Anda di halaman 1dari 9

BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol.

14 Nomer 1 Tahun 2014


Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

ANALISIS EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS DALAM


MENYONGSONG PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN
DAN PEMBEBASAN BRUCELLOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025

1
Samkhan
1
Medik Veteriner Madya pada Laboratorium Epidemiologi, Balai Besar Veteriner Wates

RINGKASAN

Dampak kerugian ekonomi kejadian penyakit Brucellosis pada suatu peternakan sangat
besar, walaupun tidak disadari oleh para peternak, kerugian ekonomi Brucellosis berupa
keluron (abortus) yang umumnya 1-2 kali seumur hidup, tetapi ternak sebagai reservoir
(pembawa penyakit), infertilitas, retensi plasenta, kelahiran mati, turunnya produksi susu,
yang secara klinis tidak mudah para peternak mendeteksinya, karena peternak tidak me-
ngetahui langsung, umumnya ternak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala (subklinis).
Karena Dampak ekonomi penyakit Brucellosis sangat besar, maka sejak tahun 1996/ 1997
pemerintah sudah mencanangkan program pengendalian menuju pemberantasan, waktu
itupun menunjukan keberhasilan karena 14 Provinsi di Indonesia yang mempunyai prevalensi
rendah sudah dapat dibebaskan, yakni : Bali (2006), Lombok (2002), Sumbawa (2006),
Kalimantan Sleatan, Barat, Timur dan Tengah (2009) serta Bengkulu, Sumatera Selatan,
Lampung, Kep. Bangka Belitung (2011). Dan akan segera menyusul daerah lainnya yang
prevalensi rendah mendekati 0.00% yang dalam waktu dekat akan menuju pembebasan,
yakni : Pulau Madura (2011 prevalensinya 0.04% pada 2012 dan 2013 prevalensinya 0.00%),
Sumatera Utara (2011 prevalensinya 0.15%, pada 2012 prevalensinya 0.00%) serta Pulau
Sumba dan Nusa Tenggara Timur. Program jangka panjang Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian akan membebaskan Jawa dari penyakit Bru-
cellosis tahun 2015 dan membebaskan Indonesia dari penyakit Brucellosis tahun 2025
Kata kunci: Brucellosis, Kerugian Ekonomi.

GESIT Page 1 4/23/2014

Sumber : Mardiatmi, 2014

Daerah yang prevalensinya dibawah 0.2% layak untuk dibebaskan pada tahun 2014 adalah : Pulau Madura (tahun
2012 dan 2013 prevalensinya 0.00%), Sumatera Utara (tahun 2012 prevalensinya 0.00%).

DAMPAK EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS ......................................................................................................................... 1


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 1 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

PENDAHULUAN satu dampak tidak langsung dari penyakit


Brucellosis adalah salah satu penyakit he- Brucellosis (Susanti, 2013).
wan menular strategis di Indonesia. Pe-
DAYA TAHAN HIDUP DILUAR HOSPES
nyakit ini pada sapi telah menyebar di 26
DAN PROSES PENULARAN BRUCEL-
provinsi, kecuali Bali dan Lombok yang di-
LOSIS
nyatakan bebas. Kerugian ekonomi bru-
cellosis mencapai 138,5 milyar rupiah se- Daya tahan hidup kuman
tiap tahun akibat tingginya angka kegu- Kuman Brucella dapat tahan hidup diluar
guran, infertilitas, sterilitas, kematian dini induk semang pada berbagai kondisi ling-
pedet yang lahir lemah dan penurunan kungan tertentu, mampu hidup di suasana
produksi susu serta merupakan penyakit kering selama 4 hari, tanah lembab 66 hari
Zoonosis serta diklasifikasikan sebagai dan tanah becek selama 151-185 hari
mikroorganisme kelompok Biosafety Level (Crawford et al., 1990), pada kotoran atau
3 (OIE, 2014). Pemerintah telah menca- limbah kandang selama 2 hari, pada air
nangkannya program pengendalian dan minum ternak dapat bertahan 5-114 hari,
pemberantasan penyakit brucellosis seca- air limbah 30-150 hari (Noor, 2006).
ra nasional sejak tahun 1996, namun hing- Penularan
ga kini angka prevalensi reaktor bru-
cellosis masih cukup tinggi. Kebijakan Penularan pada manusia (zoonosis) mela-
pengendalian brucellosis pada tahun 2006 lui kontak langsung dengan plasenta, fe-
sekarang ini diprioritaskan pada sapi pe- tus, cairan/organ reproduksi hewan, da-
rah di Pulau Jawa. Sebagai dasar kebi- rah, urine, yang rentan terinfeksi adalah
jakan pelaksanaan operasional pemberan- dokter hewan, inseminator, mantri hewan,
tasan brucellosis mengacu pada SK petugas RPH, tukang pemerah susu
Menteri Pertanian No 828 tahun 1998 ten- (paling berisiko tinggi tertular brucellosis).
tang pengamatan, pengawasan lalu-lintas, Kuman brucella dapat menembus kulit,
vaksinasi dan test and slaughter (potong konjungtifa dan saluran pencernaan. Dok-
bersyarat). Program vaksinasi brucellosis ter Hewan biasanya tertular karena meme-
dilakukan pada daerah tertular dengan riksa hewan sakit tanpa menggunakan alat
prevalensi lebih dari 2%, sedangkan test pelindung, saat melakukan vaksinasi dan
and slaughter dilakukan pada daerah be- saat memeriksa spesimen brucellosis di
bas brucellosis dengan prevalensi kurang Laboratorium secara aerosol (Noor, 2006).
dari 2% (Noor, 2013). Pada manusia dapat tertular sewaktu
Brucellosis pada sapi (bovine brucellosis) mengkunsumsi daging atau susu yang
merupakan suatu penyakit reproduksi tidak melalui pemasakan sempurna (Acha
yang disebabkan oleh kuman brucella, and Boris, 2003). Pada Hewan kuman
yang menyebabkan keguguran (abortus), brucellosis terdapat pada fetus, plasenta
anak sapi lahir lemah dan beratnya ringan, dan cairan vagina (kuman dapat dikete-
perpanjangan jarak beranak (calving inter- mukan pada minggu ke 4-6 pasca abor-
val), dan penurunan produksi susu pada tus) juga terdapat pada semen, urine, air
induk sapi potong dan sapi perah (Nai- liur, rongga hidung, mata, air susu serta
pospos, 2014). Penularannya selain seca- pada feses. Penularan bisa melalui kontak
ra konvensional (kontak langsung, melalui langsung atau perkawinan alam (coitus),
lingkungan yang tercemar, melalui pakan) per oral, penularan pada domba bisa
tidak menutup kemungkinan disebabkan secara veneral transmisson pasive, yakni
karena lalulintas ternak yang kurang ter- sewaktu mengawini maka Brucella ovis
kontrol dari daerah endemis ke daerah be- akan tertinggal di vagina betina, dan se-
bas (Samkhan dkk. 2014) dan (Kenirawati, waktu ganti pasangan maka domba jantan
2008). akan tertular Brucellosis. Pada anjing
Kerugian ekonomi akibat brucellosis sa- dapat tertular per oral, sewaktu menjilat
ngat besar, dapat berdampak langsung organ genitalia betina dan melui kontak
pada sistem produksi peternakan (abortus, langsung dengan urine atau melalui kawin
infertilitas, penurunan produksi susu) serta alam (Acha and Boris, 2003). Satu hal
pengeluaran ekstra dan dampak meng- penting yang menjadi gambaran dari pe-
ganggu perekonomian daerah yang meru- nyakit ini adalah kemampuan penularan-
pakan sumber utama dari perdagangan nya. Suatu kasus keguguran dapat
12 13
ternak keluar provinsi atau pulau, ini salah mengekskresikan 10 s/d. 10 jumlah ku-

DAMPAK EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS ......................................................................................................................... 2


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 1 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

man Brucella secara masif. Jumlah ku- 6. Penularan pada manusia (zoonosis)
man Brucella yang diekskresikan selama berakibat penurunan potensi kerja
suatu kasus keguguran dapat menginfeksi akibat sakit.
60 ribu sampai 600 ribu sapi betina muda 7. Biaya desinfeksi dan deposal.
yang bunting (Naipospos, 2014). 8. Biaya vaksinasi pada ternak.
9. Biaya surveillance.
METODA PENGENDALIAN PEMBERAN- 10. Penurunan harga jual pada sapi betina
TASAN PENYAKIT BRUCELLOSIS dewasa yang terinfeksi.
Pada umumnya Brucella memiliki target 11. Biaya operasional penyuluhan kesa-
pada organ reproduksi jantan dan be-tina daran masyarakat (Public Awareness)
pada usia dewasa kelamin. Hewan yang terhadap penyakit Brucellosis.
terinfeksi berfungsi sebagai reservoir dan 12. Biaya operasional pengawasan lalu-
biasanya terus berlangsung tak terbatas. lintas antar Kab/Kota, Provinsi, Re-
Bakteri ini bersumber pada hewan yang gional atau Negara.
terinfeksi, dapat bertahan pada lingkungan
yang lembab untuk beberapa bulan la- PEMBAHASAN
manya (Quinn et al.,2007). Penularan bia- Ad. 1 Perinatal Mortality
sanya terjadi melalui membrana mukosa Kematian janin sebelum lahir, abortus pa-
saluran pencernaan, veneral contact, kon- da keuntingan 5-7 bulan mencapai angka
jungtiva, penetrasi pada kulit yang luka, in- 5-90% (Toelihere, 1985), dimana adanya
halasi atau transplasenta. Sebagian be- keguguran merupakan gejala patogno-
sar kasus yang berada di Indonesia pe- monis pada infeksi awal. Setelah menga-
nularannya melalui pencernaan. Abortus lami abortus biasanya infeksi akan men-
terjadi setelah usia kebuntingan 5 bulan jadi kronis dan tidak menunjukkan gejala
dan kebuntingan selanjutnya sapi menjadi klinis serta sapi dapat bunting kembali se-
bersifat karir. Pada anak sapi infeksinya hingga hewan dapat bertindak sebagai
terbatas, berbeda dengan sapi dewasa carrier penularan ke ternak sehat lainnya
dimana infeksinya dapat persisten selama melalui plasenta dari janin yang gugur, ko-
bertahun-tahun pada glandula mamari dan toran sapi, serta air, pakan dan peralatan
nodus limfatikus (Quinn et al., 2007, Sal- kandang yang terinfeksi (Madkour, 1989).
mani et al. Journal, 2009 dan Talaro et al., Pada sapi jantan brucellosis dapat menye-
2002). babkan orchitis, epididimitis dan artritis
PARAMETER EPIDEMIOLOGI (Alton et al., 1988). Pada kematian pedet
pada awal kelahiran. Kematian ini sebe-
Ada 12 Parameter yang digunakan peng- tulnya cukup tinggi, hanya saja para pe-
hitungan kerugian ekonomi menurut Su- ternak tidak begitu menghiraukan.
santi, 2014 adalah, data tersebut diperoleh Spesies Brucella yang menginfeksi sapi-
dari data lapangan, data laboratorium, stu- sapi di Indonesia adalah strain Brucella
di pustaka dan data dari penelitian- abortus biotipe 1 (Setiawan, 1992). Kuman
penelitian sebelumnya : Brucella abortus biotipe 1 adalah merupa-
1. Perinatal Mortality, kematian janin kan isolat lokal yang paling patogen se-
sebelum atau awal setelah melahirkan. hingga mampu menimbulkan keguguran
2. Penurunan Produksi susu : dan infeksi yang meluas pada organ dan
- Kerugian langsung penurunan pro- jaringan tubuh sapi. Kuman penyebab bru-
duksi susu. cellosis pada sapi perah di daerah DKI
- Biaya kehilangan susu akibat me- Jakarta terdiri dari Brucella abortus biotipe
ningkatnya interval beranak (jarak ke- 1 (77,6%), biotipe 2 (13,2%) dan biotipe 3
lahiran memanjang) (9,2%) Biotipe tersebut yang diduga telah
- Biaya kehilangan susu, akibat menyerang ternak diberbagai wilayah di
meningkatnya abortus. Indonesia (Sudibyo, 1996).
3. Penurunan Berat Badan.
4. Biaya tukar-tambah ternak reaktor Ad. 2 Penurunan Produksi Susu
brucellosis. Kerugian secara langsung pada penu-
5. Opportunity Cost, penurunan harga jual runan produksi susu dan biaya kehi-
akibat ternak reaktor brucellosis. langan susu akibat meningkatnya interval
beranak, disini peternak dirugikan dalam
hal pemberian pakan, pakan tambahan

DAMPAK EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS ......................................................................................................................... 3


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 1 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

(supplement) dan obat-obatan pada waktu abortus RB-51 dan sistem test and
masa tenggang menunggu masa bunting slaughter pada daerah bebas brucellosis/
yang tertunda. prevalensi <2% (Ditjennak, 2000). Sebagai
dasar kebijakan pelaksanaan operasional
Ad. 3 Penurunan Berat Badan pemberantasan brucellosis mengacu pada
Pada infeksi penyakit Brucellosis ini akan SK Menteri Pertanian No 828 tahun 1998
menunjukan penurunan berat badan, wa- ten-tang pengamatan, pengawasan lalu-
laupun tidak sedrastis pada infeksi cacing lintas, vaksinasi dan test and slaughter
dan infeksi penyakit lainnya. (potong bersyarat). Vaksin Brucella abor-
tus RB-51 telah ditetapkan untuk program
Ad. 4 Biaya tukar-tambah ternak reaktor vaksinasi pada sapi perah di Pulau Jawa.
brucellosis. Vaksin RB-51 dikembangkan sejak tahun
Pada umumnya peternak akan menukar- 1991 diderivasi dari koloni Brucella abor-
tambahkan ternaknya yang terindikasi tus strain 2308 (Schurig et al., 1991).
reaktor brucellois. Dengan sendirinya har- Vaksin Brucella abortus RB-51 tersebut
ga tukar-tambah akan merosot tajam di- mempunyai tingkat proteksi yang tidak
mata jagal atau blantik sapi, kemerosotan berbeda dengan vaksin Brucella abortus
harga tukar-tambah pernah ditengarai S-19, tidak menimbulkan reaksi post vak-
sampai 30% dari harga jual ternak sehat. sinasi seperti abortus dan antibodi yang
dihasilkan tidak terdeteksi dengan uji
Ad. 5 Opportunity Cost serologis standar Rose Bengal Plate Test
Pada umumnya peternak akan menjual (RBPT) dan Complement Fixation Test
ternaknya yang terindikasi reaktor bru- (CFT), sehingga tidak mengacaukan diag-
cellois. Dengan sendirinya harga jual akan nosis dengan infeksi brucellosis secara
merosot tajam dimata jagal atau blantik alami (Schurig et al., 1981). Uji lapang
sapi, kemerosotan harga tukar-tambah tentang keamanan vaksin B. abortus
pernah ditengarai sampai 50% dari harga RB51 pada sapi perah telah dilakukan
jual ternak sehat. oleh Balai Besar Veteriner Wates di
daerah Cisarua. Hasil uji lapang menun-
Ad. 6 Zoonosis jukkan bahwa vaksin Brucella abortus
Penularan penyakit brucellosis dari he- RB51 tidak menyebabkan reaksi klinis
wan ke manusia sudah terbukti pada be- pasca vaksinasi seperti anafilaksis, ar-
berapa penelitian. Brucellosis pada manu- thritis, demam tnggi dan penurunan nafsu
sia dapat mengakibatkan demam undulan, makan. Selain itu vaksin Brucella abortus
endokarditis, rthritis dan osteomielitis RB-51 tidak menyebabkan reaksi positif
(Young. 1983). Hasil penelitian Sudibyo palsu seperti halnya pada vaksinasi de-
(1996), menunjukkan 13,6% serum pe- ngan strain S-19 (Sulaiman dan Poer-
kerja kandang sapi perah, 22,6% pekerja madjaja, 2004). Kekurangan dari vaksin
kandang babi dan 3,0% pekerja rumah RB-51 relatif mahal dibandingkan dengan
potong babi ditemukan adanya titer anti- vaksin jenis Strain 19 (S-19).
bodi terhadap brucella.
Ad. 9 Biaya Surveillance
Ad. 7 Biaya desinfeksi dan deposal Biaya melakukan Surveillance tidak di-
Biaya yang dikeluarkan peternak untuk anggap enteng, memerlukan biaya cukup
mendesinfeksi kadangan dan mengubur besar dan memakan waktu dan menguras
bangkai ternak mati tidak sedikit biayanya. tenaga pelaksanan dalam melakukan ter-
sebut dengan baik. Untuk membebaskan
Ad. 8 Biaya vaksinasi pada ternak Pulau Madura saja butuh dana milyaran
Komitmen pemeritah dalam pengendali- rupiah dan waktu yang cukup panjang,
an, pemberantasan dan pembebasan de- direkomendasikan pihak konsultan bidang
ngan teori klasik yakni : berdasarkan per- epidemiologi veteriner, untuk membebas-
timbangan tersebut maka mulai tahun kan suatu daerah perlu minimal 3-4 tahun.
2005, pemerintah telah mencanangkan Ad. 10 Harga jual sapi betina dewasa
program pengendalian brucellosis pada terinfeksi
sapi perah di Pulau Jawa melalui kombi-
nasi program vaksinasi di daerah tertular/ Harga jual ternak betina dewasa terin-
prevalensi >2% memakai vaksin Brucella dikasi brucellosis sangat significant, dari

DAMPAK EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS ......................................................................................................................... 4


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 1 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

para peneliti mengatakan bahwa betina KESIMPULAN


dewasa terindikasi brucellosis dapat me- • Program Pengendalian Brucellosis pada
nurunkan harga sampai 60-75% karena sapi perah di Pulau Jawa harus segera
pembeli sudah cukup mengerti tentang dilakukan karena jumlah reaktor positif
brucellosis, dia takut kalau ternak yang brucellosis semakin meningkat dari tahun
dibeli tersebut akan mengalami infertilitas ke tahun. Pengendalian brucellosis pada
atau mengalami keguguran yang dapat sapi perah dengan sistem Test and
mengancam induknya sendiri. Slaughter yang telah diterapkan selama ini
belum memberikan hasil yang optimal ka-
Ad. 11 Biaya Penyuluhan
rena pemerintah belum sepenuhnya mem-
Biaya sosialisasi pada penyadaran ma- beri prioritas utama dalam pemberantasan
syarakat (Public Awareness) terhadap brucellosis. Oleh karena itu pengendalian
penyakit brucellosis cukup mahal dan perlu brucellosis pada sapi perah di Pulau Jawa
dilakukan pengulangan, hal-hal yang perlu kedepan dilakukan dengan kombinasi pro-
disosialisasikan adalah, mengenai keru- gram vaksinasi pada daerah tertular berat
gian ekonomi, bahaya penularan ke sapi (prevalensi >2%) dengan menggunakan
lain sekandang, agar ternak dapat bere- vaksin Brucella abortus RB-51 dan pro-
produksi secara normal tanpa ada gang- gram test and slaughter pada daerah ter-
guan penyakit brucellosis. tular ringan (prevalensi <2%). Keberhasil-
Brucellosis pada sapi bersifat kronis de- an penanggulangan brucellosis pada sapi
ngan fase bakterimia yang subklinis. Sum- perah di Jawa sangat diperlukan du-
ber penularan brucellosis pada sapi yang kungan pemerintah, dana, sumber daya
utama berasal cairan plasenta dan sisa- manusia yang profesional dan akan ter-
sisa abortusan. Predeleksi bakteri tersebut wujud apabila diikuti dengan seluruh pro-
terutama pada uterus sapi betina. Penu- sedur yang benar sera komitmen dari se-
laran penyakit biasanya terjadi melalui luruh aparat yang terkait dan masya-rakat
makanan atau saluran pencernaan, sela- peternak melalui sosialisasi program didu-
put lendir mata (Plomet and Plomet, 1988), kung dengan pengawasan lalulintas ternak
kulit yang luka, ambing. inseminasi buatan secara ketat.
de-ngan semen yang tercemar (Manthei et
al., 1950) dan plasenta (Blood dan Han- • Program Penanggulangan Brucello-sis
derson, 1979). Sapi dewasa dan teru-tama di Indonesia berdasarkan SK. Direktorat
sapi yang sedang bunting sangat peka Jenderal Peternakan No. 491/ TN.550
terhadap infeksi Brucella abortus, sedang- /Kpts./DJP/Deptan/1986 tentang ketentu-
kan pada dara dan sapi tidak bunting ba- an pengendalian Penyakit Hewan Bru-
nyak yang resisten terhadap infeksi cellosis, mencakup di dalamnya upaya
(Edington and Donham, 1939). Penularan pencegahan dan pengendalian :
melalui inhalasi juga dilaporkan terutama Pencegahan, didalam tindakannya me-
ketika ternak sehat dan ternak yang me- laksanakan :
ngalami abortus ditempatkan dalam satu a. Sanitasi dan higiene, terutama pada
kandang yang padat dengan sanitasi buruk tatalaksana pakan dan perkandangan,
(Alton et al., 1984). merupakan upaya memutuskan alur
penularan penyakit, mengingat kuman
Ad. 12 Biaya operasional pengawasan brucella peka terhadap kekeringan,
lalu-lintas ternak pemanasan dan desinfektan.
Pengawasan lalu-lintas ternak antar kab. b. Memberikan sertifikat bebas brucello-
/kota, Provinsi, Regional maupun antar Ne- sis, diberikan apabila sudah dilakukan
gara perlu dilakukan secara ketat dan pengujian sebanyak dua kali selang 30
berkesinambungan, kalau mendesak perlu hari, hasilnya tetap negatif. Hanya sapi
dilibatkan pihak berwajib untuk mengawal yang dilengkapi Surat Keterangan Ke-
berjalannya regulasi transaportasi antar sehatan Hewan (SKKH) yang dapat
daerah. Check-point perlu diaktifkan kem- ditransaportasikan antar daerah, pe-
bali dan ditempatkan ditempat strategis, ngawasan lalu-lintas ternak dan fungsi
sehingga para pelaku usaha tidak dapat karantina harus dilaksanakan sesuai
menghindar dari pemeriksaan petugas prosedur yang telah ditetapkan.
(perlu dicermati adanya jalan tikus). c. Melaksanakan vaksinasi, baik vaksin
aktif maupun inaktif terutama diberi-

ANALISIS EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS DALAM MENYONGSONG ............................................................................ 5


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 1 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

kan pada anak-anak sapi umur 3-b yang harus divaksin, dan vaksinasi ber-
bulan dan sapi dara. Diharapkan dapat langsung untuk jangka waktu lebih dari
memberikan kekebalan terhadap bru- dua kali rata-rata masa produksi. Tan-
cellosis sampai pada kebuntingan 5 tangan dalam melakukan program vaksi-
bulan (Enright, 1984). nasi umumnya adalah cakupan vaksinasi
> 80% tidak tercapai, rantai dingin (cold
Pemberantasan, pola pemberantasan pa-
chain) kurang memadai, dan tidak adanya
da dasarnya adalah bila ditemukan reaktor
identifikasi ternak (Naipospos, 2014).
Brucellosis, sapi tersebut dikeluarkan dari
kelompok dan dipotong bersyarat. Se- Pengobatan, pada kejadian lapangan pe-
dangkan sapi yang sehat dari derah yang ngobatan pada ternak yang terinfeksi Bru-
bebas Brucellosis tidak perlu dilakukan cellosis tidak direkomendasikan, tetapi se-
vaksinasi, tetapi bila sapi berasal dari cra Laboratoris dapat diatasi dengan Ri-
daerah tertulat dan sehat perlu dilakukan fampicin atau Tetracycline (Stuart, 1982).
vaksinasi, terutama anak sapi dan sapi Pengobatan brucellosis pada manusia ha-
dara. Tindakan administratif adalah meng- rus segera dilakukan untuk mencegah ter-
hindari pemasukan bibit sapi dari daerah jadinya komplikasi dan relapsis. Pengo-
tertular ke daaerah bebas Brucellosis. batan dilakukan dengan pemberian anti-
Di negara-negara maju, pemberantasan biotik seperti Doxycycline, Streptomycine
brucellosis pada ternak dicapai dengan dan Rifampisin setiap hari selama minimal
sukses melalui kombinasi program vak- 6 minggu (WHO, 1986). Pada orang de-
sinasi dan uji-dan-potong (test-and- wasa dan anak di atas umur 8 tahun, anti-
slaughter) dan brucellosis pada manusia biotika yang diberikan adalah Doxycycline
melalui pasteurisasi susu, dibarengi de- dan Rifampisin selama 6 - 8 minggu, se-
ngan program surveilans yang efektif dan dangkan untuk anak di bawah 8 tahun se-
pengendalian lalu lintas ternak. Selan- baiknya diberikan Rifampisin dan Trime-
jutnya upaya lebih ditekankan pada ana- thoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX) se-
lisis risiko (risk analysis) untuk mencegah lama 6 minggu. Penderita brucellosis de-
introduksi kembali kuman Brucella (Nai- ngan spondilitis direkomendasikan antibio-
pospos, 2014). tika Doxycycline dan Rifampisin dikombi-
Di negara-negara berkembang, pembe- nasikan dengan Aminoglikosida (Gen-
rantasan dengan uji-dan-potong sulit dica- tamicin) selama 2 sampai 3 minggu kemu-
pai oleh karena sumberdaya terbatas un- dian diikuti dengan Rifampisin dan Doxycy-
tuk memberikan ganti rugi kepada pemilik cline selama 6 minggu. Juga kombinasi
yang ternaknya harus disembelih di Ru- TMP-SMX untuk pengobatan brucellosis
mah Pemotongan Hewan (RPH), dan pa- pada manusia.
da umumnya dana kompensasi kurang Brucellosis dengan komplikasi endocardi-
memadai. Begitu juga informasi yang ber- tis atau meningoenchepalitis memerlukan
kaitan dengan angka prevalensi bru- pengobatan dengan kombinasi antibiotika
cellosis sangat terbatas, dan program pe- Rifampisin, Tetracycline dan Aminogliko-
ngendalian jarang diimplementasikan. sida serta penambahan corticosteroid un-
Vaksinasi brucellosis meningkatkan re- tuk mengurangi proses peradangan.
sistensi terhadap infeksi, menurunkan risi- Sedangkan, brucellosis dengan kompli-
ko keguguran, dan mengurangi ekskresi kasi endocarditis memerlukan pengobatan
kuman, oleh karenanya bisa mengurangi yang lebih agresif yaitu dengan kombinasi
insidensi penyakit pada populasi manusia, aminoglikosida dengan Doxycycline, Ri-
akan tetapi tidak cukup untuk mem- fampisin dan TMP-SMX selama 4 minggu
berantas penyakit secara tuntas pada po- diikuti sekurang-kuranganya kombinasi 2 -
pulasi hewan tanpa dibarengi tindakan 3 jenis antibiotika selama 8 - 12 minggu.
lain. Hal menguntungkan yang bisa diper- Pada wanita hamil penderita brucellosis,
oleh dengan mempertahankan vaksinasi antibiotika pilihan yang harus diberikan. Ji-
sampai atau setelah tahap pemberantasan ka hanya diberikan 1 macam antibiotik se-
dicapai, karena bisa memastikan populasi ring terjadi kekambuhan karena itu diberi-
tetap terproteksi dari sisa sumber infeksi kan beberapa jenis antibiotik Doxycycline
yang tidak terdeteksi. atau Tetracycline dan suntikan Streptomy-
Vaksinasi yang efektif bisa tercapai apa- cine setiap hari akan menrunkan resiko
bila terpenuhi dua syarat yaitu cakupan terjadinya kekambuhan. Kepada anak
vaksinasi harus > 80% pada semua ternak yang berusia di bawah 8 tahun diberi-

ANALISIS EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS DALAM MENYONGSONG ............................................................................ 6


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 1 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

kan Trimetoprimsulfameoksazol dan Strep- tuk menjadikan program pemberantasan


tomycine atau Rifampisin karena Tetra- Brucellosis adalah menjadi program utama
cycline bisa menyebabkan kerusakan gigi. bukan program tambahan dan mensupport
Pada kasus yang berat, diberikan kortiko- dana sepenuhnya dalam kurun waktu jang-
steroid (misalnya Prednison). Jika terjadi ka menengah dan jangka panjang, agar
nyeri otot yang hebat bisa diberikan pereda brucellosis dapat di tanggulangi, diberan-
nyeri yang kuat (Hastari, 2009). tas sampai dengan pembebasannya.

• Penyakit Brucellosis merupakan penya-


kit yang berdampak kerugian ekonomi ----- =o0o= -----
cukup besar, maka perlu penangan yang
serius antara pemerintah pusat dan daerah
dan perlu komitmen bagi para petinggi un-

DAFTAR PUSTAKA

Acha, G.G., P.N. and Boris S. 2003. Zoonosis and Communicable Disease Common to Man
and Animal. Vol. 1. Bacteriosis and Mucosis. Ed. 3. Washington. Pan America.

Alton, G.G., J.M. Jones, R.D. Angus and J.M. Verger. 1988. Techniques for the brucellosis
laboratory. Institute National de la Recherche Agronomique. Paris.

Blood, D.C. and J.A. Handerson.1979. Veterinary Medicine 5th ed. Bailliere Tindall. London.

Crawford, R.P., J.D. Huber, B.S. Adams. 1990. Epidemiology and Surveillance. In:Animal
Brucellosis. Nielsen K.H. and J.R. Duncan (Eds.). Boca Raton (FL). CRC Press.
pages 131-151.

Ditjennak, 2000. Program dan Pedoman Teknis Pemberantasan Brucellosis pada Sapi
Perah di Pulau Jawa. Direktorat Bina Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian.

Edington, B.H. and C.R. Donham. 1939. Infection and Reinfection experiment with Bang’s
disease. J.Agric.Res. 59: 609-618.

Enright, F.M., J.V . Walker, G. Jeffers and B.L. Deyoe. 1984. Celluler and humoral
responses of brucella abortus infected bovine foetuses . Am. J.Vet. Res. 45: 424-430.

Hastuti, S. 2009. Pengobatan Brucellosis. http://midwifesari.blogspot.com/2009/05/


brucellosis.html. dowloaded at Maret 23 2014, 07:40 PM.

Kenirawati, T. 2008. Pencegahan di daerah tertular Brucellosis.


http://ipaveti-ipaveti.blogspot.com/2008/07/pencegahan-di-daerah-tertular.html
dowloaded at Maret 22 2014, 13:22 PM.

Madkour, M.M. 1989. Overview. In M.M. Madkour (Edit). Brucellosis. Butherworths. London.

Manthei, C.A.; D.E. Detray and E.R. Goode.1950. Brucella In fection in bull and the spread
of brucellosis in cattle by artificial insemnitaion. I. Intrauterine injection. Proceeding
Book American Veterinary Medical Association. J.Am.Vet.Med.Ass. 117:106.

Mardiatmi. 2014. Pembebasan PHMS. Prosedur AdministrasiTeknis. Rapat Evaluasi


Pembebasan Madura dari Brucellosis tahun 2014. Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

ANALISIS EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS DALAM MENYONGSONG ............................................................................ 7


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 1 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

Murni, D. 2014. Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis. http://veterinarydewi.blog-


spot.com/2014/01/epidemiologi-dan-pengendalian.html, dowloaded at Maret 22
2014, 12:26 PM.

Naipospos, T.S.P. 2014. Analisis kebijakan progam pembebasan brucellosis di Indonesia.


Blog Veteriner ku, blog yang didedikasikan untuk dunia kesehatan hewan indonesia.
http://tatavetblog.blogspot.com/2014/02/implikasi-ekonomi-dan-epidemiologis.html
dowloaded at Maret 22 2014, 12:42 PM

Noor, S.M. 2006. Brucellosis : Penyakit Zoonosis yang belum banyak dikenal di Indonesia.
Wartazoa. Vol. 16 : 31-39.

Noor, S.M. 2013. Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis pada Sapi Perah di Pulau
Jawa. Lokakarya Nasional Kesediaan IPTEK dalam pengendalian Penyakit
Stratesgis pada ternak ruminansia besar. http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id
/ind/attachments/247_73.pdf. dowloaded at Maret 22 2014, 12:34 PM.

Office International des Epizooties (OIE). 2004. The World Organisation for Animal Health
Teresterial Animal Health Code. OIE. Paris. France.

Plomet. M. and A.M. Plomet. 1988. Virulence of Brucella: bacterial growth and decline in
mice. Annales de Recherces Veterinaires. 19(1): 65-67.

Quinn, P.J., Markey, B.K., Carter, M.E., Donnely, W.J.C., and Leonard, F.C.
2007. Veterinary Microbiology and Mricrobial disease. Blackwell Science Ltd. 9600
Garsington road, Oxford, UK.

Salmani, A.S., Siadat, S.D., Fallahian, M.R., Ahmadi, H., Norouzian, D., Yaghmai, P.,
Aghasadeghi, M.R., Mobarakeh, J.I., Sadat, S.M., Zangeneh, M., and
Kheirandish, M. 2009. Serological Evaluation of Brucella abortus S99
Lipopolysaccharide Extracted by an Optimized Method. American Journal of
infectious Diseases 5 (1): 11-16, 2009.

Samkhan, Ikaratri R, Sriniyati, Parmini T dan Purnomo D.P. 2014. Survei


Seroepidemiologi Brucellosis menuju pembebasan sapi di Pulau Madura dari
Penyakit Brucellosis tahun 2014. Buletin Laboratorium Veteriner. Vol. 13. No. 4.
Tahun 2014.
http://bbvetwates.com/upload/jurnal/01_Survei_Seroepid_Brucellosis_[samkhan]2.pdf
dowloaded at Maret 22 2014, 12:58 PM.

Schurig, G.G; R.M. Roop; T. Bagchi; S. Boyle; D. Buhrman and N. Sriranganathan.


1991. Biological properties of RB51; a stable rough strain of Brucella abortus. Vet.
Microbiol. 28: 171-188.

Setiawan, E.D. 1991. Brucellosis pada Sapi. Wartazoa. Vol. 2, No. 1-2, tahun 1991.

Setiawan, E.D. 1992. Studi tentang beberapa sifat biologis Brucella abortus isolat lapang.
Disertasi Doktor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Stuart, F.A . 1982. Comparison of rifampicin and tetracyclin based regimens in the treatment
of experimental brucellosis. J. Infec . 5: 27-34.

Sudibyo, A. 1995. Studi Epidemiologi Brucellosis dan dampak terhadap reproduksi Sapi
Perah di DKI Jakarta. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol. I. No. 1. Th. 1995.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/jitv/jitv11-6.pdf
dowloaded at Maret 22 2014, 12:51 PM.

ANALISIS EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS DALAM MENYONGSONG ............................................................................ 8


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan
BULETIN LABORATORIUM VETERINER Vol. 14 Nomer 1 Tahun 2014
Balai Besar Veteriner Wates Artikel 1

International Standard Serial Number (ISSN) :0863-7968 Edisi Bulan : Januari - Maret

Sulaiman, I. dan B. Poermadjaya. 2004. Paper: Uji Lapang Keamanan Vaksin Brucella
abortus strain RB51 pada Sapi Perah di Kecamatan Cisarua, Bogor. Pertemuan
Evaluasi Pemberantasan Brucellosis dan Pengawasan Lalulintas Ternak dan Daging
Propinsi DKI Jakarta di Cianjur.

Susanti, E. 2013. Analisa Ekonomi Brucellosis. Blog Penyakit Hewan, Kesehatan Hewan dan
Kesejahteraan Hewan.
http://elysusanti-vet.blogspot.com/2013/05/contoh-analisa-ekonomi-akibat.html
dowloaded at Maret 22 2014, 13:28 PM.

Talaro, K.P., and Talaro, A., 2002. Foundations in Microbiology. 4th ed. E-book.
www.mhhe.com/primis/online. ISBN 0-07-248864-6.

Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. UI. Press. Jakarta.

Young E.J. 1983. Human Brucellosis. Rev. Infect. Dis. 5:821-824.

----- =o0o= -----

ANALISIS EKONOMI PENYAKIT BRUCELLOSIS DALAM MENYONGSONG ............................................................................ 9


PENANGGULANGAN, PEMBERANTASAN DAN PEMBEBASAN BRUCELOSIS DI INDONESIA TAHUN 2025
Artikel ditulis oleh : Samkhan

Anda mungkin juga menyukai