Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.

Usaha penggemukan ternak ruminansia dan non ruminansia dewasa ini sudah

merupakan suatu usaha yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarga ataupun sebagai suatu usaha yang dapat dikelola secara komersial. Namun

demikian, sebagai suatu usaha yang bergerak dalam bidang produksi, usaha

penggemukan ternak memerlukan pengelolaan yang profesional untuk mencapai

hasil yang optimal.

Ransum merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan

ternak. Keberhasilan maupun kegagalan usaha pemeliharaan ternak banyak

ditentukan oleh ransum yang diberikan. Kenyataan di lapangan menunjukkan,

masih banyak peternak yang memberikan ransum pada ternak-ternaknya tanpa

memperhatikan persyaratan kualitas, kuantitas, dan teknik pemberian. Akibatnya,

pertumbuhan ataupun produktivitas ternak yang dipelihara tidak tercapai

sebagaimana mestinya. Bahkan banyak di antara para peternak yang mengalami

kerugian akibat pemberian ransum yang kurang sempurna. Bagi mereka yang

penting adalah kecukupan pakan, bukan kecukupan nutrisi pakan.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan, sekitar 70% dari produktivitas ternak,

terutama pertumbuhan dan kemampuan berproduksinya dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, sedangkan faktor kebakaan hanya mempengaruhi sekitar 30% saja. Di

antara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar,

yakni sekitar 60%. Besarnya pengaruh lingkungan itu menunjukkan bahwa

walaupun potensi genetik ternak itu tinggi, namun produksi yang tinggi tidak akan

tercapai tanpa pemberian ransum yang memenuhi persyaratan kuantitas dan

kualitas.

1
Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, ransum juga

merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak. Biaya

ransum ini dapat mencapai (60-70)% dari keseluruhan biaya produksi. Dengan

demikian, terhadap ransum bukan hanya dituntut pencapaian produktivitas yang

tinggi dari ternak, tetapi juga biaya yang seekonomis mungkin.

2. Deskripsi Singkat

Ruang lingkup materi yang dibahas dalam Modul ini meliputi : menentukan

Kebutuhan Nutrisi Ternak, macam-macam bahan pakan ternak dan kandungan

nutrisinya, Membuat Formulasi Ransum Ternak, dan menentukan Strategi

Pemberian Pakan pada ternak.

3. Manfaat Modul

Dengan tersusunnya Modul ini diharapkan dapat meningkatkan efektifitas

pembelajaran, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajarannya dapat tercapai.

Melalui pemaparan modul ini, baik secara klasikal maupun praktek lapangan di-

harapkan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap

peserta diklat.

4. Tujuan Pembelajaran

a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Pada akhir pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menyusun formulasi

ransum ternak ruminansia (sapi potong) berdasarkan kebutuhan nutrisinya,

dengan memanfaatkan bahan pakan lokal yang tersedia di wilayahnya.

2
b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah berlatih peserta dapat :

1. Menentukan kebutuhan nutrisi ternak (sapi potong) berdasarkan umur, berat

badan dan tingkat produksi;

2. Menetapkan bahan pakan dalam penyusunan ransum ternak (sapi potong)

berdasarkan jenis, klasifikasi dan nilai nutrisinya;

3. Menyusun ransum komplit dan ransum suplementasi sesuai kebutuhan ternak;

4. Menentukan teknik pemberian ransum pada ternak yang memberikan tingkat

kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum yang lebih tinggi.

5. Pokok Bahasan

1. Menentukan kebutuhan nutrisi ternak

2. Macam-macam bahan pakan ternak dan kandungan nutrisinya

3. Membuat Formulasi Ransum Sapi Penggemukan

4. Strategi pemberian pakan ternak

6. Sub Pokok Bahasan

1. Menentukan Kebutuhan Nutrisi Ternak berdasarkan umur, berat badan, dan

tingkat produksi

2. Menetapkan bahan pakan dalam penyusunan ransum ternak berdasarkan jenis,

klasifikasi dan nilai nutrisinya

3. Teknik Menyusun Ransum Suplementasi

4. Teknik Menyusun Ransum Komplit

5. Menentukan Strategi Pemberian pakan ternak

3
7. Peserta

Peserta Pelatihan adalah Penyuluh Pertanian yang membina kelompok tani, yang

berasal dari 11 Propinsi sewilayah kerja Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang.

8. Fasilitator

Yang menyampaikan materi pada Pelatihan Agribisnis Sapi Potong bagi Penyuluh

Pertanian, yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang,

pada tanggal 22 Pebruari – 06 Maret 2012, berasal dari :

1. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian,

Kementerian Pertanian;

2. Dinas Peternakan Provinsi NTT;

3. Widyaiswara Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang.

9. Metode

a. Uraian/Penjelasan d. Curah Pendapat

b. Diskusi e. Studi Kasus

c. Tanya Jawab f. Praktek

10. Alat dan Bahan

a. Papan Tulis, Kertas Koran, Spidol White Board, Modul/Bahan Ajar, Kalkulator

b. Laptop, LCD

c. Bahan Pakan Penyusun Ransum

d. Timbangan, sekop, ember, karung plastik.

11. Waktu

10 JP (10 x 45 menit).

4
II. CARA PENGGUNAAN MODUL

Modul Menyusun Formulasi Ransum Sapi Potong ini memuat serangkaian

kegiatan belajar, yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat melayani kegiatan

belajar secara individu dan memudahkan setiap peserta pelatihan untuk menguasai unit

pembelajaran secara sistematis dan bertahap, guna mencapai tujuan pembelajaran.

Modul ini digunakan dengan bimbingan pelatih kepada peserta secara bertahap sesuai

urutan atau langkah kegiatan dalam pencapaian tujuan pembelajaran, sehingga modul

ini dilengkapi dengan petunjuk pengajaran bagi pelatih yang memuat rencana

pengajaran modul serta perincian dari kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh

peserta dan pelatih.

Pada setiap sub pokok bahasan agar diproses dalam periode waktu yang berurutan,

karena setiap sub pokok bahasan saling mengkait dan merupakan satu satuan yang utuh.

Materi dari setiap sub pokok bahasan dapat diperkaya atau dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan yang sedang dan atau yang akan terjadi. Pada penyajian

pelatih, agar memanfaatkan semaksimal mungkin pertukaran pendapat baik diantara

peserta sendiri maupun antara peserta dan pelatih. Dalam penggunaan media belajar,

pelatih minimal menggunakan alat bantu mengajar seperti white board, spidol, power

point, kertas koran, dan memberikan illustrasi sesuai tugas yang akan dilakukan.

Penggunaan modul ini ditekankan pada metode berlatih-melatih, seperti : uraian,

penugasan, praktek, diskusi dan selanjutnya peserta mempresentasikan hasil kerjanya.

Terkait dengan program, proses, hasil, dan umpan balik dalam pelatihan baik yang

berkenaan dengan merumuskan tujuan, merancang kegiatan belajar dalam pelaksanaan

pelatihan, maka pada modul Menyusun Formulasi Pakan ini dilengkapi evaluasi awal

dan evaluasi akhir

5
Evaluasi awal dilakukan sebelum dimulainya pemberian materi kepada peserta untuk

mengetahui tingkat pengetahuan dan kemampuan peserta, dan selanjutnya digunakan

dalam menentukan strategi dan langkah-langkah dalam pelaksanaan proses

pembelajaran

Evaluasi akhir dilaksanakan setelah semua materi pelatihan selesai diberikan. Hasil

evaluasi akhir dengan evaluasi awal dibandingkan, hal ini untuk mengetahui bahwa

proses pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran atau tidak, dengan demikian

evaluasi awal dan akhir sebagai fungsi umpan balik perencanaan proses belajar

6
III. KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Judul Pokok Bahasan : Menentukan kebutuhan nutrisi ternak.

1. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :


Setelah selesai berlatih peserta dapat menentukan kebutuhan nutrisi ternak sapi
berdasarkan umur, berat badan dan tingkat produksi dengan benar.

2. Sub Pokok Bahasan :


- Menentukan kebutuhan nutrisi ternak berdasarkan umur, berat badan dan tingkat
produksi.

3. Waktu : 2 x 45 menit.

4. Langkah Kerja :

No. Langkah Kerja Melatih Metode Alat dan Bahan Waktu


1. Climate Setting Tanya jawab Papan tulis, Spidol 10’
2. Tugaskan peserta untuk Penugasan tertulis Lembar evaluasi 15’
mengerjakan evaluasi awal awal
3. Menjelaskan Tujuan Pembela- Tanya jawab Tayangan T1 dan 5’
jaran (TPU dan TPK) T2
4. Menjelaskan secara umum Uraian/Penjelasan Tayangan T3, T4 45’
tentang : Tanya jawab dan T5
- Kebutuhan nutrisi ternak Diskusi Kertas Koran dan
berdasarkan umur, berat badan Spidol
dan tingkat produksi
- Konsep pakan berimbang
- Memberi kesempatan kepada
peserta untuk mendiskusikan
topik-topik di atas.
5. Menyimpulkan hasil diskusi - - 10’
peserta
6. Menutup proses belajar Ucapan terima ksh - 5’

7
B. Judul Pokok Bahasan : Macam-macam bahan pakan ternak dan kandungan
nutrisinya.

1. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah selesai berlatih peserta dapat menetapkan bahan pakan dalam penyusunan
ransum ternak berdasarkan jenis, klasifikasi dan nilai nutrisinya dengan benar.

2. Sub Pokok Bahasan :


- Menetapkan bahan pakan dalam penyusunan ransum ternak berdasarkan jenis,
klasifikasi dan nilai nutrisinya.

3. Waktu : 3 x 45 menit.

4. Langkah Kerja :

No. Langkah Kerja Melatih Metode Alat dan Bahan Waktu


1. Climate Setting Tanya jawab Papan tulis 10’
Spidol
2. Tugaskan peserta untuk Penugasan tertulis Lembar evaluasi 15’
mengerjakan evaluasi awal awal
3. Menjelaskan Tujuan Pembela- Tanya jawab Tayangan T6 5’
jaran Khusus (TPK)
4. Menjelaskan secara umum Uraian/Penjelasan Tayangan T7, T8 90’
tentang : Tanya jawab dan T9
- Penggolongan pakan ternak, Diskusi Kertas Koran dan
dan klasifikasi bahan pakan Spidol
menurut sumber, bentuk dan
kandungan nutrisinya.
- Memberi kesempatan kepada
peserta untuk mendiskusikan
topik-topik di atas.
5. Menyimpulkan hasil diskusi - - 10’
peserta
6. Menutup proses belajar Ucapan terima ksh - 5’

8
C. Judul Pokok Bahasan : Membuat Formulasi Ransum Ternak.

1. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah selesai berlatih peserta dapat menyusun ransum komplit dan ransum
suplementasi sesuai kebutuhan ternak dengan teknik yang benar.

2. Sub Pokok Bahasan :


- Teknik menyusun ransum suplementasi
- Teknik menyusun ransum komplit

3. Waktu : 6 x 45 menit.

4. Langkah Kerja :

No. Langkah Kerja Melatih Metode Alat dan Bahan Waktu


1. Climate Setting Tanya jawab Papan tulis, spidol 10’
2. Tugaskan peserta untuk Penugasan tertulis Lembar evaluasi 15’
mengerjakan evaluasi awal awal
3. Jelaskan Tujuan Pembelajaran Tanya jawab Tayangan T10 5’
Khusus (TPK)
4. Jelaskan secara umum tentang : Uraian/Penjelasan Tayangan T11, 225’
- Pengertian ransum, ransum Tanya jawab T12, T13, T14,
seimbang, bahan pakan dan zat Diskusi T15 dan T16
nutrien. Praktek Kertas Koran dan
- Langkah-langkah dalam Spidol
penyusunan ransum komplit
dan ransum suplementasi
- Memberi kesempatan kepada
peserta untuk mendiskusikan
topik-topik di atas.
- Buat formulasi ransum ternak
(ransum komplit dan ransum
suplementasi)
5. Menyimpulkan hasil diskusi - - 10’
peserta
6. Menutup proses belajar Ucapan terima ksh - 5’

9
D. Judul Pokok Bahasan : Strategi pemberian pakan pada ternak.

1. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah selesai berlatih peserta dapat menentukan teknik pemberian ransum pada
ternak yang memberikan tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik
ransum yang lebih tinggi.

2. Sub Pokok Bahasan :


- Menentukan strategi pemberian pakan pada ternak yang memberikan tingkat
kecernaan yang tinggi.

3. Waktu : 2 x 45 menit.

4. Langkah Kerja :

No. Langkah Kerja Melatih Metode Alat dan Bahan Waktu


1. Climate Setting Tanya jawab Papan tulis, spidol 10’
2. Tugaskan peserta untuk Penugasan tertulis Lembar evaluasi 15’
mengerjakan evaluasi awal awal
3. Jelaskan Tujuan Pembelajaran Tanya jawab Tayangan T17 5’
Khusus (TPK)
4. Jelaskan secara umum tentang : Uraian/Penjelasan Tayangan T18 45’
- Teknik pemberian ransum pada Diskusi Kertas Koran dan
ternak yang memberikan Praktek Spidol
tingkat kecernaan yang tinggi. Ransum sapi
- Memberi kesempatan kepada
peserta untuk mendiskusikan
topik di atas.
5. Menyimpulkan hasil diskusi - - 10’
peserta
6. Menutup proses belajar Ucapan terima ksh - 5’

10
IV. LEMBAR INFORMASI

LEMBAR INFORMASI I.

KEBUTUHAN NUTRISI SAPI JANTAN BERDASARKAN


UMUR, BERAT BADAN DAN TINGKAT PRODUKSI

Ransum merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan ternak.

Keberhasilan maupun kegagalan usaha peternakan sapi potong banyak ditentukan oleh

pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan kepada ternak peliharaan umumnya sesuai

dengan kemampuan peternak, bukan sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Pasokan

pakan berkualitas rendah merupakan hal yang biasa, yang apabila terjadi secara terus-

menerus dalam waktu yang cukup lama akan berpengaruh negatif terhadap

produktivitas.

Ransum yang seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak merupakan syarat mutlak

dihasilkannya produktivitas yang optimal. Penyusunan ransum tidak boleh merugikan

peternak, misalnya peningkatan berat badan yang tidak dapat memenuhi target, salah

pemberian pakan karena terlalu banyak dalam memperkirakan kandungan nutrien

pakan, ataupun karena adanya zat anti nutrisi.

Bahan pakan harus dapat menyediakan nutrien yang diperlukan sebagai komponen

pembangun serta pengganti sel-sel tubuh yang rusak serta menciptakan hasil

produksinya. Kebutuhan zat-zat nutrisi bagi ternak sapi dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain : tingkat pertumbuhan, ukuran tubuh ternak, lingkungan, jenis ternak,

ketidakserasian pakan dan kekurangan nutrien. Kebutuhan zat nutrien ini dinyatakan

dengan kandungan energi, protein, vitamin dan mineral.

Semua zat nutrien dibutuhkan dalam proporsi yang seimbang satu sama lain. Oleh

karenanya, tidak ekonomis bila memberikan sesuatu zat pakan dalam jumlah yang

berlebihan dibanding dengan zat pakan lainnya.

11
Setelah mengetahui hal-hal tersebut barulah ditentukan jenis bahan-bahan pakan yang

tersedia atau yang dapat disediakan dan komposisi zat-zat gizi dari bahan-bahan pakan

yang tersedia itu.

Pakan (feed) adalah zat yang ada di alam dan dikonsumsi oleh hewan untuk

kepentingan tubuhnya yang berupa bahan pakan. Umumnya bahan pakan ternak terdiri

dari 2 (dua) macam, yaitu pakan berserat (roughages) dan pakan penguat (konsentrat).

Yang termasuk dalam kelompok bahan pakan berserat adalah hijauan (rumput alam,

rumput budidaya, leguminosa, dan tanaman lain) serta limbah pertanian (jerami padi,

daun/jerami jagung, pucuk tebu, jerami kacang tanah, dan lain-lain). Bahan pakan

konsentrat terdiri dari biji-bijian, umbi-umbian, bahan pakan asal hewan, dan limbah

industri pertanian. Untuk melengkapi kebutuhan ternak, biasanya diberi bahan pakan

tambahan (feed additive), berupa vitamin, mineral, antibiatik, hormon, dan lain-lain.

Sapi-sapi yang digemukkan dengan hanya memberikan hijauan saja tanpa adanya

penambahan pakan lain berupa konsentrat tidak mungkin mencapai pertambahan bobot

badan yang tinggi. Pertambahan bobot badan yang maksimal akan dapat dicapai apabila

ransum yang diberikan terdiri dari hijauan berupa campuran rumput-rumputan dan daun

leguminosa dengan tambahan konsentrat.

Dalam memilih bahan pakan ternak, perlu diperhatikan nilai gizi (nilai nutrisi)

bahan pakan tersebut. Nilai gizi adalah zat-zat kimia yang terdapat dalam pakan yang

berguna untuk kelangsungan hidup ternak, meliputi energi, protein, mineral, vitamin

dan air. Nutrisi tersebut dibutuhkan oleh ternak untuk menjaga metabolisme basal dan

produksi. Produksi pada ternak yang digemukan adalah dalam bentuk pertumbuhan

dan atau pertambahan berat badan.

Diantara zat nutrisi tersebut, energi dan protein dibutuhkan dalam kuantitas yang besar

dan menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan ransum. Namun demikian, ternak

12
membutuhkan imbangan zat-zat nutrisi yang optimal karena defisiensi salah satu zat

nutrisi dapat menyebabkan ketidak optimalan dalam ekstraksi, penyerapan, dan

pemanfaatan nutrisi dari pakan.

Indonesia belum mempunyai standar kebutuhan gizi ternak sehingga formulasi

ransum selama ini menggunakan salah satu standar yang telah ada. Namun perlu

dikemukakan bahwa penggunaan standar yang telah ada itu belum tentu cocok dengan

kondisi Indonesia dan masih perlu untuk diteliti kesesuaiannya.

Akan tetapi apabila standar itu digunakan hanyalah sebagai dasar perkiraan saja dan

tidak merupakan ketentuan mutlak.

Salah satu contoh standar kebutuhan zat gizi yang banyak diadopsi adalah yang

dikeluarkan oleh Nutrients Requirement of Ruminants in Developing Countries, seperti

yang tercantum pada tabel 1. Namun demikian terdapat patokan yang mudah untuk

menghitung kebutuhan pakan, yaitu kebutuhan bahan kering (BK) pakan/ ekor/hari.

Tabel 1. Kebutuhan Zat Nutrien Sapi Jantan untuk Pertumbuhan dan


Penggemukan.

Bobot Kebutuhan Zat Nutrien


PBBH
Badan Protein kasar Energi/TDN C P Vit. A
(kg)
(kg) (gr) (kg) (gr) (gr) (1.000 IU)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

0,50 379 1,6 15 9 6


100 0,75 448 1,9 20 11 6
1,00 541 2,2 25 15 7
0,50 474 2,2 16 10 9
150 0,75 589 2,6 21 13 9
1,00 607 3,0 27 16 9
0,50 554 2,8 16 12 12
200 0,75 622 3,2 21 15 13
1,00 690 3,7 27 17 13
1,10 714 3,9 30 18 13

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

13
0,50 623 3,2 16 14 13
250 0,75 693 3,8 21 17 14
1,00 760 4,3 28 19 14
1,10 782 4,6 30 20 14
0,50 679 3,7 19 14 13
300 0,75 753 4,3 23 18 15
1,00 819 5,0 28 21 16
1,10 847 5,3 30 22 16
0,50 731 4,1 20 16 18
0,75 806 4,8 25 18 18
350 1,00 874 5,6 30 21 18
1,10 899 5,9 31 23 18
1,20 923 6,2 32 24 18
0,50 772 4,6 21 18 17
0,75 875 5,4 26 21 18
400 1,00 913 6,2 31 24 19
1,10 942 6,6 32 25 19
1,20 967 7,0 33 25 19
1,30 988 7,2 33 26 19
0,50 805 5,0 22 20 17
0,75 911 5,9 26 23 19
450 1,00 952 6,8 29 26 20
1,10 975 7,2 30 27 20
1,20 998 7,6 31 28 20
1,30 1.018 7,9 32 29 20

14
LEMBAR INFORMASI II.

MACAM-MACAM BAHAN PAKAN TERNAK


DAN KANDUNGAN NUTRISINYA

1. Menetapkan bahan pakan dalam penyusunan ransum ternak

Perlu dipahami bersama bahwa tidak ada strategi dan komposisi pakan terhebat

yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha peternakan sapi potong yang

tersebar di berbagai lokasi usaha. Yang terhebat adalah strategi untuk mengungkap

dan mengolah bahan pakan potensial setempat menjadi produk ekonomis yang

aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas.

Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan yaitu sekitar 60-70%, namun

demikian karena ketersediaan pakan hijauan sangat terbatas, maka pengembangan

peternakan dapat diintegrasikan dengan usaha pertanian sebagai strategi dalam

penyediaan pakan ternak melalui optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian dan

limbah agroindustri pertanian.

Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang besar

sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Limbah yang memiliki nilai nutrisi tinggi

digunakan sebagai pakan sumber energi atau protein, sedangkan limbah pertanian

yang memiliki nilai nutrisi rendah digolongkan sebagai pakan sumber serat.

Kendala dalam memanfaatkan bahan pakan lokal diantaranya tidak adanya

jaminan keseragaman mutu dan kontinuitas produksi. Disamping itu jumlah

produksi bahan pakan lokal pada umumnya berskala kecil dan lokasinya terpencar.

Pakan lokal selalu dikaitkan dengan harga yang murah. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan pakan diantaranya : ketersediaan bahan, kadar gizi,

harga, kemungkinan adanya faktor pembatas seperti zat racun atau anti nutrisi serta

perlu tidaknya bahan tersebut diolah sebelum digunakan sebagai pakan ternak.

15
Pakan sumber serat (hijauan), seperti rumput alam, rumput budidaya, leguminosa, dan

tanaman lain, serta limbah pertanian (jerami padi, daun/jerami jagung, pucuk tebu,

jerami kacang tanah, dan lain-lain) dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan

kualitas , yakni :

a. Hijaun berkualitas rendah; Ditandai oleh kandungan PK < 4 %,

energi (TDN) < 40 % dan sedikit mengandung vitamin.

Contoh : Jerami padi, jerami daun jagung dan pucuk tebu.

b. Hijauan berkualitas sedang; Ditandai oleh kandungan PK 5 – 10 %,

energi (TDN) 40-50 %, dan kandungan Ca sekitar 0,3 %. Contoh : rumput alam

segar dan rumput unggul (RR, RG, setaria dll).

c. Hijauan berkualitas tinggi; Ditandai oleh kandungan PK > 10 %,

energi (TDN) >50 %, Ca > 1 % dan kaya vit.A. Contohnya : Leguminosa dan

Umbi-umbian.

2. Kandungan nutrisi bahan pakan

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi

ternak tidak akan banyak berguna jika tidak diikuti oleh ketersediaan informasi

yang akurat tentang nilai nutrisi bahan pakan yang akan digunakan dalam

menyusun ransum. Oleh karena itu harus juga ada usaha dalam membangun tabel

nilai nutrisi bahan pakan. Tabel bahan pakan berisikan informasi tentang : kandung

an bahan kering, bahan organik dan substansi kimia pakan (Nilai energi pakan,

Nilai Protein Pakan, Kandungan Mineral dan Vitamin). Informasi yang terpenting

adalah nilai energi dan protein pakan karena dibutuhkan oleh ternak dalam kuantitas

terbesar dan sistem evaluasi pakan dibangun berdasarkan kedua nutrien tersebut.

Hasil analisa kimia beberapa bahan pakan ternak ruminansia, seperti tercantum

pada tabel 4.

16
Tabel 4 : Hasil analisa kimia beberapa bahan pakan ternak.

Persentase dari Bahan Kering


Bahan
Protein Serat Lemak Beta-N Energi/
Bahan Pakan Kering
kasar Kasar Kasar TDN
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
BAHAN KONSENTRAT
Dedak padi kasar 87,5 13,8 8,4 9,4 54,3 55
Dedak padi halus 89,6 15,9 8,5 9,1 56,7 67
Polard 88,4 17,0 8,8 5,1 45,0 70
Tepung jagung 89,1 10,8 3,1 4,7 78,9 90
kuning
Tepung gaplek 85,2 2,3 2,8 0,2 78,7 78
Tepung ikan 89,7 49,0 5,7 4,7 35,5 59
Tepung terigu 88,2 11,6 1,4 2,8 74,9 -
Ampas tahu 26,2 23,7 23,6 10,1 39,0 79
Ampas kecap 26,6 23,5 16,0 24,2 22,1 87
Bulgur 90,7 12,9 1,5 1,4 68,5 -
Bungkil Kelapa 87,9 21,2 13,1 17,3 41,1 81
Bungkil kelapa 88,6 16,5 15,6 2,5 41,2 70
sawit
Bungkil kacang 80,6 33,7 11,5 13,8 41,9 81
tanah
Tepung biji kapuk 91,0 32,7 16,8 1,7 25,3 74
Tepung darah 89,2 80,3 5,1 0,8 6,0 -
Bungkil kedelai 88,6 41,3 8,6 15,0 21,9 83,2
Tetes/molase 87,5 3,1 - - 85,6 70,7
Onggok 88,7 1,8 11,0 0,2 74,1 85
Dedak jagung 84,8 8,5 1,5 9,0 63,8 82
Ampas sagu 80,4 1,2 10,8 1,0 83,5 -
Bungkil gaplek 88,6 23,5 33,9 8,6 15,8 -
Tepung biji kapas 86,0 36,0 12,0 1,6 28,7 -
Kulit buah kakao 88,9 14,6 33,0 11,8 34,9 47
Kecipir 92,7 39,0 7,3 17,8 31,5 -
Bungkil wijen 92,9 42,8 7,0 10,3 26,9 77,3
Singkong 32,3 3,3 4,2 3,3 87,7 81,8
Ubi jalar 32,0 3,2 3,5 1,4 89,3 83,9
HIJAUAN PAKAN TERNAK
Rumput lapangan 21,8 6,7 34,2 1,8 44,2 56,2
Rumput serawit 17,9 11,3 23,8 4,8 42,5 -
Rumput kampai 31,0 11,5 33,7 2,2 45,7 -
Rumput molases 17,2 8,7 33,9 2,1 43,9 53,0
Rumput gajah 21,0 9,6 32,7 1,9 45,2 52,4
Rumput raja 22,4 13,5 34,1 3,5 30,3 57,0
Rumput setaria 24,0 12,7 35,0 2,0 40,8 54,0

17
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Andropogon 22,1 13,2 34,2 2,1 40,5 52,0
nonodosus
Brachiaria 24,9 13,5 30,6 1,9 45,6 54,3
brizantha
Brachiaria 27,0 11,4 27,0 2,1 48,7 61,7
decumbens
Napalensis grass 28,5 7,3 36,3 1,6 47,8 -
Panicum 29,7 12,8 30,8 1,6 43,9 53,6
maximum
Panicum repens 20,4 15,9 32,7 1,6 41,3 -
Panicum 22,2 13,5 35,1 2,0 39,1 -
coloratum
Panicum muticum 29,6 12,0 33,6 1,9 40,7 -
Digiratia 23,4 13,6 33,2 1,6 47,8 55,2
decumbens
Axonopus 26,8 8,2 29,3 1,8 50,1 -
compressus
Cenchrus ciliaris 5,25 7,4 36,9 2,5 41,5 -
Chloris gayana 25,8 6,8 38,2 1,7 43,7 50,1
Cynodon dactylon 30,6 10,2 29,3 2,3 46,9 57,4
Star grass 27,1 10,7 33,5 2,0 45,1 -
Centrosema 24,1 16,8 33,2 4,0 36,5 -
pubescens
Stylosanthes spp. 21,4 15,6 31,8 2,1 41,6 -
Daun jagung 21,0 9,9 27,4 1,8 50,7 -
Daun kacang 22,6 16,7 27,7 3,7 41,8 -
kedelai
Daun kacang 22,8 13,8 25,2 4,9 46,9 -
tanah
Daun kol luar 9,9 21,5 12,9 3,3 50,0 -
Daun lamtoro 24,8 24,2 21,5 3,7 43,1 -
Pucuk tebu 25,5 5,2 2,0 34,4 50,2 -
Daun turi 28,3 29,2 17,1 3,4 40,1 -
Daun singkong 21,6 24,1 4,7 22,1 37,0 61,8
Daun pisang 23,3 16,6 23,0 5,2 43,4 73,5
Jerami padi 87,5 4,2 32,5 1,5 45,0 43,2
Kudzu 32,7 15,1 40,9 1,9 33,6 58,3
Desmodium 24,6 16,7 29,9 2,4 42,8 -
uncinatum
Batang pisang 7,5 5,9 26,8 2,2 46,9 -

18
LEMBAR INFORMASI III.

MEMBUAT FORMULASI RANSUM SAPI POTONG

Keakuratan dalam menyusun ransum merupakan aspek vital dalam bisnis ternak

potong. Hal ini karena tampilan produksi (Productive performance) ternak yang

digemukan akan sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas serta imbangan asupan

nutrisi oleh ternak. Dari segi nilai in-put ekonomi, biaya pakan (feed cost) mendominasi

total in-put proses penggemukan, dapat mencapai 60-70% dari keseluruhan biaya

produksi. Pada industri penggemukan yang modern dengan pakan padat energi, feed

cost dapat mencapai nilai 70% dari total in-put.

Berbeda dengan anggapan banyak orang, bahwa menyusun ransum adalah hal

sepele yang hanya melibatkan perhitungan sederhana. Padahal sebaliknya, menyusun

ransum membutuhkan informasi dan pertimbangan kompleks. Informasi yang

dibutuhkan adalah :

a. Kebutuhan nutrisi ternak sesuai target produksi yang diinginkan

b. Ketersediaan bahan pakan termasuk jenis, klasifikasi, fluktuasi ketersediaan serta

nilai nutrisi masing-masing bahan pakan.

c. Jenis ransum yang disusun baik berupa ransum suplementasi dan ransum komplit

d. Nilai ekonomis ransum yang akan disusun yang tergantung pada harga bahan pakan

dan performance ternak.

Dalam penyusunan ransum, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah

konsumsi bahan kering dan kebutuhan nutrisi yang meliputi energi, protein, vitamin,

dan mineral. Konsumsi bahan kering oleh ternak tergantung pada faktor ternak, pakan,

dan lingkungan.

19
Kebutuhan protein untuk setiap jenis ternak dan tampilan yang diharapkan harus

diketahui. Energi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup dan produksi.

Energi dapat dipenuhi dari karbohidrat, lemak dan protein.

Mineral yang perlu diperhitungkan adalah kalsium (Ca) dan fosfor (P). Kalsium

diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan proses-proses enzimatis di dalam tubuh

ternak. Fosfor merupakan mineral esensial (harus terdapat di dalam ransum).

Perbandingan Ca : P sangat penting di dalam ransum, sedapat mungkin dijaga pada

rasio 1,5 : 1. Untuk menghindari terjadinya defisiensi mikro-mineral, dianjurkan untuk

memberikan tambahan garam bermineral pada ransum ternak.

Vitamin yang paling harus diperhatikan dalam penyusunan ransum sapi adalah vitamin

A. Suplementasi vitamin A bisa jadi sangat penting pada ternak ruminansia yang

digembalakan pada musim kemarau yang panjang.

Berikut akan dijelaskan teknik menyusun ransum menurut jenis ransum yang akan

diberikan kepada ternak pada berbagai situasi.

A. Teknik Menyusun Ransum Suplementasi

Jenis ransum seperti ini digunakan pada situasi dimana peternak hanya

mempunyai satu bahan pakan basal (misalnya rumput) sebagai satu-satunya

makanan ternaknya. Berdasarkan pengetahuan kita, pakan demikian mengalami

defisiensi satu atau lebih nutrisi sehingga pakan tersebut tidak dapat diekstrak dan

dimanfaatkan secara optimal oleh ternak. Sebagai contoh, keterbatasan nitrogen

dalam rumput menyebabkan aktivitas dan pertumbuhan mikroba rumen kurang

optimal sehingga aktivitas fermentasi didalam rumen kurang optimal. Dampaknya

adalah ternak tidak dapat mencerna rumput tersebut dengan optimal dan dengan

demikian dikonsumsi dalam jumlah terbatas sehingga akhirnya tidak dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi ternak untuk produksi yang optimal. Pada kondisi

20
berbeda, peternak mungkin mempunyai pakan bernilai nutrisi tinggi seperti daun

lamtoro, dan akan memberikannya kepada ternak sepuasnya. Pada situasi ini,

ternak mampu mencerna nutrisi daun lamtoro secara baik, tetapi karena

keterbatasan asupan energi mengakibatkan ternak tidak dapat mengoptimalkan

pemanfaatan kelimpahan protein tersebut untuk produksi. Pada kedua kasus

tersebut, nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan tersebut tidak dapat

digunakan secara optimal baik karena kekurangan atau kelebihan nutrisi tertentu.

Dengan demikian kita perlu mengetahui zat-zat nutrisi yang kekurangan (defisiensi)

atau kelebihan yang menjadi kendala pemanfaatan nutrisi dari pakan yang

diberikan. Selanjutnya kita dituntut menyusun ransum suplemen yang terdiri dari

satu bahan pakan tertentu atau lebih yang mampu menutupi defisiensi tersebut.

Untuk itu dalam menyusun ransum suplementasi diperlukan beberapa informasi

antara lain:

a. Kandungan energi dan protein pakan basal yang dimiliki dan kuantitas defisiensi

nutrisinya

b. Kandungan energi dan protein pakan suplemen yang dimungkinkan

diperoleh dengan harga ekonomis

c. Harga dan ketersediaan bahan suplemen

d. Nilai ekonomis pertambahan performance relatif terhadap tambahan

biaya suplementasi.

B. Teknik Menyusun Ransum Komplit

Jenis ransum seperti ini terdiri dari campuran bahan pakan yang telah diketahui

nilai nutrisinya dengan proporsi masing-masing yang disusun berdasarkan

kebutuhan nutrisi ternak. Ransum komplit diasumsikan mempunyai proporsi yang

sama walaupun dikonsumsi dalam kuantitas yang berbeda. Asumsi ini hanya

21
berlaku jika ternak tidak mampu memilih salah satu jenis makanan yang digunakan

dalam menyusun ransum atau diberikan dalam jumlah terbatas sehingga pakan

habis termakan.

Untuk menyusun ransum komplit, langkah-langkah berikut dapat diikuti :

1. Menentukan perkiraan berat badan awal sapi yang akan digemukkan

2. Menetapkan target berat badan akhir sapi setelah digemukkan

3. Menetapkan target pertambahan berat badan harian

5. Menetapkan lama waktu penggemukkan

6. Menghitung kebutuhan energi dan protein ternak

7. Menetapkan bahan pakan yang akan digunakan dalam menyusun ransum

8. Merujuk pada tabel kandungan nutrisi bahan pakan yang akurat dan harga

pasaran

9. Menyusun formula ransum

10. Menyiapkan bahan

11. Meramu ransum

Langkah 1 – 5 dibutuhkan dalam rangka mengestimasi kebutuhan nutrisi (energi

dan protein) ternak yang digemukkan. Kebutuhan ternak tergantung dari berat

badan dan target pertambahan berat badan.

Seperti telah diuraikan di atas, sebelum memformulasi ransum, kemampuan

sapi untuk mengonsumsi ransum perlu diketahui terlebih dahulu. Kemampuan sapi

ataupun ternak lainnya dalam mengonsumsi ransum adalah terbatas. Keterbatasan

ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor ternak itu sendiri (umur/berat

badan, kesehatan ternak, tingkat produksi), faktor makanan (keadaan ransum,

palatabilitas), faktor luar seperti (suhu udara, kelembaban, kepadatan kandang, dan

22
sebagainya). Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi maka tidak mungkin

mendapatkan angka yang tepat dan akurat untuk menentukan kemampuan sapi

maupun ternak ruminansia lainnya dalam mengonsumsi ransum. Namun demikian,

telah ada penelitian-penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan kemampuan sapi

dalam mengonsumsi ransum.

Salah satu dari hasil penelitian itu adalah yang dikemukakan oleh MC Cullough

(1973) seperti pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Perkiraan kemampuan sapi dalam mengonsumsi bahan


kering ransum.

Kemampuan Mengonsumsi BK
Kisaran Bobot Badan (Kg)
Ransum (% dr BB)

50 - 100 3,0

100 – 150 3,5

150 – 200 4,0

200 – 250 3,5

250 – 300 3,0

300 – 350 2,8

350 – 400 2,6

400 – 450 2,4

450 – 500 2,2

Kemampuan sapi dalam mengonsumsi ransum diukur dalam bentuk bahan

kering. Dari uraian di atas terlihat bahwa semakin tinggi bobot badan sapi akan

semakin menurun kemampuannya mengonsumsi bahan kering ransum. Namun

perlu pula diketahui bahwa sapi pada umur masih muda sekali, juga mempunyai

23
keterbatasan dalam mengonsumsi bahan kering ransum apalagi ransum itu

merupakan bahan-bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi.

Tabel di atas berlaku pada ransum yang diformulasi dari bahan-bahan pakan yang

berkualitas sedang dan tidak begitu tepat pada ransum yang diformulasi dari bahan-

bahan pakan yang berkualitas rendah seperti jerami padi, pucuk tebu dan

semacamnya.

Contoh:

Seekor sapi jantan yang akan digemukkan mempunyai bobot badan 240 Kg dan

akan mampu mencapai pertambahan bobot badan 0,75 Kg/hr. Bahan pakan yang

tersedia untuk diformulasi menjadi ransum adalah sebagai berikut:

a. Rumput lapangan dengan kandungan bahan kering 21,8 %, protein kasar 6,7

% dan energi/TDN 56,2 % dari bahan kering

b. Rumput King Grass dengan kandungan bahan kering 22,4 %, protein kasar

13,5% dan energi/TDN 57,0 % dari bahan kering

c. Dedak padi dengan kandungan bahan kering 87,5 %, protein kasar 13,8 %,

dan energi/TDN 50 % dari bahan kering

d. Mineral yang terdiri dari garam dapur dan kapur (Ca CO3) dengan pemberian

masing-masing sebanyak 100 gr per hari (dicampur dalam dedak halus yang

diberikan)

Formulasi

Rumput Lapangan dan Rumput King Grass termasuk hijauan yang berkualitas

sedang sehingga komponennya dalam ransum adalah 60 %.

a. Kemampuan sapi untuk mengonsumsi bahan kering ransum adalah :

240 x 3,5/100 x 1 Kg = 8,4 Kg/hr

24
b. Komposisi hijauan dalam ransum yang terdiri dari Rumput Lapangan (R. L) dan

Rumput King Grass (R. K) adalah 60/100 x 8,4 Kg = 5,04 Kg bahan kering.

c. Komposisi Dedak dalam ransum adalah 40/100 x 8,4 kg = 3,36 kg bahan kering,

atau 100/87,5 x 3,36 kg = 3,84 kg dalam berat kering.

d. Energi/TDN yang terdapat dalam Dedak Padi adalah 50/100 x 3,36 x 1 kg =

1,68 kg.

Kebutuhan Energi/TDN sapi jantan dengan bobot badan 250 Kg dan pertambahan

bobot badan 0,75 Kg/hr adalah 3,8 Kg. Energi/TDN yang harus dipasok dari

campuran Rumput Lapangan dan Rumput King grass adalah 3,8 kg – 1,68 kg = 2,12

kg. Kandungan energi/TDN dalam campuran Rumput Lapangan dan Rumput King

grass = 2,12/5,04 x 100% = 42,06 % dari bahan kering.

Selanjutnya digunakan metoda bujur sangkar dalam membuat formulasi lebih

lanjut.

R.L. 56,2 14.94

42,06

R.K. 57,0 14,14

29,08

a. R.L = x 100 % = 51,38 % bahan kering (BK)

b. R.K = x 100 % = 48,62 % bahan kering (BK)

25
c. Komposisi R. L dalam ransum = x 5,04 kg = 2,59 kg dlm

bhn kering

atau = x 2,59 kg = 11,88 kg dlm bentuk

segar

d. Komposisi R. K dalam ransum = x 5,04 kg = 2,45 kg dlm

bhn kering

atau = x 2,45 kg = 10,94 kg dlm bentuk

segar

Dengan demikian formulasi ransum yang dibutuhkan sapi jantan tersebut adalah:

a. R.L : 11,88 Kg

b. R.K : 10,94 Kg

c. Dedak Padi : 3,84 Kg

d. Garam Dapur : 100 gr diaduk homogen sebelum diberikan

e. Kapur : 100 gr

Formulasi ransum di atas perlu dicek untuk mengetahui apakah kandungan zat

gizinya sudah memenuhi kebutuhan dari sapi yang akan digemukkan atau belum,

terutama kandungan protein dan energinya.

Kebutuhan zat gizi bagi sapi yang akan digemukkan dengan bobot badan 240 Kg

dan pertambahan bobot badan 0,75 Kg/hr berdasarkan standar kebutuhan zat gizi

pada tabel 1 adalah 693 gr protein/hari dan 3,8 Kg energi/TDN.

Protein kasar dalam R. L. = 2,59 kg x x 1Kg = 0,174 kg = 174

gr

26
Protein kasar dalam R. K. = 2,45 kg x x 1Kg = 0,331 kg =

331gr

Protein kasar dalam Dedak Padi = 3,36 kg x x 1Kg = 0,464 kg = 464

gr

Jumlah = 969 gr

Energi/TDN dalam R.L = 2,59 kg x x 1Kg = 1,46 kg

Energi/TDN dalam R.K = 2,45 kg x x 1Kg = 1,40 kg

Energi/TDN Dedak Padi = 3,36 kg x x 1Kg = 1,68 kg

Jumlah = 4,54 kg

Ternyata formula ransum di atas bukan saja telah memenuhi kebutuhan zat gizi

sapi yang akan digemukkan itu, tetapi malah sudah berlebih. Kelebihan itu terjadi

karena kemampuan mengonsumsi bahan kering dari sapi itu diperhitungkan secara

maksimal. Kelebihan itu tidak akan merupakan masalah bagi sapi yang

bersangkutan, yang dikhawatirkan justru bila kekurangan karena pertambahan

bobot badan sapi yang diharapkan tidak akan tercapai.

27
LEMBAR INFORMASI IV.

MENENTUKAN STRATEGI PEMBERIAN PAKAN PADA TERNAK

Sapi yang akan digemukkan dan memperoleh ransum yang terdiri dari hijauan dan

konsentrat harus diatur pemberiannya agar tercapai hasil yang memuaskan. Pemberian

konsentrat dan hijauan diatur dalam suatu teknik yang memberikan tingkat kecernaan

ransum yang lebih tinggi, sebab pemberian hijauan yang hampir bersamaan waktunya

dengan pemberian konsentrat akan berakibat pada penurunan kecernaan bahan kering

dan bahan organik ransum.

Teknik pemberian ransum yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan

yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak waktu

antara pemberian hijauan dan konsentrat.

Ransum hendaknya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya,

melainkan dibagi menjadi beberapa bagian.

Pada pagi hari (misalnya pukul 07.00), sebaiknya sapi diberi sedikit hijauan untuk

merangsang keluarnya saliva ( air ludah). Saliva ini berfungsi sebagai larutan buffer

(penyangga) di dalam rumen sehingga pH rumen tidak mudah naik maupun turun pada

saat sapi diberi konsentrat. Pemberian konsentrat dengan kandungan karbohidrat tinggi

akan mudah terfermentasi sehingga menghasilkan asam lemak mudah terbang yang

berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian konsentrat yang banyak

28
mengandung protein terdegradasi akan menghasilkan NH3 yang berpotensi meningkat-

kan pH rumen. Kondisi peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan

berbahaya bagi kesehatan ternaknya.

Setelah mengonsumsi sedikit rumput, sapi tersebut diberi setengah jatah konsentrat.

Misalnya, apabila jatah konsentrat yang harus diberikan 6 kg maka pada pagi hari

diberikan konsentrat sebanyak 3 kg. Dua jam kemudian, hijauan diberikan lagi.

Pada sore hari (sekitar pukul 15.00) konsentrat bagian kedua diberikan. Selanjutnya

pada pukul 17.00, hijauan diberikan lagi.

Ternak yang tidak biasa diberikan konsentrat seringkali tidak mau memakannya.

Oleh karena itu, harus dilatih terlebih dahulu. Biasanya setelah satu minggu ternak akan

terbiasa untuk makan konsentrat. Apabila ternak mendapat konsentrat yang kering,

hendaknya diberi/disediakan air minum secara ad-libitum.

29
V. KESIMPULAN

Pemberian ransum yang disusun dengan akurat akan meningkatkan produksi

ternak dan keuntungan ekonomis. Penyusunan ransum yang akurat tergantung pada

akurasi dalam memprediksi kebutuhan nutrisi ternak dan ketersediaan data tentang

kandungan nutrisi bahan pakan.

VI. PENUTUP

Sangatlah Disadari bahwa materi praktis ini tidaklah dimaksudkan untuk

menggurui rekan-rekan penyuluh dalam mengemban tugas di lapangan untuk

memajukan pembangunan peternakan yang menjadi concern kita semua dalam rangka

mewujudkan peternakan yang berbasis agribisnis. Terima kasih untuk kita semua yang

telah berbuat nyata di lapangan dengan cara kita masing-masing. Semoga bermanfaat !

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Abidin, Z., 2002. Penggemukan Sapi Potong. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

2. Anonim, 2007. Ransum Seimbang, Strategi Pakan pada Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Deptan.

3. Anonim, 2007. Teknologi Inovasi ”Pakan Murah” untuk usaha Pembibitan Sapi
Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Deptan.

4. Fikar, S. Dan Dadi Ruhyadi, 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Potong.
AgroMedia Pustaka, Jakarta.

5. Guntoro S., 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius.

6. Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit
Universitas Indonesia.

7. Rianto, E. dan Endang Purbowati, 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar
Swadaya, Jakarta.

8. Sudarmono, A. S. dan Y. Bambang Sugeng, 2009. Sapi Potong. Penebar Swadaya,


Jakarta.

9. Siregar, S. B., 1996. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

31
EVALUASI AWAL

Untuk membantu mengetahui pengetahuan awal Anda sebelum mengikuti


proses belajar mengajar, silahkan mengerjakan evaluasi berikut ini.

Evaluasi ini untuk mengukur tingkat keberhasilan proses belajar


mengajar yang telah dilakukan, dengan demikian kerjakan dengan
sejujur-jujurnya.

1. Apa yang dimaksud dengan “Ransum” ?


……………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
…..
2. Apa yang dimaksud dengan pakan berimbang?
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
3. Berdasarkan kondisi fisiologis dan sistem pencernaan makanannya, sapi
digolongkan sebagai ternak ruminansia karena pencernaan makanannya bersifat
khas, yakni terdapat tiga proses pencernaan yang jarang dijumpai pada hewan lain.
Sebutkan ketiga proses pencernaan tsb !
……………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
…..
………………………………………………………………………………………..
4. Dalam memilih bahan pakan untuk sapi potong, perlu diperhatikan nilai gizi (nilai
nutrisi) bahan pakan tsb. Coba saudara kelompokan hijauan pakan ternak
berdasarkan kualitasnya.
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
5. Coba saudara sebutkan langkah-langkah dalam penyusunan ransum ternak
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..

32
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..

= SELAMAT BEKERJA =

EVALUASI AKHIR
Untuk membantu mengetahui peningkatan pengetahuan Anda setelah
mengikuti proses belajar mengajar, silahkan mengerjakan evaluasi
berikut ini

Evaluasi ini untuk mengukur tingkat keberhasilan proses belajar


mengajar yang telah dilakukan, dengan demikian kerjakan dengan
sejujur-jujurnya.

1. Apa yang dimaksud dengan “Ransum” ?


……………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
…..
2. Apa yang dimaksud dengan pakan berimbang?
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
3. Berdasarkan kondisi fisiologis dan sistem pencernaan makanannya, sapi
digolongkan sebagai ternak ruminansia karena pencernaan makanannya bersifat
khas, yakni terdapat tiga proses pencernaan yang jarang dijumpai pada hewan lain.
Sebutkan ketiga proses pencernaan tsb !
……………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
…..
………………………………………………………………………………………..
6. Dalam memilih bahan pakan untuk sapi potong, perlu diperhatikan nilai gizi (nilai
nutrisi) bahan pakan tsb. Coba saudara kelompokan hijauan pakan ternak
berdasarkan kualitasnya.
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..

33
………………………………………………………………………………………..
4. Coba saudara sebutkan langkah-langkah dalam penyusunan ransum ternak
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..

= SELAMAT BEKERJA =

34

Anda mungkin juga menyukai