Anda di halaman 1dari 9

RESUME SEMINAR NASIONAL GEOMATIKA 2021

“INOVASI GEOSPASIAL DALAM PENGURANGAN


RISIKO BENCANA”

Disusun oleh :
Shinta Angelina 03311940000005

Dosen :
Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA.DESS
Nurwatik, S.T., M.Sc.
Kelas :
Jaring Kontrol Geodesi A

Departemen Teknik Geomatika


Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2021
A. Dukungan data geospasial untuk peringatan dini bencana

Oleh : Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika


(Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc. Ph.D)

Tugas BMKG salah satunya adalah memberikan pelayanan berupa informasi yang
terkait dengan cuaca iklim gempa dan tsunami sesuai dengan UU No 31 tahun 2009,semua
informasi disajikan dalam bentuk informasi geospasial karena semua informasi memiliki
dampak yang meruang.Terkait penyedia data informasi berupa cuaca dan iklim,pada dasarnya
cuaca dan iklim adalah peristiwa yang sama hanya saja durasi nya yang berbeda. Paling lama
prediksi cuaca 10 hari,untuk parameter seperti suhu,arah, kecepatan angin,tekanan udara.
Sebagai contoh jika ingin terbang,maka BMKG memberikan informasi cuaca
sepanjang jalur penerbangan sehingga informasi harus bersifat dinamis.Saat pesawat terbang
ada perubahan dinamis cuaca secara real time dalam skala ruang dan waktu.Saat pesawat
akan takeoff atau landing harus menunggu data informasi geospasial terkait cuaca dari
BMKG.Data yang diperoleh di BMKG tidak bisa diterapkan jika tidak memiliki dasar.Peta
dasar sebagai basic/dasar menambahkan informasi tematik sebagai layer agar data dapat
diketahui.
Jika sudah lebih dari 10 hari maka dinamakan iklim,parameter iklim dan cuaca sama
namun durasinya yang berbeda.Dari gambar dibawah dilihat wilayah Indonesia berada di
persilangan antara Benua Asia,Austalia dan Samudra Hindia,Samudra Pasifik.Posisi ini
membuat kondisi Indonesia dinamis dan dapat mengalami anomali (perbedaan yang
signifikan) tekanan udara.Akibatnya aliran massa udara,massa udara dari samudra membawa
uap air dan terjadi peningkatan curah hujan.Maka terjadilah anomali iklim sepertin el nino,la
nina).Hal tersebut membutuhkan analisis yang hanya mampu dijabarkan dalam skala ruang
dan waktu membutuhkan informasi geospasial.

Gambar 1.Wilayah Geografis Indonesia


Contoh produk layanan yang disediakan oleh BMKG tertera pada gambar 2 berikut.
Salah satu produk BMKG terkait cuaca dan iklim dapat diakses pada website sesuai gambar 3
dibawah.Dan dapat diprediksi secara realtime karena data bersifat dinamis.Dan hal ini telah
mengikuti panduan Badan Meterologi Dunia

Jaring Kontrol Geodesi A


Gambar 2.Produk BMKG terkait cuaca dan iklim

Gambar 3.Tampilan website realtime IBF BMKG

BMKG juga menyediakan informasi terkait prediksi curah hujan.sesuai dengan


gambar 4.Dimana informasi tersebut juga membutuhkan adanya informasi geospasial.Format
data yang dihasilkan sendiri berupa jpeg. atau text dan dapat dipergunakan untuk 34 propinsi
di Indonesia

Jaring Kontrol Geodesi A


Gambar 4.Contoh informasi peringatan dini cuaca

BMKG juga menyediakan FDRS (sistem peringatan karhutla) spartan dengan level
kabupaten.Indikasi zona warna merah memiliki tingkat resiko tinggi.Data ini diberikan ke
pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah dapat mengantisipasi

Gambar 5.Informasi FDRS Spartan BMKG

Kemudian BMKG juga menyediakan data untuk siklon tropis seperti pada gambar 6
dibawah.Siklon tidak dapat menembus lintang 10 derajat karena adanya gaya coriolis. Di
tahun 2021 seroja untuk skala nya sudah menembus lintang 10 derajat,zona tropis sudah
berhasil dibobol oleh adanya badai tropis.Artinya kecenderungan akan semakin sering
menurut analisis pakar klimatologi.Sehingga BMKG harus meningkatkan kemampuan
analisis,prediksi,obeservasi,deteksi dini yang semuanya membutuhkan saran geospasial
resolusi tinggi.

Gambar 6.Informasi BMKG terkait citra radar siklon tropis

Untuk gelombang tinggi,BMKG juga menyediakan peringatan gelombang dini


seperti tsunami,dan memberikan informasi kepada nelayan terkait wilayah/zona yang

Jaring Kontrol Geodesi A


memiliki gelombang tinggi.Data ini dapat dilihat di website terkini BMKG.

Gambar 7.Informasi peringatan dini tsunami BMKG

BMKG juga melakukan analisis peta potensi tsunami dengan skala 1:5000.Data
batimetri sangat mempengaruhi kecepatan gelombang tsunami dan akan memberikan faktor
sejauh mana tsunami masuk kedarat.Akan sangat ideal jika terdapat data topografi resolusi
tinggi seperti pada gambar dibawah.

Gambar 8.Informasi modelling peta bahaya tsunami acuan mitigasi

Kemudian dapat menyediakan data untuk desain infrastruktur seperti tinggi


genangan seperti potensi tsunami,dan gelombang seperti pada gambar dibawah.

Gambar 9.Modelling tsunami di lokasi infrastruktur lokal

Jaring Kontrol Geodesi A


Saat ini BMKG bersama pakar tengah berfokus dalam menyediakan data batimetri
resolusi tinggi untuk pemodelan tsunami.Kebutuhan peta terkait pemodelan tsunami meliputi
Peta DEMNAS terintegrasi skala 1 :25000 dengan resolusi 11 m di seluruh Indonesia,peta
observasi lapangan topografi dan batimetri atau LIDAR skala 1 : 10.000 dengan resolusi 10
m di seluruh Indonesia,peta citra resolusi tinggi (CSRT) dengan resolusi 6 m di seluruh
Indonesia,dan peta rupa bumi Indonesia.

B. Tantangan Informasi Geospasial untuk Mitigasi Bencana

Oleh : Kepala Badan Informasi Geospasial


(Prof. Dr.Rer.Nat. Muh Aris Marfai, M.Sc.)

Informasi geospasial dan data statistik sosial ekonomi memberikan rekomendasi


dalam persiapan,pemantauan,dan evaluasi kebijakan pemerintah sesuai dengan tugas pokok
BIG yakni sebagai berikut.
 Regulator
-Perumusan dan pengendalian kebijakan teknis terkait IG
 Eksekutor
-Menjalankan GI dasar
-Melaksanakan jaringan GI nasional
-Penyelanggaran GI tematik yang belum dimiliki oleh institusi lain
 Koordinator
-Mengkoordinasikan,mengintegrasikan,dan menyikronkan pelaksanaan IG nasional
 Pembina
-Memberikan pembinaan bagi pelaksana dan pengguna GI tematik

Tugas pokok tersebut dibentuk untuk melaksana tujuan BIG sesuai dengan undang
undang informasi geospasial terkait menyediakan GI yang andal,mewujudkan GI yang efektif
dan efisien,menggunakan IG untuk menyelanggarakan tugas tugas pemerintah di segala
aspek kehidupan masyarakat.

Salah satu fokus yang dikerjakan BIG adalah terkait mitigasi bencana dengan latar
belakang Indonesia yang berada di kawasan ring of fire. Prioritas manajemen pengurangan
resiko bencana dari berbagai aspek membutuhka informasi geospasial.

Peran IG dasar dan tematik sendiri untuk manajemen pengurangan resiko bencana
sendiri adalah menyediakan data dasar berupa peta RBI,LPI,dan LLN kemudian adanya
referensi geodesi seperti CORS,stasiun pasut,jaringan geodesi yang nantiya diolah
menghasilkan suatu informasi berupa peta tematik seperti peta penataan ruang berwawasan
bencana,peta area terkena bencana,peta perencanaan rehabilitasi dan rekontruksi sesuai
dengan kategorinya.

 Pemanfaatan Data Stasiun Pasut untuk Pengurangan Resiko Bencana


Data dari stasiun pasut secara online dapat dimanfaatkan untuk sistem

Jaring Kontrol Geodesi A


peringatan dini tsunami,penilaian resiko untuk dampak bencana;kenaikan permukaan
laut,abrasi,dll.Kemudian data stasiun pasut dapat digunakan untuk survei dan
pemetaan untuk penilaian cepat pasca kejadian tentang bahaya pesisir.Contoh data
stasiun pasut terdapat pada gambar 10.

Gambar 10.Website BIG penyedia data stasiun pasut

 Pemanfaatan Data INA-CORS untuk Pengurangan Resiko Bencana


Data dari jaringan INA-CORS dapat dimanfaatkan untuk sistem peringatan dini
bencana alam di Indonesia,jaringan pemantauan studi geodinamika dan tektonik di
wilayah Indonesia.Contoh data INA-CORS di BIG terlihat pada gambar 11.

Gambar 11.Jaringan INA-CORS di Indonesia tahun 2020

Terkait tanggap darurat bencana,BIG melalukan rapid assesment terhadap wilayah


terdampak bencana alam seperti pada gambar12.IG dibutuhkan untuk megurangi dampak
bencana yang terjadi.

Jaring Kontrol Geodesi A


Gambar 12.Pemetaan rapid assesment bencana tanah longsor

Dalam konteks rehabilitasi dan rekontruksi,BIG melakukan kegiatan terkait


penataan ruang baru,pembangunan perumahan baru,relokasi penduduk yang terkena
dampak,RR sistem irigas,RR bendungan dan waduk.BIG memerlukan data meliputi peta
dasar skala 1:1000 dan 1:5000,pemetaan berbasis fotogrametri dan LIDAR.Gambar 13
menunjukkan contoh peta rehabilitasi dan rekontruksi yang telah dilakukan BIG.

Gambar 13.Peta rehabilitasi dan rekontruksi bencana alam

Dalam konteks terkait mitigasi bencana,tentuya BIG tidak sendiri namun juga
dibantu oleh beberapa instansi seperti BMKG,BNPT,BPPT,LIPI,LAPAN dan berbagai
perguruan tinggi di Indonesia.Informasi geospasial milik BIG terkait kebencanaan dapat
diakses melalui website seperti pada gambar 14.

Jaring Kontrol Geodesi A


Gambar 14.Website kebencanaan milik BIG

Kedepan,tantangan IG terkait pengurangan resiko bencana adalah sebagai berikut

 Menyampaikan informasi yang tepat kepada pihak yang tepat di waktu yang tepat
dalam bentuk yang berguna (mencakup skala,akurasi,detail dari informasi yang
diberikan)
 Membangun sistem berbagi data dan interoperabilitas untuk mengatasi masalah
berbagi data dalam situasi tanggap darurat
 Kebutuhan IG skala detil membutuhkan data yang besar dan super komputer untuk
pengolahannya.
 Pemanfaatn teknologi seperti IOT (Internet of Things),komputasi awan,dan big data
 Memperkuat implementasi melalui peningkatan kemitraan dengan pemangku
kepentingan global dan regional
 Melibatkan pengguna akhir di berbagai bidang seperti kaum muda atau sektor swasta

Jaring Kontrol Geodesi A

Anda mungkin juga menyukai