International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
1
Samkhan
1
Medik Veteriner Madya pada Laboratorium Epidemiologi, Balai Besar Veteriner Wates
RINGKASAN
Dampak kerugian ekonomi kejadian penyakit Brucellosis pada suatu peternakan sangat
besar, walaupun tidak disadari oleh para peternak, kerugian ekonomi Brucellosis berupa
keluron (abortus) yang umumnya 1-2 kali seumur hidup, tetapi ternak sebagai reservoir
(pembawa penyakit), infertilitas, retensi plasenta, kelahiran mati, turunnya produksi susu,
yang secara klinis tidak mudah para peternak mendeteksinya, karena peternak tidak me-
ngetahui langsung, umumnya ternak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala (subklinis).
Karena Dampak ekonomi penyakit Brucellosis sangat besar, maka sejak tahun 1996/ 1997
pemerintah sudah mencanangkan program pengendalian menuju pemberantasan, waktu
itupun menunjukan keberhasilan karena 14 Provinsi di Indonesia yang mempunyai prevalensi
rendah sudah dapat dibebaskan, yakni : Bali (2006), Lombok (2002), Sumbawa (2006),
Kalimantan Sleatan, Barat, Timur dan Tengah (2009) serta Bengkulu, Sumatera Selatan,
Lampung, Kep. Bangka Belitung (2011). Dan akan segera menyusul daerah lainnya yang
prevalensi rendah mendekati 0.00% yang dalam waktu dekat akan menuju pembebasan,
yakni : Pulau Madura (2011 prevalensinya 0.04% pada 2012 dan 2013 prevalensinya 0.00%),
Sumatera Utara (2011 prevalensinya 0.15%, pada 2012 prevalensinya 0.00%) serta Pulau
Sumba dan Nusa Tenggara Timur. Program jangka panjang Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian akan membebaskan Jawa dari penyakit Bru-
cellosis tahun 2015 dan membebaskan Indonesia dari penyakit Brucellosis tahun 2025
Kata kunci: Brucellosis, Kerugian Ekonomi.
Daerah yang prevalensinya dibawah 0.2% layak untuk dibebaskan pada tahun 2014 adalah : Pulau Madura (tahun
2012 dan 2013 prevalensinya 0.00%), Sumatera Utara (tahun 2012 prevalensinya 0.00%).
International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
man Brucella secara masif. Jumlah ku- 6. Penularan pada manusia (zoonosis)
man Brucella yang diekskresikan selama berakibat penurunan potensi kerja
suatu kasus keguguran dapat menginfeksi akibat sakit.
60 ribu sampai 600 ribu sapi betina muda 7. Biaya desinfeksi dan deposal.
yang bunting (Naipospos, 2014). 8. Biaya vaksinasi pada ternak.
9. Biaya surveillance.
METODA PENGENDALIAN PEMBERAN- 10. Penurunan harga jual pada sapi betina
TASAN PENYAKIT BRUCELLOSIS dewasa yang terinfeksi.
Pada umumnya Brucella memiliki target 11. Biaya operasional penyuluhan kesa-
pada organ reproduksi jantan dan be-tina daran masyarakat (Public Awareness)
pada usia dewasa kelamin. Hewan yang terhadap penyakit Brucellosis.
terinfeksi berfungsi sebagai reservoir dan 12. Biaya operasional pengawasan lalu-
biasanya terus berlangsung tak terbatas. lintas antar Kab/Kota, Provinsi, Re-
Bakteri ini bersumber pada hewan yang gional atau Negara.
terinfeksi, dapat bertahan pada lingkungan
yang lembab untuk beberapa bulan la- PEMBAHASAN
manya (Quinn et al.,2007). Penularan bia- Ad. 1 Perinatal Mortality
sanya terjadi melalui membrana mukosa Kematian janin sebelum lahir, abortus pa-
saluran pencernaan, veneral contact, kon- da keuntingan 5-7 bulan mencapai angka
jungtiva, penetrasi pada kulit yang luka, in- 5-90% (Toelihere, 1985), dimana adanya
halasi atau transplasenta. Sebagian be- keguguran merupakan gejala patogno-
sar kasus yang berada di Indonesia pe- monis pada infeksi awal. Setelah menga-
nularannya melalui pencernaan. Abortus lami abortus biasanya infeksi akan men-
terjadi setelah usia kebuntingan 5 bulan jadi kronis dan tidak menunjukkan gejala
dan kebuntingan selanjutnya sapi menjadi klinis serta sapi dapat bunting kembali se-
bersifat karir. Pada anak sapi infeksinya hingga hewan dapat bertindak sebagai
terbatas, berbeda dengan sapi dewasa carrier penularan ke ternak sehat lainnya
dimana infeksinya dapat persisten selama melalui plasenta dari janin yang gugur, ko-
bertahun-tahun pada glandula mamari dan toran sapi, serta air, pakan dan peralatan
nodus limfatikus (Quinn et al., 2007, Sal- kandang yang terinfeksi (Madkour, 1989).
mani et al. Journal, 2009 dan Talaro et al., Pada sapi jantan brucellosis dapat menye-
2002). babkan orchitis, epididimitis dan artritis
PARAMETER EPIDEMIOLOGI (Alton et al., 1988). Pada kematian pedet
pada awal kelahiran. Kematian ini sebe-
Ada 12 Parameter yang digunakan peng- tulnya cukup tinggi, hanya saja para pe-
hitungan kerugian ekonomi menurut Su- ternak tidak begitu menghiraukan.
santi, 2014 adalah, data tersebut diperoleh Spesies Brucella yang menginfeksi sapi-
dari data lapangan, data laboratorium, stu- sapi di Indonesia adalah strain Brucella
di pustaka dan data dari penelitian- abortus biotipe 1 (Setiawan, 1992). Kuman
penelitian sebelumnya : Brucella abortus biotipe 1 adalah merupa-
1. Perinatal Mortality, kematian janin kan isolat lokal yang paling patogen se-
sebelum atau awal setelah melahirkan. hingga mampu menimbulkan keguguran
2. Penurunan Produksi susu : dan infeksi yang meluas pada organ dan
- Kerugian langsung penurunan pro- jaringan tubuh sapi. Kuman penyebab bru-
duksi susu. cellosis pada sapi perah di daerah DKI
- Biaya kehilangan susu akibat me- Jakarta terdiri dari Brucella abortus biotipe
ningkatnya interval beranak (jarak ke- 1 (77,6%), biotipe 2 (13,2%) dan biotipe 3
lahiran memanjang) (9,2%) Biotipe tersebut yang diduga telah
- Biaya kehilangan susu, akibat menyerang ternak diberbagai wilayah di
meningkatnya abortus. Indonesia (Sudibyo, 1996).
3. Penurunan Berat Badan.
4. Biaya tukar-tambah ternak reaktor Ad. 2 Penurunan Produksi Susu
brucellosis. Kerugian secara langsung pada penu-
5. Opportunity Cost, penurunan harga jual runan produksi susu dan biaya kehi-
akibat ternak reaktor brucellosis. langan susu akibat meningkatnya interval
beranak, disini peternak dirugikan dalam
hal pemberian pakan, pakan tambahan
International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
(supplement) dan obat-obatan pada waktu abortus RB-51 dan sistem test and
masa tenggang menunggu masa bunting slaughter pada daerah bebas brucellosis/
yang tertunda. prevalensi <2% (Ditjennak, 2000). Sebagai
dasar kebijakan pelaksanaan operasional
Ad. 3 Penurunan Berat Badan pemberantasan brucellosis mengacu pada
Pada infeksi penyakit Brucellosis ini akan SK Menteri Pertanian No 828 tahun 1998
menunjukan penurunan berat badan, wa- ten-tang pengamatan, pengawasan lalu-
laupun tidak sedrastis pada infeksi cacing lintas, vaksinasi dan test and slaughter
dan infeksi penyakit lainnya. (potong bersyarat). Vaksin Brucella abor-
tus RB-51 telah ditetapkan untuk program
Ad. 4 Biaya tukar-tambah ternak reaktor vaksinasi pada sapi perah di Pulau Jawa.
brucellosis. Vaksin RB-51 dikembangkan sejak tahun
Pada umumnya peternak akan menukar- 1991 diderivasi dari koloni Brucella abor-
tambahkan ternaknya yang terindikasi tus strain 2308 (Schurig et al., 1991).
reaktor brucellois. Dengan sendirinya har- Vaksin Brucella abortus RB-51 tersebut
ga tukar-tambah akan merosot tajam di- mempunyai tingkat proteksi yang tidak
mata jagal atau blantik sapi, kemerosotan berbeda dengan vaksin Brucella abortus
harga tukar-tambah pernah ditengarai S-19, tidak menimbulkan reaksi post vak-
sampai 30% dari harga jual ternak sehat. sinasi seperti abortus dan antibodi yang
dihasilkan tidak terdeteksi dengan uji
Ad. 5 Opportunity Cost serologis standar Rose Bengal Plate Test
Pada umumnya peternak akan menjual (RBPT) dan Complement Fixation Test
ternaknya yang terindikasi reaktor bru- (CFT), sehingga tidak mengacaukan diag-
cellois. Dengan sendirinya harga jual akan nosis dengan infeksi brucellosis secara
merosot tajam dimata jagal atau blantik alami (Schurig et al., 1981). Uji lapang
sapi, kemerosotan harga tukar-tambah tentang keamanan vaksin B. abortus
pernah ditengarai sampai 50% dari harga RB51 pada sapi perah telah dilakukan
jual ternak sehat. oleh Balai Besar Veteriner Wates di
daerah Cisarua. Hasil uji lapang menun-
Ad. 6 Zoonosis jukkan bahwa vaksin Brucella abortus
Penularan penyakit brucellosis dari he- RB51 tidak menyebabkan reaksi klinis
wan ke manusia sudah terbukti pada be- pasca vaksinasi seperti anafilaksis, ar-
berapa penelitian. Brucellosis pada manu- thritis, demam tnggi dan penurunan nafsu
sia dapat mengakibatkan demam undulan, makan. Selain itu vaksin Brucella abortus
endokarditis, rthritis dan osteomielitis RB-51 tidak menyebabkan reaksi positif
(Young. 1983). Hasil penelitian Sudibyo palsu seperti halnya pada vaksinasi de-
(1996), menunjukkan 13,6% serum pe- ngan strain S-19 (Sulaiman dan Poer-
kerja kandang sapi perah, 22,6% pekerja madjaja, 2004). Kekurangan dari vaksin
kandang babi dan 3,0% pekerja rumah RB-51 relatif mahal dibandingkan dengan
potong babi ditemukan adanya titer anti- vaksin jenis Strain 19 (S-19).
bodi terhadap brucella.
Ad. 9 Biaya Surveillance
Ad. 7 Biaya desinfeksi dan deposal Biaya melakukan Surveillance tidak di-
Biaya yang dikeluarkan peternak untuk anggap enteng, memerlukan biaya cukup
mendesinfeksi kadangan dan mengubur besar dan memakan waktu dan menguras
bangkai ternak mati tidak sedikit biayanya. tenaga pelaksanan dalam melakukan ter-
sebut dengan baik. Untuk membebaskan
Ad. 8 Biaya vaksinasi pada ternak Pulau Madura saja butuh dana milyaran
Komitmen pemeritah dalam pengendali- rupiah dan waktu yang cukup panjang,
an, pemberantasan dan pembebasan de- direkomendasikan pihak konsultan bidang
ngan teori klasik yakni : berdasarkan per- epidemiologi veteriner, untuk membebas-
timbangan tersebut maka mulai tahun kan suatu daerah perlu minimal 3-4 tahun.
2005, pemerintah telah mencanangkan Ad. 10 Harga jual sapi betina dewasa
program pengendalian brucellosis pada terinfeksi
sapi perah di Pulau Jawa melalui kombi-
nasi program vaksinasi di daerah tertular/ Harga jual ternak betina dewasa terin-
prevalensi >2% memakai vaksin Brucella dikasi brucellosis sangat significant, dari
International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
kan pada anak-anak sapi umur 3-b yang harus divaksin, dan vaksinasi ber-
bulan dan sapi dara. Diharapkan dapat langsung untuk jangka waktu lebih dari
memberikan kekebalan terhadap bru- dua kali rata-rata masa produksi. Tan-
cellosis sampai pada kebuntingan 5 tangan dalam melakukan program vaksi-
bulan (Enright, 1984). nasi umumnya adalah cakupan vaksinasi
> 80% tidak tercapai, rantai dingin (cold
Pemberantasan, pola pemberantasan pa-
chain) kurang memadai, dan tidak adanya
da dasarnya adalah bila ditemukan reaktor
identifikasi ternak (Naipospos, 2014).
Brucellosis, sapi tersebut dikeluarkan dari
kelompok dan dipotong bersyarat. Se- Pengobatan, pada kejadian lapangan pe-
dangkan sapi yang sehat dari derah yang ngobatan pada ternak yang terinfeksi Bru-
bebas Brucellosis tidak perlu dilakukan cellosis tidak direkomendasikan, tetapi se-
vaksinasi, tetapi bila sapi berasal dari cra Laboratoris dapat diatasi dengan Ri-
daerah tertulat dan sehat perlu dilakukan fampicin atau Tetracycline (Stuart, 1982).
vaksinasi, terutama anak sapi dan sapi Pengobatan brucellosis pada manusia ha-
dara. Tindakan administratif adalah meng- rus segera dilakukan untuk mencegah ter-
hindari pemasukan bibit sapi dari daerah jadinya komplikasi dan relapsis. Pengo-
tertular ke daaerah bebas Brucellosis. batan dilakukan dengan pemberian anti-
Di negara-negara maju, pemberantasan biotik seperti Doxycycline, Streptomycine
brucellosis pada ternak dicapai dengan dan Rifampisin setiap hari selama minimal
sukses melalui kombinasi program vak- 6 minggu (WHO, 1986). Pada orang de-
sinasi dan uji-dan-potong (test-and- wasa dan anak di atas umur 8 tahun, anti-
slaughter) dan brucellosis pada manusia biotika yang diberikan adalah Doxycycline
melalui pasteurisasi susu, dibarengi de- dan Rifampisin selama 6 - 8 minggu, se-
ngan program surveilans yang efektif dan dangkan untuk anak di bawah 8 tahun se-
pengendalian lalu lintas ternak. Selan- baiknya diberikan Rifampisin dan Trime-
jutnya upaya lebih ditekankan pada ana- thoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX) se-
lisis risiko (risk analysis) untuk mencegah lama 6 minggu. Penderita brucellosis de-
introduksi kembali kuman Brucella (Nai- ngan spondilitis direkomendasikan antibio-
pospos, 2014). tika Doxycycline dan Rifampisin dikombi-
Di negara-negara berkembang, pembe- nasikan dengan Aminoglikosida (Gen-
rantasan dengan uji-dan-potong sulit dica- tamicin) selama 2 sampai 3 minggu kemu-
pai oleh karena sumberdaya terbatas un- dian diikuti dengan Rifampisin dan Doxycy-
tuk memberikan ganti rugi kepada pemilik cline selama 6 minggu. Juga kombinasi
yang ternaknya harus disembelih di Ru- TMP-SMX untuk pengobatan brucellosis
mah Pemotongan Hewan (RPH), dan pa- pada manusia.
da umumnya dana kompensasi kurang Brucellosis dengan komplikasi endocardi-
memadai. Begitu juga informasi yang ber- tis atau meningoenchepalitis memerlukan
kaitan dengan angka prevalensi bru- pengobatan dengan kombinasi antibiotika
cellosis sangat terbatas, dan program pe- Rifampisin, Tetracycline dan Aminogliko-
ngendalian jarang diimplementasikan. sida serta penambahan corticosteroid un-
Vaksinasi brucellosis meningkatkan re- tuk mengurangi proses peradangan.
sistensi terhadap infeksi, menurunkan risi- Sedangkan, brucellosis dengan kompli-
ko keguguran, dan mengurangi ekskresi kasi endocarditis memerlukan pengobatan
kuman, oleh karenanya bisa mengurangi yang lebih agresif yaitu dengan kombinasi
insidensi penyakit pada populasi manusia, aminoglikosida dengan Doxycycline, Ri-
akan tetapi tidak cukup untuk mem- fampisin dan TMP-SMX selama 4 minggu
berantas penyakit secara tuntas pada po- diikuti sekurang-kuranganya kombinasi 2 -
pulasi hewan tanpa dibarengi tindakan 3 jenis antibiotika selama 8 - 12 minggu.
lain. Hal menguntungkan yang bisa diper- Pada wanita hamil penderita brucellosis,
oleh dengan mempertahankan vaksinasi antibiotika pilihan yang harus diberikan. Ji-
sampai atau setelah tahap pemberantasan ka hanya diberikan 1 macam antibiotik se-
dicapai, karena bisa memastikan populasi ring terjadi kekambuhan karena itu diberi-
tetap terproteksi dari sisa sumber infeksi kan beberapa jenis antibiotik Doxycycline
yang tidak terdeteksi. atau Tetracycline dan suntikan Streptomy-
Vaksinasi yang efektif bisa tercapai apa- cine setiap hari akan menrunkan resiko
bila terpenuhi dua syarat yaitu cakupan terjadinya kekambuhan. Kepada anak
vaksinasi harus > 80% pada semua ternak yang berusia di bawah 8 tahun diberi-
International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
DAFTAR PUSTAKA
Acha, G.G., P.N. and Boris S. 2003. Zoonosis and Communicable Disease Common to Man
and Animal. Vol. 1. Bacteriosis and Mucosis. Ed. 3. Washington. Pan America.
Alton, G.G., J.M. Jones, R.D. Angus and J.M. Verger. 1988. Techniques for the brucellosis
laboratory. Institute National de la Recherche Agronomique. Paris.
Blood, D.C. and J.A. Handerson.1979. Veterinary Medicine 5th ed. Bailliere Tindall. London.
Crawford, R.P., J.D. Huber, B.S. Adams. 1990. Epidemiology and Surveillance. In:Animal
Brucellosis. Nielsen K.H. and J.R. Duncan (Eds.). Boca Raton (FL). CRC Press.
pages 131-151.
Ditjennak, 2000. Program dan Pedoman Teknis Pemberantasan Brucellosis pada Sapi
Perah di Pulau Jawa. Direktorat Bina Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian.
Edington, B.H. and C.R. Donham. 1939. Infection and Reinfection experiment with Bang’s
disease. J.Agric.Res. 59: 609-618.
Enright, F.M., J.V . Walker, G. Jeffers and B.L. Deyoe. 1984. Celluler and humoral
responses of brucella abortus infected bovine foetuses . Am. J.Vet. Res. 45: 424-430.
Madkour, M.M. 1989. Overview. In M.M. Madkour (Edit). Brucellosis. Butherworths. London.
Manthei, C.A.; D.E. Detray and E.R. Goode.1950. Brucella In fection in bull and the spread
of brucellosis in cattle by artificial insemnitaion. I. Intrauterine injection. Proceeding
Book American Veterinary Medical Association. J.Am.Vet.Med.Ass. 117:106.
International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
Noor, S.M. 2006. Brucellosis : Penyakit Zoonosis yang belum banyak dikenal di Indonesia.
Wartazoa. Vol. 16 : 31-39.
Noor, S.M. 2013. Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis pada Sapi Perah di Pulau
Jawa. Lokakarya Nasional Kesediaan IPTEK dalam pengendalian Penyakit
Stratesgis pada ternak ruminansia besar. http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id
/ind/attachments/247_73.pdf. dowloaded at Maret 22 2014, 12:34 PM.
Office International des Epizooties (OIE). 2004. The World Organisation for Animal Health
Teresterial Animal Health Code. OIE. Paris. France.
Plomet. M. and A.M. Plomet. 1988. Virulence of Brucella: bacterial growth and decline in
mice. Annales de Recherces Veterinaires. 19(1): 65-67.
Quinn, P.J., Markey, B.K., Carter, M.E., Donnely, W.J.C., and Leonard, F.C.
2007. Veterinary Microbiology and Mricrobial disease. Blackwell Science Ltd. 9600
Garsington road, Oxford, UK.
Salmani, A.S., Siadat, S.D., Fallahian, M.R., Ahmadi, H., Norouzian, D., Yaghmai, P.,
Aghasadeghi, M.R., Mobarakeh, J.I., Sadat, S.M., Zangeneh, M., and
Kheirandish, M. 2009. Serological Evaluation of Brucella abortus S99
Lipopolysaccharide Extracted by an Optimized Method. American Journal of
infectious Diseases 5 (1): 11-16, 2009.
Setiawan, E.D. 1991. Brucellosis pada Sapi. Wartazoa. Vol. 2, No. 1-2, tahun 1991.
Setiawan, E.D. 1992. Studi tentang beberapa sifat biologis Brucella abortus isolat lapang.
Disertasi Doktor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Stuart, F.A . 1982. Comparison of rifampicin and tetracyclin based regimens in the treatment
of experimental brucellosis. J. Infec . 5: 27-34.
Sudibyo, A. 1995. Studi Epidemiologi Brucellosis dan dampak terhadap reproduksi Sapi
Perah di DKI Jakarta. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol. I. No. 1. Th. 1995.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/jitv/jitv11-6.pdf
dowloaded at Maret 22 2014, 12:51 PM.
International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret
Sulaiman, I. dan B. Poermadjaya. 2004. Paper: Uji Lapang Keamanan Vaksin Brucella
abortus strain RB51 pada Sapi Perah di Kecamatan Cisarua, Bogor. Pertemuan
Evaluasi Pemberantasan Brucellosis dan Pengawasan Lalulintas Ternak dan Daging
Propinsi DKI Jakarta di Cianjur.
Susanti, E. 2013. Analisa Ekonomi Brucellosis. Blog Penyakit Hewan, Kesehatan Hewan dan
Kesejahteraan Hewan.
http://elysusanti-vet.blogspot.com/2013/05/contoh-analisa-ekonomi-akibat.html
dowloaded at Maret 22 2014, 13:28 PM.
Talaro, K.P., and Talaro, A., 2002. Foundations in Microbiology. 4th ed. E-book.
www.mhhe.com/primis/online. ISBN 0-07-248864-6.
Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. UI. Press. Jakarta.