(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisisdan mengevaluasi tentang pengetahuan
faktual, konseptual, operasional dasar dan metakognitif sesuai dengan lingkup
kerja Agribisnis Ternak pada tingkat teknis, spesifik,detail dan kompleks
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional dan internasional.
KI 4 : Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat informasi dan prosedur
kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah sesuai dengan bidang
kerja Agribisnis Ternak. Menampilkan kinerja dibawah bimbingan dengan mutu
dan kualitas yang terukur sesuai dengan standard kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif dan solutif dalam ranah
abstrak, terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah serta
mampu melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerak
mahir, menjadikan gerak alami, dalam ranah kongkrit terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan
tugas spesifik dibawah pengawasan langsung
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan prinsipBiosecurity
4.1 Melakukan Biosecurity
C. IndikatorPencapaian Kompetensi:
Aspek Pengetahuan
3.1.1 Menjelaskan prinsip dan konsep biosecuritypada ternak
3.1.2 Menerapkan prosedur dan program biosecurity pada ternak
3.1.3 Menjelaskan perangkat biosecurity pada ternak
Aspek Ketrampilan
4.1.1 Menyiapkan penerapan biosecurity pada ternak
4.1.2 Melaksanakan prosedur dan prinsip biosecurity pada ternak
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan dengan penuh percaya diri, jujur dan
bertanggung jawab mampu :
Mengamati untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah tentang
Biosecurity
Mengumpulkan dan mendiskusikan data tentang Biosecurity
Mengeksplorasi / ekaperimen data tentangBiosecurity
Mengolah data tentang Biosecurity
Mengkomunikasikan dan meyimpulkan data tentang Biosecurity
E. Materi Pembelajaran
Biosecurity ternak
Program dan prosedur pelaksanaan biosecurity pada ternak
Perangkat biosecurity pada ternak
F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Model : Discovery Learning
Metode Pembelajaran : Tanya jawab, ceramah, diskusi, penugasan, tutorial, praktik
G. Kegiatan Pembelajaran,
Pertemuan ke 1-4
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Ketua kelas memimpin doa pada saat pembelajaran 15menit
akan dimulai
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik baik berbentuk kemampuan
proses maupun kemampuan produk serta manfaat
penguasan kompetensi bagi karir peserta didik
(Motivasi)
3. Memberikan Pre Tes
4. Peserta didik dibagi dalam 3 kelompok yang
5. beranggota 4-5 orang secara heterogen
Kegiatan Inti Mengamati (Stimulation, pemberian rangsangan) 90menit
Setiap kelompok peserta didikmembaca dan
memahami materi tentang “Biosecurity ternak”.
Setiap kelompok peserta didik meperhatikan/
menyimak tayangan video dan atau gambar tentang
“Program dan prosedur pelaksanaan
biosecurity pada ternak” yang ditayangkan
oleh guru
Setiap kelompok peserta didik melihat langsung ke
kandang unggas dan melakukan wawancara dengan
penanggung jawab kandang atau tenaga kerja
kandang tentang Perangkat biosecurity pada
ternak
Menanya (Pernyataan/identifikasi masalah) 90 menit
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
dan untuk meningkatkan pemahaman setiap
kelompok peserta didik tentang Biosecurity
ternak
a. Sikap Disiplin
Skor
No Aspek Pengamatan
1 2 3 4
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulkan tugas tepat waktu
3 Memakai seragam sesuai tata tertib
4 Mengerjakan tugas yang diberikan
5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran
Jumlah Skor
Keterangan:
4 = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
2 = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
1 = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
4. PenilaianPengetahuan
Kisi-Kisi dan Soal
Kompetensi Jenis
Indikator IndikatorSoal Soal
Dasar Soal
3.1 Mener 3.1.1 Menjelaskan Tertulis 1. Apa yang di maksud
apkan Menjelaska penerapkan Biosecurity ternak!
prinsip n prinsip prinsip
Biosec dan konsep Biosecurity 2. Sebutkan program
urity biosecurityp dalam dan prosedur
ada ternak agribisnis pelaksanaan
3.1.2 ternak biosecurity pada
Menerapka ternak
n prosedur
dan 3. Sebutkan jenis-jenis
program Biosecurty pada
biosecurity ternak!
pada
ternak 4. Apakah tujuan dari
3.1.3 pelaksanaan
Menjelaska Biosecurity!
n perangkat
biosecurity 5. Masalah apa yang
pada ternak akan terjadi apabla
tidak dilakukan
Biosecurity!
3.Ketrampilan
Skor
No Aspek Penilaian Ketrampilan
1 2 3 4
1 Melakukan analisis kandang ternak unggas sesuai dengan
persyaratannya.
2 Melakukan analisis tataletak bangunan kandang ternak sesuai
dengan jenis ternak yang dipelihara
3 Melakukan kegiatan desain tataletak kandang ternak sesuai
dengan ternak yang akan dipeliharan
4 Melakukan analisis tentang konstruksi bangunan kandang
ternak
5 Melakukan analisis kandang ternak berdasarkan bentuk/tipe
dan kebutuhan
6 Melakukan kegiatan menghitung kebutuhan kandang dan
peralatan
Jumlah Skor
RumusKonversiNilai,
Jumlahskor yang diperoleh
Nilai = ------------------------------------- X 4=.......................
Jumlahskormaksima
Materi 1
Dasar-dasar pemeliharaan ternak
Tentang
Menerapkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Dan Lingkungan Hidup
1. Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
a. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Safe adalah aman atau selamat.
Safety menurut kamus adalah mutu suatu keadaan aman atau kebebasandari bahaya dan
kecelakaan.
Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakankeadaan lingkungan
kerja yang aman bebas dari kecelakaan.
Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atautidak
disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupunjiwa manusia.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungankerja atau sedang
melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja.
Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan,baik jasmaniah
maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanyatertuju pada kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan manusia padakhususnya.
Dari pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah :
1) Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2) Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3) Mencegah/ mengurangi kematian.
4) Mencegah/mengurangi cacat tetap.
5) Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat
kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.
6) Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
7) Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber-sumber produksi lainnya.
8) Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9) Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan.
Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:
1) Manusia (pekerja dan masyarakat)
2) Benda (alat, mesin, bangunan dll)
3) Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuh- tumbuhan).
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 syarat- syaratkeselamatan kerja
ayat 1 bahwa dengan peraturan perundang-undanganditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk :
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3) Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktukebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya
5) Memberi pertolongan pada kecelakaan
6) Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
7) Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnyasuhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,sinar atau radiasi, suara dan
gelora.
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisikmaupun
psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10) Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
11) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
12) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang,tanaman atau
barang.
13) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
danpenyimpanan barang.
15) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
16) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaanyang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja diperusahaan/industri,
manusia menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena musibah,namun sebenarnya setiap
kecelakaan disebabkan oleh salah satu factor sebagai berikut, baik secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama, yaitu :
1) Tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act)
a) Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
b) Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
c) Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
d) Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.
2) Keadaan tidak aman dari lingkungan kerja (unsafe condition)
a) Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurangaman, bising
dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
b) Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin,ventilasi atau
pertukaran udara, bising atau suara-suara keras, suhutempat kerja, tata ruang
kerja/kebersihan dan lain-lain).
Apakah kecelakaan dapat dicegah?
Akhirnya timbul pertanyaan apakah kecelakaan yang merugikan itu dapatdicegah?
Pada prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegahkarena :
a) Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.
b) Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan makakecelakaan dapat
dicegah.
Bagaimana kecelakaan dapat dicegah?
Pencegahan kecelakaan adalah suatu usaha untuk menghindarkan tindakantindakan
yang tidak aman dari pekerja serta mengusahakan lingkungan kerjayang tidak
mengandung factor-faktor yang membahayakan (unsafe condition)
Sebab-sebab seseorang melakukan tindakan tidak aman
a) Karena tidak serius/disiplin.
b) Karena tidak mampu/tidak bisa.
c) Karena tidak mau.
Bagaimana mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman?
a) Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebutagar tidak
lagi menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak digantiatau diperbaiki.
b) Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agartidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar padamesin diberi
tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.
c) Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis,misalnya
memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi,memasang alat-alat
kontrol dsb.
Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan yangseksama
terhadap lingkungan kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, SistemManajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3)merupakan bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputistruktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur,proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan,pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dankesehatan
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengankegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakansuatu sistem
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasidalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerjaserta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan
yangmempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih; perusahaan
yangmempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses ataubahan
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,kebakaran, pencemaran
dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Pasal 4Permenaker tentang Sistem Manajemen
K3, terdapat 5 (lima) ketentuan yangharus perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu :
1) menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjaminkomitmen
terhadap penerapan Sistem Manajemen K3;
2) merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapankeselamatan dan
kesehatan kerja;
3) menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektifdengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yangdiperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dankesehatan kerja;
4) mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dankesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;
5) meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem ManajemenK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerjakeselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terdapat beberapa alasan yang mengungkapan pentingnya SistemManajemen K3
diterapkan dalam suatu perusahaan/laboratorium. Alasantersebut dapat dilihat dari aspek
manusiawi, ekonomi, UU dan Peraturan, sertanama baik (Adrian, dkk, 2009). Berikut
adalah argumentasi betapa pentingnyaSistem Manajemen K3.
1) Alasan Manusiawi. Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa
berusahamelakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, merupakan suatu
tindakanyang tidak manusiawi. Hal ini di karenakan kecelakaan yang terjadi
tidakhanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya (misalnya kematian,cacat/luka
berat, luka ringan), melainkan juga penderitaan bagi keluarganya.Oleh karena itu
pengusaha atau sekolah mempunyai kewajiban untuk melindungi pekerja atau
siswanya dengan cara menyediakan lapangan kerjayang aman.
2) Alasan Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkankerugian
ekonomi, seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan,biaya pengobatan,
dan biaya santunan kecelakaan. Oleh karena itu, denganmelakukan langkah-langkah
pencegahan kecelakaan, maka selain dapatmencegah terjadinya cedera pada pekerja,
kontraktor juga dapat menghematbiaya yang harus dikeluarkan.
3) Alasan UU dan Peraturan. UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintahatau suatu
organisasi bidang keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwamasih banyak
kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya pembangunandengan menggunakan
teknologi modern, pekerjaan konstruksi merupakankompleksitas kerja yang dapat
merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerjadan pentingnya arti tenaga kerja di
bidang konstruksi.
4) Nama Baik Institusi. Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baikdapat
mempengaruhi kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaanlain. Reputasi atau
citra perusahaan juga merupakan sumber daya pentingterutama bagi industry jasa,
termasuk jasa konstruksi, karena berhubungandengan kepercayaan dari pemberi
tugas/pemilik proyek. Prestasi keselamatankerja perusahaan mendukung reputasi
perusahaan itu, sehingga dapatdikatakan bahwa prestasi keselamatan kerja yang baik
akan memberikankeuntungan kepada perusahaan secara tidak langsung.
c. Teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada awal perkembangannya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)mengalami
beberapa perubahan konsep. Konsep K3 pertama kali dimulai diAmerika Tahun 1911
dimana K3 sama sekali tidak memperhatikan keselamatandan kesehatan para pekerjanya.
Kegagalan terjadi pada saat terdapat pekerjaanyang mengakibatkan kecelakaan bagi
pekerja dan perusahaan. Kecelakaantersebut dianggap sebagi nasib yang harus diterima
oleh perusahaan dan tenagakerja. Bahkan, tidak jarang, tenaga kerja yang menjadi korban
tidak mendapatperhatian baik moril maupun materiil dari perusahaan. Perusahaan
berargumenbahwa kecelakaan yang terjadi karena kesalahan tenaga kerja sendiri
untukmenghindari kewajiban membayar kompensasi kepada tenaga kerja.
Pada Tahun 1931, H.W. Heinrich mengeluarkan suatu konsep yangdikenal dengan
Teori Domino. Konsep Domino memberikan perhatianterhadap kecelakaan yang terjadi.
Berdasar Teori Domino, kecelakaan dapatterjadi karena adanya kekurangan dalam
ingkungan kerja dan atau kesalahantenaga kerja. Dalam perkembangannya, konsep ini
mengenal kondisi tidak aman(unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe act).
Pada awal pengelolaan K3, konsep yang dikembangkan masih bersifatkuratif
terhadap kecelakaan kerja yang terjadi. Bersifat kuratif berarti K3dilaksanakan setelah
terjadi kecelakaan kerja. Pengelolaan K3 yang seharusnyaadalah bersifat pencegahan
(preventif) terhadap adanya kecelakaan.Pengelolaan K3 secara preventif bermakna bahwa
kecelakaan yang terjadimerupakan kegagalan dalam pengelolaan K3 yang berakibat pada
kerugian yangtidak sedikit bagi perusahaan dan tenaga kerja. Pengelolaan K3
dalampendekatan modern mulai lebih maju dengan diperhatikannya dan diikutkannyaK3
sebagai bagian dari manajemen perusahaan. Hal ini mulai disadari dari databahwa
kecelakaan yang terjadi juga mengakibatkan kerugian yang cukup besar.Dengan
memperhatikan banyaknya resiko yang diperoleh perusahaan, makamulailah diterapkan
Manajemen Resiko, sebagai inti dan cikal bakal SistemManajemen K3. Melalui konsep
ini sudah mulai menerapkan pola preventifterhadap kecelakaan yang akan terjadi.
Manajemen Resiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajementetapi juga
komitmen manajemen dan seluruh pihak terkait termasuk pekerja.Dalam penerapan K3 di
sekolah, maka diperlukan keterlibatan manajemensekolah, guru, teknisi, dan siswa. Pada
konsep ini, bahaya sebagai sumberkecelakaan harus teridentifikasi, kemudian perhitungan
dan prioritas terhadapresiko dari potensi bahaya, dan terakhir pengendalian resiko. Peran
manajemensangat diperlukan terutama pada tahap pengendalian resiko,
karenapengendalian resiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yangdimiliki
oleh perusahaan/sekolah dan hanya pihak manajemen yang dapatmemenuhi kebutuhan
tersebut.
Dari perjalanan pengelolaan K3 diatas semakin menyadarkan akanpentingnya K3
dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasarkan agardapat terintegrasi dengan
manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawalidengan kebijakan dari perusahaan
untuk menerapkan suatu Sistem ManajemenK3 untuk mengelola K3. Sistem Manajemen
K3 mempunyai pola PengendalianKerugian secara Terintegrasi (Total Loss Control) yaitu
sebuah kebijakan untukmengindarkan kerugian bagi perusahaan, property, personel di
perusahaan danlingkungan melalui peerapan Sistem Manajemen K3 yang
engintegrasikansumber daya manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas
danlingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu perencanaan
(plan),pelaksanaan (do), pemeriksaan (check), peningkatan (action).
Dalam sejarah perjalanan Sistem Manajemen K3, tercipta beberapastandar yang
dapat dipakai perusahaan. Standar-standar tersebut antara lain:
HASAS Systems,18000/18001OccupationalHealthandSafetyManagement
Voluntary Protective Program OSHA,
BS 8800,
Five Star System,
International Safety Rating System (ISRS),
Safety Map,
DR 96311
Aposho Standar 1000
AS/ANZ 4801/4804, dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 (SMK3 yang
berbentukPeraturan Perundang-Undangan)
Kini pengelolaan K3 dengan penerapan Sistem Manajemen K3 sudahmenjadi
bagian yang dipersyaratkan dalam ISO 9000:2000 dan CEPAA SocialAccountability
8000:1997. Akan tetapi sampai saat ini belum terdapat satustandar internasional tentang
Sistem Manajemen K3 yang disepakati dan dapatditerima banyak negara, sebagaimana
halnya Sistem Manajemen Mutu ISO9000 dan Sistem Manajemen Mutu Lingkungan ISO
14000.