konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan solut yang banyak
ditemukan di cairan ekstrasel,dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan ekstrasel.sedangkan di dalam cairan intrasel,ion kalium bertanggung
jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.Distribusi yang tidak merata dari
ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab
dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.

Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

* Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang
pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara
keseluruhan di dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable
terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa
recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis
air.Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung
pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan
akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya
vasopresis (ADH).

* Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di


hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis
vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan
berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di
duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks
duktus koligen.Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke
vasa recta.Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.

Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas


cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk
perilaku untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.

* Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan,pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit


diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin.Sistem saraf mendapat informasi adanya
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotikus, osmoreseptor di hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di
atrium.Sedangkan dalam sistem endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi peningkatan volume
cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium
dan air.

Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain
yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu
lingkungan,diet,stres,dan penyakit

6. Pengertian asam basa

A. Asam

Apa yang kamu ketahui tentang asam? Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra
pengecap kita terhadap suatu rasa masam. Kata asam berasal dari bahasa Latin, yaitu acidus
yang berarti masam.
Secara kimia, kita dapat mendefinisikan asam sebagai senyawa yang menghasilkan ion
hidrogen ketika larut dalam pelarut (biasanya air). Senyawa asam banyak kita temukan dalam
kehidupan sehari – hari, seperti pada makanan dan minuman. Selain itu, senyawa asam dapat
pula kita temukan di dalam lambung. Di dalam lambung terdapat asam klorida yang
berfungsi membunuh kuman.

1. Sifat Asam

Bagaimanakah cara kita untuk mengetahui suatu zat bersifat asam atau tidak? Untuk
mengetahuinya, dapat dilihat dari sifat yang dimiliki oleh asam tersebut. Berikut ini akan
dibahas beberapa mengenai sifat asam. a. Rasa Asam Pernahkah kamu makan acar
mentimun? Ras kecutnya membuat acar terasa segar dan cocok dipadukan dengan berbagai
macam masakan, seperti gulai kambing, opor ayam, dan nasi goreng. Rasa kecut tersebut
berasal dari cuka. Cuka merupakan salah satu asam yang kita kenal dalam kehidupan sehari –
hari. Nama cuka dalam ilmu kimia adalah asam asetat (asam etanoat).

b. Mengubah Warna Indikator

Selain rasa asam yang kecut, sifat asam yang lain dapat mengubah warna beberapa zat
alami ataupun buatan. Sifat inilah yang selanjutnya akan digunakan untuk
mengidentifikasikan sifat asam dari beberapa senyawa asam. Dengan menggunakan
indicator.

Indikator yang sering digunakan adalah kertas lakmus biru menjadi merah, sedangkan
kertas lakmus merah akan tetap berwarna merah.

c. Menghantarkan Arus Listrik

Asam dapat menghantarkan arus listrik. Hal itu dikarenakan asam dapat melepaskan ion –
ion dalam larutannya yang mampu menghantarkan arus listrik. Asam kuat merupakan
elektrolit yang baik. Semakin kuat suatu asam, akan semakin baik pula daya hantar listriknya.
(memiliki sifat elektrolit yang baik). Contohnya adalah asam sulfat yang terdapat pada aki
mobil

. d. Bereaksi dengan Logam Menghasilkan Gas Hidrogen


Asam bereaksi dengan beberapa jenis logam menghasilkan gas hidrogen. Logam
magnesium, besi, tembaga dan seng merupakan contoh logam yang dapat bereaksi dengan
asam sehingga menghasilkan gas hydrogen dan senyawa garam.

Reaksi : Asam + Logam tertentu Garam + Gas Hidrogen Bila kita mereaksikan dua asam
yang berbeda pada logam yang sama, maka kita akan memperoleh hasil yang berbeda. Hal itu
disebabkan perbedaan kekuatan asam yang kita gunakan.

2. Kekuatan Asam

Berdasarkan sifat kuat lemahnya asam, kita mengenal adanya asam kuat dan asam lemah.
Kuat lemahnya suatu asam ditentukan oleh jumlah ion hydrogen yang terionisasi dalam
larutan. Asam kuat adalah asam yang banyak menghasilkan air dalam larutannya (asam yang
terionisasi sempurna dalam larutannya), sedangkan asam lemah adalah asam yang sedikit
menghasilkan ion dalam larutannya (terionisasi sebagian dalam larutan).

Konsentrasi larutan berkaitan dengan banyaknya zat yang terlarut dalam suatu volume
pelarut tertentu. Semakin banyak zat yang terlarut, konsentrasi larutan tersebut semakin
tinggi (semakin pekat). Pada larutan encer terdapat sejumlah kecil zat terlarut dalam
pelarutnya. Untuk menyatakan konsentrasi larutan lazim digunakan istilah molar (M).

3. Peranan Asam dalam Kehidupan

Asam merupakan salah satu senyawa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan.
Dalam bidang industry, asam banyak digunakan, antara lain dalam proses pembuatan pupuk,
obat – obatan, bahan peledak, plastik, dan pembersihan permukaan logam – logam tertentu.
Selain itu, terdapat beberapa asam organic yang digunakan sebagai pengawet makanan,
seperti asam asetat, asam askorbat, asam propanoat, dan asam benzoate. Kebanyakan asam
organik merupakan asam lemah.

Meskipun asam adalah senyawa yang sangat berguna, tetapi asam juga dapat menyebabkan
berbagai kerusakan karena sifatnya yang korosif. Salah satunya adalah peristiwa hujan asam
yang akhir – akhir ini menimbulkan masalah lingkungan yang serius.

Asam merupakan senyawa kimia yang mempunyai rumus senyawa kimia tertentu. Asam
dapat ditemukan sebagai senyawa murni atau terlarut dalam pelarut tertentu. Sehari – hari,
kita sering menjumpai asam sebagai suatu zat yang terlarut dalam suatu pelarut tertentu
(biasanya air) sehingga disebut larutan asam. Bila suatu asam terlarut dalam sejumlah besar
volume air, maka kita katakana bahwa konsentrasi asam tersebut rendah atau disebut juga
sebagai asam encer. Konsentrasi suatu asam meningkat seiring dengan semakin berkurangnya
jumlah air yang melarutkannya.

Contoh bahan yang mengandung asam:

Kuat /
Jenis asam Terdapat pada
lemah

Asam askorbat Lemah Buah-buahan

Asam
Lemah Minuman berkarbonat
karbonat

Asam sitrat Lemah Jeruk

Asam etanoat Lemah Cuka

Asam laktat Lemah Susu basi

Asam klorida Kuat Cairan lambung

Asam nitrat Kuat Pupuk

Asam fosfat Lemah Cat antikarat

Asam sulfat Kuat Aki

Asam format lemah Semut

B. Basa

Secara kimia, kita dapat mengidentifikasikan basa sebagai senyawa yang menghasilkan
ion hidroksida (OH- ) ketika larut dalam pelarut air. Perhatikanlah bahwa rumus senyawa
basa selalu memiliki gugus OH (kecuali untuk ammonium hidroksida). Adanya gugus OH
inilah yang menyebabkan senyawa basa memiliki sifat – sifat khas sebagai suatu basa.

1. Sifat Basa
Seperti halnya asam, basa pun memiliki beberapa sifat yang dapat kita gunakan untuk
pengidentifikasian. Beberapa sifat basa akan dipelajari berikut ini.

a. Pahit dan Terasa Licin di Kulit

Apa yang kamu rasakan ketika kamu memegang sabun? Mengapa sabun terasa licin ketika
disentuh? Rasa licin pada sabun disebabkan oleh basa yang terdapat pada sabun tersebut.
Basa pembuat sabun adalah natrium hidroksida.

Selain terasa licin, basa pun memiliki rasa yang pahit. Akan tetapi, kamu tidak dianjurkan
untuk memeriksa apakah suatu zat itu suatu basa atau tidak dengan cara menyentuh atau
mencicipinya. Hal itu karena basa kuat bersifat korosif yang dapat menyebabkan tanganmu
teriritasi dan terbakar.

b. Mengubah Warna Indikator

Seperti halnya asam, larutan basa pun akan bereaksi dengan indicator sehingga dapat
mengubah warna indicator tersebut. Basa akan mengubah warna kertas lakmus merah
menjadi biru, sedangkan lakmus biru akan tetap berwarna biru.

c. Menghantarkan Arus Listrik

Seperti halnya asam, senyawa basa pun merupakan penghantar listrik yang baik,
khususnya basa kuat. Basa kuat mudah terionisasi dlam air.

d. Menetralkan Sifat Asam

Salah satu sifat basa adalah meniadakan atau menghilangkan sifat suatu asam yang
direaksikan dengan basa tersebut. Asam yang kita miliki akan berkurang sifat keasamannya,
bahkan dapat berubah menjadi tidak asam. Apabila basa direaksikan dengan asam, maka akan
membentuk garam dan air. Reaksi itu disebut dengan reaksi penetralan (netralisasi). Sebagai
contohnya adalah kalsium hidroksida direaksikan dengan asam sulfat akan membentuk
kalsium sulfat dan air.

Reaksi : Kalsium Hidroksida + Asam Sulfat Kalsium Sulfat + Air Ca(OH)2 (aq) + H2SO4
(aq) CaSO4 (aq) + 2H2O (l)
Tahukah kamu, mengapa pada tanah gambut sebelum ditanami terlebih dahulu diberi kaur?
Kapur merupakan salah satu contoh dari basa yang dapat mengurangi tingkat keasaman
tanah. Tablet obat sakit mag terbuat dari basa magnesium hidroksida, mengapa? Konsentrasi
asam lambung yang terlalu tinggi dapat dikurangi dengan memakan obat sakit mag. Jadi,
pada dasarnya konsentrasi asam pada suatu zat dapat kita kurangi dengan cara menambahkan
suatu basa ke dalamnya. Basa merupakan istilah kimia yang digunakan untuk semua zat yang
dapat menetralkan asam.

Selain karena kemampuan basa yang dapat menetralkan asam, basa pun memiliki
kemampuan untuk melarutkan minyak dan debu sehingga basa digunakan untuk berbagai
keperluan. Sebagai contoh, pembersih alat dapur yang ada di pasaran mengandung natrium
hidroksida yang berfungsi membersihkan noda minyak atau mentega. Pembersih lantai
mengandung ammonia yang dapat membersihkan debu.

2. Kekuatan Basa

Seperti halnya asam, basa pun dapat dibagi menjadi basa lemah dan basa kuat. Kekuatan
basa sangat bergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH- dalam larutan
dan konsentrasi larutan basa tersebut. Basa kuat bersifat korosif. Ingatlah jangan menyentuh
basa (murni ataupun larutannya) sembarangan. Contoh senyawa yang tergolong basa kuat
adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), dan kalsium hidroksida
(Ca(OH)2), sedangkan ammonia (NH3) tergolong sebagai basa lemah.

Kaustik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. Jadi, kita menggunakan nama
kaustik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kalium hidroksida (KOH).

3. Peranan Basa dalam Kehidupan

Coba amati lingkungan sekitarmu! Adakah benda – benda yang mengandung basa? Basa
dapat dengan mudah kita temukan, baik itu di rumah maupun di industri. Ketika kita
membuat rumah, kita menggunakan semen. Semen dibuat dari basa kalsium hidroksida. Basa
pun dapat kita temukan pada aneka bahan pembersih dan ketika membuat kue. Pada saat
membuat kue, kita sering menambahkan baking soda agar kue yang kita buat mengembang.
Baking soda merupakan suatu basa.

C. Sifat Keasaman dan Kebasaan suatu Zat


Apabila kita memiliki beberapa zat dan kita tidak mengetahui zat tersebut termasuk asam
atau basa, maka bagaimanakah cara kita mengetahui sifat keasaman atau kebasaan zat
tersebut? Kita tidak selalu dapat menggunakan indra kita untuk memastikan dengan aman
suatu zat termasuk asam atau basa. Ingat, beberapa asam dan bas sangat berbahaya.

Skala pH (power of hydrogen) berkisar dari 10 sampai 14. Nilai 7 menunjukkan suatu zat
bersifat netral (tidak asam-tidak basa). Suatu asam memiliki nilai pH yang lebih kecil dari 7.
Semakin nilai pH mendekati angka 0, maka tingkat keasamannya semakin kuat, sedangkan
jika nilai pH suatu zat mendekati 7, maka tingkat keasamannya semakin lemah (berkurang).
Senyawa basa memiliki nilai pH yang lebih besar dari 7. Semakin nilai pH mendekati nilai
14, tingkat kebasaannya semakin kuat. Sekarang kamu mengetahui mengapa kita mengenal
asam kuat, asam lemah dan basa kuat, basa lemah.

D. Indikator

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, larutan asam dan basa akan memberikan warna
tertentu apabila direaksikan dengan indicator. Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang
dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan indicator, kita dapat mengetahui suatu zat
bersifat asam dan basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan
suatu asam atau basa. Beberapa indicator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada
juga beberapa indicator yang dibuat secara sintesis di laboratorium.

Indikator yang sering tersedia di laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan
harganya murah. Kita mengenal dua jenis kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan biru. Pada
larutan asam, kertas lakmus selalu berwarna merah, sedangkan dalam larutan basa kertas
lakmus selalu berwarna biru. Jadi, larutan asam akan mengubah kertas lakmus warna biru
menjadi merah dan larutan basa akan mengubah warna lakmus merah menjadi biru.

Beberapa jenis tanaman dapat pula dijadikan sebagai indicator. Salah satu tanaman yang
dapat pula dijadikan sebagai indicator adalah tanaman bunga hydrangea. Warna bunga
hydrangea bergantung pada keasaman tanah. Bunga hydrangea yang berwarna merah jambu
(pink) akan berubah menjadi biru apabila ditanam di tanah yang terlalu asam.

Lakmus dan bunga hydrangea merupakan salah satu contoh indicator pH. Syarat dapat
tidaknya suatu zat ddijadikan indicator asam basa adalah terjadinya perubahan warna apabila
suatu indicator diteteskan pada larutan asam dan larutan basa. Untuk menguji sifat asam basa
suatu zat selalu digunakan dalam bentuk larutan, karena dalam bentuk larutan sifat
pembawaan asam dan basa lebih mudah dideteksi.

Berikut adalah indicator pH yang sering kita gunakan di laboratorium. Indikator tersebut
menunjukkan perubahan warna lerutan pada rentang pH tertentu.

No. NAMA INDIKATOR RANGE pH PERUBAHAN WARNA


1 Fenoftalein 8,3 - 10 Tak berwarna – merah muda
2 Metil oranye 3,2 – 4,4 Merah - kuning
3 Metil merah 4,8 – 6,0 Merah - kuning
4 Bromtimol biru 6,0 – 7,6 Kuning - biru
5 Metil biru 10,6 – 13,4 Biru - ungu

Salah satu indicator yang memiliki tingkat kepercayaan yang baik adalah indicator
universal. Indikator universal adalah indicator yang terdiri atas berbagai macam indicator
yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1-14. Indikator universal ada yang berupa
larutan dan ada juga yang berupa kertas. Paket indicator universal tersebut selalu dilengkapi
dengan warna standar untuk pH 1-14.

Cara menggunakan indicator universal adalah sebagai berikut :

1. Celupkan kertas indicator universal pada larutan yang akan diselidiki nilai pH-nya atau
meneteskan indicator universal pada larutan yang diselidiki.

2. Amati perubahan warna yang terjadi

3. Bandingkan perubahan warna dengan warna standar.


BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume


cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan
dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen
dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam
keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2
dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

B. saran

Pembelajaran terhadap sistem-sistem tubuh yang mengatur keseimbangan cairan dan asam-
basa tubuh perlu ditingkatkan, supaya mahasiswa memiliki pengetahuan yang lebih
mendalam tentang regulasi dalam tubuh manusia yang berfungsi mempertahankan
keseimbangan cairan dan asam basa.
DAFTAR PUSTAKA
Khairan. Asam dan Basa.(online).(https://www.academia.edu/resource/work/14811849)
diakses 26 Maret 2023
Reinir. IBD makalah cairan asam basa dan elektrolit.(online).
(https://www.academia.edu/resource/work/6464886) diakses 26 Maret 2023
Erosa. Cairan elektrolit dan asam basa.( online).(
https://www.academia.edu/resource/work/43516672) diakses 26 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai