Nama kelompok:
1. Inka Juniarti 21154011030
2. Tezzy Maria Sintia 21154011001
3. Fitriani 21154011006
Pengertian Hipertensi
• Hipertensi adalah kondisi ketika
tekanan darah berada di angka
130/80 mmHg atau lebih. Jika
tidak segera ditangani, hipertensi
atau tekanan darah tinggi bisa
menyebabkan munculnya
penyakit-penyakit serius yang
mengancam nyawa, seperti gagal
jantung, penyakit ginjal, dan
stroke.
1 Penyebab kematian
terbesar kedua setelah
stroke.
2 3
Hipertensi pada ibu hamil juga dapat mengakibatkan bayi lahir secara
1.
prematur dan penyakit kardiovaskular setelah lahir.
01
Hipertensi kronis
Hipertensi kronis pada kehamilan adalah hipertensi (≥ 140/90 mmHg)
yang telah ada sebelum kehamilan. Dapat juga didiagnosissebelum
minggu ke-20 kehamilan. Ataupun yang terdiagnosis untuk pertama
kalinya selama kehamilan dan berlanjut ke periode post-partum
02
Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Peningkatan tekanan darah
ini umumnya tidak disertai dengan adanya protein dalam urine atau
kerusakan organ tubuh
03
Hipertensi gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan dan
hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan
20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.
Konsekuensi Hipertensi pada Kehamilan
Jangka pendek
Ibu : eklampsia, hemoragik, isemik stroke, kerusakan hati (HELL sindrom,
gagal hati, disfungsi ginjal, persalinan cesar, persalinan dini, dan abruptio
plasenta.Janin : kelahiran preterm, induksi kelahiran, gangguan pertumbuhan
janin, sindrom pernapasan, kematian janin.
Jangka panjang
Wanita yang mengalami hipertensi saat hamil memiliki risiko
kembali mengalami hipertensi pada kehamilan berikutnya, juga dapat
menimbulkan komplikasi kardiovaskular, penyakit ginjal dan
timbulnya kanker.
Pengertian Hiperemesis
Gravidarum
• Hiperemesis gravidarum
adalah suatu penyakit
dimana wanita hamil
mengalami mual muntah
yang cukup parah,
memuntahkan segala apa
yang dimakan dan
diminum hingga berat
badannya sangat turun,
turgor kulit berkurang,
diuresis berkurang dan
timbul asetunoria.
Apa penyebab terjadinya Hiperemesis
Gravidarum?
01
Tingkat I
Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan
tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium.
02
Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, bera badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi.
03 Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat.
Faktor risiko Hiperemesis Gravidarum
3 Kehamilan pertama
• Demam
• Pembesaran kelenjar getah bening
• Diare berkepanjangan
• Pusing / Pening
• Menurunnya berat badan
• Turgor kulit menurun
• Infeksi jamur, bakteri, virus yang kronis
Tanda HIV/AIDS dibagi Menjadi 2
Yaitu:
Gejala mayor :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1
bulan.
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
5. Demensia/HIV ensafalopati.
Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
2. Dermatitis generalisata.
3. Adanya herpes zostermulti segmental dan
herpes zoster berulang.
4. Kandidias orofaringiel.
5. Herpes simpleks kronis progresif.
6. Limfadenopati generalisata.
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin
wanita.
8. Retinitis virus sitomegalo.
Cara Mendeteksi HIV/AIDS
Skrining HIV pada ibu hamil bisa dilakukan melalui serangkaian tes antara lain,
yaitu:
a. Voluntary Counseling and Testing (VCT)
Yaitu serangkaian tes untuk mengetahui apakah anda positif atau negatif mengidap
HIV
b. Tes darah
Lewat pemeriksaan ini akan ketahuan kemungkinan resus antibodi yang dapat
berdampak bagi janin. FYI, ibu dengan resus negatif, akan mengandung bayi dengan
resus positif. HIV adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. Ada kemungkinan
infeksi HIV yang dialami ibu hamil dapat menembus janin.
d. Skrining HIV pada ibu hamil bermanfaat untuk menanggulangi risiko penularan
terhadap bayi
Penyebab Syphilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang
berbentuk spiral. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh
melalui luka kecil, lecet, ruam pada kulit, atau melalui
selaput lendir, yaitu jaringan dalam mulut atau kelamin.
Melihat cara penularannya, ada beberapa kondisi yang membuat
seseorang berisiko tertular penyakit sipilis atau sifilis, yaitu:
a) Bergonta-ganti pasangan seksual, contohnya menjalani
hubungan poliamori
b) Berhubungan seksual tanpa kondom
c) Memiliki pasangan seksual penderita sifilis
d) Memiliki orientasi seksual lelaki seks lelaki
e) Positif terinfeksi HIV
Antibiotik penisilin juga diberikan kepada ibu hamil yang menderita sifilis dan bayi yang dilahirkan dari ibu
penderita sifilis. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin, diskusikan kembali manfaat dan risiko penggunaan
penisilin, serta tanyakan kepada dokter kulit mengenai pengganti obat penisilin. Setelah disuntik antibiotik penisilin,
beberapa penderita bisa merasakan reaksi Jarisch-Herxheimer. Reaksi ini dapat menimbulkan gejala berupa demam,
sakit kepala, dan nyeri otot atau sendi.
Reaksi ini bukan suatu kondisi yang serius dan biasanya hanya berlangsung selama 1 hari.
Untuk mengetahui seseorang terinfeksi sifilis diantaranya dengan pemeriksaan
imunoserologi yaitu pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Laboratory) dengan
metode slide flokulasi adalah tes yang dilakukan untuk memeriksa munculnya antibodi
terhadap bakteriTreponema pallidum, bakteri yang menyebabkan penyakit menular
seksual sifilis.
Selama pengobatan berlangsung, penderita tidak boleh berhubungan seksual sampai dinyatakan sembuh
Setelah pengobatan, penderita tetap diminta untuk menjalani tes darah secara berkala. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh total
TBC
Pengertian TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kondisi ini dapat menyerang
otak, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang. Namun, infeksi TBC paling sering menyerang paru-paru.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TBC berada di peringkat kedua sebagai penyakit menular yang mematikan. Indonesia
termasuk lima besar negara dengan jumlah pengidap TBC terbanyak di Asia Tenggara. Merujuk data 2012, jumlah pengidap TBC yang
mencapai 305 ribu jiwa.
Penyebab Tuberkulosis
Adalah Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman ini
terdiri dari asam lemak (Lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Cara penularan melalui udara pernafasan dengan menghirup partikel kecil yang mengandung bakteri
tuberculosis. Masa tunas berkisar antara 4-12 minggu. Masa penularan terus berlangsung selama sputum
BTA penderita positif.
• Anoreksia
• Dispneu
• Demam
• Batuk
• Sesak nafas.
• Nyeri dada
Cara Mendeteksi
Permasalahan utama pada TBC dengan kehamilan adalah adanya keterlambatan dalam mendiagnosis.
Hal ini disebabkan kebanyakan perempuan hamil baru memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan pada
tahap lanjut dari kehamilannya, serta diagnosis klinis cenderung sulit karena kehamilan dapat
mengaburkan gejala klinis infeksi TBC. Beberapa gejala seperti lelah , lesu , penurunan nafsu makan, sesak
dan berkeringat juga di jumpai pada kehamilan. Gejala lain seperti anemia, juga dapat mencerminkan
penyakit kronis TBC. Penapisan dan penemuan kasus secara aktif perlu dilakukan untuk mendapatkan
sebanyak mungkin kasus TBC yang diagnosis untuk kemudian diobati.
Penatalaksanaan
Perawatan antenatal merupakan saat yang baik untuk penapisan dan deteksi kemungkinan
adanya TB, serta pemantauan pengobatan, terutama bagi banyak wanita dengan keterbatasan
akses ke pelayanan kesehatan, yang cenderung hanya memeriksakan dirinya disaat kehamilan."
Pada wanita hamil yang didiagnosis TB, WHO menganjurkan pengobatan dengan OAT segera,
ibu tetap menyusui anaknya seperti biasa, anak diberikan terapi profilaksis isoniazid selama 6
bulan, dan imunisasi BCG pada bayi setelah selesai pengobatan. Selama pengobatan TB,
kepatuhan pasien, efek samping obat, dan ada tidaknya gejala gangguan fungsi hati. perlu
dipantau ketat. Dengan kesembuhan TB. prognosis ibu dan anak akan lebih baik.
♥ Terapi Pada Perempuan Hamil
Terapi OAT yang dianjurkan pada perempuan hamil tidak berbeda dengan terapi TB pada umumnya. yaitu dengan regimen standar yang terdiri
dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol yang diminum selama 2 bulan (fase intensif), dilanjutkan dengan isoniazid dan rifampisin
selama 4 bulan (fase lanjutan). Regimen. standar ini aman diberikan selama kehamilan."
♥ Terapi TB MDR
Pengobatan TB MDR dengan regimen lini kedua pada ibu hamil dan menyusui, dilaporkan menunjukkan hasil yang baik bagi ibu dan anak,
dengan dampak perinatal yang serupa dengan kehamilan sehat tanpa didapatkan adanya defek kongenital Regimen yang dianjurkan yaitu
meliputi 4 OAT lini kedua (termasuk parenteral) serta pirazinamid, dengan pengobatan dapat berlangsung selama 18-24 bulan.
Infeksi TB pada anak dapat bersifat kongenital (bawaan) atau neonatal (diperoleh setelah lahir). Namun karena sulit dalam mendiagnosis
dan dalam menentukan sumber penularan, maka lebih banyak digunakan istilah TB perinatal, yaitu TB yang diperoleh anak selama
kehamilan, persalinan, maupun saat bayi baru lahir
Wanita hamil dengan HIV positif memiliki risiko 10 kali lebih tinggi menderita TB aktif dibandingkan dengan wanita hamil tanpa HIV Data WHO tahun
2014 menunjukkan bahwa pada 12% penderita TB baru didapatkan positif HIV. Pada wanita hamil dengan HIV postif, adanya infeksi TB akan
meningkatkan risiko transmisi vertikal HIV yaitu hingga 30% (tanpa koinfeksi TB risiko transmisi didapatkan sebesar 12%) serta meningkatkan risiko
kematian ibu dan anak.
BACTERIAL. VAGINOSIS
Penyebab pasti terganggunya keseimbangan jumlah bakteri pada vagina belum diketahui secara pasti. Namun,
sejumlah faktor diduga dapat meningkatkan risiko wanita mengalami vaginosis bakterialis, yaitu:
1. Terbiasa membilas vagina dengan produk pembersih (douching)
2. Sering berganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom
3. Konsumsi antibiotik
Manifestasi Klinis Bacterial vaginosis (BV)
Bakterial Vaginosis (BV) adalah suatu kondisi abnormal perubahan ekologi vagina yang ditandai dengan pergeseran keseimbangan flora
vagina dimana dominasi Lactobacillus digantikan oleh bakteri-bakteri anaerob, diantaranya Gardnerella vaginalis, Mobiluncus,
Prevotella, Bacteroides, dan Mycoplasma sp. ( Morris et al ,2001:197). Infeksi bakteri ini disebabkan oleh ketidak seimbangan bakteri
dalam vagina perempuan, yang mengarah ke faktor mengacaukan keseimbangan pH (asambasa keseimbangan) di dalam vagina
(Donders, 2010).
Diagnosa Bacterial vaginosis (BV)
Diagnosis dibuat atas dasar ditemukannya Clue Cell, pH vagina diatas 4,5, tes aminpositif, dan adanya Gardnerella Vaginalis sebagai
flora utama menggantikan lactobacillus (Mansjoer, 2001). Diagnosa klinik dari Bacterial Vaginosis (BV) didasarkan pada gejala yang
ditemukan yaitu cairan vagina tipis berwarna putih keruh dengan 11 bau amis saat dilakukan test amin, perdarahan abnormal dari uterus
dan vagina terutama terjadi saat melakukan hubungan sexual, PH vagina lebih dari 4.7, ditemukan clue sel pada pemeriksaan
mikroskopik menggunakan saline preparation (Lindau, et al.2009).
Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga higiene wanita (vaginal spray atau vaginal wipes dan buble
baths bisa menyebabkan terjadinya Bakterial Vaginosis (BV). Hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dapat juga
menyebabkan Bakterial Vaginosis (BV).
Malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan disebarkan melalui gigitan nyamuk.
Penyakit ini dapat menyerang semua individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin dan tidak terkecuali wanita hamil.
Wanita hamil termasuk golongan yang rentan untuk terkena malaria sehubungan dengan penurunan imunitas di masa
kehamilan. Malaria pada kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi pada ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Pada ibu hamil, malaria dapat mengakibatkan timbulnya demam, anemia, hipoglikemia, udema paru akut,
gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian.
1. Demam
Biasanya sebelum timbul demam, penderita malaria akan mengeluh lesu, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, kurang nafsu makan,
rasa tidak enak pada perut, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin dipunggung
Serangan demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium. Berikut dipaparkan stadium demam yang khas
pada malaria :
• Stadium Menggigil
Dimulai dengan perasaan kedinginan hingga menggigil. Penderita sering
membungkus badannya dengan selimut atau sarung. Pada saat menggigil, seluruh tubuhnya
bergetar,
Stadium Puncak Demam
Penderita yang sebelumnya merasa kedinginan berubah menjadi panas sekali. Wajah penderita merah, kulit kering dan
terasa panas seperti terbakar, frekuensi pernapasan meningkat, nasdi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat,
muntah- muntah, kesadaran menurun sampai timbul kejang ( pada anak-anak ). Suhu badan bisa mencapai 410C. Stadium ini
berlangsung selama 2 jam atau lebih yang diikuti dengan keadaan berkeringat.
• Stadium Berkeringat
Penderita berkeringat banyak diseluruh tubuhnya hingga tempat tidurnya basah. Suhu badan turun dengan cepat, penderita
merasa sangat lelah dan sering tertidur. Setelah bangun dari tidurnya, penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan seperti biasa padahal sebenarnya penyakit ini masih bersarang dalam tubuh penderita. Stadium ini berlangsung 2
sampai 4 jam
2.Anemia
Pada penyakit malaria, anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah terkadang sampai dibawah nilai normal. Hal ini
karena disebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat
gangguan pembentukan sel darah merah disum - sum tulang.
3. Pembesaran Limpa
Pembesaran organ limpa merupakan gejala yang khas pada penyakit malaria kronis atau menahun. Organ Limpa
mengalami pembengkakan dan terasa nyeri. Pembengkakan pada organ Limpa diakibatkan karena adanya penyumbatan
oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria.
Penyebab Malaria Ibu Hamil
Penyebab terjadinya malaria pada masa kehamilan parasitaemia, spleen rates, anemia, demam, malaria serebral, perdarahan yang
berujung pada kematian. Dampak pada janin yaitu abortus (janin gugur), lahir mati, infeksi kongenital dan dampak pada bayi baru lahir
adalah berat badan bayi lahir rendah, lahir prematur, kelainan kongenital/ bawaan, malaria pada bayi dan kematian.
penularan malaria bisa tertular dari daerah manapun. Berikut ini penyebab malaria, sekaligus cara penularannya Gigitan nyamuk
Seperti yang sudah disebutkan penyakit malaria ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk, terutama Anopheles betina yang
terdapat parasit.
Pencegahan Malaria pada Kehamilan Ibu hamil dan bayi lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular termasuk malaria,
tetapi seringkali diabaikan tanpa upaya deteksi dini serta pencegahan. Berdasarkan estimasi sekitar 125 juta ibu hamil di seluruh
dunia berisiko menderita malaria setiap tahunnya. Malaria dalam masa kehamilan tidak saja berdampak negatif pada kesehatan ibu,
tetapi juga berdampak pada sekitar 200 ribu kematian bayi.Meskipun dampak serius malaria pada kehamilan telah dideteksi sejak
lama. WHO menyatakan cakupan pencegahan malaria pada ibu hamil masih rendah terutama di sebagian besar negara-negara
endemis malaria.
Cara Pengobatan malaria, maka segera periksakan diri ke dokter. Diagnosis dini dan pengobatan malaria mengurangi
penyakit, mencegah kematian dan berkontribusi untuk mengurangi penularan.
Diagnosis malaria dapat dilakukan melalui
• Tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test / RDT) dengan antigen malaria menggunakan
sampel darah penderita.
• Tes diagnostik berbasis parasit melalui mikroskop.
Tes diagnostik memungkinkan tenaga medis dapat dengan cepat membedakan antara demam
malaria dan non-malaria sehingga dapat memfasilitasi pengobatan yang tepat, termasuk terapi
kombinasi berbasis artemisinin (ACT).
A. Pengertian Streptokokus
Streptokokus grup B (SGB) yang juga dikenal dengan Streptococcus agalactiae merupakan
salah satu bakteri yang mempunyai peranan penting di bidang kedokteran manusia maupun
veteriner. Pada sapi perah, SGB merupakan penyebab utama mastitis subklinis. Pada manusia, SGB
merupakan bakteri penyebab utama terjadinya infeksi neonatal dengan menisfestasi klinik berupa
septikemia, meningitis, atau pneumonia, sedangkan pad a orang dewasa SGB terkait dengan
kolonisasi asimtomatik.
B. Gejala Infeksi Streptococcus
GEJALA PADA IBU HAMIL
Setiap pasien dapat mengalami gejala yang berbeda, tergantung organ yang terkena dampak.
Namun, infeksi streptococcus umumnya menimbulkan gejala berikut:
-Kelelahan.
-Kelemahan.
-Masalah pernapasan jika menyerang saluran napas.
-Demam.
-Penurunan berat badan.
-Masalah dengan fungsi jantung jika menyerang organ jantung.
-Masalah sendi
-Ruam kulit
-Kulit dengan keropeng, bernanah, kemerahan.
-Tekanan darah tinggi
-Pembengkakan di wajah, kaki dan urin merah serta berbusan
GEJALA PADA BAYI
Sedangkan gejala yang muncul pada bayi dibagi berdasarkan waktu kemunculannya. Gejala dini atau
yang muncul dalam waktu 24 jam setelah bayi dilahirkan, berupa:
-Sulit menyusu
-Bayi cenderung tidur terus dan sulit dibangunkan
-Napas mendengkur
-Napas sangat lambat atau sangat cepat
-Detak jantung sangat lambat atau sangat cepat
Sementara, gejala lambat atau yang muncul 1 minggu atau 3 bulan setelah dilahirkan, antara lain:
-Demam
-Sulit menyusu
Sesak napas atau mendengkur
Sering mengantuk
Tubuh terasa lemas atau kaku
Rewel
Muntah
Diare
Kulit berwarna kebiruan (sianosis)
Kejang
C. Penyebab Infeksi Streptococcus
Streptokokus grup B (group B streptococcus/GBS) adalah sejenis
bakteri yang banyak dimiliki manusia di bagian usus. Bakteri ini juga bisa
berkoloni pada vagina dan ditularkan ke janin saat persalinan. Bakteri ini
dapat hidup di usus, vagina, dan bagian akhir dari usus besar (rektum), serta
tidak menimbulkan masalah. Terdapat faktor pemicu yang memengaruhi,
seperti umur dan kondisi kesehatan, sehingga bakteri ini dapat menimbulkan
masalah. Ada dua kelompok bakteri Streptococci, yaitu alfa dan beta. Alpha
(α) haemolytic streptococci adalah kelompok yang paling banyak
menyebabkan penyakit. Misalnya, streptococcus pneumoniae dan
streptococcus viridans.
D. FAKTOR RISIKO
Setiap individu berisiko mengalami kondisi ini. Kendati demikian, faktor di bawah ini
mampu meningkatkan risikonya:
.1 Pengertian Hepatitis B
Hepatitis adalah suatu proses peradangan dipus pada jaringan
hati yang memberikan gejala klinis yang khas yaitu badan
lemas,lekas capai nafsu makan menurun,urin seperti pekat ,serta
mata dan seluruh badan menjadi kuning.Penyakit Hepatitis B ini
tergolong salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan
serius di indonesia maupun di banyak negara lainnya.Badan
kesehatan dunia WHO , Menepatkan Indonesia sebagai Negara
dengan endemisitas menengah sampai tinggi untuk Hepatitis B
dengan prefalansi HBsAg 3-17%.
2 Penyebab Hepatitis B
Adapun Penyebab dari penyakit ini yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
berganti-ganti pasangan seksual, tindik telinga/lidah/hidung, transfusi, jarum suntik
bekas/tidak steril, cabut gigi, pecandu narkotika, tattoo, hemodialisis, tukar sikat
gigi/alat cukur, dan akupuntur,serta skrinning yang kurang efektif.
1.3 Cara Mendeteksi
prosedur pertama dari tes HbsAg adalah dengan pengambilan sempel darah.dokter
mengunakan jarum kepada orang yang diperiksa untuk mengambil darah dari vena
dilengan atau tangan.darah tersebut akan periksa dilaboratorium untuk melihat apakah
ada virus hepatitis B.
.4 Cara Menatalaksana
Bagi penderita hepatitis B yang sudah kronis, pilihan pengobatan yang biasa
dilakukan adalah mengonsumsi obat antivirus seperti lamivudin, telbivudin,
tenofovir, dan entecavir, serta suntikan interferon.
Pengobatan hepatitis B tersebut juga membutuhkan kepatuhan dan disiplin dari
pasien untuk kontrol secara rutin ke dokter untuk memantau perkembangan penyakit
dan mengevaluasi pengobatan yang diberikan.
besar dari mereka tidak memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali terjadi muntah
yang hebat, tidak dapat makan atau menunjukkan tanda- tanda kearah hepatitis yang berat
( Soemohardjo.1999, Cohen M.1994)
Penanganan pada Ibu hamil :
1) bila hasil pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi reaktif, maka pasien dirujuk ke rumah sakit yang telah mampu
melakukan tatalaksana Hepatitis B dan C
terdekat.
2) penanganan selanjutnya sesuai SOP rumah sakit rujukan 3) pembiayaan secara mandiri, atau menggunakan BPJS atau asuransi
lainnya.
4) hasil pemeriksaan, penanganan dan rekomendasi tim ahli di rumah sakit rujukan dikirim ke puskesmas yang
merujuk untuk umpan balik (feedback).
5) bila hasil deteksi dini hepatitis B di puskesmas non- reaktif, maka ibu hamil tersebut dianjurkan pemeriksaan
Pengertian Hepatitis C
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh
berbagai kausa, termasuk infeksi virus. Infeksi virus tersebut dapat menyebabkan
timbulnya cedera, peradangan, bahkan kematian sel-sel yang terinfeksi pada organ
hati [1] Virus Hepatitis C (VHC) merupakan salah satu virus penyebab hepatitis dan
dianggap menimbulkan dampak yang paling besar di antara virus-virus lain
penyebab hepatitis.
Penyebab Hepatitis C
• Menggunakan jarum suntik bekas pakai penderita
• Mendapatkan transfusi darah atau transplantasi organ dari penderita • Menjalani prosedur medis dengan peralatan yang
tidak steril
• Berbagi peralatan dengan penderita, seperti alat cukur atau sikat gigi • Berhubungan seks tanpa kondom dengan penderita
Selain faktor penyebab tersebut, penularan hepatitis C lebih mudah terjadi jika memiliki faktor risiko berikut ini:
• Terlahir dari ibu penderita hepatitis C
• Memiliki infeksi HIV
• Memiliki pasangan seksual yang menderita hepatitis C
• Melakukan cuci darah atau hemodialisis bagi penderita gagal ginjal • Menyalahgunakan narkoba suntik
• Pernah menderita penyakit menular seksual