Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN POSTPARTUM (NIFAS)

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

NAMA
WULAN APRILIANI/I4051211013
DOSEN KOORDINATOR STASE
Ns. Fitri Fujiana, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN POST PARTUM (NIFAS) NORMAL
A. Pengertian
Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah 6 minggu (Mansjoer, 2018).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2014).
B. Periode Nifas
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil/waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
C. Perubahan Fisik
Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan sebelum
hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks,
vagina dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan ini
disebut dengan involusi uterus yaitu :
1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm,
permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping
pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot.
3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2 sebesar
6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.
4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis
bersama dengan lochia.
5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis
endometrium.
6. Kesembuhan kesempurnaan pada saat akhir masa nifas.
Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologis, yaitu:
1. Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut
involusi, selain itu juga perubahan-perubahan penting lain, yakni
hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5
post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat,
sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas
implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi
plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
1) Involusi Tinggi fundus Berat uterus
2) Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
3) 7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
4) 14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
5) 42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
6) 56 hari (minggu) normal 50gr
3. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-
olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam
cincin.
4. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena
ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak
kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post
partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah
dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa
nifas.
D. Perubahan Psikologis
Pada nifas terdapat tiga fase adaptasi.
1. Taking in (0 – 2 hari)
a. Ibu bersikap tergantung
b. Pasif
c. Fokus pada diri sendiri
2. Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)
a. Tergantung atau tidak tergantung
b. Fokus melibatkan bayi
c. Melakukan peran diri sendiri
3. Letting go (minggu ke 5 – 8)
a. Independen ada peran yang baru
b. Tubuh ibu telah sembuh
E. Perawatan dan Hal-Hal yang Terjadi Selama Nifas
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan,
ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu
boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis. Ibu dan bayi
ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan
senam. Pada hari ketiga umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan
dan hari kelima dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus bermutu
tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah.
Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas :
1. Genitalia interna dan eksterna
Alat-alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil, yang disebut involusi.
1) Fundus uteri
a. Setinggi pusat setelah janin dilahirkan.
b. Setinggi 2 jari bawah pusat segera setelah plasenta lahir.
c. Setinggi 7 cm atas simfisis ossis pubis atau setengah
simfisis-pusat pada hari ke-5.
d. Tidak dapat diraba diatas simfisis ossis pubis setelah 12 hari.
2) Bekas implantasi plasenta
a. Merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri
yang berdiameter 7,5 cm.
b. Sering disangka sebagai bagian plasenta yang tertinggal.
c. Diameternya menjadi 3,5 cm sesudah 2 minggu
d. Diameternya mencapai 2,4 cm pada 6 minggu.
3) Berat uterus
a. Berat uterus normal kira-kira 30 gram.
b. Berat uterus gravidus aterm kira-kira 1000 gram.
c. Beratnya menjadi 500 gram, 1 minggu pasca persalinan.
d. Beratnya menjadi 300 gram, 2 minggu pasca persalinan.
e. Beratnya menjadi 40-60 gram setelah 6 minggu pasca
persalinan.
4) Pembukaan serviks
a. Serviks agak terbuka seperti corong pada pasca persalinan
dan konsistensinya lunak.
b. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam
kavum uteri segera setelah melahirkan.
c. 2-3 jari tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke
dalam kavum uteri setelah 2 jam pasca persalinan.
d. 1 jari tangan pemeriksa hanya dapat dimasukkan ke dalam
kavum uteri setelah 1 minggu.
5) Endometrium
a. Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta.
6) Ligamen, diafragma pelvis, fasia, otot, dan dinding vagina
a. Ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur kembali
seperti semula.
b. Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada
hari kedua pasca persalinan harus dilakukan latihan senam.
c. Otot-otot dinding perut akan berinvolusi pada 6-7 minggu
pasca persalinan.
d. Dinding vagina yang teregang akan kembali seperti
sebelumnya kira-kira setelah 3 minggu.
7) Luka dan infeksi
a. Luka jalan lahir, seperti bekas episiotomi yang telah dijahit,
luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh
primer.
b. Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan selulitis dan
bila berlanjut dapat menimbulkan sepsis.
2. Suhu badan pasca persalinan
1) Dapat naik lebih dari 0,5 derajat selsiuus dari keadaan normal tetapi
tidak lebih dari 39 derajat celsius.
2) Umumnya suhu badan kembali normal sesudaah 12 jam pertama
melahirkan.
3) Bila suhu lebih dari 38 derajat selsius, mungkin ada infeksi.
3. Nadi
1) Nadi umumnya 60-80 denyut per menit.
2) Segera setelah partus dapat terjadi takiikardi.
3) Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung.
4) Pada masa nifas, umumnya senyut nadi lebbih labil dibanding suhu
badan.
4. Hemokonsentrasi
Dapat terjadi pada hari ke 3-15 pasca peersalinan.
5. Laktasi
Kelenjar mammae telah dipersiapkan semenjak kehamilan. Umumnya
produksi ASI baru terjadi pada hari ke-2 atau 3 pasca persalinan. Pada
hari pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental daripada
air susu, mengandung banyak protein albumin, globulin dan benda-benda
kolostrum. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan
membalut kedua mammae hingga tertekan atau memberikan bromokriptin
hingga hormon laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi selama
masa laktasi ialah :
1) Puting rata
a. Sejak hamil, ibu dapat menarik-narik puting susu.

b. Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.


2) Puting lecet

a. Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan


payudara yang tidak benar dan infeksi monilia.
b. Penatalaksanaan dengan melakukan teknik menyusui yang
benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin,
monilia diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet.
c. Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI
dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
3) Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.

a. Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering, kompres hangat,


ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik.
4) Mastitis

a. Payudara tampak edema, kemerahan, dan nyeri yang biasanya


terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.
b. Penatalaksanaan dengan kompres hangat/dingin, pemberian
antibiotik dan analgesik, menyusui tidak dihentikan.
5) Abses payudara
a. Penatalaksanaan yaitu ASI dipompa, abses diinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesik.
6) Bayi tidak suka menyusui
a. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI terlalu kuat
sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi
yang menyusui diselang-seling dengan susu botol, puting rata
dan terlalu kecil atau bayi mengantuk.
b. Pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering,
memijat payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan
posisi terlentang dan bayi ditaruh diatas payudara.
c. Pada bayi dengan bingung puting, hindari pemakaian dot botol
dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti
ASI.
d. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI,
usahakan agar bayi terbangun.
6. Mulas
a. Perasaan mulas sesudah partus akibat konntraksi uterus kadang sangat
mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih
sering pada multipara dibanding primipara.
b. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusuui, dapat pula timbul bila
masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah
dalam kavum uteri.
c. Pasien dapat diberikan analgesik atau sedatif.
7. Serviks, uterus dan adneksa
a. Keadaan serviks, uterus, dan adneksa billa ada perdarahan, biasanya
karena involusi uteri, dapat diberikan tablet ergometrin dan tirah
baring untuk menghentikan perdarahan.
b. Bila serviks tampak hiperemis, meradang,, ada erosi dan curiga ke
arah keganasan, lakukan pemeriksaan sitologi.
c. Bila tidak ada keganasan, lakukan kauterrisasi kimiawi atau elektrik
dan dapat juga dengan bedah beku.
8. Lochea
a. Loochea adalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
b. Hari pertama dan kedua terdapat lochea ruubra atau lokia kruenta,
terdiri dari darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua,
sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
c. Hari berikutnya keluar lochea sanguinolennta berupa darah bercampur
lendir.
d. Setelah 1 minggu, keluar lochea serosa beerwarna kuning dan tidak
mengandung darah.
e. Setelah 2 minggu, keluar lochea alba yangg hanya berupa cairan putih.
f. Biasanya lochea berbau agak amis, bila beerbau busuk mungkin
terjadi lokiostasis (lokia yang tidak lancar keluar) dan infeksi.
9. Miksi
a. Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.
b. Bila kandung kemih penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan
kateterisasi.
c. Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.
d. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
10. Defekasi
a. Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan.
b. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga skibala tertimbun
di rektum, mungkin terjadi febris.
11. Latihan senam
a. Latihan senam dapat diberikan hari kedua, misalnya :
b. Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di atas
dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu pernapasan perut.
c. Dengan posisi yang sama, angkat bokong llalu taruh kembali.
d. Kedua kaki diluruskan dan disilangkan laalu kencangkan otot seperti
menahan miksi dan defekasi.
e. Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkann badan sambil tangan
berusaha menyentuh tumit.
Ibu diharap kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca
persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum,
keadaan payudara dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia,
keadaan perineum, kandung kemih apakah ada rektokel, tonus otot
sfingter ani dan adanya fluor albus. Kelainan yang dapat ditemukan
selama nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan
eklampsia puerpurale.
F. Penatalaksanaan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi


2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya
b. Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari
dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan
panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke
dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan
sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu
tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan
telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui.
Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertama kembali untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara
ini adalah 2 % kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat
ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh
dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran
barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada
fase ini.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami,
agama, pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat.
b. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat
penyakit sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah,
lamanya, keteraturan, dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat
kehamilan sekarang (ANC).
c. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
1) Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
2) Tanggal/jam persalinan
3) Jenis kelamin bayi
4) Jumlah perdarahan
5) Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
6) Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
d. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah
mengalami operasi atau tidak
e. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
f. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau
menular dari keluarga
g. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat.
Kebersihan
h. Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus
IVFD atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB
3. Diagnosa
1) Nyeri akut
2) Gangguan eliminasi urine
3) Risiko infeksi
4. Perencanaan
No Diagnosa Outcome Intervensi
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri:
agen pencedera tindakan selama 1x24 - Identifikasi lokasi,
fisiologis jam diharapkan klien: karakteristik, durasi,
(persalinan) - Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
menjadi cukup intensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
- Meringis - Identifikasi faktor
menjadi cukup yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Gelisah menjadi - Berikan teknik
cukup menurun nonfarmakologis
- Frekuensi nadi untuk mengurangi rasa
menjadi cukup nyeri
membaik - Pertimbangkan jenis
- Tekanan darah dan sumber nyeri
menjadi cukup dalam pemilihan
membaik strategi meredakan
nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
- Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen eliminiasi urine :
eliminasi tindakan selama 1x24 - Identifikasi tanda dan
urineb/d efek- jam diharapkan klien: gejala retensi atau
efek hormonal - Sensasi berkemih inkontinensia urine
meningkat - Identifikasi factor yang
- Frekuensi BAK menyebabkan retensi atau
membaik inkontinensia urine
- Karakteristik urine - Monitor eliminasi urine
membaik - Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
- Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan Perawatan pascapersalinan:
b/d efek tindakan selama 1x24 - Monitor tanda-tanda
prosedur invasif jam diharapkan klien: vital
- Kebersihan badan - Monitor keadaan lokia
cukup meningkat - Periksa perineum atau
- Tidak terjadi robekan
demam - Monitor nyeri
- Kemerahan - Dukung ibu untuk
menurun melakukan ambulasi
- Nyeri menurun dini
- Bengkak menurun - Berikan kenyamanan
- Tidak ditemukan pada ibu
cairan berbau busuk - Jelaskan pemeriksaan
pada ibu dan bayi
secara rutin
- Rujuk ke konselor
laktasi, jika perlu
Perawatan luka:
- Monitor karakteristik
luka
- Monitor tanda-tanda
infeksi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
- Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marillyn, E. 2010. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih
Bahasa : Yasmin Asih. Jakarta : EGC
Hutahaean, Serri. 2014. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi.
Jakarta : Trans Info media
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2018. Ilmu Kebidanan : Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Saifuddin A.B. 2015. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wilkinson, JM 2017, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil Noc, trans. Widyawati, AS at al.EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai