WAWORUNTU
NRI : 17014101104
Infeksi pada kehamilan bisa disebabkan oleh virus, bakteri,dan parasite, sedangkan
penularan dapat terjadi intrauterine, pada waktu persalinan atau pasca lahir.
Infeksi Virus
1. Varisela Zoster
Infeksi varisela pada ibu hamil trimester I mungkin menyebabkan cacat bawaan seperti
koriorentinitis, atrofi korteks serebri, hidronefrosis, dan kehamilan dan kelainan pada tulang dan
kulit. Resiko tertinggi terletak pada usia gestasi 13 – 20 minggu, tetapi jika infeksi terjadi setelah
20 minggu umumnya tidak terjadi kelainan. Masa inkubasi varisela virus umumnya kurang dari 2
minggu. Jika persalinan terjadi sebelum masa inkubasiatau pada pesalinan, maka bayi akan
terinfeksi karena antibodi pada tubuh ibu belum terbentuk.
Pencegahan:
Pemberian Imunoglobulin varisela zoster (VZIG) dengan dosis 125 U/10KgBB i.m, maksimum 625
unit atau 5 vial, 5 hari sebelum dan sesudah persalinan. Dengan pemberian vaksin ini bayi masih
bias mengalami infeksi, tetapi komplikasi dan kematian dapat di kurangi.
2. Virus Hepatitis B
Infeksi akut Hepatitis pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminant yang
dapat menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat terjadi abortus dan
perdarahan pascapersalinan karena adanya gangguan pembekuan darah akibat gangguan fungsi
hati. Pada bayi dapat terjadi penularan vertical VHB dan akan mengidap VHB kronik pada masa
dewasa.
Pencegahan:
Imunisasi pada bayi dengan dosis 5mcg pada hari ke 0, umur 1, dan 6 bulan.
3. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma
gondii. Toksoplasmosis biasanya tanpa gejala pada wanita hamil, tetapi dapat menimbulkan
dampak yang parah pada janin. Risiko penularan meningkat seiring dengan meningkatnya usia
kehamilan. Infeksi kongenital dengan toksoplasmosis dapat menyebabkan gejala sisa yang
serius, seperti kebutaan, keterbelakangan mental, defisit neurologik, dan tuli.
Pengobatan:
Spiramisin merupakan antibiotik makrolid paling aktif terhadap toksoplasmosis di bandingkan
dengan antibiotika lainnya, dengan mekanisme kerja yang serupa dengan klindamisin.
Spiramisin yang diberikan ialah 3 gram/hari
4. Demam dengue
Secara umum demam dengue dibagi menjadi 3 sesuai dengan gejala., dimana pada awal
ketiganya sukar dibedakan:
• Dengue Fever
• Dengue Hemorragic Fever
• Dengue Shock Syndrome
Gejala Klinis
Dengue Fever: panas mendadak dan berkesinambungan, sakit kepala, nyeri orbita, nyeri otot,
sendi, dan tulang belakang, mual muntah, nyeri perut dan leukopenia
Dengue hemorraguc fever: pada awal seperti dengue fever, test tourniquet positif, petekie,
purpura, perdarahan, efusi pleura, dan asites.
DSS: timbul tanda-tanda syok terutama narrow pulse pressure kurang atau sama dengan
20mmHg.
1. Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Penyakit Infeksi. Jakarta: PT. Bina Pustaka 903-918
2. I Gusti Putu Surya. 2016. Kehamilan Dengan Hepatitis B. Jakarta: CV. Sagung Seto
3. Suparman E. 2012. Toksoplasmosis dalam Kehamilan. Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 1,
Maret 2012, hal. 13-19