Anda di halaman 1dari 59

Asuhan Kebidanan Kehamilan

Nama kelompok:
1. Inka Juniarti 21154011030
2. Tezzy Maria Sintia 21154011001
3. Fitriani 21154011006
Pengertian Hipertensi
• Hipertensi adalah kondisi ketika
tekanan darah berada di angka
130/80 mmHg atau lebih. Jika
tidak segera ditangani, hipertensi
atau tekanan darah tinggi bisa
menyebabkan munculnya
penyakit-penyakit serius yang
mengancam nyawa, seperti gagal
jantung, penyakit ginjal, dan
stroke.
1 Penyebab kematian
terbesar kedua setelah
stroke.

2 3

Merupakan penyakit yang Salah satu penyakit


akan diderita seumur hidup “sillent kiler” tanpa
oleh pasien tanda dan gejala yang
khas.
Apa Dampak Hipertensi pada Ibu Hamil?

Hipertensi pada ibu hamil juga dapat mengakibatkan bayi lahir secara
1.
prematur dan penyakit kardiovaskular setelah lahir.

Hipertensi dalam kehamilan juga dapat menimbulkan kerusakan organ


2. jantung, paru-paru, dan hati yang berpotensi membahayakan Bunda dan
janin sekaligus.
Penyebab Hipertensi Pada Ibu Hamil

Kelebihan berat badan atau obesitas.


Kurang gerak atau jarang olahraga.
Merokok.
Pola hidup yang jauh dari kata sehat.
Jenis-Jenis Hipertensi pada kehamilan

01
Hipertensi kronis
Hipertensi kronis pada kehamilan adalah hipertensi (≥ 140/90 mmHg)
yang telah ada sebelum kehamilan. Dapat juga didiagnosissebelum
minggu ke-20 kehamilan. Ataupun yang terdiagnosis untuk pertama
kalinya selama kehamilan dan berlanjut ke periode post-partum

02
Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Peningkatan tekanan darah
ini umumnya tidak disertai dengan adanya protein dalam urine atau
kerusakan organ tubuh

03
Hipertensi gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan dan
hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan
20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.
Konsekuensi Hipertensi pada Kehamilan

Jangka pendek
Ibu : eklampsia, hemoragik, isemik stroke, kerusakan hati (HELL sindrom,
gagal hati, disfungsi ginjal, persalinan cesar, persalinan dini, dan abruptio
plasenta.Janin : kelahiran preterm, induksi kelahiran, gangguan pertumbuhan
janin, sindrom pernapasan, kematian janin.

Jangka panjang
Wanita yang mengalami hipertensi saat hamil memiliki risiko
kembali mengalami hipertensi pada kehamilan berikutnya, juga dapat
menimbulkan komplikasi kardiovaskular, penyakit ginjal dan
timbulnya kanker.
Pengertian Hiperemesis
Gravidarum
• Hiperemesis gravidarum
adalah suatu penyakit
dimana wanita hamil
mengalami mual muntah
yang cukup parah,
memuntahkan segala apa
yang dimakan dan
diminum hingga berat
badannya sangat turun,
turgor kulit berkurang,
diuresis berkurang dan
timbul asetunoria.
Apa penyebab terjadinya Hiperemesis
Gravidarum?

Penyebab utama Hiperemesis gravidarum adalah peningkatan


kadar hormon chorionic gonadotropin (HCG) dan estrogen, kadar
hormon Tiroksin, infeksi helicobacter pylori, faktor sosial,
psikologis, gangguan fungsi hati, pancreatitis dan ulkus
peptikum.
Tingkatan Hiperemesis Gravidarum

01
Tingkat I
Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan
tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium.

02
Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, bera badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi.

03 Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat.
Faktor risiko Hiperemesis Gravidarum

1 Hamil di usia yang sangat muda

2 Kelebihan berat badan (obesitas)

3 Kehamilan pertama

Memiliki riwayat hiperemesis gravidarum


4 pada kehamilan sebelumnya

5 Memiliki hamil anggur


Pengobatan Hiperemesis Gravidarum bertujuan
untuk menghentikan mual dan muntah, mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang akibat muntah
berlebihan, memenuhi kebutuhan nutrisi, dan
mengembalikan nafsu makan.
Beberapa obat yang dapat diberikan oleh dokter
adalah:
• Obat antimual, seperti promethazine
• Vitamin B1 atau tiamin
• Pyridoxine atau vitamin B6
• Suplemen vitamin dan nutrisi.
Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency
Virus)
Adalah sebuah Retrovirus yang mengidentifikasi sel
sistem kekebalan tubuh manusia terutama sel T,
CD4+, dan makrofag.
AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome)
adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
virus HIV
Tanda dan Gejala

• Demam
• Pembesaran kelenjar getah bening
• Diare berkepanjangan
• Pusing / Pening
• Menurunnya berat badan
• Turgor kulit menurun
• Infeksi jamur, bakteri, virus yang kronis
Tanda HIV/AIDS dibagi Menjadi 2
Yaitu:

Gejala mayor :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1
bulan.
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
5. Demensia/HIV ensafalopati.
Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
2. Dermatitis generalisata.
3. Adanya herpes zostermulti segmental dan
herpes zoster berulang.
4. Kandidias orofaringiel.
5. Herpes simpleks kronis progresif.
6. Limfadenopati generalisata.
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin
wanita.
8. Retinitis virus sitomegalo.
Cara Mendeteksi HIV/AIDS
Skrining HIV pada ibu hamil bisa dilakukan melalui serangkaian tes antara lain,
yaitu:
a. Voluntary Counseling and Testing (VCT)
Yaitu serangkaian tes untuk mengetahui apakah anda positif atau negatif mengidap
HIV

b. Tes darah
Lewat pemeriksaan ini akan ketahuan kemungkinan resus antibodi yang dapat
berdampak bagi janin. FYI, ibu dengan resus negatif, akan mengandung bayi dengan
resus positif. HIV adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. Ada kemungkinan
infeksi HIV yang dialami ibu hamil dapat menembus janin.

c. Terapi ARV (antiretroviral).


Terapi antiretroviral (ART) dini diberikan untuk wanita hamil yang positif mengidap HIV
dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan mencegah penularan HIV ke janin
selama masa kehamilan dan menyusui.

d. Skrining HIV pada ibu hamil bermanfaat untuk menanggulangi risiko penularan
terhadap bayi

e. ICT (immunokromatografi) Rapid test/strip


Pemberian Antriretroviral Pada Ibu Hamil
dengan Berbagai Situasi Klinis.
INFEKSI CYTOMEGALOVIRUS PADA IBU HAMIL

Infeksi kongenital sitomegalovirus


(cytomegalovirus/CMV) merupakan salah satu infeksi
virus paling umum yang menyebabkan infeksi kongenital.
Di Amerika Serikat, seroprevalensi CMV mencapai 50%
sehingga wanita hamil dengan usia produktif memiliki
risiko terjadinya infeksi primer CMV.

Penyebab utama transmisi virus ke ibu


hamil atau wanita muda usia produktif ialah
dari anak kecil usia pra sekolah yang
bermain atau dekat dengan wanita tersebut,
namun dapat juga berasal dari pasangan
atau kontak seksual. Transmisi dapat
berasal dari semua cairan tubuh seperti
urin, cairan semen, ludah, air mata, cairan
serebrospinal, air susu ibu (ASI), transfusi
darah, atau dari transplantasi organ.
Penyebaran Infeksi CMV
Penyebaran dapat terjadi dengan cara kontak
langsung dan tidak ditemui pada peralatan yang
terkontaminasi. Penyebaran infeksi CMV dapat
terjadi vertikal maupun horizontal. Penyebaran
bersifat vertikal terjadi pada infeksi wanita hamil
yang mengenai fetusnya.

Terdapat 3 jenis infeksi pada wanita hamil yaitu infeksi


primer, reaktivasi dari infeksi laten, dan reinfeksi. Infeksi
primer merupakan infeksi yang pertama kali terjadi dan
didapat pada waktu bayi, anak, remaja maupun saat hamil.
Reaktivasi atau infeksi rekurens merupakan infeksi yang
kembali aktif dan reinfeksi adalah terjadinya infeksi
berulang oleh virus CMV dengan galur sama atau beda.
Kondisi-kondisi yang dapat memicu terjadinya reinfeksi
adalah kondisi imunokompromais, misalnya pasien HIV ,
transplantasi, dan kemoterapi.
Amniosentesis

Pemeriksaan amniosentesis sangat akurat setelah usia kehamilan


21 minggu, ketika ginjal janin sudah cukup matang untuk
mengeksresikan virus ke cairan amnion. Meski demikian perlu
dipertimbangkan besarnya risiko terjadinya aborsi spontan bila
dilakukan suatu amniosentesis.
Pemeriksaan Kombinasi

Ibu hamil dengan seronegatif 6 bulan sebelum konsepsi berpeluang


untuk terinfeksi primer saat hamil. Pemeriksaan IgG perlu dilakukan
sekurang-kurangnya dua kali yaitu pada 2 bulan dan 4 bulan kehamilan.
Pemeriksaan radiologis dilakukan pada janin dengan infeksi kongenital
CMV untuk mengetahui apakah janin akan menderita infeksi dan
gangguan perkembangan psikomotor.
KEHAMILAN DENGAN PENYULIT OBSTETRI
HERPES SIMPLEX

Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi


manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan
kulit kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex virus
atau HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah,
dan kelamin (herpes genitalia). Herpes merupakan kondisi jangka Panjang. Akan
tetapi, banyak orang yang tidak memunculkan gejala herpes padahal mereka
memiliki virus herpes di dalam tubuhnya.
Klasifikasi Herpes
2.2.1 Herpes Zoster /Varicella Zoster Virus
(VZV)
Herpes zoster yang sering disebut dengan
istilah shingles adalah penyakit yang
disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV),
dengan manifestasi klinis berupa nyeri disertai
blister yang muncul mengikuti dermatom saraf
dan sering terbatas pada area di satu sisi tubuh
dan membentuk garis. Infeksi awal herpes
zoster adalah varicella atau cacar air yang
biasanya menyerang pada usia anak hingga
remaja. Setelah varicella sembuh, virus ini
akan dalam keadaan dorman di ganglion saraf
dan dapat teraktivasi menimbulkan herpes
zoster apabila imunitas menurun.
Infeksi HSV Pada Saat Kehamilan
Infeksi HSV pada kehamilan dapat terjadi secara
primer maupun rekuren, keduanya dapat
menyebabkan efek pada janin yang dikandungnya
berupa abnormalitas pada neonatus. Selain itu HSV
dapat menyebabkan tampilan klinis yang lebih berat
pada ibu hamil dibandingkan ibu yang tidak hamil.
Infeksi primer terutama pada herpes genitalis dalam
kehamilan menimbulkan infeksi yang lebih berat pada
neonatus, terlebih pada penderita yang belum
memiliki antibodi terhadap HSV.
RUBELLA PADA IBU HAMIL
Rubella adalah penyakit jenis campak yang
dapat dicegah dengan imunisasi atau dikenal
dengan sebutan PD3I. Rubella dikenal juga
dengan nama Campak Jerman, Campak 3
Hari merupakan penyakit yang sangat mudah
menular. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
virus rubella yang menyerang tubuh, terutama
pada kulit dan kelenjer getah bening.
Penularan rubella dapat terjadi melalui
droplet yaitu melalui percikan cairan seperti
air ludah, keringat yang terkena orang lain.
Selain itu rubella juga dapat ditularkan
melalui plasenta oleh ibu hamil kepada janin
yang ada di dalam kandungannya atau dikenal
dengan nama rubella kongenital.
GEJALA RUBELLA PADA IBU HAMIL
 Flu: Mirip dengan gejala flu biasa, tetapi pada
infeksi rubella, flu disertai dengan hidung
tersumbat dan terjadi dalam jangka waktu lama.
Ibu hamil perlu waspada jika hidung mampet
disertai sakit kepala dan berlangsung selama lebih
dari dua minggu.
 Kulit ruam: Awalnya muncul di area wajah, lalu
menyebar ke bagian tubuh lain. Ruam bisa muncul
mendadak setelah 48-60 jam setelah terinfeksi dan
menyebar ke bagian tubuh lain selama kurang
lebih empat hari.
 Demam: Demam yang terjadi tergolong ringan,
tidak melebihi suhu 39 derajat Celcius, tetapi
terjadi selama 4-7 hari.
 Mual berlebihan, mudah lelah, dan iritasi mata
dapat menjadi gejala lainnya. Meski mual
merupakan tanda awal kehamilan, ibu hamil perlu
waspada jika berlangsung lama dan lebih dari
biasanya.
PENGOBATAN RUBELLA PADA IBU HAMIL
1. Beristirahat Sebanyak Mungkin
Saat ibu mengalami gejala-gejala yang hampir mirip dengan penyakit
virus rubella, sebaiknya ibu memperbanyak waktu istirahat. Istirahat
nyatanya mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh menjadi
semakin baik.
2. Konsumsi Air Putih dan Makanan Sehat
Dengan mengonsumsi air putih yang cukup, kamu bisa menetralisir
racun atau virus yang ada dalam tubuh kamu. Tidak hanya itu, air
putih juga berfungsi untuk menghidrasi tubuh kamu. Nutrisi ibu hamil
juga perlu diperhatikan agar kebutuhan nutrisi dan gizi ibu tetap
terpenuhi. Dengan pemenuhan gizi yang cukup, tentu saja daya tahan
tubuh ibu juga bisa meningkat.
3. Periksakan Diri ke Dokter
Sebaiknya ibu hamil segera periksakan diri ke dokter saat merasakan
gejala awal rubella. Lalu, rutin meminum obat-obatan sesuai dengan
yang dianjurkan dokter. Dengan penanganan medis sesegera mungkin
maka penyakit ini akan lebih mudah untuk ditangani
TOXOPLASMOSIS
Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh
parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditemukan
pada kotoran kucing, sayuran dan buah-buahan yang
tidak dicuci bersih, atau daging yang belum matang.
Jika masuk ke dalam tubuh manusia, T. gondii dapat
bertahan pada kondisi tidak aktif. Umumnya, infeksi
parasit ini dapat dikendalikan oleh sistem kekebalan
tubuh sehingga tidak menimbulkan gejala. Meski begitu,
parasit ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius
jika terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh rendah
atau ibu hamil.
Faktor risiko toksoplasmosis
Toksoplasmosis dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, ada
sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
tertular infeksi ini, yaitu:
1. Sedang hamil
2. Menderita HIV/AIDS
3. Mengonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif jangka
panjang
4. Sedang menjalani kemoterapi
Toksoplasmosis bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan
sehat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
• Gunakan sarung tangan saat berkebun atau memegang tanah.
• Hindari mengonsumsi daging mentah atau setengah matang.
• Cucilah tangan sebelum dan sesudah memegang makanan.
• Cucilah semua peralatan dapur dengan bersih setelah memasak daging
mentah.
• Cucilah buah dan sayuran sebelum dikonsumsi.
• Hindari mengonsumsi susu dan produk olahan susu yang tidak
dipasteurisasi.
INFEKSI SYPHILIS

Sifilis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual


yang disebabkan Treponema pallidum yang dapat
menimbulkan kondisi cukup parah misalnya infeksi
otak dan kecacatan tubuh. Bila tidak diobati
Treponema pallidum akan menyebabkan 67%
kehamilan berakhir dengan keguguran, lahir mati,
atau infeksi neonates (Sifilis congenital).

Penyebab Syphilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang
berbentuk spiral. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh
melalui luka kecil, lecet, ruam pada kulit, atau melalui
selaput lendir, yaitu jaringan dalam mulut atau kelamin.
Melihat cara penularannya, ada beberapa kondisi yang membuat
seseorang berisiko tertular penyakit sipilis atau sifilis, yaitu:
a) Bergonta-ganti pasangan seksual, contohnya menjalani
hubungan poliamori
b) Berhubungan seksual tanpa kondom
c) Memiliki pasangan seksual penderita sifilis
d) Memiliki orientasi seksual lelaki seks lelaki
e) Positif terinfeksi HIV

Gejala Syphilis pada ibu hamil dan bayi nya :


Sifilis juga bisa terjadi pada wanita yang sedang hamil, kondisi
ini disebut dengan sifilis kongenital. Wanita hamil yang
mengidap sifilis sangat berpeluang untuk menularkannya ke
janin.
Secara internasional telah ditetapkan target untuk mengeliminasi sifilis kongenital.
Beberapa cara yang diakukan antara lain:
1. Integrasi layanan infeksi menular seksual (terutama skrining sifilis) dengan program
pencegahan infeksi HIV dari ibu ke anak dan program kesehatan ibu dan anak.
2. Melakukan skrining sifilis pada semua ibu hamil.
3. Melakukan skrining sifilis pada ibu melahirkan, terutama mereka yang belum
pernah diskrining sebelumnya.
4. Mengobati semua ibu hamil yang positif sifilis dengan segera.
5. Melakukan edukasi, konseling aktif, dan promosi kondom untuk mencegah infeksi
ulang.
6. Melakukan pengobatan pada semua bayi yang lahir dari ibu yang positif sifilis.
7. Melakukan pemeriksaan dengan seksama dan membuat rencana perawatan bagi
bayi yang lahir dari ibu yang positif sifilis.
Secara umum, pengobatan utama sifilis adalah dengan suntikan antibiotik penisilin yang dosisnya tergantung pada kondisi tiap
penderita.
Sipilis termasuk penyakit yang dapat disembuhkan, terutama jika cepat terdeteksi dan ditangani. Bila sifilis baru diobati saat sudah
terjadi kerusakan organ, pengobatan sifilis tidak bisa memperbaiki kerusakan organ.

Antibiotik penisilin juga diberikan kepada ibu hamil yang menderita sifilis dan bayi yang dilahirkan dari ibu
penderita sifilis. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin, diskusikan kembali manfaat dan risiko penggunaan
penisilin, serta tanyakan kepada dokter kulit mengenai pengganti obat penisilin. Setelah disuntik antibiotik penisilin,
beberapa penderita bisa merasakan reaksi Jarisch-Herxheimer. Reaksi ini dapat menimbulkan gejala berupa demam,
sakit kepala, dan nyeri otot atau sendi.
Reaksi ini bukan suatu kondisi yang serius dan biasanya hanya berlangsung selama 1 hari.
Untuk mengetahui seseorang terinfeksi sifilis diantaranya dengan pemeriksaan
imunoserologi yaitu pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Laboratory) dengan
metode slide flokulasi adalah tes yang dilakukan untuk memeriksa munculnya antibodi
terhadap bakteriTreponema pallidum, bakteri yang menyebabkan penyakit menular
seksual sifilis.

Selama pengobatan berlangsung, penderita tidak boleh berhubungan seksual sampai dinyatakan sembuh

Setelah pengobatan, penderita tetap diminta untuk menjalani tes darah secara berkala. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh total
TBC

Pengertian TBC

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kondisi ini dapat menyerang
otak, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang. Namun, infeksi TBC paling sering menyerang paru-paru.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TBC berada di peringkat kedua sebagai penyakit menular yang mematikan. Indonesia
termasuk lima besar negara dengan jumlah pengidap TBC terbanyak di Asia Tenggara. Merujuk data 2012, jumlah pengidap TBC yang
mencapai 305 ribu jiwa.

Penyebab Tuberkulosis
Adalah Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman ini
terdiri dari asam lemak (Lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan terhadap gangguan kimia dan fisik.

Cara penularan melalui udara pernafasan dengan menghirup partikel kecil yang mengandung bakteri
tuberculosis. Masa tunas berkisar antara 4-12 minggu. Masa penularan terus berlangsung selama sputum
BTA penderita positif.

2.3 Manifestasi klinis

• Penurunan berat badan

• Anoreksia

• Dispneu

• Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

• Demam

• Batuk

• Sesak nafas.

• Nyeri dada
Cara Mendeteksi

Permasalahan utama pada TBC dengan kehamilan adalah adanya keterlambatan dalam mendiagnosis.
Hal ini disebabkan kebanyakan perempuan hamil baru memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan pada
tahap lanjut dari kehamilannya, serta diagnosis klinis cenderung sulit karena kehamilan dapat
mengaburkan gejala klinis infeksi TBC. Beberapa gejala seperti lelah , lesu , penurunan nafsu makan, sesak
dan berkeringat juga di jumpai pada kehamilan. Gejala lain seperti anemia, juga dapat mencerminkan
penyakit kronis TBC. Penapisan dan penemuan kasus secara aktif perlu dilakukan untuk mendapatkan
sebanyak mungkin kasus TBC yang diagnosis untuk kemudian diobati.

Penatalaksanaan

Perawatan antenatal merupakan saat yang baik untuk penapisan dan deteksi kemungkinan
adanya TB, serta pemantauan pengobatan, terutama bagi banyak wanita dengan keterbatasan
akses ke pelayanan kesehatan, yang cenderung hanya memeriksakan dirinya disaat kehamilan."
Pada wanita hamil yang didiagnosis TB, WHO menganjurkan pengobatan dengan OAT segera,
ibu tetap menyusui anaknya seperti biasa, anak diberikan terapi profilaksis isoniazid selama 6
bulan, dan imunisasi BCG pada bayi setelah selesai pengobatan. Selama pengobatan TB,
kepatuhan pasien, efek samping obat, dan ada tidaknya gejala gangguan fungsi hati. perlu
dipantau ketat. Dengan kesembuhan TB. prognosis ibu dan anak akan lebih baik.
♥ Terapi Pada Perempuan Hamil
Terapi OAT yang dianjurkan pada perempuan hamil tidak berbeda dengan terapi TB pada umumnya. yaitu dengan regimen standar yang terdiri
dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol yang diminum selama 2 bulan (fase intensif), dilanjutkan dengan isoniazid dan rifampisin
selama 4 bulan (fase lanjutan). Regimen. standar ini aman diberikan selama kehamilan."

♥ Terapi Pada Ibu Menyusui


Menyusui bukan merupakan kontraindikasi pada perempuan yang menderita TB. Perempuan yang menderita TB dengan sputum BTA negatif
dapat segera menyusui setelah mengkonsumsi OAT: Semua OAT lini pertama dapat ditemukan pada ASI dengan kadar yang rendah, Semua
OAT ditemukan pada ASI dengan kadar yang kurang dari 1%, kecuali isoniazid yang: kadarnya berkisar 0,75% -2.3%. Streptomisin dalam ASI
tidak menyebabkan dampak yang bermakna terhadap bayi, selain itu penyerapan streptomisin melalui saluran cerna juga sangat kecil.

♥ Terapi TB MDR

Pengobatan TB MDR dengan regimen lini kedua pada ibu hamil dan menyusui, dilaporkan menunjukkan hasil yang baik bagi ibu dan anak,
dengan dampak perinatal yang serupa dengan kehamilan sehat tanpa didapatkan adanya defek kongenital Regimen yang dianjurkan yaitu
meliputi 4 OAT lini kedua (termasuk parenteral) serta pirazinamid, dengan pengobatan dapat berlangsung selama 18-24 bulan.

♥ Infeksi TB Pada Anak

Infeksi TB pada anak dapat bersifat kongenital (bawaan) atau neonatal (diperoleh setelah lahir). Namun karena sulit dalam mendiagnosis
dan dalam menentukan sumber penularan, maka lebih banyak digunakan istilah TB perinatal, yaitu TB yang diperoleh anak selama
kehamilan, persalinan, maupun saat bayi baru lahir

♥ Koinfeksi TB dan HIV

Wanita hamil dengan HIV positif memiliki risiko 10 kali lebih tinggi menderita TB aktif dibandingkan dengan wanita hamil tanpa HIV Data WHO tahun
2014 menunjukkan bahwa pada 12% penderita TB baru didapatkan positif HIV. Pada wanita hamil dengan HIV postif, adanya infeksi TB akan
meningkatkan risiko transmisi vertikal HIV yaitu hingga 30% (tanpa koinfeksi TB risiko transmisi didapatkan sebesar 12%) serta meningkatkan risiko
kematian ibu dan anak.
BACTERIAL. VAGINOSIS

Pengertian Bacterial Vaginosis


Bakterial Vaginosis (BV) merupakan salah satu infeksi vagina yang
paling sering terjadi pada wanita usia reproduksi. Bakterial vaginosis
sering menunjukkan prevalensi yang tinggi, kejadian yang berulang
disertai dengan komplikasi, sehingga membuat BV menjadi
permasalahan global

Penyebab Bacterial Vaginosis


penyebab terjadinya Bacterial vaginosis (BV) antara lain; Gardnella vaginalis,
Ureaplasma urealythicum, Mycoplasma hominis, Mobilunces spp, Prevotella bivia,
Peptostreptoccocus, Ureaplasma urealyticum. Bakteri tersebut akan senang tumbuh
apabila keadaan vulva mempunyai kelembaban yang tinggi yang bersifat menekan
pertumbuhan Lactobacillus yang berperan untuk keseimbangan flora normal
vagina. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan
normal flora vagina diantaranya adalah:
1) Teknik cebok yang salah yaitu cebok dari arah belakang ke depan. ;
2) Kurang menjaga kebersihan vagina pada saat menstruasi
3) Penggunaan serta frekwensi ganti celana dalam sehari.
4) Kebersihan vulva setelah 10 melakukan hubungan sexual
5) Penggunaan deodoran yang dapat merusak kelembaban vagina
6) Penggunaan larutan kimia pembersih vagina yang terlalu sering untuk ​cebok
❖ Penyebab Vaginosis Bakterialis pada Ibu Hamil
Penyebab utama vaginosis bakterialis adalah gangguan keseimbangan jumlah bakteri baik dan jahat pada vagina.
Normalnya, bakteri baik (Lactobacilli) berjumlah lebih banyak dan bisa mengendalikan jumlah bakteri jahat dalam vagina.

Penyebab pasti terganggunya keseimbangan jumlah bakteri pada vagina belum diketahui secara pasti. Namun,
sejumlah faktor diduga dapat meningkatkan risiko wanita mengalami vaginosis bakterialis, yaitu:
1. Terbiasa membilas vagina dengan produk pembersih (douching)
2. Sering berganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom
3. Konsumsi antibiotik
Manifestasi Klinis Bacterial vaginosis (BV)
Bakterial Vaginosis (BV) adalah suatu kondisi abnormal perubahan ekologi vagina yang ditandai dengan pergeseran keseimbangan flora
vagina dimana dominasi Lactobacillus digantikan oleh bakteri-bakteri anaerob, diantaranya Gardnerella vaginalis, Mobiluncus,
Prevotella, Bacteroides, dan Mycoplasma sp. ( Morris et al ,2001:197). Infeksi bakteri ini disebabkan oleh ketidak seimbangan bakteri
dalam vagina perempuan, yang mengarah ke faktor mengacaukan keseimbangan pH (asambasa keseimbangan) di dalam vagina
(Donders, 2010).
Diagnosa Bacterial vaginosis (BV)
Diagnosis dibuat atas dasar ditemukannya Clue Cell, pH vagina diatas 4,5, tes aminpositif, dan adanya Gardnerella Vaginalis sebagai
flora utama menggantikan lactobacillus (Mansjoer, 2001). Diagnosa klinik dari Bacterial Vaginosis (BV) didasarkan pada gejala yang
ditemukan yaitu cairan vagina tipis berwarna putih keruh dengan 11 bau amis saat dilakukan test amin, perdarahan abnormal dari uterus
dan vagina terutama terjadi saat melakukan hubungan sexual, PH vagina lebih dari 4.7, ditemukan clue sel pada pemeriksaan
mikroskopik menggunakan saline preparation (Lindau, et al.2009).

Faktor Bacterial Vaginosis (BV)


Bacterial vaginosis (BV) disebabkan oleh faktor-faktor yang mengubah lingkungan asam normal di vagina menjadi keadaan basa
yang mendorong pertumbuhan berlebihan bakteri-bakteri penghasil basa. Ketika konsentrasi Lactobacilli yang merupakan flora
normal vagina jumlahnya menurun, bakteri ini jumlahnya dapat meningkat berlebihan sehingga menjadi spesies dominan di
lingkungan vagina yang dapat bersifat patogenik(Ilse Truter dan Michael Graz, 2013).
Komplikasi Bacterial Vaginosis (BV)
Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh Bacterial Vaginosis (BV), Bacterial Vaginosis (BV) diantaranya adalah peningkatan
resiko terhadap infeksi saluran genitalia termasuk infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, HSV-1
and -2 dan peningkatan terhadap resiko penularan human immunodeficiency virus (HIV) dan kelahiran premature (Geva et al., 2006).

Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga higiene wanita (vaginal spray atau vaginal wipes dan buble
baths bisa menyebabkan terjadinya Bakterial Vaginosis (BV). Hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dapat juga
menyebabkan Bakterial Vaginosis (BV).

Pencegahan Bacterial Vaginosis (BV)


Menurut Bahram, et al. (2009) ada tiga kriteria dalam pencegahan terjadinya Bakterial Vaginosis (BV) yaitu:
1. Menjaga kebersihan saat menstruasi seperti selalu menggunaan pembalut yang bersih, selalu menganti
pembalut setelah buang air kecil dan tidak melakukan hubungan seksual selama menstruasi.
2. Menjaga kebersihan vagina dengan tindakan selalu menggunakan celana dalam yang tidak ketat dan kering,
selalu menggunakan teknik cebok dari depan ke belakang, mengeringkan vagina setelah cebok, selalu menggunakan
peralatan mandi (sabun dan handuk) pribadi, selalu membersihkan kloset sebelum digunakan, selalu mengeringkan
peralatan mandi (handuk) dibawah terik matahari secara langsung.
3. Menjaga kebersihan pada saat melakukan hubungan sexual dengan cara membersihkan alat genitalia sebelum
dan sesudah melakukan hubungan suami istri, dan melakukan hubungan sexual dengan frekwensi kurang dari tujuh
kali dalam seminggu
❖ Cara Mengatasi dan Mencegah Vaginosis Bakterialis Ibu Hamil
Untuk mengatasi infeksi bakteri vagina pada ibu hamil, dokter akan memberikan antibiotik yang tergolong aman digunakan pada
masa kehamilan. Antibiotik ada yang bisa digunakan langsung di vagina dan ada juga yang diminum. Biasanya, dokter akan
membebaskan pilihan kepada pasien.
Karena komplikasinya yang bisa membahayakan janin, alangkah baiknya Bumil melakukan langkah-langkah untuk mencegah
vaginosis bakterial. Pencegahan tersebut di antaranya adalah:
➢ Hindari berganti pasangan seksual
➢ Gunakan kondom bila aktif dalam berhubungan seksual
➢ Jaga kebersihan organ intim kewanitaan
➢ Dahulukan membersihkan area kemaluan terlebih dahulu sebelum anus saat cebok
➢ Hindari ratus atau vaginal douching
➢ Gunakan celana dalam berbahan katun agar sirkulasi udara baik

H.Gejala dan Dampak Vaginosis Bakterialis pada Ibu Hamil


Vaginosis bakterialis seringkali tidak menimbulkan gejala. Namun, sebagian ibu hamil bisa mengalami
gejala keputihan. Keputihan biasanya berwarna putih keabu-abuan dan berbau amis. Selain keputihan, gejala
lain yang bisa dirasakan adalah vagina terasa gatal, rasa nyeri atau sensasi terbakar ketika kencing.
Infeksi bakteri pada vagina saat hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya ketuban pecah dini, persalinan
prematur, berat bayi lahir rendah, serta infeksi rahim setelah melahirkan. Selain itu, wanita dengan vaginosis
bakterialis lebih rentan terkena infeksi menular seksual, seperti gonore, klamidia, dan HIV.
Pengertian Malaria Ibu Hamil

Malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan disebarkan melalui gigitan nyamuk.
Penyakit ini dapat menyerang semua individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin dan tidak terkecuali wanita hamil.
Wanita hamil termasuk golongan yang rentan untuk terkena malaria sehubungan dengan penurunan imunitas di masa
kehamilan. Malaria pada kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi pada ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Pada ibu hamil, malaria dapat mengakibatkan timbulnya demam, anemia, hipoglikemia, udema paru akut,
gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian.

Gejala Malaria Ibu Hamil

1. Demam

Biasanya sebelum timbul demam, penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan,
rasa tidak enak pada perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin dipunggung

Serangan demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium. Berikut dipaparkan stadium demam yang khas
pada malaria :

• Stadium Menggigil
Dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Penderita sering
membungkus badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya
bergetar,
Stadium Puncak Demam
Penderita yang sebelumnya merasa kedinginan berubah menjadi panas sekali. Wajah penderita merah, kulit kering dan
terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat, nasdi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat,
muntah- muntah, kesadaran menurun sampai timbul kejang ( pada anak-anak ). Suhu badan bisa mencapai 410C. Stadium ini
berlangsung selama 2 jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat.

• Stadium Berkeringat
Penderita berkeringat banyak diseluruh tubuhnya hingga tempat tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita
merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan seperti biasa padahal sebenarnya penyakit ini masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2
sampai 4 jam

2.Anemia

Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah terkadang sampai dibawah nilai normal. Hal ini
karena disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat
gangguan pembentukan sel darah merah disum - sum tulang.

3. Pembesaran Limpa

Pembesaran organ limpa merupakan gejala yang khas pada penyakit malaria kronis atau menahun. Organ Limpa
mengalami pembengkakan dan terasa nyeri. Pembengkakan pada organ Limpa diakibatkan karena adanya penyumbatan
oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria.
Penyebab Malaria Ibu Hamil

Penyebab terjadinya malaria pada masa kehamilan parasitaemia, spleen rates, anemia, demam, malaria serebral, perdarahan yang
berujung pada kematian. Dampak pada janin yaitu abortus (janin gugur), lahir mati, infeksi kongenital dan dampak pada bayi baru lahir
adalah berat badan bayi lahir rendah, lahir prematur, kelainan kongenital/ bawaan, malaria pada bayi dan kematian.

Penularan Malaria Ibu Hamil

penularan malaria bisa tertular dari daerah manapun. Berikut ini penyebab malaria, sekaligus cara penularannya Gigitan nyamuk
Seperti yang sudah disebutkan penyakit malaria ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk, terutama Anopheles betina yang
terdapat parasit.

Pencegah Malaria Ibu Hamil

Pencegahan Malaria pada Kehamilan Ibu hamil dan bayi lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular termasuk malaria,
tetapi seringkali diabaikan tanpa upaya deteksi dini serta pencegahan. Berdasarkan estimasi sekitar 125 juta ibu hamil di seluruh
dunia berisiko menderita malaria setiap tahunnya. Malaria dalam masa kehamilan tidak saja berdampak negatif pada kesehatan ibu,
tetapi juga berdampak pada sekitar 200 ribu kematian bayi.Meskipun dampak serius malaria pada kehamilan telah dideteksi sejak
lama. WHO menyatakan cakupan pencegahan malaria pada ibu hamil masih rendah terutama di sebagian besar negara-negara
endemis malaria.

Pengobatan Malaria Pada Ibu Hamil

Cara Pengobatan malaria, maka segera periksakan diri ke dokter. Diagnosis dini dan pengobatan malaria mengurangi
penyakit, mencegah kematian dan berkontribusi untuk mengurangi penularan.
Diagnosis malaria dapat dilakukan melalui

• Tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test / RDT) dengan antigen malaria menggunakan
sampel darah penderita.
• Tes diagnostik berbasis parasit melalui mikroskop.
Tes diagnostik memungkinkan tenaga medis dapat dengan cepat membedakan antara demam
malaria dan non-malaria sehingga dapat memfasilitasi pengobatan yang tepat, termasuk terapi
kombinasi berbasis artemisinin (ACT).

Penatalaksanaan Ibu Hamil

PenatalaksanaanIbu hamil sebaiknya dicegah untuk bepergian ke daerah endemis


malaria. Apabila tidak mungkin menghindarinya, ibu harus diberi pengobatan
pencegahan, yakni klorokuin bila bepergian ke daerah malaria yang sensitif
terhadap klorokuin, atau meflokuin untuk daerah malaria yang resisten terhadap
klorokuin. Pada wanita hamil yang tinggal di daerah endemik dan telah
mempunyai kekebalan alami (karena kontak yang lama dengan malaria), pemberian
kemoprofilaksis terhadap malaria menyebabkan kejadian bayi berat badan lahir
rendah dan anemia ibu menurun. Pengobatan Pencegahan Intermiten selama
kehamilan ( IPTp -Intermittent Preventive Treatment during pregnancy) lebih disukai
karena efektif dan lebih praktis
STREPTOKOKUS GRUP B PADA IBU HAMIL

A. Pengertian Streptokokus

Streptokokus grup B (SGB) yang juga dikenal dengan Streptococcus agalactiae merupakan
salah satu bakteri yang mempunyai peranan penting di bidang kedokteran manusia maupun
veteriner. Pada sapi perah, SGB merupakan penyebab utama mastitis subklinis. Pada manusia, SGB
merupakan bakteri penyebab utama terjadinya infeksi neonatal dengan menisfestasi klinik berupa
septikemia, meningitis, atau pneumonia, sedangkan pad a orang dewasa SGB terkait dengan
kolonisasi asimtomatik.
B. Gejala Infeksi Streptococcus
GEJALA PADA IBU HAMIL
Setiap pasien dapat mengalami gejala yang berbeda, tergantung organ yang terkena dampak.
Namun, infeksi streptococcus umumnya menimbulkan gejala berikut:
-Kelelahan.
-Kelemahan.
-Masalah pernapasan jika menyerang saluran napas.
-Demam.
-Penurunan berat badan.
-Masalah dengan fungsi jantung jika menyerang organ jantung.
-Masalah sendi
-Ruam kulit
-Kulit dengan keropeng, bernanah, kemerahan.
-Tekanan darah tinggi
-Pembengkakan di wajah, kaki dan urin merah serta berbusan
GEJALA PADA BAYI
Sedangkan gejala yang muncul pada bayi dibagi berdasarkan waktu kemunculannya. Gejala dini atau
yang muncul dalam waktu 24 jam setelah bayi dilahirkan, berupa:
-Sulit menyusu
-Bayi cenderung tidur terus dan sulit dibangunkan
-Napas mendengkur
-Napas sangat lambat atau sangat cepat
-Detak jantung sangat lambat atau sangat cepat
Sementara, gejala lambat atau yang muncul 1 minggu atau 3 bulan setelah dilahirkan, antara lain:
-Demam
-Sulit menyusu
Sesak napas atau mendengkur
Sering mengantuk
Tubuh terasa lemas atau kaku
Rewel
Muntah
Diare
Kulit berwarna kebiruan (sianosis)
Kejang
C. Penyebab Infeksi Streptococcus
Streptokokus grup B (group B streptococcus/GBS) adalah sejenis
bakteri yang banyak dimiliki manusia di bagian usus. Bakteri ini juga bisa
berkoloni pada vagina dan ditularkan ke janin saat persalinan. Bakteri ini
dapat hidup di usus, vagina, dan bagian akhir dari usus besar (rektum), serta
tidak menimbulkan masalah. Terdapat faktor pemicu yang memengaruhi,
seperti umur dan kondisi kesehatan, sehingga bakteri ini dapat menimbulkan
masalah. Ada dua kelompok bakteri Streptococci, yaitu alfa dan beta. Alpha
(α) haemolytic streptococci adalah kelompok yang paling banyak
menyebabkan penyakit. Misalnya, streptococcus pneumoniae dan
streptococcus viridans.

D. FAKTOR RISIKO

Faktor Risiko Infeksi Streptococcus

Setiap individu berisiko mengalami kondisi ini. Kendati demikian, faktor di bawah ini
mampu meningkatkan risikonya:

• Bayi di bawah 6 bulan.


• Lanjut usia di atas 75 tahun.
• Orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.
• Bayi prematur atau bayi kembar yang lahir dari ibu dengan riwayat infeksi GBS.
E. PENCEGAHAN INFEKSI STREPTOKOKUS PADA IBU HAMIL
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah ini antara lain:
Jalankan pola hidup sehat dengan makan bergizi seimbang, cukup istirahat dan olahraga teratur
untuk menjaga daya tahan tubuh.
Mencuci tangan teratur terutama sebelum makan.
Pakai masker ketika mengalami gejala batuk, bersin dan gejala penyakit saluran napas lainnya.
Tutup mulut ketika bersin atau batuk.
Jika mengalami luka di kulit lakukan perawatan luka dengan benar.
Ibu hamil memeriksakan diri secara rutin untuk mendeteksi secara awal infeksi GBS.

F. Bagaimanakah Infeksi SGB mempengaruhi kesehatan bayi?


Pengaruh kesehatan yang paling serius dari SGB adalah bahwa wanita yang terinfeksi SGB
di masa akhir kehamilannya dapat menularkannya kepada bayinya. Ini adalah penyebab infeksi
berat dini yang paling banyak ditemukan menyerang bayi yang baru lahir dengan tingginya
tingkat penyakit dan kematian (5-10%). Di Hong Kong, kasus infeksi SGB dini pada bayi yang
baru lahir adalah sekitar 1,0 per 1000 kelahiran. Bayi dapat terinfeksi SGB di masa-masa awal
atau beberapa waktu setelah kelahirannya.
Pada infeksi SGB dini, tanda-tanda dan gejala-gejala biasanya terjadi dalam beberapa jam
setelah kelahiran. Antara lain:
• Gangguan pernafasan, jantung dan tekanan darah yang tidak stabil
• Gangguan pencernaan dan ginjal
Infeksi paru-paru, infeksi darah dan yang paling banyak ditemukan adalah meningitis.
G. PENATALAKSANAAN

Infeksi Streptococcus tipe B


Untuk menangani infeksi Streptococcus tipe B, antibiotik yang dapat diberikan dokter adalah
penisilin dan ampicillin. Namun, pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap penisilin, dokter
dapat memberikan antibiotik cefazolin, clindamycin, atau vancomycin.
Ibu hamil yang diduga terinfeksi Streptococcus tipe B akan diberikan antibiotik selama
persalinan, terutama jika:
Terlihat tanda-tanda persalinan prematur
Air ketuban telah pecah selama 18 jam atau lebih
Ibu mengalami demam selama proses melahirkan.
HEPATITIS B DAN C Pada Ibu Hamil

.1 Pengertian Hepatitis B
Hepatitis adalah suatu proses peradangan dipus pada jaringan
hati yang memberikan gejala klinis yang khas yaitu badan
lemas,lekas capai nafsu makan menurun,urin seperti pekat ,serta
mata dan seluruh badan menjadi kuning.Penyakit Hepatitis B ini
tergolong salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan
serius di indonesia maupun di banyak negara lainnya.Badan
kesehatan dunia WHO , Menepatkan Indonesia sebagai Negara
dengan endemisitas menengah sampai tinggi untuk Hepatitis B
dengan prefalansi HBsAg 3-17%.

2 Penyebab Hepatitis B
Adapun Penyebab dari penyakit ini yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
berganti-ganti pasangan seksual, tindik telinga/lidah/hidung, transfusi, jarum suntik
bekas/tidak steril, cabut gigi, pecandu narkotika, tattoo, hemodialisis, tukar sikat
gigi/alat cukur, dan akupuntur,serta skrinning yang kurang efektif.
1.3 Cara Mendeteksi
prosedur pertama dari tes HbsAg adalah dengan pengambilan sempel darah.dokter
mengunakan jarum kepada orang yang diperiksa untuk mengambil darah dari vena
dilengan atau tangan.darah tersebut akan periksa dilaboratorium untuk melihat apakah
ada virus hepatitis B.
.4 Cara Menatalaksana
Bagi penderita hepatitis B yang sudah kronis, pilihan pengobatan yang biasa
dilakukan adalah mengonsumsi obat antivirus seperti lamivudin, telbivudin,
tenofovir, dan entecavir, serta suntikan interferon.
Pengobatan hepatitis B tersebut juga membutuhkan kepatuhan dan disiplin dari
pasien untuk kontrol secara rutin ke dokter untuk memantau perkembangan penyakit
dan mengevaluasi pengobatan yang diberikan.

.5 Cara penanganan hepatitis B pada ibu hamil


Penanganan untuk hepatitis B akut pada kehamilan adalah sama dengan pada wanita
tidak hamil yaitu cukup istirahat, diet tinggi protein dan karbohidrat. Tetapi bila gejalanya
berat maka jumlah protein harus dibatasi. Sebagian

besar dari mereka tidak memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali terjadi muntah
yang hebat, tidak dapat makan atau menunjukkan tanda- tanda kearah hepatitis yang berat
( Soemohardjo.1999, Cohen M.1994)
Penanganan pada Ibu hamil :
1) bila hasil pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi reaktif, maka pasien dirujuk ke rumah sakit yang telah mampu
melakukan tatalaksana Hepatitis B dan C
terdekat.
2) penanganan selanjutnya sesuai SOP rumah sakit rujukan 3) pembiayaan secara mandiri, atau menggunakan BPJS atau asuransi
lainnya.
4) hasil pemeriksaan, penanganan dan rekomendasi tim ahli di rumah sakit rujukan dikirim ke puskesmas yang
merujuk untuk umpan balik (feedback).
5) bila hasil deteksi dini hepatitis B di puskesmas non- reaktif, maka ibu hamil tersebut dianjurkan pemeriksaan

anti-HBs untuk mengetahui ada tidaknya antibodi.


6) bila hasil pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs non-reakif, maka dianjurkan vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali secara mandiri.

Pengertian Hepatitis C
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh
berbagai kausa, termasuk infeksi virus. Infeksi virus tersebut dapat menyebabkan
timbulnya cedera, peradangan, bahkan kematian sel-sel yang terinfeksi pada organ
hati [1] Virus Hepatitis C (VHC) merupakan salah satu virus penyebab hepatitis dan
dianggap menimbulkan dampak yang paling besar di antara virus-virus lain
penyebab hepatitis.
Penyebab Hepatitis C
• Menggunakan jarum suntik bekas pakai penderita
• Mendapatkan transfusi darah atau transplantasi organ dari penderita • Menjalani prosedur medis dengan peralatan yang
tidak steril
• Berbagi peralatan dengan penderita, seperti alat cukur atau sikat gigi • Berhubungan seks tanpa kondom dengan penderita
Selain faktor penyebab tersebut, penularan hepatitis C lebih mudah terjadi jika memiliki faktor risiko berikut ini:
• Terlahir dari ibu penderita hepatitis C
• Memiliki infeksi HIV
• Memiliki pasangan seksual yang menderita hepatitis C
• Melakukan cuci darah atau hemodialisis bagi penderita gagal ginjal • Menyalahgunakan narkoba suntik
• Pernah menderita penyakit menular seksual

Cara Mendeteksi Hepatitis C

1. Tes Fungsi Hati


2. Tes Antibodi Virus Hepatitis
3. USG
4. Biopsi Hati
Cara Penanganan Hepatitis C Pada Ibu Hamil
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa,
Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah
menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang
memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan
waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu
perlu penanganan pada stadium awalnya.

Anda mungkin juga menyukai