Anda di halaman 1dari 13

SGD 4: MEKANISME INFEKSI

Disusun oleh :
Ketua : Algi’s Pubo
Sekretaris : Nadira
Kelompok Mentoring 15
Anggota :
Cyndi Aprilia
Dea Putri Islamiati
salma shafiya
Nur Indah Lestari
fahma aura haliza
dwi faticha sachia
Diah Sulistyawati
Asep Wildan rosyadi
Taufik Iqbal Firmansyah
Novita Putri
seorang laki-laki 25 tahun, merasa lelah karena perjalanan jauh. setelah sampai di
rumah, dia sakit kepala, tidak enak badan, dan hidung tersumbat. keesokan harinya, dia
demam dengan suhu 39 c dan menggigil, kemudian dia memutuskan untuk pergi ke rumah
sakit .dia bertemu dokter dan bercerita beberapa waktu yang lalu dia kontak dengan
temannya yang menderita influenza ,tetapi dia lelah melindungi dirinya dari tetesan injeksi
dengan menggunakan masker.pemeriksaan hematologi menunjukkan bahwa hemaglobin
12 gr/dl,hematokrit 40%,trombosit 165000/ul , leukosit 15.000/ul,monosit 9% ,limposit
40%,laju sedimentasi eritrosit 22 [ESR] mm/jam

Learning Objective:

1. Definisi Infeksi
2. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi (Natural Barriers, The Blood
and Immune Response)
3. Tahapan terjadinya infeksi atau penyakit (The five periods or stages or
phases)
4. Tanda tanda infeksi (Inflammation and Fever)
5. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah rutin dan nilai normal)

Jawaban

1. Definisi Infeksi
Dea : infeksi adalah interaksi mikroorganisme patogen dengan
makroorganisme di bawah kondisi lingkungan dan sosial tertentu.
Konsep “Penyakit infeksi” adalah gangguan yang disebabkan oleh
mikroorganisme -seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Banyak
mikroorganisme hidup di dalam dan di tubuh kita. Mereka biasanya
tidak berbahaya atau bahkan membantu, tetapi dalam kondisi
tertentu, beberapa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit.

Diah : "Infeksi merupakan suatu keadaan yang timbul akibat adanya


mikroorganisme yang masuk dan berkembang di dalam tubuh
manusia atau hewan." (Jurnal Kesehatan Andalas, 2015)

Salma : Infeksi adalah suatu keadaan masuknya suatu mikroba patogen


ataupun mikroorganisme ke dalam tubuh yang dapat
berkembangbiak serta menyebabkan kesakitan atau bahkan
kematian.

Cindy : infeksi disebabkan oleh adanya serangan dan perkembangbiakan


mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan parasit yang pada
dasarnya tidak berasal dari dalam tubuh. Infeksi bisa terjadi pada
satu area saja pada tubuh atau bisa menyebar melalui darah sehingga
menjadi bersifat menyeluruh

Icha: Infeksi adalah: Masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh hingga


menimbulkan gejala-gejala penyakit; Invasi dan pembiakan
mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan
cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi
intraseluler, atau respon antigen antibodi. Sumber : jurnal
MEKANISME INFEKSI Oleh: Yosephina Elizabeth S Gunawan,
S.Kep.Ns., M.Kep

Indah : Infeksi adalah kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus,


jamur, atau parasit memasuki tubuh manusia atau hewan, tumbuh
dan berkembang biak didalam tubuh, dan menyebabkan gejala dan
penyakit. Infeksi bisa menyerang berbagai bagian tubuh, seperti
saluran pernapasan, saluran pencernaan, sistem saraf, kulit, atau
organ lainnya

Algy: Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit infeksi atau


penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit.
Penyakit ini bisa menyebar secara langsung(Terjadi Ketika keduanya
bertemu dan mengalami kontak di suatu tempat, maupun tidak
langsung(Terjadi akibat perpindahan agen melalui perantaraan benda
atau organisme lain) dari satu orang ke orang lainnya.

2. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi (Natural Barriers, The


Dea : Mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya
meliputi :
1. Pertahanan fisik dan kimiawi, seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam
laktat melalui kelenjar keringat, sekresi lendir, pergerakan silia,
sekresi air mata, air liur, urin, asam lambung serta lisosom dalam air
mata
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme
3. Innate immunity (mekanisme non-spesifik), seperti sel polimorfonuklear
(PMN) dan makrofag, aktivasi komplemen, sel mast, protein fase
akut,interferon, sel NK (natural killer) dan mediator eosinofil
4. Imunitas spesifik, yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler. Secara
umum pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi virus,
protozoa, jamur dan beberapa bakteri intraselular fakultatif terutama
membutuhkan imunitas yang diperani oleh sel yang dinamakan
imunitas selular, sedangkan bakteri ekstraselular dan toksin
membutuhkan imunitas yang diperani oleh antibodi yang dinamakan
imunitas humoral. Secara keseluruhan pertahanan imunologik dan
nonimunologik (nonspesifik) bertanggung jawab bersama dalam
pengontrolan terjadinya penyakit infeksi
Indah : Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi terdiri dari beberapa
sistem, di antaranya:
a. Sistem Imun Non-Spesifik Sistem imun non-spesifik meliputi barier
fisik seperti kulit dan membran mukosa serta sel-sel fagositik seperti
makrofag, neutrofil, dan sel dendritik yang bertugas menyerang dan
menghancurkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
b. Sistem Imun Spesifik Sistem imun spesifik melibatkan sel-sel imun
yang dapat mengenali dan menyerang benda asing secara spesifik
seperti sel B dan sel T. Sel B menghasilkan antibodi yang akan
menyerang dan mengikat antigen pada permukaan benda asing,
sementara sel T berperan langsung dalam menyerang dan
membunuh sel yang terinfeksi virus.
c. Sistem Komplement Sistem komplement adalah sistem pertahanan
tubuh yang terdiri dari sejumlah protein yang dapat menghancurkan
bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh.
d. Sistem Koagulasi Sistem koagulasi terlibat dalam proses pembekuan
darah untuk membatasi pergerakan patogen dalam tubuh dan
memfasilitasi perbaikan jaringan yang rusak.
Beberapa faktor juga dapat mempengaruhi kemampuan sistem imun dalam
melawan infeksi, seperti usia, nutrisi, dan kondisi kesehatan umum.
Diah : Sistem Imun Spesifik (Adaptive Immune System): Terdiri dari sel
darah putih seperti sel B dan sel T, yang memiliki kemampuan untuk
mengenali dan menyerang mikroorganisme tertentu yang masuk ke
dalam tubuh. Sel B akan memproduksi antibodi yang dapat mengikat
dan menghancurkan mikroorganisme, sedangkan sel T akan
mengenali dan membunuh sel-sel tubuh yang terinfeksi oleh
mikroorganisme
Iqbal : Sistem kekebalan bawaan menyediakan jenis nonspesifik ini
perlindungan melalui sejumlah mekanisme pertahanan, yang
meliputi penghalang fisik seperti kulit, penghalang kimia seperti
protein antimikroba yang membahayakan atau menghancurkan
penjajah, dan sel-sel yang menyerang sel-sel asing dan sel-sel tubuh
yang menyimpan agen infeksi. Sebagian besar mikroorganisme yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari ditolak sebelum menyebabkan
tanda dan gejala penyakit yang dapat dideteksi.
Novita : Sistem imunitas merupakan mekanisme pertahanan tubuh dimana
sel, jaringan dan moleku2l memediasi terjadinya resistensi
terhadapminfeksi. Sistem imunitas terdiri dari imunitas natural, yang
melindungi tubuh pertama kali dari invasi mikroorganisme melalui
aktivitas makrofag, dan imunitas didapat (acquired), yang berperan
dalam pembentukan antibodi dan sitokin-sitokin antiinflamasi yang
berkembang lebih lambat namun lebih efektif.Imunitas natural atau
imunitas bawaan merupakan pertahanan awal tubuh dari infeksi baik
yang pernah terpapar sebelumnya ataupun belum pernah.

3. Tahapan terjadinya infeksi atau penyakit (The five periods or stages or


phases).

Salma : tahap inkubasi, ini merupakan tahap bakteri sudah mulai menguasai
tubuh penderita. Biasanya, tahap inkubasi ini ditandai dengan
munculnya gejala-gejala. tahap klinis, merupakan tahap
terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan
gejala penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan
secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih
ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Jika
bertambah parah, penderita sudah tidak mampu lagi melakukan
aktivitas sehari-hari.
Icha : Tahap rentan Pada tahap ini individu masih dalam kondisi relatif
sehat, namun peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang
mempermudah terkena penyakit, seperti umur, keadaan fisik,
perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dll. Faktorfaktor
predisposisi tersebut mempercepat masuknya agen penyebab
penyakit (mikroba patogen) untuk berinteraksi dengan pejamu.
Fahma : Masa pemulihan adalah saat host pulih secara bertahap dan kembali
ke baseline. Beban patogen mulai menurun, tetapi mungkin tidak
sepenuhnya dihilangkan dengan segera. maka tuan rumah dapat
terus menjadi sumber infeksi bahkan meskipun telah merasa lebih
baik. Bahkan, beberapa penyakit dapat menyebabkan kerusakan
permanen yang tidak dapat sepenuhnya diperbaiki oleh tubuh
Dea : Proses infeksi ini melalui 4 tahap, yaitu tahap rentan, tahap inkubasi,
tahap klinis, dan tahap akhir penyakit.
1. tahap rentan, sebenarnya penderita masih dalam kondisi relatif sehat
namun peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang
mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik,
perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lain-lain.
2. tahap inkubasi, ini merupakan tahap bakteri sudah mulai menguasai tubuh
penderita. Biasanya, tahap inkubasi ini ditandai dengan munculnya
gejala-gejala.
3. tahap klinis, merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat
memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya,
penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan
gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan
aktivitas sehari-hari. Jika bertambah parah, penderita sudah tidak
mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari.
4. tahap akhir penyakit, ini tidak selamanya berakhir sempurna alias sehat,
tetapi bisa saja penderita gagal melawan penyakit hingga
menyebabkan kematian, atau bisa juga penderita sembuh total dan
infeksi.
Indah : Tahapan terjadinya infeksi meliputi beberapa proses, yaitu:

a. Kontak dengan patogen Patogen seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit
harus terlebih dahulu berkontak dengan tubuh manusia atau hewan
sebelum dapat menyebabkan infeksi.
b. Penetrasi Patogen harus dapat menembus barier pertahanan tubuh seperti
kulit atau membran mukosa untuk dapat masuk ke dalam tubuh.
c. Adhesi Patogen harus dapat menempel pada sel-sel tubuh agar dapat
berkembang biak di dalam tubuh.
d. Invasi Patogen harus dapat menginvasi sel-sel tubuh dan menyerang
sistem imun tubuh.
e. Reproduksi Patogen harus dapat berkembang biak dan bereproduksi
dalam tubuh.
f. Proliferasi Patogen harus dapat menginfeksi sel-sel tubuh yang baru dan
terus berkembang biak.
g. Kerusakan jaringan Patogen dapat merusak jaringan tubuh yang terinfeksi
dan menimbulkan gejala-gejala infeksi.
Novita : .Masa inkubasi terjadi pada penyakit akut setelah awal masuknya
patogen ke inang (pasien). Selama waktu inilah patogen mulai
berkembang biak di inang. Namun, jumlah partikel patogen (sel atau
virus) yang ada tidak mencukupi untuk menyebabkan tanda dan
gejala penyakit .b.Masa prodromal terjadi setelah masa inkubasi.
Selama fase ini, patogen terus berkembang biak dan pejamu mulai
mengalami tanda dan gejala umum penyakit, yang biasanya
dihasilkan dari aktivasi sistem kekebalan, seperti demam, nyeri,
pegal, bengkak, atau peradangan.c&d.Periode sakit diikuti oleh
periode penurunan, dimana jumlah partikel patogen mulai
berkurang, dan tanda serta gejala penyakit mulai menurun. Namun,
selama periode penurunan, pasien mungkin menjadi rentan terhadap
infeksi sekunder karena sistem kekebalan tubuh mereka telah
dilemahkan oleh infeksi primer. e.Periode terakhir dikenal sebagai
periode pemulihan . Selama tahap ini, pasien umumnya kembali ke
fungsi normalnya, meskipun beberapa penyakit dapat menimbulkan
kerusakan permanen yang tidak dapat diperbaiki sepenuhnya oleh
tubuh.
Algi : R Joegijantoro. 2011. Penyakit Infeksi). Dan (Van Seventer, J. M., &
Hochberg, N. S. (2017). Principles of infectious diseases: transmission,
diagnosis, prevention, and control. International encyclopedia of public health,
22.)
a. Tahap Inkubasi
Tahap ini dimulai setelah seseorang terpapar agen penyebab infeksi
atau penyakit, seperti virus atau bakteri. Pada tahap ini, agen penyebab
belum menimbulkan gejala pada tubuh. Waktu yang dibutuhkan untuk
tahap ini bervariasi, tergantung pada jenis penyakit dan kondisi tubuh
seseorang. Pada tahap ini, agen penyebab dapat menyebar ke seluruh
tubuh dan berkembang biak tanpa terdeteksi.
b. Tahap Prodromal
Tahap ini dimulai ketika seseorang mulai merasakan gejala awal
penyakit, seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan. Gejala pada tahap
ini masih ringan dan mungkin tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-
hari. Namun, pada tahap ini, seseorang sudah dapat menularkan
penyakit kepada orang lain.
c. Tahap Akut
Tahap ini ditandai dengan munculnya gejala penyakit yang lebih
parah, seperti demam tinggi, sakit perut, muntah, dan diare. Pada tahap
ini, agen penyebab penyakit sudah berkembang biak dengan cepat di
dalam tubuh, dan tubuh berusaha untuk melawan infeksi tersebut. Pada
tahap ini, seseorang paling mudah menularkan penyakit kepada orang
lain.
d. Tahap Konvalesen (pemulihan)
Tahap ini dimulai ketika tubuh mulai pulih dari penyakit. Gejala
penyakit mulai mereda dan tubuh kembali ke kondisi normal. Pada
tahap ini, seseorang masih dapat menularkan penyakit, meskipun
kemungkinannya lebih kecil daripada pada tahap akut.
e. Tahap Pasca-infeksi)
Tahap pasca-infeksi adalah tahap setelah tubuh berhasil mengatasi
infeksi atau penyakit. Pada tahap ini, gejala sudah tidak ada lagi, dan
tubuh sedang dalam tahap pemulihan dan pemulihan kondisi fisik yang
telah melemah akibat penyakit. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh
sedang membangun kekebalan jangka panjang untuk mencegah infeksi
atau penyakit yang sama di masa depan.
f. Tahap Kronis
Tahap ini terjadi pada beberapa jenis penyakit yang tidak dapat
sembuh sepenuhnya, seperti HIV atau hepatitis B. Pada tahap ini,
seseorang mungkin tidak merasakan gejala penyakit, namun agen
penyebab masih ada di dalam tubuh dan dapat menyebar kerusakan yang
parah.

4. Tanda tanda infeksi (Inflammation and Fever)


Wildan:
1. Rubor (Kemerahan)
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami infeksi
karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga menimbulkan
warna kemerahan.
2. Calor (Panas)
Kalor adalah rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa
panas, ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak
ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak antibody
dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.
3. Tumor (Bengkak)
Tumor dalam konteks gejala infeksi bukan sel kanker seperti yang umum
dibicarakan akan tetapi pembengkakan yang terjadi pada area yang
mengalami infeksi karena meningkatnya permeabilitas sel dan
meningkatnya aliran darah.
4. Dolor (Nyeri)
Dolor adalah rasa nyeri yang dialami pada area yang mengalami infeksi, ini
terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat
tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa
terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal jadi jangan abaikan nyeri
karena mungkin saja ada sesuatu yang berbahaya.
Menurut Morison (2003) terkait tingkatan tanda-tanda infeksi meliputi:

Icha : Dolor (rasa sakit) Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan pH lokal
atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf.
Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf nyeri,selain itu
pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan
tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit.

Tumor (pembengkakan) Pembengkakan ditimbulkan oleh karena


pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan
interstisial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun di daerah
peradangan disebut eksudat
Cindy : calor (panas)
Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien
infeksi. Panas dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid,
intoksikasi aspirin atau adanya gangguan pengeluaran panas,
misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan berdasar pada tingkat
kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur
Diah : Kemerahan (rubor): Kemerahan pada area yang terkena adalah hasil
dari peningkatan aliran darah ke daerah tersebut. Ini disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah dan peningkatan permeabilitasnya, yang
memungkinkan sel darah putih dan zat-zat lain yang terlibat dalam
respons inflamasi untuk masuk ke area yang terkena.
Pembengkakan (tumor): Pembengkakan terjadi ketika cairan, sel-sel darah,
dan zat-zat inflamasi lainnya menumpuk di area yang terkena. Ini
dapat menyebabkan kenaikan volume dan tekanan di area tersebut.
Nyeri (dolor): Nyeri pada area yang terkena biasanya disebabkan oleh iritasi
pada ujung-ujung saraf. Selain itu, zat-zat inflamasi yang dilepaskan
selama respons inflamasi juga dapat memperparah rasa sakit.
Panas (calor): Peningkatan suhu pada area yang terkena adalah hasil dari
peningkatan aliran darah dan aktivitas metabolisme yang lebih
tinggi. Suhu yang lebih tinggi dapat membantu mempercepat
penyembuhan dengan meningkatkan aktivitas sel-sel yang terlibat
dalam respons inflamasi.
Hilangnya fungsi (functio laesa): Kadang-kadang, respons inflamasi dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan yang terkena. Hal ini dapat
menyebabkan hilangnya fungsi pada area tersebut, seperti gangguan
pada gerakan, penglihatan, atau pendengaran.
Sumber: Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular
Immunology. 9th edition. Philadelphia: Elsevier; 2018.

Nadira : Dolor adalah rasa nyeri yang dialami pada area yang mengalami
infeksi, ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi
bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan
nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan
atau sesuatu yang tidak normal jadi jangan abaikan nyeri
karena mungkin saja ada sesuatu yang berbahaya.

Novita : Peradangan adalah respons perlindungan normal tubuh terhadap


cedera. Terjadi saat sel darah putih melawan untuk melindungi dari
infeksi, misalnya dari bakteri atau virus. Juga terjadi saat tubuh
cedera.
-Peradangan terjadi saat sistem imun mencoba melindungi organ dari
infeksi dan cedera. Tujuannya adalah melokalisasikan dan
menghilangkan jaringan yang rusak sehingga tubuh bisa mulai
menyembuhkan diri
2. Algi : ) Chen, L., Deng, H., Cui, H., Fang, J., Zuo, Z., Deng, J., ... & Zhao, L.
(2018). Inflammatory responses and inflammation-associated diseases in
organs. Oncotarget, 9(6), 7204. Dan Plaza, J. J. G., Hulak, N., Zhumadilov, Z.,
& Akilzhanova, A. (2016). Fever as an important resource for infectious
diseases research. Intractable & rare diseases research, 5(2), 97-102.
a. Peradangan (inflamasi) adalah respons tubuh terhadap cedera atau
infeksi, dan bertujuan untuk memperbaiki atau menghilangkan faktor
yang merusak jaringan. Tanda-tanda peradangan meliputi kemerahan,
bengkak, panas, nyeri, dan hilangnya fungsi dari bagian tubuh yang
terkena. Hal ini disebabkan oleh pelepasan zat kimia tertentu, seperti
histamin, dari sel-sel sistem kekebalan tubuh.

b. Demam (fever) adalah peningkatan suhu tubuh yang melebihi batas


normal (37°C atau 98,6°F) sebagai respons terhadap infeksi. Hal ini
terjadi ketika zat kimia tertentu, seperti prostaglandin, merangsang
hipotalamus dalam otak untuk meningkatkan suhu tubuh. Demam
membantu tubuh melawan infeksi karena organisme patogen tidak dapat
bertahan hidup pada suhu tubuh yang tinggi. Demam bertujuan untuk
membantu tubuh melawan infeksi dengan menciptakan kondisi yang
tidak ideal bagi organisme pathogen untuk bertahan hidup dan
berkembang biak. Suhu tubuh yang tinggi juga dapat merangsang
produksi sel-sel kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Namun, jika
demam terlalu tingi dan berlangsung dalam waktu lama, maka dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan bahkan dapat membahayakan
kesehatan.

Tanda-tanda infeksi yang umum meliputi peradangan, demam, sakit


kepala, kelelahan, kedinginan, dan berkeringat. Jika infeksi tidak diobati,
atau jika sistem kekebalan tubuh tidak mampu mengendalikan infeksi, maka
tanda-tanda dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi serius,
tergantung pada organ yang terinfeksi.

5. Pemeriksaan penunjang infeksi (pemeriksaan darah dan nilai normal )


Novita : *Tes leukosit atau sel darah putih
Sel darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel
darah putih berfungsi untuk melawan infeksi. Ketika kadar sel darah
putih tidak normal, hal ini bisa menandakan adanya gangguan
kesehatan.
Tes hitung trombosit
Trombosit merupakan komponen darah yang berperan penting dalam
menghentikan perdarahan dan menyembuhkan luka. Apabila
ketidaknormalan kadar trombosit terdeteksi, baik terlalu tinggi
maupun terlalu rendah, kondisi ini mengindikasikan gangguan pada
proses pembekuan darah.

Tes eritrosit
Komponen darah ini dapat menandakan kondisi yang terjadi ketika jumlah
Dolor adalah rasa nyeri yang dialami pada area yang mengalami infeksi, ini
terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat
tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa
terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal jadi jangan abaikan nyeri
karena mungkin saja ada sesuatu yang berbahaya.
Jumlah Leukosit Normal
Bayi yang baru lahir : 9.400 - 34.000. Balita (3-5 tahun) : 4.000 - 12.000.
Remaja (12-15 tahun): 3.500 - 9.000. Dewasa (15 tahun ke atas) :
3.500 - 10.500.
*Kadar trombosit normal secara umum adalah 150.000 - 450.000 mcL.
Angka tersebut bisa berbeda pada setiap orang tergantung usia dan
jenis kelamin. Kadar trombosit normal wanita adalah berkisar
157.000-371.000 mcL, sedangkan pada pria 135.000-317.000 mcL.

3. Alghi’S : (Dean, L. (2005). Blood and the cells it contains. Blood groups and
red cell antigens, 16.)
a. Kecepatan Endap Darah (SED)
Kecepatan endap darah atau SED adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sel darah merah untuk terpisah dari plasma darah dan turun ke
bagian bawah tabung saat darah dibiarkan dalam keadaan diam. Nilai
normal kecepatan endap darah untuk pria dan wanita dewasa adalah
kurang dari 20 mm/jam. SED yang lebih tinggi dari nilai normal dapat
menunjukkan adanya infeksi.
b. C-reactive protein (CRP)
C-reactive protein (CRP) adalah protein yang diproduksi oleh hati
dalam respons terhadap peradangan atau infeksi. Konsentrasi CRP
dalam darah dapat meningkat secara signifikan selama infeksi. Nilai
normal CRP kurang dari 10 mg/L. Konsentrasi CRP yang lebih tinggi
dari nilai normal dapat menunjukkan adanya infeksi.
c. Prokalsitonin (PCT)
Prokalsitonin (PCT) adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel
tiroid dalam respons terhadap infeksi bakteri. Konsentrasi PCT dalam
darah dapat meningkat secara signifikan selama infeksi bakteri. Nilai
normal PCT adalah kurang dari 0,05 ng/mL. Konsentrasi PCT yang
lebih tinggi dari nilai normal dapat menunjukkan adanya infeksi bakteri.

Anda mungkin juga menyukai