Anda di halaman 1dari 6

Skenario 2

Demam Tinggi
Seorang laki-laki usia 18 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam tinggi naik
turun sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai atralgia,epistaksis, nausea dan malaise. Menurut
pasien, keluhan serupa terjadi pada anggota keluarga di rumah. Dokter menyarankan untuk
dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui agen penyebab penyakit. Dokter
mencurigai penyakitnya berhubungan dengan kondisi tempat tinggalnya yang kurang baik.
Kemudian dokter memberikan instruksi kepada petugas puskesmas untuk memantau kondisi
kesehatan lingkungan rumahnya.
STEP 1
1. atralgia : istilah medis untuk menggambarkan kondisi nyeri atau kaku pada persendian.
2. epistaksis : (mimisan) pendarahan yang berasal dari hidung atau nasofaring baik secara
spontan atau disebabkan oleh trauma.
3. nausea: (mual) rasa tidak nyaman pada perut atau belakang kerongkongan.
4. malaise : istilah medis untuk menggambarkan perasaan lelah,tidak nyaman, dan kurang
enak badan.
5. pemeriksaan penunjang : pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan oleh dokter untuk
membantu mendiagnosis penyakit tertentu.

STEP 2
1. Apa penyebab pasien demam tinggi dengan disertai keluhan atralgia, epistaksis, nausea
dan malaise ?
2. Bagaimana hubungan keluhan paisen dengan faktor lingkungan yang kurang sehat dan
bagaimana upaya pengendalian penyakit pada kasus tersebut ?
3. Pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan pada pasien tersebut ?

STEP 3
1. Apa penyebab pasien demam tinggi dengan disertai keluhan atralgia, epistaksis,
nausea dan malaise?
TEORI I
a. Kelompok arthopoda: scabies, pediculosis
b. Kelompok acing/helminth: cacing perut
c. Kelompok protozoa: plasmodium, amoeba
d. Kelompok fungus
e. Kelompok bakteri terrmasuk spirochaeta dan ricketsia
f. Kelompok virus
TEORI II
penyebabnya bisa dari agent penyakit. Macam-macam agent ;
Kasus di atas merupakan kasus Dbd, penyakit dbd disebabkan oleh virus dengue dari
kelompok arbovirus b, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh
arthropoda. Vekto utama penyebab dbd adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah
perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi vektor
penyakit dbd adalah nyamuk yang terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang
sakit dan viremia.
TEORI III
Vrus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun
Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga
dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga
menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan
terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik
juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi
sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan
hypoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam
kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh
manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:
a. aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan
plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular,
b. agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan
kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit
muda dari sumsum tulang dan
c. kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan:
a. peningkatan permiabilitas kapiler;
b. kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati
TEROI IV
Vektor dalam arti luas yaitu pembawa/pengangkut. vektor dalam arti lain adalah
hewan avertebrata yang berperan sebagai penular penyebab penyakit (agen) dari host
pejamu yang sakit ke pejamu lain yang rentan.
Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, dan juga berupa vektor primer dan
sekunder.
a. Vektor mekanis yaitu hewan yang menularkan penyakit tanpa agen tersebut
mengalami perubahan, vektor mekanis ini sangat penting bagi penyebaran
penyakit karena dalam tubuh vektor mekanis biasanya parasit telah mencapai
stadium infektif. Daya tahan tubuh parasit di dalam tubuh vektor mekanis terbatas
karena, maka dari itu vektor mekanis berfungsi sebagai pemindah.
vektor secara mekanik, maka agen dapat berasal dari tinja, urine maupun sputum
penderita hanya melekat pada bagian tubuh vektor dan kemudian dapat
dipindahkan pada makanan atau minuman pada waktu hinggap/menyerap
makanan tersebut. Contoh: lalat merupakan vektor mekanik penyakit diare.
b. Vektor biologis parasit mengalami tumbuh dan berkembang dalam tubuh vektor,
contohnya seperti nyamuk Aedes aegypti yang bertindak sebagai vektor demam
berdarah. Vektor biologis juga mempunyai peran sebagai tuan rumah, dalam
penyebaran parasit oleh vektor biologis, arthropoda sebagai inang sangat
diperlukan dalam siklus hidup parasit.
vektor secara biologis, agen harus masuk ke dalam tubuh vektor melalui gigitan
ataupun melalui keturunannya. Selama dalam tubuh vektor, agen berkembang
biak atau hanya mengalami perubahan morfologis saja, sampai pada akhirnya
menjadi bentuk yang infektif melalui gigitan, tinja atau cara lain untuk berpindah
ke pejamu potensial. Contoh: Culex quinquefasciatus merupakan
vektorpenyakitkaki gajah (filaria).
c. Vektor primer merupakan penyebab utama terjadinya penularan penyakit, baik
pada orang maupun hewan yang secara klinis telah terbukti sakit
d. vektor sekunder adalah vektor yang dianggap tidak penting sebagai penyebaran
penularan penyakit, dalam keadaan wabah, karena situasinya menyebabkan lebih
dekatnya hubungan vektor sekunder dengan inang, maka vektor sekunder
dianggap sebagai vektor penting.
2. Bagaimana hubungan keluhan paisen dengan faktor lingkungan yang kurang sehat
dan bagaimana upaya pengendalian penyakit pada kasus tersebut?
TEORI I
Pada konsep trias epidemiologi salah satu komponen mengalami perubahan akan
mengakibatkan ketidakseimbangan yang menyebabkan munculnya sebuah penyakit.
Pada kasus diatas bukan hanya pasien yang terkenan penyakit, namun keluarga satu
rumah pun terkena hal yang sama sehingga bisa di curigai lingkungan tempat mereka
tinggal bergeser sehingga memudahkan agen untuk menimbulkan penyakit. Misalkan
saluran udara yang kotor atau air yang dibiarkan tergenang akan menjadi tempat
nyaman bagi nyamuk untuk berkembangbiak dan memudahkannya untuk
menimbulkan penyakit.
Upaya pengendalian dapat berupa pengendalian secara fisik atau mekanik, secara
biologi dan kimiawi.
TEORI II
Karena rantai penularan, dimana keluarganya mengalami keluhan yang sama. Karena
faktor lingkungan yang mendukung dari pertumbuhan nyamuk dan hubungan dari
trias epidemiologi.
a. Keadaan geografis: seperti di dataran tinggi atau rendah, persawahan dan lain-lain
mempengaruhi penularan penyakit. Pada kasus ini nyamuk aedes aegypthi tidak
menyukai ketinggian > 1000 m di atas permukaan laut. Lingkungan pesawahan
bisa dihubungkan dengan penyakit yang ditularkan melalui cacing, parasite, dan
nyamuk.
b. Kelembapan udara: sebagian besar vector penular penyakit dan agen lebih
menyukai lingkungan yang lembab, khususnya pada nyamuk aedes aegypthi
menyukai tempat perkembang biakan yang teduh dari sinar matahari.
c. Temeperatur: di negara tropis, temperatur lebih rendah sehingga lebih disukai oleh
vector dan agen penyakitnya.
d. Lingkungan tempat tinggal atau sanitasi: sanitasi lingkungan berkaitan dengan
penularan penyakit. Biasanya jika sanitasi dari jamban keluarga yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan akan mampu mencegah penularanpenyakit melalui lalat
dan vector lainnya.
e. Pengendalian secara lingkungan secara fisik/mekanik: mengaktifkan 3M
(menguras bak mandi, menutup rapat penampungan air, mengubur atau
menyingkirkan barang-barang).
f. Pengendalian secara biologi dengan menggunakan agent biologi yaitu;
1) Gunakan ikan pemakan jentik untuk mengurangi vektor
2) Pembudidayaan tanaman pengusir nyamuk (lavender)
3) Insektisida biologi untuk menghambat pertumbuhan nyamuk.
g. Pengendalian secara kimiawi: dengan menggunakan insektisida kimia dengan
golongan temephos untuk pengendalian larva (larvasida) dan golongan pyetiod
untuk nyamuk dewasa.
h. Pengendalian secara terpadu (PVT) adalah kegiatan pengendalian vektor dengan
memadukan ketiga metode fisik, biologi dan kimia yang dilakukan bersama yang
melibatkan SDM Lintas program maupun lintas sektor. (faqih, aminah)
TEORI III
Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah, atau zat organik (seperti tinja dan
makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak agen. Sewaktu agen
bcrkembang biak dalam reservoir, mereka melakukannya sedemikian rupa sehingga
penyakit dapat ditularkan pada pejamu yang rentan.
3. Pemeriksaan penunjang apa yang harus dilakukan pada pasien tersebut?
TEORI I
Tes darah lengkap, tes ns1 dan tes serologi ig g/ ig m
TEORI II
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan seperti:
a. Tes darah lengkap
Pada pemeriksaan darah lengkap, semua komponen darah akan dihitung kadarnya.
Hasil dari tes ini akan menunjukkan angka komponen darah yang dibutuhkan
untuk mendiagnosis, seperti trombosit, plasma, dan hematokrit. Anda akan
dinyatakan positif demam berdarah apabila:
1) Jumlah trombosit ≤ 100.000/µl
2) Nilai hematokrit meningkat hingga ≥ 20% dari nilai normal
3) Nilai hematokrit menurun hingga ≥ 20% dari nilai normal setelah
mendapatkan terapi cairan
b. Tes NS1
NS1 adalah sejenis protein yang ada di dalam virus dengue. Saat infeksi terjadi,
virus akan mengeluarkan protein ini untuk masuk ke dalam darah. Sehingga, jika
positif DBD, maka protein ini akan terbaca di dalam darah Anda.Tes NS1 paling
efektif dilakukan pada masa awal infeksi, yaitu hari ke 0-7 sejak gejala pertama
kali muncul. Setelah melewati hari ke tujuh, tes ini sudah tidak direkomendasikan
untuk dilakukan.
c. Tes serologi IgG/IgM
Imunoglobulin G (IgG) atau Imunoglobulin M (IgM) adalah sejenis antibodi yang
akan terbentuk saat tubuh mengalami infeksi DBD. Sehingga, jika terdapat salah
satu dari kedua antibodi tersebut pada tubuh, maka bisa dipastikan bahwa Anda
positif DBD.Antibodi ini tidak langsung terbentuk saat infeksi terjadi. Sehingga,
berlawanan dengan tes NS1, pemeriksaan IgG dan IgM biasanya dilakukan pada
hari kelima setelah munculnya gejala.
TEORI III

Anda mungkin juga menyukai