Anda di halaman 1dari 14

PAPER

SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN (SIK)


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bencana dan Kejadian
Luar Biasa Kelas B)

Dosen Pengampu :
Citra Anggun Kinanti, S.KM., M.Epid.

Disusun Oleh:
Meyhilda Putri Dwi Listianingrum 192110101030
Meilinda Alya’ Putri Haryanik 192110101113
Shofiyah Nur Rosydah 192110101133
Sinta Alifiya Mawwaddatul Chusna 192110101138
Ibtihal Haniyah Irbah 192110101178
Indah Ambarwati Stevani Mone 229919990145

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2022
A. Gambaran Umum Sistem Informasi Kebencanaan Di Indonesia
Kabupaten Bandung sering mengalami banjir dan jumlah peralatan Early
Warning System (EWS) untuk mitigasi banjir masih terbatas. Salah satu target dari
Kerangka Kerja Sendai yaitu meningkatkan cakupan dan akses terhadap EWS
hingga 2030. sistem informasi bencana yang ada di Indonesia belum dapat berfungsi
maksimal, termasuk sistem informasi bencana banjir. Teknologi informasi untuk
mitigasi banjir belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terbukti dengan masih
tingginya frekuensi kejadian banjir diantaranya di Kabupaten Bandung, tingginya
kerugian ekonomi karena mitigasi tidak dilakukan secara maksimal serta adanya
korban jiwa yang ditimbulkan. Kab. Bandung belum memiliki sistem informasi
khusus bencana banjir. Sistem informasi yang ada saat ini mencakup seluruh
bencana yang terjadi di Kab. Bandung. Adanya sistem informasi akan membantu
meningkatkan akses terhadap data secara akurat dan tepat waktu. Proses
perencanaan juga dapat dilakukan secara efektif karena data yang diperlukan sudah
terkumpul dan dapat dilihat baik berdasarkan hari, bulan, maupun rekapan tahunan.
Peringatan dini banjir disampaikan oleh Pusdalops BPBD Kab. Bandung kepada
masyarakat melalui media sosial. Informasi yang disampaikan tidak hanya terkait
ketinggian air namun juga memberikan peringatan untuk waspada. kebijakan untuk
pengurangan risiko bencana sudah dilakukan. Namun, upaya tersebut belum
terlaksana maksimal yang dibuktikan diantaranya dengan tidak adanya dokumen
hasil pengkajian risiko bencana. Upaya pengurangan risiko bencana berbasis
masyarakat (PRB-BM) menjadi bagian dari strategi mewujudkan desa atau
kelurahan tangguh bencana

B. Gambaran Umum Sistem Informai Kebencanaan Di Luar Negeri


1. India
Pada tahun 1999, Pemerintah India telah membentuk komite berkekuatan tinggi
untuk mengatasi berbagai aspek bencana alam di India. Salah satu keputusan
utamanya pada tahun 2000 adalah mendirikan Jaringan Pengetahuan Bencana Alam
Nasional (Nanadisk-Net). Jaringan Pengetahuan ini direncanakan sebagai "jaringan
dari jaringan". Jaringan ini akan bertindak sebagai layanan perpustakaan digital dan
akan memfasilitasi akses ke database global dan sistem peringatan dini secara
signifikan. Jaringan Komunikasi terdiri dari (1) Jaringan VSAT Tingkat Negara
Bagian, (2) Jaringan VHF Intra Kabupaten.Sistem Informasi Penanggulangan
Bencana berbasis GIS dibuat dengan skala 1:250.000 dan 1:50.000 untuk semua
distrik di Maharashtra. Pembuatan DMIS terutama dimaksudkan untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan memperbarui informasi yang berkaitan dengan
bahaya, memfasilitasi analisis terpadu data spasial dan non-spasial, serta pembuatan
peta bahaya banjir dan epidemi, gempa bumi, kecelakaan, bahaya industri,
kebakaran, dan topan.Pemerintah Maharashtra menugaskan pekerjaan pembuatan
DMIS ke Pusat Aplikasi Penginderaan Jauh Maharashtra (MRSAC),
Nagpur.MRSAC mengamankan data penginderaan jauh dari Pusat Aplikasi
Penginderaan Jauh Nasional, dan menafsirkannya melalui sejumlah sub-kontraktor
di sektor swasta. Setelah peta tematik tersedia, para ahli memeriksa peta ini dan
memvalidasinya dengan temuan di permukaan tanah. Setelah validasi, digitalisasi
peta-peta ini akan dilakukan di MRSAC, dan data fisik dan sosial-ekonomi
dikaitkan dengan peta tersebut. Putaran validasi lainnya dilakukan, sebelum
database akhirnya disetujui. Masukan penting dalam latihan ini adalah peta
penginderaan jauh dan data fisik dan sosial ekonomi. Selanjutnya, diperlukan
pekerjaan intensif untuk mendigitalkan data ini, dan memvalidasinya.

2. Filipina
Dewan Koordinasi Bencana Nasional (NDCC) adalah badan pembuat kebijakan
tertinggi dalam penanggulangan bencana di Filipina. Pada tahun 2000 NDCC telah
mulai memasang Sistem Informasi Manajemen Darurat yang akan menghubungkan
semua pusat regional mereka secara elektronik dan menyediakan informasi penting
kepada publik melalui internet. Sistem baru ini akan memiliki empat komponen:
Pelaporan dan Pemantauan Darurat, Manajemen Logistik Darurat, Manajemen Dana
Darurat dan Sistem Informasi Geografis.Basis data Terintegrasi terdiri dari
informasi spasial yang terdiri dari Peta Digital, Foto Udara, Data Satelit sedangkan
Data Non Spasial yang ditampilkan mencakup Sejarah Bencana, Basis Data
Demografi, Tim Tanggap dan Direktori Kontak dan Sumber Daya Utama.
3. Vietnam
Badan koordinasi bencana utama Vietnam, Komite Pusat untuk Pengendalian
Badai dan Banjir (CCSFC) berkedudukan di Departemen Pengelolaan Bendungan
dan Pengendalian Banjir dan Badai di Kementerian Pertanian dan Pembangunan
Pedesaan.SOCCFSC – adalah lembaga dengan tanggung jawab utama untuk
memantau dampak badai,dan banjir, mengumpulkan data kerusakan, memberikan
peringatan resmi, dan mengkoordinasikan dan menerapkan tanggap bencana dan
langkah-langkah mitigasi – bergantung pada struktur administrasi Departemen
Tanggul untuk melaksanakan penilaian bencana, pelaporan bencana, dan tugas
koordinasi darurat. Untuk mempercepat pengiriman informasi ini, SOCCFSC telah
menyiapkan asistem komunikasi bencana, jaringan surat elektronik darurat yang
menghubungkan kantor departemen tanggul provinsi dengan SOCCFSC. Sistem
beroperasi 24 jam per hari, 365 hari per tahun, dan telah menjadi mekanisme resmi
wajib untuk mengirimkan data kerusakan dan kebutuhan bencana ke SOCCFSC. Ini
juga digunakan untuk mengeluarkan arahan pencegahan atau mitigasi bencana
kepada stafnya di lapangan, yaitu pejabat departemen tanggul provinsi dan
pemantau tanggul kabupaten. Sistem ini digunakan secara efektif selama musim
banjir tahun 1996 hingga 2000 sebagai alat untuk mengumpulkan data kerusakan
dan khususnya,SOCCFSC telah menciptakan Departemen-lebarIntranet, dapat
diakses oleh otoritas manajemen bencana pusat dan pejabat di daerah di Vietnam,
dengan bantuan Unit Manajemen Bencana UNDP di Hanoi untuk berfungsi sebagai
gudang untuk:
a) Mengumpulkan undang-undang, dekrit, arahan dan prosedur tentang
bencana dan penanggulangan bencana di Vietnam;
b) Ringkasan kondisi bencana di Vietnam dan pengumuman prakiraan dan
peringatan badai;
c) Laporan Penilaian Kerusakan Resmi yang dikeluarkan oleh SOCCFC;
d) Mengarsipkan data kerusakan akibat bencana dan laporan media tentang
bencana di Vietnam;
e) Data hidro-meteorologi untuk daerah aliran sungai dan wilayah di seluruh
negeri; dan
f) Bahan Referensi Penanggulangan Bencana tambahan yang diarsipkan.
Intranet diperbarui secara berkala dengan informasi perusahaan yang
penting, dan berfungsi sebagai alat referensi umum bagi manajer bencana
dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
4. Sri Lanka
Di bawah Kementerian Layanan Sosial (MOSS), Sri Lanka telah membentuk
sistem informasi manajemen bencana yang disebut Sistem Informasi Manajemen
Sosial (SOMIS). Pusat Penanggulangan Bencana Nasional (NDMC) Sri Lanka
sedang mengembangkan database yang akan menggabungkan berbagai aspek
manajemen bencana yang terintegrasi dengan SOMIS dan Perangkat lunak tersebut
akan kompatibel dengan platform operasi yang umum digunakan.

C. Pemanfaatan Sistem Informasi Kebencanaan Di Indonesia


Sistem informasi kebencanaan nasional yang ada di Indonesia, antara lain,
InaRISK, DIBI, dan WebGIS.
1. InaRISK
InaRISK resmi diluncurkan oleh Kepala BNPB pada tanggal 10 November
2016. InaRISK merupakan portal hasil kajian risiko yang menggunakan arcgis
server sebagai data services yang menggambarkan cakupan wilayah ancaman
bencana, populasi terdampak, potensi kerugian fisik, potensi kerugian ekonomi
(Rp.) dan potensi kerusakan lingkungan (ha) dan terintegrasi dengan realisasi
pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana sebagai tool monitoring
penurunan indeks risiko bencana. InaRISKnantinya diharapkan dapat digunakan
oleh semua pihak termasuk masyarakat dalam menyusun rencana-rencana
penanggulangan bencana dan sebagai portal untuk sharing data spasial dalam
bentuk service gis. Selain itu, InaRISK dapat digunakan sebagai (BNPB, tanpa
tahun):
a) Alat diseminasi hasil kajian risiko bencana kepada pemerintah, pemda, dan
stakeholder lainnya sebagai dasar perencanaan program pengurangan risiko
bencana.
b) Membantu pemerintah, pemerintah daerah, dan para pihak dalam menyusun
strategi pelaksanaan program, kebijakan, dan kegiatan untuk mengurangi risiko
bencana di tingkat nasional hingga daerah.
c) Membantu pemerintah dalam melakukan pemantauan terhadap capaian
penurunan indeks risiko bencana di Indonesia.
d) Menyediakan data spasial untuk kepentingan analisa lainnya, seperti GCDS
(Global Center Disaster Statistics), MHEWS, revisi tata ruang, dll.
InaRISK tersedia dalam website, disebut sebagai InaRISK Website. InaRISK
Website adalah sistem informasi berbasis GIS yang menampilkan kajian risiko
bencana (bahaya, kapasitas, kerentanan, dan risiko) serta monitoring penurunan
indeks risiko bencana di Indonesia. InaRISK juga dapat menganalisis jumlah
penduduk, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan yang berisiko terpapar
bencana. Cara menampilkan peta risiko bencana di InaRISK Website, antara lain
(BNPB, 2020):
a) Buka inarisk.bnpb.go.id
b) Isi daerah tujuan kemudian pilih
c) InaRISK adakan menampilkan peta daerah yang dipilih
d) Selanjutnya klik tombol navigasi
e) Pilih jenis bencana, jenis peta, dan infromasi peta yang akan ditampilkan
f) Klik Apply
g) InaRISK akan menampilkan informasi data yang diinput
InaRISK sendiri saat ini sudah berkembang, dengan adanya InaRISK Personal.
InaRISK Peronal adalah apliaksi android dan ios yang menampilkan tingkat bahaya
bencana sekaligus saran mitigasi, baik pada fse sebelum, saat, maupun
sesudah/pasca bencana. Cara menggunakan InaRISK Personal, antara lain (BNPB,
2020):
a) Download aplikasi InaRISK Personal di playstore atau IOS (Applestore)
b) Buka aplikasi InaRISK Personal dan pilih opsi masuk
c) InaRISK Personal akan menunjukkan lokasi kita berada
d) Pilih “Info Bahaya” untuk mengetahui tingkat bahayanya
e) Pilih jenis bencananya
f) Pilih rekomendasi fase bencananya
g) Pahami dan ikuti saran mitigasinya
2. DIBI
BNPB juga membuat aplikasi DIBI. DIBI adalah Data Informasi Bencana
Indonesia. DIBI menampilkan database kejadian bencana yang terjadi di Indonesia
bahkan sejak 400 Masehi hingga saat ini. Database pada DIBI juga berguna untuk
membuat analisis maupun kajian kebencanaan di Indonesia (Jati, 2020). Aplikasi
DIBI dapat diakses melalui mobile sehingga memudahkan amsyarakat dalam
penggunaannya. Pengunaan aplikasi DIBI ini, antara lain (Jati, 2020):
a) Pengguna mengakses situs gis.bnpb.go.id
b) Pada lembar beranda atau home, pengguna dapat melihat tampilan peta sebaran
kejadian bencana per provinsi. Pop up pada titik jumlah kejadian bencana per
provinsi dapat dilihat jumlah kejadian bencana, korban meninggal, hilang,
luka, menderita dan data dampak kerusakan per provinsi.
c) Pada tab ‘Pantauan Bencana,’ pengguna dapat melakukan filtering berdasarkan
jenis kejadian bencana, provinsi, dan kabupaten atau kota yang pernah terjadi
bencana alam.
d) Pada tab ‘Buletin’ berisi tentang informasi kejadian bencana setiap bulan.
Sedangkan pada story map, pengguna bisa mengakses data dan informasi
kejadian bencana pada bulan tersebut. Informasi ini telah tersedia dalam
Bahasa Indonesia dan Inggris. Selain itu, infografis dan tanggal penting
berurutan kejadian bencana dengan magnitudo besar yang terjadi terdapat juga
pada tab ‘Buletin’. Data bencana ini dapat diunduh dalam format excel dari
tahun 2008 hingga 2019.
e) Terdapat tab ‘SFDRR’ yang mengikuti perkembangan berdasarkan Sendai
Framework dan dapat dipilih angkanya secara absolut atau dibagi berdasarkan
per 100.000 penduduk.
f) Pada tab ‘Baseline’ dapat melakukan ‘filtering’ berdasarkan wilayah
administratif lokasi bencana yang disertai dengan nilai Indeks Risiko Bencana
Indonesia (IRBI) Pada tab tersebut juga tersedia data rumah sakit yang terdapat
di sekitaran lokasi bencana.
3. Web GIS
Web GIS merupakan pemanfaatan sistem informasi kebencanan dengan
memanfaatkan jaringan internet. GIS sendiri merupakan Geographical Information
System yang telah digunakan oleh banyak negara dalam melakukan mitigasi
bencana dengan skala besar. Dr. A. Istamar, CEO Esri Indonesia, mengatakan
bahwa teknologi GIS ini dapat membantu responden untuk melakukan penilaian
terhadap tingkat kerusakaan secara cepat, mengenali wilayah-wilayah berbahaya,
mengindentifikasi populasi yang terancam bahaya, dan mengamankan infrastruktur
penting dalam operasi SAR (BPBD Bogor, 2018).
Selain diimplementasikan secara nasional, sistem informasi kebencanaan perlu
juga diterapkan di setiap daerah agar informasi yang diperoleh dan dideseminasikan
lebih detil/rinci. Misalnya, di setiap daerah memiliki aplikasi sendiri dalam
menginformasikan terkait kebencanaan yang rawan terjadi pada daerah tersebut.
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh (Sulehu dan Hayon, 2021) di Kota Makassar
telah mencoba untuk membuat aplikasi sistem informasi manajemen data korban
bencana berbasis android. Aplikasi tersebut dibuat agar data korban bencana yang
terjadi di Kota Makassar tidak hanya dapat diakses oleh pusat informasi, tetapi juga
dapat diakses oleh publik. Aplikasi sistem sistem informasi manajemen data korban
bencana berbasis android bertujan mempermudah aktivitas penyebaran dan
pengumpulan data bencana dan akibat yang ditimbulkan dari bencana tersebut
(Sulehu dan Hayon, 2021).
Pada halaman pertama aplikasi akan ditampilkan halaman login. Setelah login
berhasil akan muncul halaman beranda yang berisi form pencarian, form bencana,
form petugas, dan form laporan. Form pencarian untuk mencari kejadian bencana
yang terjadi sebelumnya. Form bencana pada beranda untuk menginput data
bencana dan korban bencana yang dilakukan oleh petugas, dimana form petugas
pada beranda ini untuk mengetahui nama petugas yang sedang menginput data
bencana dan korban bencana. Form yang terakhir pada beranda ini yaitu tools
laporan dimana hasil inputan data bencana dan korban bencana akan terlampir pada
laporan tersebut. Data korban bencana yang meliputi tanggal kejadian, jenis
bencana yang terjadi, kecamatan, kelurahan, sektor, kerusakan yang dialami, serta
keterangan dapat isi lalu disimpan oleh petugas BPBD. Deskripsi bencana dapat
dilihat setelah informasi bencana telah dimasukkan/diinput pada form tambah
bencana. Tidak hanya data bencana secara detail sistem ini dapat menyimpan
informasi korban terdampak bencana hingga seberapa besar dampak yang dialami
akibat bencana yang terjadi. Setelah memasukkan data korban bencana, data
penerima bantuan akan dicatat berdasarkan data korban bencana yang telah
dikumpul sebalumnya (Sulehu dan Hayon, 2021).
Sebelum aplikasi disebarluaskan ke masyarakat umum, ada baiknya aplikasi
tersebut diuji coba terkait kelayakan dan kepuasan terlebih dahulu. Uji coba aplikasi
tersebut dilakukan kepada BPBD Kota Makassar dan masyarakat Kota Makassar.
Berdasarkan hasil penelitan tersebut setelah dilakukan uji kelayakan dan kepuasan
didapatkan hasil bahwa aplikasi data korban bencana berbasis mobile android
dikatakan dapat memudahkan masyarakat dalam mengetahui informasi data
korban, kerusakan, dan bantuan, maupun BPBD dalam melakukan penyebaran
informasi (Sulehu dan Hayon, 2021).
Semua daerah di Indonesia memerlukan pengembangan dalam pemanfaatan
sistem informasi kebencanaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Wahyuni dkk., 2022) sistem infromasi kebencanaan di Kabupaten Bandung
mencakup seluruh bencana yang terjadi di Kabupaten Bandung. Pada penelitian
tersebut menjelaskan bahwa Kabupaten Bandung menjadi salah satu daerah yang
mengalami rawan banjir, tetapi sistem informasi kebencanaan khusus banjir belum
ada di Kabupaten Bandung sehingga untuk sistem informasi kebencanaan banjir
masuk ke dalam SIK secara menyeluruh. Selain itu, fasilitas/peralatan EWS (Early
Warning System) bencana banjir di Kabupaten Bandung masih terbatas terutama di
daerah-daerah rawan banjir. Sistem kerja alat EWS, berupa TMA yang berada di
Majalaya, yaitu apabila ketinggian air di Sungai Citarum naik maka relawan yang
berada di Majalaya akan melaporkan ke Pusdalops. Informasi peringatan dini yang
diterima oleh Pusdalops BPBD Kabupaten Bandung tersebut akan diteruskan ke
masyarakat melalui media sosial. Informasi yang disampaikan merupakan
infromasi terkait ketinggian air dan pemberian peringatan untuk waspada terhadap
bencana banjir. Informasi yang diterima oleh Pusdalops merupakan informasi yang
diperoleh dari alat EWS sehingga diperlukan adanya peningkatan kuantitas dan
kualitas peralatan EWS sebagai salah satu upaya meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk terlibat dalam pengurangan risiko bencana melalui
pengembangan desa/kelurahan tangguh bencana. Informasi-informasi yang
diterima oleh Pusdalops juga akan dijadikan dasar dalam penyusunan rencana
pengurangan risiko bencana di Kabupaten Bandung (Wahyuni dkk., 2022).

D. Pemanfaatan Sistem Informasi Kebencanaan Di Vietnam


Vietnam merupakan salah satu negara yang paling terdampak bencana di Asia-
Pasifik. Banjir, kekeringan dan badai adalah bencana yang paling umum di Vietnam.
Risiko ini membahayakan jutaan nyawa dan menciptakan kerugian finansial dan
produksi yang sangat besar (Lan Huong dkk., 2022). Central Committee for Flood
and Storm Control (CCFSC) merupakan lembaga yang bertanggung jawab untuk
memantau dampak banjir dan badai, mengumpulkan data kerusakan akibat bencana,
memberikan peringatan resmi mengenai bencana, mengoordinasikan dan
menerapkan tanggap darurat bencana serta langkah-langkah mitigasi. Ketika terjadi
banjir atau badai, penanggung jawab di tingkat kabupaten mengirimkan laporan
pengkajian bencana kabupaten ke tingkat provinsi. Provinsi bertugas untuk
memverifikasi dan meneruskan laporan ke CCFSC agar laporan tersebut disusun
guna menghasilkan laporan pengkajian kerusakan nasional. Berikut merupakan
sistem informasi kebencanaan (SIK) yang diterapkan oleh Vietnam (J. Rego, 2001):
a. Disaster Communication System
Jaringan surat elektronik darurat yang menghubungkan kantor departemen
provinsi dengan CCFSC untuk mempercepat pengiriman informasi. Sistem ini
digunakan sejak tahun 1995 dan dikenalkan secara luas ke setiap provinsi di
Vietnam pada akhir tahun 1998. Beroperasi selama 24 jam dan telah menjadi
mekanisme resmi untuk mengirimkan data kerusakan dan kebutuhan bencana.
Sistem ini juga digunakan untuk mengeluarkan arahan pencegahan atau mitigasi
bencana kepada penanggung jawab di lapangan, kabupaten, maupun provinsi.
Pendanaan sistem sebagian berasal dari pemerintah Vietnam ditambah bantuan
UNDP, Government of Luxembourg, dan Statoil Alliance. Sistem ini terbukti
efektif selama musim banjir tahun 1996-2000.
b. Intranet
Dapat diakses oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan bantuan
pengelolaan dari unit manjemen bencana UNDP di Hanoi. Sistem ini berfungsi
sebagai gudang untuk:
1. Mengumpulkan undang-undang, dekrit, arahan, dan prosedur tentang
bencana dan penanggulangan bencana di Vietnam
2. Ringkasan kondisi bencana di Vietnam dan pengumuman prakiraan dan
peringatan badai
3. Laporan Penilaian Kerusakan Resmi yang dikeluarkan oleh CCFSC
4. Mengarsipkan data kerusakan akibat bencana dan laporan media tentang
bencana di Vietnam
5. Data hidro-meteorologi untuk daerah aliran sungai dan wilayah di seluruh
negeri
6. Bahan Referensi Penanggulangan Bencana tambahan yang diarsipkan
Intranet diperbarui secara berkala dan berfungsi sebagai sumber referensi
mengenai kebencanaan.
c. Disaster Management Unit Web (DMU Web)
Sistem informasi publik berbasis web mengenai kebencanaan berfungsi untuk
mendorong berbagai informasi dari berbagai sektor dan menyebarluaskan informasi
penting tentang penanggulangan bencana kepada komunitas bantuan. Informasi
dalam sistem tersebut tersedia dalam dua bahasa yakni bahasa Vietnam dan bahasa
Inggris meliputi:
1. Ringkasan kondisi bencana dan pengumuman prakiraan dan peringatan
badai
2. Laporan Penilaian Kerusakan Resmi yang dirilis oleh CCFSC
3. Mengarsipkan data kerusakan akibat bencana dan laporan media tentang
bencana di Vietnam
4. Bahan Referensi Penanggulangan Bencana
5. Database program penanggulangan bencana di Vietnam (proyek pelatihan,
bantuan kemanusiaan, dll)
d. Disaster Management Unit Geographic Information System (DMU GIS)
DMU GIS telah diatur dengan sederhana untuk mengatur dan menyajikan
informasi mengenai manajemen kebencanaaan yang sangat kompleks. Tersedia
informasi mengenai peta bahaya dan kerentanan tematik menggunakan variabel
terpilih (nilai ekonomi, populasi, risiko banjir, dan usia infrastruktur), GIS dapat
mengidentifikasi area berisiko dan mengklarifikasi cara terbaik untuk menanggapi
atau memitigasi risiko bencana. Selain itu, GIS dapat menampilkan data kerusakan
akibat bencana dan analisis kebutuhan menurut kabupaten atau provinsi yang
memudahkan organisasi internasional dan pembuat keputusan Vietnam untuk
menargetkan bantuan bantuan bencana.

E. Penerapan Sistem Informasi Kebencanaan Di Indonesia


Dalam kurun waktu 2013-2020, banjir merupakan bencana yang paling sering
terjadi dengan 8.615 kejadian (BNPB, 2022). Kondisi tersebut memiliki kesamaan
dengan Vietnam bahwa banjir merupakan bencana yang paling umum terjadi.
Sementara itu, beberapa SIK (Sistem Informasi Kebencanaan) yang diterapkan di
Vietnam dalam menghadapi bencana banjir dan badai diantaranya:
a. Disaster Communication System
b. Intranet
c. Disaster Management Unit Web (DMU Web)
d. Disaster Management Unit Geographic Information System (DMU GIS)
Secara keseluruhan, SIK yang diterapkan di Vietnam telah diterapkan juga di
Indonesia dengan nama tersendiri, tetapi memiliki maksud yang sama. Beberapa
hal mengenai SIK di Vietnam yang dapat diadopsi untuk diterapkan di Indonesia
sebagai berikut:
1. Disaster Communication System yakni jaringan surat elektronik darurat yang
menghubungkan pemerintah pusat ke daerah. Dengan adanya surat elektronik
darurat, proses pengiriman informasi seperti arahan pencegahan atau mitigasi
bencana kepada penanggung jawab di lapangan akan lebih cepat diterima.
2. Intranet yakni kemudahan akses informasi. Terkait hal ini, Indonesia telah
menerapkan dalam bentuk website BNPB yang memiliki fitur-fitur pelayanan
sehingga rekomendasi yang diberikan yaitu melakukan sosialisasi untuk
memastikan pemerintah daerah mengetahui kemudahan dan cara mengakses
informasi mengenai bencana.
3. Disaster Management Unit Web (DMU Web) yakni menyebarluaskan
informasi penting tentang penanggulangan bencana kepada komunitas bantuan.
Dalam hal ini, Indonesia tekah menerapkan melalui fitur-fitur pelayanan yang
ada di website BNPB seperti PPID, LPSE, Lapor!, E-Tangguh Pusdiklat BNPB,
JDIH, INARISK BNPB, DIBI BNPB, BNPB TV, Pantauan Bencana,
Reformasi Birokrasi, Email BNPB, LPSE ICB, dan WBS. Namun, perbedaan
dengan SIK yang diterapkan di Vietnam adalah penggunaan bahasa. SIK di
Vietnam telah menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Vietnam dan bahasa
Inggris. Penggunaan bahasa Inggris diperlukan karena dalam suatu negara
tentunya terdapat warga negara asing, wisatawan, atau lain sebagainya yang
tidak memahami bahasa Vietnam. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Inggris
diperlukan agar informasi dapat menyeluruh bagi seluruh orang yang ada di
negara tersebut. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk diterapkan pada SIK
di Indonesia adalah pengembangan website BNPB dan layanannya untuk
menyediakan dua bahasa serta dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar
lebih memahami kegunaan dari website BNPB. Selain itu, dapat dilakukan
peningkatan akses internet bagi seluruh wilayah di Indonesia agar dapat
mengakses website BNPB dengan mudah.
4. Disaster Management Unit Geographic Information System (DMU GIS)
menyediakan informasi mengenai peta bahaya dan kerentanan tematik
menggunakan variabel terpilih. Dalam hal ini Indonesia telah menerapkan
sistem GIS melalui fitur INARISK BNPB
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2020. Panduan Penggunaan InaRISK. Jakarta Timur: BNPB.


BNPB. 2022. Data Informasi Bencana Indonesia
BNPB. tanpa tahun. Tentang InaRISK
BPBD Bogor. 2018. Teknologi GIS Untuk Mitigasi Bencana Di Indonesia
J. Rego, A. 2001. National disaster management information systems & networks :
an asian overview
Jati, R. 2020. Mengakses Data Dan Informasi Bencana Indonesia, Jelajahi Aplikasi
Ini
Lan Huong, T. T., D. T. Van Anh, T. T. Dat, D. D. Truong, dan D. D. Tam. 2022.
Disaster risk management system in vietnam: progress and challenges.
Heliyon. 8(10):1–12.
Sulehu, M. dan M. B. Hayon. 2021. Aplikasi sistem informasi manajemen data
korban bencana berbasis android. Journal Shift. 22–30.
Wahyuni, D., Syamsunasir, A. Subiyanto, dan M. Azizah. 2022. Pemanfaatan
sistem informasi bencana banjir di kabupaten bandung untuk mewujudkan
masyarakat tangguh bencana. PENDIPA Journal of Science Education.
6(2):516–521.

Anda mungkin juga menyukai