Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH

MANAJEMEN BENCANA
“MANAJEMEN INFORMASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
ALAM BERBASIS SID (SISTEM INFORMASI DESA)”

Dosen : Ns. GUSTI BARLIA, S. Kep, M.Kes

Disusun oleh : RIKA NOFRIDA


NIM : 211122029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI SARJANA TERAPANALIH JENJANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah persitiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis
di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Negara tercinta kita Indonesia seolah-olah tidak pernah berhenti menerima cobaan
berupa bencana alam yang silih berganti terjadi di seluruh wilayah Indonesia dalam
periode waktu yang berdekatan. Masih segar dalam ingatan kita ketika headline seluruh
surat kabar dalam negeri memuat berita-berita bencana tersebut. Mulai dari bencana
meletusnya gunung merapi, banjir, maupun gempa dan tsunami. Terdapat satu persamaan
dari isi berita-berita tersebut adalah adanya korban-korban yang seharusnya dapat dihindari
jika bencana tersebut dideteksi lebih awal sebelum terjadi. Selain pendektisian dini faktor
yang tidak kalah penting ketika bencana terlanjur terjadi adalah penanganan paska
bencana yang tepat, cepat dan berkesinambungan.
Dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana,
dikemukakan, ”bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”.
Sekretariat Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana atau International
Strategy for Disaster Reduction - Perserikatan Bangsa-Bangsa (ISDR 2004),
mendefinisikan bahwa bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari
segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat
tersebut untuk mengatasinya
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi
populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai
tropis, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak
secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah
besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam.
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi
dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan terror (UU RI, 2007).
Informasi merupakan salah satu sumber daya yang sangat diperlukan bagi
managemen dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam lingkup bencana. Sebuah
jalur informasi yang efisien dan sistematis berbasis teknologi sangat diperlukan
pada saat terjadinya bencana dengan tujuan mendapatkan informasi yang sahih.
Informasi yang sahih diperlukan untuk membantu penanganan bencana yang
menghendaki kecepatan dalam membantu korban, mendorong berbagai masyarakat ikut
andil dalam memberikan bantuan. Bencana apapun, kebutuhan akan informasi menjadi
sangat kritis, media yang digunakan baik elektronik maupun cetak (e-mail dan SMS,
dll) berisikan pertanyaan mengenai kondisi wilayah, kondisi korban, mencari sanak
saudara, mencari bantuan, mencari pertolongan. Di sisi lain, para relawan yang berusaha
membantu juga tidak kalah pusingnya mencari lokasi yang membutuhkan pertolongan,
mencari alamat tempat pengiriman bantuan, pengiriman makanan, obat-obatan, mencari
lokasi longsor, menemukan penampungan pengungsi, semua serba simpang siur tidak
ada sumber informasi yang terpusat, tidak ada komunikasi yang reliable. Oleh karena
itu, kita akan membutuhkan sebuah sistem informasi yang memungkinkan korban,
sanak saudara maupun relawan,
pemerintah, tim SAR saling berinteraksi dan berkoordinasi satu sama lain. Masukan ke
sistem dapat berupa laporan dari tim SAR, relawan ORARI, bahkan masyarakat melalui
HP maupun telepon.
Perbaikan koordinasi dan manajemen penanggulangan di daerah rawan bencana
merupakan salah satu prioritas upaya kesiapsiagaan. Sistem infromasi manajemen
penanggulangan bencana, dapat disajikan sebagai salah satu wadah yang berperan dalam
pengkoordinasian tindakan tanggap darurat bencana. Dengan adanya koordinasi dan
kerja sama yang baik antar lintas sektor diharapkan penanggulangan bencana dapat lebih
terkoordinir dengan baik.
Dari permasalahan diatas berkat kemajuan teknologi telah mengubah
segenap aspek kehidupan masyarakat dan pemerintahan. Teknologi informasi adalah
suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan dan memanipulasi data dalam berbagai cara.
Teknologi informasi dipakai untuk menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut digunakan untuk
keperluan pribadi, bisnis dan pemerintahan. Informasi yang digunakan untuk keperluan
pemerintahan, merupakan informasi yang strategis untuk mengambil keputusan.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer dengan komputer yang lainnya
sesuai dengan kebutuhan dan digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara
global
Dalam pemerintahan umumnya diwujudkan dalam bentuk electronic-
government (e-government/pemerintahan elektronik). Menurut Bank Dunia, definisi
e- government adalah penggunaan teknologi informasi oleh badan-badan pemerintahan
yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan hubungan dengan warga negara, pelaku
bisnis dan lembaga-lembaga pemerintahan yang lain. Tujuannya agar hubungan-
hubungan tata- pemerintahan (governance) yang melibatkan pemerintah, swasta dan
masyarakat dapat tercipta sedemikian rupa sehingga lebih efisien, efektif, produktif dan
responsif. Intinya, e- government adalah penggunaan teknologi yang diharapkan dapat
menjadi wahana untuk mempercepat pertukaran informasi, menyediakan sarana layanan
dan kegiatan transaksi dengan warga masyarakat, pelaku bisnis dan tentunya pihak
pemerintah sendiri Perkembangan telematika sebagai awal inisiatif penerapan e-
government di Indonesia telah dimulai awal tahun 2005 dengan digabungkannya
Direktorat Jenderal Pos
dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) yang dahulu berada dibawah Departemen Sistem
Informasi Desa yang pada awalnya disebut SIDESA hingga akhirnya menjadi SID
memiliki dua engertian, dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit SID dimaksudkan
sebagai sebuah aplikasi yang membantu pemerintah desa dalam mendokumentasikan
data- data milik desa guna memudahkan proses pencariannya. Sedangkan dalam arti
luas, SID diartikan sebagai suatu rangkaian atau sistem (baik mekanisme, prosedur
hingga pemanfaatan) yang bertujuan untuk mengelola sumberdaya yang ada di
komunitas.
Sistem Informasi Desa (SID) merupakan rangkaian dari beragam perangkat
terknologi informasi dan aplikasi perangkat lunak yang dioperasikan oleh perangkat
desa. Sistem yang dibangun sejak tahun 2009 ini digunakan untuk mendukung
percepatan dan kualitas kerja pelayanan publik oleh perangkat desa kepada masyarakat
desa setempat. Masyarakat desa dapat pula mengakses data dan informasi publik
melalui beragam perangkat teknologi informasi, baik di wilayah desa setempat maupun
di luar wilayah desa. Pemanfaatan sistem ini akan memperkuat dasar-dasar perencanaan
dan pengambilan keputusan dalam proses pembangun desa. Strategi pengembangan dan
pemanfaatan SID ini menjadikan desa siap menjadi desa yang terbuka dan akuntabel.

SID dibangun dengan berbasis komputer dan web, sehingga informasi-informasi


dapat diakses oleh setiap warga. Sedangkan lisensi SID dikembangkan dengan
menggunakan platform sistem operasi terbuka-bebas (free and open source) yang
berarti dapat digunakan, disalin, didistribusikan, dipelajari, dimodifikasi maupun
ditingkatkan kinerjanya oleh siapapun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan
lapangan. Sistem ini merupakan sistem yang berbasis web (web based) dan telah
dikembangkan sejak tahun
2005. SID mulai diaplikasikan untuk membantu kinerja desa pada tahun
2009
BAB II
PEMBAHASAN

Studi tentang Sistem Informasi Manajemen (SIM) muncul di tahun 1970-an


yang memusatkan pada sistem informasi berbasis komputer bagi para manajer (Davis
dan Olson,
1958). Pengertian SIM menurut Kenneth C. Laudon & Jane P. Laudon (2005)
menjelaskan SIM adalah studi mengenai sistem informasi yang fokus pada penggunaan
sistem informasi dalam bisnis dan manajemen. Komponen - komponen yang terdapat
dalam SIM yaitu komponen input, komponen model, komponen output, komponen
teknologi, komponen basis data, dan komponen kontrol.
Salah satu implementasi SIM di lapangan adalah salah Implementasi Sistem
Informasi Desa (SID) yang merupakan rangkaian dari beragam perangkat terknologi
informasi dan aplikasi perangkat lunak yang dioperasikan oleh perangkat desa.
Penanggulangan bencana berbasis komunitas saat ini telah diakui sebagai cara
penanggulangan bencana yang efektif. Desa sebagai unit pemerintahan terkecil di
Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam penanggulangan bencana berbasis
komunitas. Pendekatan multipihak dalam penanggulangan bencana telah dijawab
dengan model Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa. Pendekatan
pengurangan resiko bencana mensyaratkan prinsip partisipasi masyarakat sebagai nilai
utama. Orientasi pengurangan resiko bencana meliputi seluruh fase, baik pra bencana,
tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi. SID merupakan instrumen pendukung
yang harus diletakkan bersama instrumen lainnya dalam sistem penanggulangan
bencana. Artinya SID menjadi alat yang signifikan untuk mendokumentasikan
kebutuhan warga di semua tahapan penanggulangan bencana. Penerapan SID di wilayah
rawan bencana pada titik optimumnya dapat menghasilkan pola perencanaan dan
penganggaran dan pembangunan yang berperspektif pada pengurangan resiko bencana.
Untuk mendukung peran FPRB Desa dalam penanggulangan bencana,
dibutuhkan sistem pendukung yang kuat. Salah satunya adalah dukungan berupa
pengelolaan informasi yang akurat dan aktual. Sistem informasi yang baik akan menjadi
alat pendukung koordinasi, perencanaan dan pengambilan keputusan dan pemantauan
yang efektif. Meski masih memerlukan penyempurnaan yang terus menerus, Sistem
Informasi Desa untuk
Kebencanaan (SID) yang telah diujicoba pada beberapa desa di wilayah rawan
bencana layak untuk diimplementasikan dalam wilayah yang lebih luas.
SID hanyalah sistem pendukung. Karena itu dia memilik keterbatasan. Efektif
tidaknya fungsi SID sangat ditentukan oleh peran para pihak yang bertanggung jawab
atas penanggulangan bencana di tingkat desa maupun level yang lebih tinggi. Disisi lain
SID hanya akan bermanfaat secara optimal jika dijalankan menjadi program resmi
pemerintah desa yang didukung oleh warga beserta pemangku kepentingan lainnya.
Tanpa kedua hal tersebut SID tidak akan berjalan sesuai dengan fungsinya.
Ada 3 (tiga) aspek yang menentukan keberhasilan penerimaan (receptive)
teknologi, yang dikaitkan dengan keadaan masyarakat dan lingkungan. Masing-masing
adalah: perangkat teknologi (hardware of technology), seperti perangkat mesin, tapi juga
menekankan keterlibatan masyarakat dalam proses, yang disebut dengan perangkat lunak
( software) dan pengorganisasian (orgware) dari teknologi.
1.Perangkat Teknologi (hardware of
technology)
SID sebagai Teknologi Informasi yang terkait dalam wahana sistem komputer hanya
dapat dioperasikan di wilayah yang memiliki ketersediaan listrik dan elemen-elemen
pendukung sistem itu sendiri, termasuk yang dikenal dengan hardware (perangkat keras)
2.Perangkat Lunak ( software)
Yang dimaksud dengan software (perangkat lunak) adalah selain aplikasi yang digunakan
juga merujuk pada kapasitas dan seluruh proses yang dilibatkan dalam menggunakan
teknologi.
3. Pengorganisasian
(orgware)
Jika SID ingin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara lebih luas, maka
SID
membutuhkan aspek lain untuk mendukung pelaksanaannya, yaitu
orgware.
Orgware yang diharapkan adalah regulasi di tingkat kabupaten/ propinsi/
nasional yang mengatur pendayagunaan data dan informasi melalui SID. Aspek ini
memperjelas pentingnya keterlibatan masyarakat sebagai penentu dalam keberhasilan
penyiapan teknologi.

1. Tampilan Peta Rawan Bencana


Sistem Informasi Desa (SID) bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu pengurangan
risiko bencana. Data dan informasi yang dikelola dengan SID mengikuti
siklus
penanggulangan bencana yang lazim digunakan, yaitu fase pra bencana, saat bencana
dan pasca bencana. Dalam system ini juga dapat menampilkan gambaran tentang lokasi
rawan bencana di suatu desa sangat jelas digambarkan dalam sebuah peta. Peta rawan
bencana umumnya digunakan untuk menggambarkan lokasi yang perlu mendapat
prioritas penyelamatan jika terjadi bencana.

Gambar 1. Tampilan Peta Rawan Bencana Dusun Kliwang, Ds. Argomulyo

Dalam SID, peta rawan bencana diintegrasikan dengan basis data penduduk dan Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang berisi data tematik. Data keluarga yang berada di lokasi
rawan bencana bisa langsung teridentifikasi. Informasi tentang jalur evakuasi, sarana
publik yang bisa digunakan untuk penyelamatan dan sebagainya bisa dimasukkan untuk
melengkapi peta rawan bencana tersebut.

Gambar 2. Tampilan SIG dalam SID


Peta rawan bencana yang diintegrasikan dengan basis data penduduk bisa dengan
cepat digunakan untuk memperkirakan jumlah warga yang perlu diselamatkan disertai
informasi tentang jenis kelamin, usia dan penyandang disabilitas. Dengan informasi ini,
kebutuhan armada evakuasi dan tempat pengungsian menjadi lebih mudah diperkirakan.

2. Data Kelompok Rentan


Data kelompok rentan dalam SID dibagi dalam kelompok warga usia lanjut
(lansia), bayi dan anak (balita), penyandang difabilitas dan ibu hamil. SID membagi data
penduduk berdasarkan kelompok umur dalam 6 kategori, yaitu balita (0-5 tahun), anak-
anak (6-12 tahun), remaja (13-17 tahun), dewasa (18-50 tahun) dan (51-65 tahun) lanjut usia
(> 66 tahun).

Gambar 3. Tampilan Rentang Umur Warga


Data kelompok umur sangat penting dalam pengurangan risiko bencana. Melalui data ini,
desa bisa mengetahui penduduk rentan bencana berdasarkan usia, yaitu kelompok balita dan
lansia. Dan data lain juga dapat ditampilkan dalam system ini, mulai dari jenis pekerjaan,
golongan darah, no HP, dan penyandang disabilitas.

3. Data Saat Bencana


Saat terjadi bencana, ketersediaan data dan informasi yang cepat dan akurat sangat
menentukan keberhasilan program-program tanggap darurat dan pemulihan awal. SID
menyediakan fasilitas pengelolaan data dan informasi saat bencana yang terdiri dari 4
bagian, sebagai berikut:
• Penyebarluasan Sistem Peringatan
Dini
• Mendukung Koordinasi
• Data Korban
• Pencarian Orang Hilang
Dengan adanya SID, Sistem peringatan dini sangat membantu warga dalam mengantisipas
dan merespon kejadian bencana. Sistem peringatan dini bukan saja terkait dengan fungsi
alat pendeteksi kejadian, namun juga terkait dengan cara penyebarluasan peringatan dini
secara cepat dan menjangkau wilayah yang berisiko tinggi. SID menyediakan fasilitas SMS
Gateway yang bisa digunakan untuk mendukung penyebarluasan informasi peringatan dini.

Gambar 4. Fungsi SID Sebagai Penyebarluasan Peringatan Dini

Dengan adanya system ini data korban dan pencarian orang hilang dapat diinventarisasi
sehingga mempermudah dalam pertolongan.

4.Pasca Bencana
Ketersediaan data dan informasi sangat dibutuhkan untuk mendukung
program- program rehabilitasi dan rekonstruksi. SID menyediakan fasilitas pengelolaan
data dan informasi pasca bencana yang terdiri dari 4 bagian, sebagai berikut: berupa data
kerusakan, kerugian, rehabilitasi dan bantuan
BAB III
KESIMPULAN
Penggunaan sistem informasi berbasis komputer dalam penanganan bencana (pra bencana,
saat bencana dan pasca bencana) dalam bentuk SIstem Informasi Desa (SID) sangat
bermanfaat dalam peningkatan penanganan terjadinya bencana, khususnya dapat
membantu dalam berbagai aspek
1. Pra Bencana: membantu proses pendataan
warga
2. Saat Bencana: membantu proses mempercepat tersebarnya informasi bencana
sehingga dapat meminimalisasi timbulnya korban jiwa,
3. Pasca Bencana dapat mengkoordinir bantuan bencana sehingga tiba pada lokasi
yang tepat, dapat membantu estimasi kerusakan, jumlah korban dan jenis bantuan yang
dibutuhkan

Sistem ini sangat bagus untuk direplikasi di lokasi rawan bencana lainnya. namun system
ini harus dijaga dan dimonitor oleh pihak terkait guna terus terjaga kehandalan system
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyudin (2005), Peran Masyarakat Dalam Penanganan Bencana,


http://www.mpbi.org/pustaka/files/Makalah%20 Ahyudin.pdf.
Aini, A. Sistem Informasi Geografi Pengertian dan Aplikasinya. STMIK AMIKOM
Yogyakarta.
Yogyakarta. (diakses tgl 7 Januari 2010)
Ambar Sari Dewi (2010), “Membangun Sistem Informasi Desa”,. Yogyakarta: Combine
Resource
Institution.
AusAID, OXFAM, IDEA (2012), “Modul 04: Integrasi RAM-PRB dalam Perencanaan
Pembangunan”. Seri Pelatihan Tata Kelola Pengurangan Resiko Bencana. Yogyakarta.
BNPB, BPPTKG, PSMB UPN “Veteran”, Pasag Merapi (2012), “Buku Wajib Latih
Penanggulangan Bencana Lahar Hujan Gunungapi Merapi”,. Yogyakarta.
Donny B.U, (2004), “Fakta & Kondisi e-Government di Indonesia”. Paparan Seminar
Teknologi Informasi: Solusi Permasalahan Social Engineering dalam penerapan E-
Government. Bandung: 9 Maret 2004.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
Ranggoaini Jahja dkk (2012), “Sistem Informasi Desa: Sistem informasi dan Data untuk
Pembaharuan”,. Yogyakarta. Combine Resource Institution.
Wau, Wilhem (2012), “Sistem Informasi Desa: Mengelola Sumber Daya Lokal
untuk Kemandirian Desa”,.Yogyakarta: Combine Resource Institution.
http://kumoro.staff.ugm.ac.id/?act=daftar&id=18&mulai=10
http://www.aptel.depkominfo.go.id/content/view/103/27//

Anda mungkin juga menyukai